BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus No Aspek yang Diamati Kategori Kemunculan Jumlah Siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B b a IV H s a i s li Pe P n e e n l e iltiita i n a Da D n a Pe P m e b m a b h a a h s a a s n 4 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Tindakan BAB IV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 6 31 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11. Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persiapan agar hasil yang dicapai benar-benar maksimal. Beberapa persiapan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Oktober 2016 dan Selasa, 18 Oktober Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( classroom. bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. motivasi belajar siswa dengan metode billboard ranking pada pelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di kelas V SDN. Cisitu 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan masing-masing pertemuan. tahap perencanaan antara lain:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil belajar Siswa Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum penelitian dilakukan, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru lebih sering menggunakan metode kombinasi antara ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Metode lain seperti diskusi juga digunakan walaupun jarang. Guru/peneliti belum pernah menggunakan metode permainan. Media pembelajaran yang sering dipergunakan yaitu gambar. Sebagai variasi dan untuk sedikit mengenalkan tentang multimedia kepada siswa, LCD proyektor kadang juga dipergunakan. Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi. Untuk pengenalan yang sering dilakukan adalah guru menampilkan gambar, lalu dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok. Untuk menambah pengetahuan siswa, guru menugaskan siswa membaca materi yang sesuai pada buku paket. Dengan kondisi pembelajaran seperti tersebut ternyata motivasi, keaktifan, hasil belajar Bahasa Indonesia siswa relatif rendah. Dari observasi yang dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Kondisi Awal No Aspek yang Diamati 1 Keaktifan 2 Inisiatif 3 Konsentrasi 4 Kerja sama Kategori Jumlah Prosentase Anak (%) Baik 6 20,69 Cukup 13 44,83 Kurang 10 34,48 Baik 6 20,69 Cukup 10 34,48 Kurang 13 44,83 Baik 9 31,03 Cukup 17 58,62 Kurang 3 10,34 Baik 6 20,68 Cukup 21 72,41 Kurang 2 6,89 38

39 Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa pada kondisi awal, siswa yang keaktifannya kurang sebesar 34,48 % dan yang inisiatifnya kurang sebesar 44,83 %. Penentuan kategori keaktifan siswa didasarkan pada banyak sedikitnya kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran, baik kegiatan yang bersifat fisik, verbal maupun emosional, sedangkan penentuan kategori inisiatif siswa didasarkan pada keberanian dan kemauan siswa dalam mengeluarkan pendapat atau bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa kurang aktif dan kurang inisiatif dalam pembelajaran. Menurut teori, keaktifan dan inisiatif siswa akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan sisiwa dalam belajar sehingga keadaan ini merupakan masalah yang cukup penting untuk dicari solusinya. Untuk mengetahui motivasi belajar, penilaian siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan, serta pendapat siswa tentang pembelajaran yang dilakukan, peneliti memberikan angket untuk diisi siswa. Hasil dari angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.2 Hasil Angket tentang Penilaian Siswa Terhadap Mata Pelajaran dan Proses Pembelajaran No Pertanyaan 1 Apakah Bahasa Indonesia termasuk pelajaran sulit? 2 Apakah mapel Bahasa Indonesia menyenangkan? 3 Apakah nilai Bahasa Indonesia kamu lebih tinggi dibanding mapel lain? 4 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia dari gurumu mudah dipahami? 5 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia dari gurumu menyenangkan 6 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan gurumu membuat kamu semangat belajar? Ya (%) Jumlah Siswa yg Menjawab Raguragu (%) Tidak (%) 42 50 8 71 17 12 0 25 75 67 29 4 87 8 5 58 37 5

40 Ternyata, sebagian besar siswa ragu-ragu dan menganggap Bahasa Indonesia sebagai pelajaran yang sulit. Mereka beralasan karena pelajaran Bahasa Indonesia menuntut mereka banyak menghafal dan kebanyakan merasa bahwa kemampuan menghafalnya kurang. Mereka sering merasa malas kalau harus menghafal yang banyak. Walaupun begitu sebagaian besar siswa menganggap Bahasa Indonesia termasuk pelajaran yang menyenangkan. Di antara alasan yang mereka kemukakan adalah karena melalui Bahasa Indonesia mereka lebih mengenal makna kata dan arti kata. Mengenai pembelajaran yang dilakukan oleh guru/peneliti, sebagaian besar siswa sudah menganggap mudah dipahami, menyenangkan, dan meningkatkan semangat belajar. Agar diperoleh gambaran tentang kondisi awal yang lebih jelas, penulis mengadakan tes tertulis. Tes awal ini diberikan dalam bentuk isian sejumlah 10 butir soal dan uraian sejumlah 5 butir soal. Adapun hasil tes yang dilakukan untuk menilai kondisi awal siswa adalah sebagai berikut. Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif pada Kondisi Awal Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 20 Nilai Rata-rata 50 Standar Deviasi 16 Siswa yang Tuntas 15 % Siswa yang Tuntas 51,72 % Siswa yang Belum Tuntas 14 % Siswa yang Belum Tuntas 48,27 % Dari data di atas terlihat dengan jelas betapa kecil prosentase siswa yang belum tuntas. Dari KKM yang ditentukan sebesar 75, mayoritas siswa belum dapat mencapainya. Hal ini menunjukkan rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa. Terlihat pula adanya ketimpangan yang cukup besar antara nilai tertinggi dan terendah.

