BAB III PENYAJIAN DATA. 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

07 Perdagangan Trade.

BAB II PEMBAHASAN UMUM GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Langkat Tahun 2013 sebanyak 125,391 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

V. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DAN SELEKSI UMUM NO. 001/PAN-CKP/PLU-SU/DPU-LKT/2011

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DAN SELEKSI UMUM No. 03/PAN/DPU-LKT/BM/2011

I. PENDAHULUAN. banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Masyarakat. mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Mbina Pinem 1. Abstrak

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pengelolaan fiskal yang cukup mendasar. Undang-Undang Pajak

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI KELURAHAN KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 s.d.

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

11. URUSAN KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

Penerapan Algoritma K-Means Clustering Untuk Pengelompokkan Penyebaran Diare Di Kabupaten Langkat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sumber dana dari dalam negeri antara lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PBB UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DAERAH STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendapatan atau penerimaan di Indonesia yang sangat penting dan potensial

Wilayah Kerja BPP, Jumlah Desa, Jumlah Kelompok Tani dan Jumlah Penyuluh Pertanian Per Kecamatan di Kabupaten Langkat

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari pulau dan dikelilingi garis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ( sehingga pada tahun 2010 Indonesia merupakan negara yang

Kabupaten Pulau Morotai Cukup Baik.

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta

ANALISIS PERANAN DESENTRALISASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Efektivitas Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap. Target Penerimaan PBB TA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

Susanti, Liberti Pandiangan

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penerimaan negara yang saat ini sedang gencar-gencarnya

PUBLIKASI KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Edisi : Selasa, 9 Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu diantaranya pembangunan. Pembangunan dapat diartikan sebagai

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Bone Bolango

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB VI PENUTUP. dalam beberapa tahun terakhir (tahun 2009 sampai 2011) dilihat dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu Self Assesment System.

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan

PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 (NAMA SKPD) KABUPATEN BOGOR PENETAPAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2014 DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri Vol. 1 No. 1, September 2016

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

KUESIONER PENELITIAN. kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan hanya boleh ada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang terutang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

b. Melaksanakan pembinaan dan pengarahan guna peningkatan pendapatan PBB; c. Mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah. 2.

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten

LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya adalah ketersediaan dana pembangunan baik yang diperoleh dari sumbersumber

BAB IV GAMBARAN UMUM Sekilas Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerimaan Ketetapan dan Target Pajak Bumi dan Bangunan di

BAB III. TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB III GAMBARAN TENTANG PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPARKIRAN. Dasar Hukum Pengeloal Perparkiran Kota Medan meliputi:

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN SARAN

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Pajak Daerah yang dipungut oleh Provinsi

BAB V PENUTUP. 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Sebelum dan Sesudah Menjadi Pajak Daerah

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Transkripsi:

BAB III PENYAJIAN DATA 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Pemberlakuan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak Daerah di Kabupaten Langkat dimulai sejak Januari 2014. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan masih rendah dibandingkan dengan perkotaan yang masyarakatnya memiliki rasa antusiasme yang tinggi dalam membayar PBB. Berikut penulis akan menyajikan Data Potensi atau Kemampuan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dalam memungut Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaaan pada Tahun 2014 2016 adalah sebagai berikut : SPPT Jumlah SPPT Terutang SPPT Dibayar SPPT Menunggak Tabel 3.1 Potensi Penerimaan PBB-P2 tahun 2014 Tahun 2014 Jumlah SPPT Penerimaan 320.000 242.009 77.991 Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Rp. 13.467.164.979,00 Rp. 10.184.929.561,00 Rp. 3.282.235.418,00 Pada tahun 2014 jumlah SPPT terutang sebanyak 320.000 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 13.467.164.979,00, SPPT yang telah dibayar

sebanyak 242.009 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 10.184.929.561,00 dan SPPT yang menunggak sebanyak 77.991 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 3.282.235.481,00, maka dapat diketahui persentase penerimaan PBB-P2 pada tahun 2014 berdasarkan jumlah SPPT yang telah dibayar dari jumlah SPPT teturang keseluruhan ada sebesar 75,62%. SPPT Jumlah SPPT Terutang SPPT Dibayar SPPT Menunggak Tabel 3.2 Potensi Penerimaan PBB-P2 Tahun 2015 Tahun 2015 Jumlah SPPT Penerimaan 314.180 241.332 72.848 Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Rp. 14.563.554.493,00 Rp. 11.186.775.690,59 Rp. 3.376.778.802,41 Pada tahun 2015 jumlah SPPT terutang sebanyak 314.180 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 14.563.554.493,00, SPPT yang telah dibayar sebanyak 241.332 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 11.186.775.690,59 dan SPPT yang menunggak sebanyak 72.848 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 3.376,778.802,41 maka dapat diketahui persentase penerimaan PBB-P2 pada tahun 2015 berdasarkan jumlah SPPT yang telah dibayar dari jumlah SPPT teturang keseluruhan ada sebesar 76,81% Tabel 3.3 Potensi Penerimaan PBB-P2 Tahun 2016 SPPT Jumlah SPPT Terutang SPPT Dibayar SPPT Menunggak Tahun 2016 Jumlah SPPT Penerimaan 314.180 255.475 58.705 Rp. 17.618.849.059,00 Rp. 14.326.731.071,00 Rp. 3.292.118.042,00

Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Pada tahun 2016 jumlah SPPT terutang sebanyak 314.180 lembar dengan penerimaan sebesar Rp.17.618.849.059,00, SPPT yang telah dibayar sebanyak 255.475 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 14.326.731.071,00 dan SPPT yang menunggak sebanyak 58.705 lembar dengan penerimaan sebesar Rp. 3.292.118.042,00 maka dapat diketahui persentase penerimaan PBB-P2 pada tahun 2016 berdasarkan jumlah SPPT yang telah dibayar dari jumlah SPPT teturang keseluruhan ada sebesar 81,31% 6. Target dan Realisasi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Setiap kecamatan di Kabupaten Langkat membantu BAPENDA Kabupaten Langkat untuk Meningkatkan PAD Kabupaten Langkat khususnya dalam Pemungutan PBB-P2 yang dilaksanakan oleh UPT PBB Kabupaten Langkat. Berikut ini adalah Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Langkat selama tiga tahun terakhir sejak diberlakukannya Pengelolaan PBB-P2 oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat. Tingkat pencapaian realisasi penerimaan PBB-P2 tahun 2014-2016 sebesar 101,85%, 101,70%, 106,46%. Tingkat pencapaian realisasi PBB-P2 di tahun 2016 merupakan tingkat pencapaian tertinggi dari tahun 2014-2016 dan juga merupakan realisasi PBB-P2 terbesar selama tiga tahun periode 2014-2016. Sedangkan tingkat pencapaian realisasi pada tahun 2015 merupakan tingkat pencapaian realisasi terendah selama tahun 2014-2016 yaitu 101,70%.

Tabel 3.4 Daftar Realisasi Penerimaan PBB-P2 Tiap Kecamatan Tahun 2014 No Kecamatan Target Realisasi % 1 2 3 4 5 6 7 8 Bahorok Kutam baru Salapian Serapit Kuala Sei bingai Selesai Binjai 298.000.000 159.000.000 213.000.000 127.000.000 357.000.000 493.000.000 701.000.000 483.000.000 310.484.752 163.085.889 213.922.126 128.988.359 359.437.149 387.264.759 717.956.687 387.240.196 104.19 102.57 100.43 101.57 100.68 78.55 102.42 80.17 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 WIL. I 2.831.000.000 2.668.379.917 94.26 Stabat 1.511.000.000 1.109.869.608 73.45 Wampu 471.000.000 284.212.197 60.34 Secanggang 599.000.000 411.107.105 68.63 Hinai 238.000.000 216.964.065 91.16 Padang tualang 252.000.000 256.522.160 101.79 Batang 217.000.000 167.238.452 77.07 serangan Sawit seberang 47.000.000 49.804.638 105.97 Tanjung pura 545.000.000 372.108.327 81.96 WIL. II 3.789.000.000 2.867.826.552 75.69 Gebang 376.000.000 292.139.705 77.70 Babalan 531.000.000 468.210.374 88.18 Sei lepan 440.000.000 403.381.889 91.68 Brandan barat 241.000.000 212.389.565 88.13 P. Susu 403.000.000 412.935.783 102.47 Besitang 767.000.000 637.533.481 83.12 Pematang jaya 93.000.000 103.794.907 111.61 WIL. III 2.851.000.000 2.530.385.704 88.75 24 Dispenda 529.000.000 2.118.337.388 400.44 Jumlah 10.000.000.000 10.184.929.561 101.85 Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2017 Berdasarkan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan pada tahun 2014 terdapat 10 kecamatan yang berhasil merealisasikan target penerimaan diatas 100% yaitu Bahorok, Kutam Batu, Salapian, Serapit, Kuala, Selesai, Padang Tualang, Sawit Seberang, P.susu, Pematang Jaya.

Tabel 3.5 Daftar Realisasi Penerimaan PBB-P2 Tiap Kecamatan Tahun 2015 No Kecamatan Target Realisasi % 1 2 3 4 5 6 7 8 Bahorok Kutam baru Salapian Serapit Kuala Sei bingai Selesai Binjai 313.000.000,00 162.000.000,00 215.000.000,00 130.000.000,00 360.000.000,00 500.000.000,00 740.000.000,00 485.000.000,00 318.041.384,00 166.088.198,00 218.336.123,00 130.037.000,00 366.426.754,00 506.165.422,54 749.405.996,00 487.505.938,00 101.61 102.52 101.52 100.03 101.79 101.23 101.27 100.52 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 WIL. I 2.905.000.000,00 2.942.006.815,54 101.27 Stabat 1.511.000.000,00 1.137.460.859,00 75.28 Wampu 450.000.000,00 456.785.754,00 101.51 Secanggang 599.000.000,00 433.322.800,00 72.34 Hinai 245.000.000,00 247.002.646,00 100.82 Padang tualang 270.000.000,00 281.137.073,00 104.12 Batang 185.000.000,00 191.599.060,00 103.57 serangan Sawit seberang 49.000.000,00 53.181.109,00 108.53 Tanjung pura 465.000.000,00 398.852.221,00 85.77 WIL. II 3.774.000.000,00 3.199.341.522,00 84.77 Gebang Babalan