41 4.1.2. Deskripsi Siklus I 4.1.2.1. Rencana Tindakan Dari gambaran umum tentang kondisi awal siswa, dapat disimpulkan adanya masalah pokok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas yang diteliti, yaitu relatif rendahnya keaktifan dan inisiatif siswa dalam pembelajaran. Hal ini akhirnya berakibat pula pada rendahnya hasil belajar. Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti membuat suatu rencana tindakan penelitian untuk siklus I dengan menyusun suatu skenario pembelajaran. Dalam skenario ini mulai dicoba penggunaan permainan Make A Match untuk pembelajaran tentang makna kata dan arti kata. Materi yang digunakan adalah sesuai Kompetensi Dasar. Permainan Make A Match pada siklus I masih dilaksanakan secara klasikal dan kelompok dan hanya melibatkan beberapa siswa yang dipilih secara acak mewakili kelompok yang ada. Tugas siswa dalam permainan baru sekedar memasangkan atau menjodohkan antara kartu kata dengan arti kata yang sesuai, hanya dipelajari siswa dari membaca dan penjelasan singkat guru. Skenario pembelajaran secara terinci tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdapat dalam lampiran 1, namun secara garis besar dapat dijelaskan seperti tabel berikut ini. Tabel 4.4 Skenario Pembelajaran Siklus I No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa A. 1 Pra Pembelajaran Menugaskan siswa membaca materi pelajaran tentang bacaan cerita dongeng Semut Binatang Kecil 2 Membuat alat permainan Make A Match tentang makna kata dan arti kata sesuai cerita B. 1 Pelaksanaan Pembelajaran Menampilkan bacaan dan gambar Membaca materi pelajaran tentang bacaan cerita dongeng Semut Binatang Kecil Memasangkan / menjodohkan kartu kata dan arti kata yang sesuai Memperhatikan gambar dan bacaan

42 2 Menjelaskan gambaran umum tentang langkah-langkah metoda Make A Match 3 Menugaskan siswa membaca kembali materi pelajaran tentang Semut Binatang Kecil 4 Menjelaskan cara-cara permainan Make A Match 5 Menunjuk 5 anak secara acak untuk bermain Make A Match 6 Menjadi yuri dan mengarahkan jalannya permainan 7 Menentukan pemenang permainan 8 Melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan Melaksanakan tugas sesuai langkah-langkah metoda Make A Match Membaca kembali materi pelajaran tentang Semut Binatang Kecil Memperhatikan penjelasan guru tentang cara permainan Make A Match Melakukan dan mengamati permainan Make A Match Bertanya kepada guru jika ada kesulitan Mendapat penghargaan bagi pemenang Bertanya/menyampaikan pendapat tentang pelaksanaan pembelajaran 9 Memberikan rangkuman materi Mencatat rangkuman materi 10 Melaksanakan evaluasi Mengerjakan lembar evaluasi 4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali pertemuan @ 3 x 35 menit. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Maret 2013, sedangkan pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Maret 2013. Pertemuan III dilaksanakan hari Selasa, 2 April 2013. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian siklus I ini, peneliti dibantu oleh 2 (dua) orang rekan sejawat sebagai kolaborator, yaitu Bapak Juni Riswanto A.Ma dan Ibu Titi Nurlatifah AG,S.Pd,SD. Kolaborator ini membantu mengobservasi aktivitas guru/peneliti dan aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran dilakukan. Setelah itu, mereka dimintai pendapat dan sarannya dalam kegiatan refleksi untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan perencanaan tindakan siklus berikutnya. 4.1.2.3. Hasil Tindakan Setelah tindakan pembelajaran pada siklus I dilakukan, diperoleh hasil observasi tentang kegiatan guru/peneliti maupun kegiatan siswa. Hasil obsevasi

43 tentang aktivitas guru selama pembelajaran dari dua pengamat diperoleh jumlah nilai rata-ratanya adalah 60,5. Sesuai kriteria yang peneliti buat, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sudah cukup baik. Lihat lampiran 3 tentang observasi kegiatan guru!. Hasil wawancara dengan kolaborator juga menunjukkan hasil serupa. Kedua kolaborator (Bpk Juni Riswanto dan Ibu Titi Nurlatifah) memberikan penjelasan yang hampir sama yaitu bahwa dalam siklus I ini peneliti bisa mengaktifkan siswa dan membuat siswa merasa senang dalam belajar. Pembelajaran ini juga dapat meningkatkan kemandirian siswa karena untuk dapat bermain Make A Match siswa harus menguasai materi yang berkaitan dengan permainan. Hal ini mendorong siswa mau belajar dan mencari sendiri sumber belajar yang diperlukan. berikut ini. Dari observasi aktivitas belajar siswa diperoleh data seperti pada tabel Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I No Aspek yang Diamati Kategori Jumlah Prosentase Anak (%) Baik 12 41,37 1 Keaktifan Cukup 10 34,48 Kurang 7 24,13 Baik 15 51,72 2 Inisiatif Cukup 12 41,37 Kurang 2 6,89 Baik 12 41,37 3 Konsentrasi Cukup 14 48,27 Kurang 3 10,34 Baik 10 34,48 4 Kerja sama Cukup 25 86,20 Kurang 4 13,79 Dengan memperhatikan data di atas dapat diketahui bahwa dengan permainan Make A Matchdalam pembelajaran, siswa yang kurang aktif, kurang konsentrasi, dan kurang bekerja sama dengan teman lain tidak ada. Anak yang

44 kurang inisiatif masih ada tetapi jumlahnya sedikit. Sebagaian besar anak memiliki konsentrasi yang baik terhadap kegiatan yang dilakukan. berikut. Dari hasil angket siswa setelah siklus I, peneliti memperoleh data sebagai Tabel 4.6 Hasil Angket tentang Penilaian Siswa Terhadap Mata Pelajaran dan Proses Pembelajaran pada Siklus I No Pertanyaan 1 Apakah Bahasa Indonesia mendengarkan termasuk pelajaran sulit? 2 Apakah mapel Bahasa Indonesia mendengarkan menyenangkan? 3 Apakah nilai Bahasa Indonesia mendengarkan kamu lebih tinggi dibanding mapel lain? 4 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan dari gurumu mudah dipahami? 5 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan dari gurumu menyenangkan 6 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan yang dilakukan gurumu membuat kamu semangat belajar? Ya (%) Jumlah Siswa yg Menjawab Raguragu (%) Tidak (%) 8 50 42 96 4 0 8 42 50 79 21 0 96 4 0 62 38 0 Dari data di atas dapat diketahui bahwa dengan permainan Make A Match, tidak ada siswa yang menganggap mata pelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan membosankan. Juga dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang menganggap pembelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan dari peneliti sulit dipahami dan membosankan sehingga sebagaian besar siswa menganggap pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti membuat siswa bersemangat dalam belajar. Tentang hasil belajar Bahasa Indonesia mendengarkan siswa dalam siklus I, peneliti mendapatkan data hasil test yang dilakukan pada akhir siklus. Test yang

45 diberikan berupa test tertulis dalam bentuk isian sejumlah 10 butir soal dan bentuk uraian sejumlah 5 butir soal. Adapun hasil tes yang diperoleh adalah seperti dalam tabel berikut ini. Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif pada Siklus I Nilai Tertinggi 85 Nilai Terendah 40 Nilai Rata-rata 63 Standar Deviasi 12 Siswa yang Tuntas 17 % Siswa yang Tuntas 58,62 % Siswa yang Belum Tuntas 12 % Siswa yang Belum Tuntas 41,37 % Dapat kita lihat bahwa setelah siklus I dilaksanakan, nilai tertinggi malah turun. Namun, nilai terendah, nilai rata-rata, dan ketuntasan belajar siswa meningkat dibanding kondisi sebelumnya. 4.1.2.4. Refleksi dan Evaluasi Kegiatan Siklus I Berdasarkan data-data yang dapat dikumpulkan, peneliti melakukan kegiatan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran siklus I. Refleksi dan evaluasi ini dilakukan dengan cara menganalisis data-data yang terkumpul dan berdiskusi dengan pengamat/kolaborator. Refleksi dan evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan/kekurangan yang ada dalam kegiatan pembelajaran, mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi beserta alternatif cara mengatasinya. Hasil refleksi dan evaluasi ini dijadikan dasar pertimbangan untuk menyusun rencana tindakan pada siklus berikutnya (siklus II). Kenyataan bahwa nilai tertinggi pada siklus I menurun dibanding nilai tertinggi pada kondisi awal merupakan salah satu hal yang perlu dicari penyebab dan cara mengatasinya. Dengan memperhatikan masukan dari kolaborator, peneliti menyimpulkan bahwa penyebab menurunnya nilai tertinggi ini adalah kurang luasnya materi yang dipelajari siswa. Sebagaimana dijelaskan di depan, kegiatan utama dalam permainan Make a match pada siklus I hanya memasang /

46 menjodohkan kartu kata dengan kartu jawaban. Untuk itu dalam siklus II perlu dicarikan alternatif cara mengatasinya. Dari hasil refleksi dan evaluasi siklus I, peneliti menyimpulkan beberapa kelebihan kegiatan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut: a. Guru menjadi lebih aktif karena mau mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebelumnya; b. Guru mampu mendorong siswa untuk belajar secara mandiri dan mencari materi belajar dari berbagai sumber; c. Selama pembelajaran dengan permainan Make A Match siswa terlihat cukup aktif, memiliki konsentrasi yang relatif tinggi, dan mendorong siswa untuk bekerja sama dengan teman lain; d. Sebagaian besar siswa menganggap pembelajaran dengan permainan Make A Match menyenangkan, membuat semangat belajarnya bertambah, dan mengurangi anggapan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan sulit; e. Melalui permainan Make A Match, hasil belajar siswa relatif baik, selisih antara nilai tertinggi dan terendah relatif kecil; Ada pula beberapa kelemahan dan hambatan yang dihadapi, yaitu: a. Permainan Make A Match yang dilaksanakan secara klasikal, membuat siswa yang tidak mendapat giliran bermain relatif kurang aktif dan konsentrasinya berkurang; b. Tugas siswa dalam permainan yang hanya menjodohkan kartu kata dengan kartu jawaban membuat pengetahuan siswa kurang luas; c. Waktu yang diperlukan untuk menyiapkan alat permainan Make A Match cukup lama sehingga mengurangi waktu untuk kegiatan lain; d. Untuk menjodohkan pasangan yang sesuai pertama siswa mengalami kesulitan. Dengan memperhatikan indikator kinerja yang telah ditetapkan, peneliti menilai bahwa penelitian tindakan yang telah dilaksanakan sampai siklus I ini belum berhasil. Data yang bersifat kualitatif memang telah menunjukkan adanya peningkatan dibanding kondisi awal, tetapi melihat data hasil belajar siswa yang

47 bersifat kuantitatif siswa yang telah mencapai ketuntasan baru 58,62 %. Penelitian dianggap berhasil jika minimal 75 % siswa mencapai ketuntasan. Melihat kenyataan ini, peneliti memutuskan untuk melanjutkan kegiatan penelitian dengan kegiatan siklus II. 4.1.2.5. Program Tindak Lanjut Dengan memperhatikan data tes hasil belajar siswa pada siklus I, peneliti membuat program perbaikan dan program pengayaan. Program pengayaan diberikan kepada siswa yang telah tuntas (17 siswa), sedangkan program perbaikan diberikan kepada siswa yang belum tuntas (12 siswa). Baik program pengayaan maupun program perbaikan dilaksanakan dalam bentuk tugas terstruktur, yaitu tugas yang ditentukan oleh guru untuk dilakukan siswa tetapi pelaksanaannya di luar jam sekolah. Program pengayaan yang diberikan yaitu mencari bacaan-bacaan cerita untuk mencari makna kata yang belum dimengerti. Dalam tugas tersebut siswa diminta untuk memberi komentar tentang berita yang ada menurut pendapat mereka sendiri. Dengan memberi komentar, diharapkan siswa mau membaca berita yang ada serta berlatih menilai, menanggapi, dan mengapresiasi sesuatu. Terhadap siswa yang belum tuntas diberikan tugas untuk membaca kembali di rumah materi yang telah dipelajarinya. Setelah itu siswa diminta membuat masing-masing 10 soal yang berkaitan dengan materi tadi sekaligus dengan kunci jawabannya. Tugas perbaikan ini dilakukan secara individual. 4.1.3. Deskripsi Siklus II 4.1.3.1.Rencana Tindakan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi terhadap tindakan pada siklus I peneliti menyusun rencana tindakan siklus II. Rencana itu tertuang ke dalam RPP Siklus II (RPP terlampir dalam lampiran 1). Skenario pembelajaran siklus II kegiatan intinya sama dengan kegiatan pada siklus I, yaitu permainan Make A match. Dengan mempertimbangkan

48 kelemahan/hambatan yang dialami pada siklus I, dalam pembelajaran siklus II peneliti melakukan modifikasi dalam teknik pelaksanaannya. Agar semua siswa aktif dan ikut terlibat, permainan dilakukan secara perorangan dan kelompok. Pada tahap awal, semua siswa melaksanakan permainan dalam kelompok masing-masing. Tahap berikutnya, setiap pemenang dari masing-masing kelompok bermain lagi untuk menentukan pemenang dalam kelas. Jika pada siklus I tugas pemain hanya memasang / menjodohkan kartu kata dengan kartu jawaban, dalam siklus II tugas pemain ditambah dengan menjelaskan hal-hal penting yang terkait dengankata yang bersangkutan, misalnya: makna kata yang lain dan hal-hal lain yang sesuai. Tambahan penjelasan ini tidak wajib, tetapi diberi penghargaan jika bisa dilakukan. Pembuatan alat permainan Make A Match pada siklus II ini melibatkan siswa secara berkelompok. Tujuannya agar pekerjaan guru/peneliti lebih ringan sekaligus memberi pengalaman pada siswa dalam menyiapkan sarana belajar secara mandiri. Guru memberi bacaan-bacaan lain kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya tiap kelompok mencari makna kata yang belum dimengerti. Tugas ini dikerjakan siswa di luar jam sekolah sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran yang lain.. Secara kronologis, skenario pembelajaran siklus II adalah seperti tertera pada tabel berikut ini. Tabel 4.8 Skenario Pembelajaran Siklus II No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa A. 1 Pra Pembelajaran Menugaskan siswa mendengarkan dan membaca materi pelajaran tentang bimbi 2 Membuat kartu kata dan kartu jawaban untuk dipasangkan B. 1 Pelaksanaan Pembelajaran Menampilkan gambar dan bacaan disertai pertanyaan sebagai apersepsi Membaca dan mendengarkan materi pelajaran tentang bacaan bimbi Membantu guru memasangkan / menjodohkan kartu kata dengan kartu jawaban Memperhatikan dan menjawab pertanyaan

49 2 Menjelaskan gambaran umum tentang bacaan bimbi Mencari makna kata yang sulit dalam bacaan bimbi 3 Menugaskan salah satu siswa membaca kembali materi pelajaran tentang bimbi Membaca kembali materi pelajaran tentang bacaan bimbi 4 Menjelaskan cara-cara permainan Make A Match Memperhatikan penjelasan guru tentang cara permainan Make A Match 5 Menugaskan siswa bermain Make A Match secara kelompok Melakukan permainan Make A Matchsecara perorangan dan kelompok 6 Menjadi yuri dan mengarahkan jalannya permainan Bertanya kepada guru jika ada kesulitan 7 Menentukan pemenang permainan Mendapat penghargaan bagi pemenang 8 Melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan Bertanya/menyampaikan pendapat tentang pelaksanaan pembelajaran 9 Memberikan rangkuman materi Mencatat rangkuman materi Melaksanakan evaluasi Mengerjakan lembar evaluasi 10 4.1.3.1. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali pertemuan @ 3 x 35 menit. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 11 April 2013, sedangkan pertemuan II dilaksanakan pada hari Jumat, 12 April 2013, Pertemuan III Sabtu, 13 April 2013. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian siklus II ini, peneliti juga masih dibantu oleh 2 (dua) orang rekan sejawat sebagai kolaborator, yaitu Bapak Juni Riswanto dan Ibu Titi Nurlatifah. Kolaborator ini membantu mengobservasi aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran dilakukan. Setelah itu, mereka dimintai pendapat dan sarannya dalam kegiatan refleksi dan evaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Mereka juga membantu mengadakan angket dan mewawancarai siswa yang dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran selesai.

50 4.1.3..2. Hasil Tindakan Setelah tindakan pembelajaran pada siklus II dilakukan, diperoleh hasil observasi tentang kegiatan guru/peneliti maupun kegiatan siswa. Hasil obsevasi tentang aktivitas guru selama pembelajaran dari dua pengamat diperoleh jumlah nilai rata-rata 75,5. Sesuai kriteria yang peneliti buat, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik. (Lihat lampiran 3 tentang observasi kegiatan guru!) Hasil wawancara dengan kolaborator juga menunjukkan hasil serupa. Kedua kolaborator (Juni Riswanto dan Titi Nurlatifah) memberikan penjelasan yang hampir sama yaitu bahwa dalam siklus II ini peneliti bisa lebih mengaktifkan siswa karena semua siswa diberi kesempatan ikut bermain. Pembelajaran juga membuat siswa merasa senang dalam belajar, meningkatkan kemandirian siswa, dan pengetahuan siswa lebih luas. Adapun dari observasi terhadap aktivitas belajar siswa diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II No Aspek yang Diamati Kategori Jumlah Prosentase Anak (%) Baik 21 72,41 1 Keaktifan Cukup 8 27,58 Kurang 0 0 Baik 19 65,51 2 Inisiatif Cukup 10 34,48 Kurang 0 0 Baik 21 72,41 3 Konsentrasi Cukup 8 27,58 Kurang 0 0 Baik 25 86,20 4 Kerja sama Cukup 4 13,79 Kurang 0 0 Dari data di atas dapat diketahui bahwa setelah siklus II dilaksanakan, siswa yang kurang aktif, kurang inisiatif, kurang konsentrasi, dan kurang bekerja sama dengan teman lain tidak ada. Sebagaian besar anak memiliki keaktifan, konsentrasi, dan kemampuan bekerja sama yang baik. Dari segi inisiatif,

51 sebagaian besar siswa masih dalam kategori cukup. Hal ini berarti banyak siswa yang berani bertanya atau mengungkapkan pendapatnya. Adapaun dari hasil angket siswa setelah siklus II, peneliti memperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.10 Hasil Angket tentang Penilaian Siswa Terhadap Mata Pelajaran dan Proses Pembelajaran pada Siklus II No Pertanyaan 1 Apakah Bahasa Indonesia mendengarkan termasuk pelajaran sulit? 2 Apakah mapel Bahasa Indonesia mendengarkan menyenangkan? 3 Apakah nilai Bahasa Indonesia mendengarkan kamu lebih tinggi dibanding mapel lain? 4 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan dari gurumu mudah dipahami? 5 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan dari gurumu menyenangkan 6 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan yang dilakukan gurumu membuat kamu semangat belajar? Jumlah Siswa yg Menjawab Raguragu Tidak Ya (%) (%) (%) 0 58 42 100 0 0 17 33 50 88 12 0 96 4 0 71 29 0 Dari data di atas dapat diketahui bahwa setelah siklus II, tidak ada siswa yang menganggap mata pelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan sebagai mata pelajaran yang sulit. Bahkan semua siswa menganggap Bahasa Indonesia mendengarkan merupakan mata pelajaran yang menyenangkan. Sebagaian besar siswa menganggap bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan yang telah dilakukan oleh peneliti mudah dipahami, menyenangkan, dan membuat mereka bersemangat belajar. Adapun melalui tes yang dilakukan pada akhir siklus II ini, diperoleh data hasil belajar IPS siswa seperti dalam tabel berikut ini.

52 4.1.3.2. Refleksi dan Evaluasi Kegiatan Siklus II Berdasarkan data-data yang dapat dikumpulkan, peneliti melakukan kegiatan refleksi dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran siklus II. Refleksi dan evaluasi ini dilakukan dengan cara menganalisis data-data yang terkumpul dan berdiskusi dengan pengamat/kolaborator. Dari hasil refleksi dan evaluasi siklus II ini, peneliti menyimpulkan beberapa kelebihan kegiatan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut. a. Alat permainan yang disediakan guru lebih banyak sehingga cukup untuk semua kelompok yang ada; b. Guru mampu memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif agar lebih aktif; c. Selama pembelajaran dengan permainan Make A Match siswa terlihat cukup aktif, memiliki konsentrasi yang relatif tinggi, dan mendorong siswa untuk bekerja sama dengan teman lain; Tabel 4.11 Hasil Tes Formatif pada Siklus II Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 50 Nilai Rata-rata 78 Standar Deviasi 14 Siswa yang Tuntas 27 % Siswa yang Tuntas 93,10 % Siswa yang Belum Tuntas 2 % Siswa yang BelumTuntas 6,89 % Dari data di atas dapat diketahui bahwa sampai siklus II ini nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata, dan prosentase siswa yang tuntas lebih tinggi dari siklus I. Siswa yang belum tuntas semakin sedikit jumlahnya. d..inisiatif dan keberanian siswa dalam bertanya/mengemukakan pendapatnya bertambah, walaupun ada beberapa siswa yang masih kurang berani; d. Semua siswa menganggap pembelajaran dengan permainan Make A Match menyenangkan, membuat semangat belajarnya bertambah, dan

53 menghilangkan anggapan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan sulit; e. Melalui permainan Make A Match, hasil belajar siswa relatif baik, selisih antara nilai tertinggi dan terendah semakin kecil; Adapun kelemahan tindakan pembelajaran yang ada pada siklus II adalah bahwa pembelajaran dengan menggunakan permainan ini hanya efektif dilaksanakan jika sebelumnya siswa telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang materi yang akan dijadikan tema permainan. 4.1.3.3. Program Tindak Lanjut Dengan memperhatikan data tes hasil belajar siswa pada siklus II, peneliti membuat program perbaikan dan program pengayaan. Program pengayaan diberikan kepada siswa yang telah tuntas (24 siswa), sedangkan program perbaikan diberikan kepada siswa yang belum tuntas (5 siswa). Baik program pengayaan maupun program perbaikan dilaksanakan dalam bentuk tugas terstruktur, yaitu tugas yang ditentukan oleh guru untuk dilakukan siswa tetapi pelaksanaannya di luar jam sekolah. Program pengayaan yang diberikan yaitu mencari bacaan-bacaan untuk mencatat makna kata yang sulit dan mencari artinya. Tugas pengayaan ini dilaksanakan secara berkelompok @ 2 3 orang. Dalam tugas tersebut siswa diminta untuk memberi komentar tentang berita yang ada menurut pendapat mereka sendiri. Dengan memberi komentar, diharapkan siswa mau membaca bacaan yang ada serta berlatih menilai, menanggapi, dan mengapresiasi sesuatu. Terhadap siswa yang belum tuntas diberikan tugas untuk membaca kembali di rumah materi yang telah dipelajarinya. Setelah itu siswa diminta membuat masing-masing 10 soal yang berkaitan dengan materi tadi sekaligus dengan kunci jawabannya. Tugas perbaikan ini dilakukan secara individual. 4.2. Hasil Analisis Data Setelah 2 (dua) kali siklus pembelajaran dilakukan data-data yang terkumpul dapat diperbandingkan sebagai berikut.

54 Jumlah nilai dari hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus II terjadi peningkatan dibanding pada siklus I. Ini berarti bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus II secara teoritis lebih baik daripada siklus I. Guru dapat mengelola kelas dengan lebih baik sehingga aktivitas belajar siswa pun meningkat. Hal ini selaras dengan hasil observasi aktivitas belajar siswa seperti pada tabel berikut ini. Tabel 4.12 Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa No Aspek yang Prosentase (%) Kategori Diamati Kondisi Awal Siklus I Siklus II Baik 17 50 64 1 Keaktifan Cukup 33 50 36 Kurang 50 0 0 Baik 17 19 33 2 Inisiatif Cukup 31 72 67 Kurang 52 9 0 Baik 25 61 61 3 Konsentrasi Cukup 58 39 39 Kurang 17 0 0 Baik 17 39 83 4 Kerja sama Cukup 78 61 17 Kurang 5 0 0 Data di atas menunjukkan bahwa keaktifan, inisiatif, konsentrasi, dan kerja sama siswa dari kondisi awal sampai siklus II hampir semuanya menunjukkan peningkatan. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan dalam indikator. Adapun dari hasil angket tentang penilaian siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran dari kondisi awal sampai siklus II dapat dilihat adanya perubahan sikap siswa ke arah yang positif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.13 Analisis Penilaian Siswa Terhadap Mata Pelajaran Dan Proses Pembelajaran No Pertanyaan Jumlah Siswa yg Menjawab Ya (%) Ragu-ragu (%) Tidak (%) KA S I S II KA S I S II KA S I S II

55 1 Apakah Bahasa Indonesia mendengarkan termasuk pelajaran sulit? 2 Apakah mapel Bahasa Indonesia mendengarkan menyenangkan? 3 Apakah nilai Bahasa Indonesia mendengarkan kamu lebih tinggi dibanding mapel lain? 4 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesi mendengarkan dari gurumu mudah dipahami? 5 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan dari gurumu menyenangkan 6 Apakah pembelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan yang dilakukan gurumu membuat kamu semangat belajar? 42 8 0 50 50 58 8 42 42 71 96 100 17 4 0 12 0 0 0 8 17 25 42 33 75 50 50 67 79 88 29 21 13 4 0 0 87 96 96 8 4 4 5 0 0 58 62 71 37 38 29 5 0 0 Jumlah siswa yang menganggap Bahasa Indonesia mendengarkan sebagai mata pelajaran yang sulit menurun drastis bahkan setelah siklus II tidak ada siswa yang menganggap Bahasa Indonesia mendengarkan sulit. Sebaliknya, siswa yang menganggap Bahasa Indonesia mendengarkan sebagai mata pelajaran yang menyenangkan meningkat. Pada akhir siklus sebagaian besar siswa merasa bahwa pembelajaran yang dilakukan guru/peneliti mudah dipahami, menyenangkan, dan membuat mereka bersemangat dalam belajar. Penilaian terhadap variabel output yaitu tentang hasil belajar Bahasa Indonesia mendengarkan siswa sampai siklus II berakhir menunjukkan juga adanya

56 prosentase peningkatan ketuntasan belajar siswa. Hal itu dapat kita lihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.14 Analisis Data Ketuntasan Belajar Siswa No Kriteria Prosentase Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I Siklus II 1 Tuntas 14 56 92 2 Belum Tuntas 86 44 8 Jumlah 100 100 100 Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Siswa pada Kondisi Awal Dalam bentuk diagram lingkaran Kondisi Awal 14% 86% Tuntas Tidak Tuntas Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Siswa pada Siklus I Siklus I 44% 56% Tuntas Tidak Tuntas

57 Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Siswa pada Siklus II 8% Siklus II 92% Tuntas Tidak Tuntas Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Siswa dari Kondisi Awal Sampai Siklus II 120% 100% 80% Dalam bentuk diagram batang 60% 40% Tidak Tuntas Tuntas 20% 0% Kondisi Awal Siklus I Siklus II Pada kondisi awal prosentase ketuntasan belajar siswa sangat kecil, namun semakin meningkat sampai siklus II. 4.3. Pembahasan Dari analisis data yang disajikan, dapat kita lihat beberapa kenyataan yang terjadi selama penelitian. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan kualitas. Guru mampu menyajikan pembelajaran lebih baik pada siklus II. Kalau pada siklus I hanya beberapa siswa yang

58 mendapat kesempatan ikut bermain, pada siklus II semua siswa ikut bermain. Penghargaan terhadap siswa yang menjadi juara juga dilakukan dengan lebih baik sehingga lebih berkesan bagi anak. Akibatnya keaktifan, inisiatif, konsentrasi, dan kerja sama siswa juga meningkat. Demikian pula motivasi belajarnya sikapnya terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Semua peningkatan ini berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yang ditunjukkan oleh meningkatnya hasil tes secara signifikan. Aspek yang peningkatannya kecil adalah inisiatif. Aspek ini meliputi keberanian bertanya dan mengeluarkan pendapat. Pada kondisi awal prosentase anak yang inisiatifnya baik hanya 17 % dan pada siklus II hanya meningkat menjadi 33 %. Dalam hal ini siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. kelompok yang mempunyai inisiatif baik walaupun tidak diberi tindakan, jumlahnya 17 %; b, kelompok yang mempunyai inisiatif baik setelah diberi tindakan; 80% c. kelompok yang inisiatifnya tetap kurang atau cukup walaupun telah diberi tindakan.3 % Dari data-data yang ada, dapat diketahui bahwa kelompok I pada umumnya berisikan anak-anak yang hasil belajarnya relatif tinggi. Artinya yang tergolong kelompok ini adalah anak-anak yang tergolong pandai dalam kelas. Kelompok II berisi anak-anak yang hasil belajarnya berada di bawah kelompok I, sedangkan kelompok III berisi anak yang hasil belajarnya juga rendah. Melihat kenyataan ini peneliti menduga ada hubungan erat antara kepandaian anak dengan kemampuan berinisiatifnya. Semakin tinggi kepandaiannya, semakin tinggi pula inisiatifnya. Tentu saja untuk memastikan hal ini diperlukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan hasil angket siswa, dapat dilihat adanya perubahan sikap siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia mendengarkan dan proses pembelajaran yang dilakukan. Pada kondisi awal terdapat 42 % siswa yang menganggap bahwa Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sulit dan 50 % siswa ragu-ragu untuk menjawabnya. Hanya 8 % siswa saja yang menganggap Bahasa Indonesia mendengarkan tidak sulit. Setelah siklus II keadaannya berubah. Tidak

59 ada siswa yang menganggap Bahasa Indonesia mendengarkan sulit, 50 % siswa ragu-ragu, dan 48 % sisanya menjawab tidak sulit. Hal di atas sejalan dengan jawaban siswa atas pertanyaan apakah Bahasa Indonesia mendengarkan termasuk pelajaran yang menyenangkan. Pada kondisi awal terdapat 71 % siswa menganggap Bahasa Indonesia mendengarkan menyenangkan, sedangkan sisanya menjawab ragu-ragu dan tidak menyenangkan. Setelah siklus II 100 % siswa menganggap Bahasa Indonesia mendengarkan menyenangkan. Berarti apa yang di nyatakan oleh Rebecca Isbel bahwa bermain adalah pekerjaan anak-anak dan anak-anak sangat gemar bermain, sangat sesuai dengan kenyataan ini. Pembelajaran yang dikemas dalam suasana bermain membuat anak menyenangi pelajaran tersebut, dan hal ini membuat motivasi belajar mereka meningkat. Berdasarkan data analisis ketuntasan belajar siswa dapat dilihat bahwa pada kondisi awal terdapat 14 % siswa yang sudah tuntas dan 86 % belum tuntas. Pada akhir siklus II terdapat 92 % siswa yang tuntas dan 8 % siswa yang belum tuntas. Dari kenyataan ini dapat ditemukan tiga kelompok siswa, yaitu: a. kelompok yang sudah tuntas sebelum diberi tindakan (5 siswa); b. kelompok yang tuntas setelah diberi tindakan (21 siswa); c. kelompok yang tidak tuntas walaupun telah diberi tindakan (3 siswa). Dari data-data yang ada dapat diketahui bahwa kelompok pertama berisi anak yang tergolong pandai di kelas (rata-rata hasil belajarnya relatif tinggi). Mereka termasuk anak yang mempunyai motivasi relatif tinggi dalam belajar. Umumnya mereka juga mempunyai prestasi yang relatif baik di semua mata pelajaran. Kelompok kedua berisi anak yang kepandaiannya berada pada kelompok menengah. Umumnya mereka mempunyai prestasi yang kurang merata pada mata-mata pelajaran yang lain. Beberapa siswa menunjukkan peningkatan hasil belajar yang cukup drastis. Dalam mata pelajaran yang lain, kelompok ini juga sering menunjukkan hal serupa. Menurut dugaan peneliti, mereka sebenarnya punya kemampuan yang baik, namun mental mereka agak labil sehingga prestasi belajarnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajarnya, termasuk di dalamnya

60 adalah model pembelajaran yang digunakan guru. Terhadap kelompok kedua inilah tindakan penelitian berfungsi secara lebih efektif. Kelompok ketiga berisi anak-anak yang rata-rata hasil belajarnya memang relatif rendah. Di antara mereka terdapat dua anak yang pernah tidak naik kelas, bahkan satu di antaranya dua kali tidak naik kelas. Tindakan penelitian kurang berpengaruh terhadap kelompok ini. Untuk mencapai ketuntasan mereka perlu mendapatkan kegiatan remedial (perbaikan) secara khusus.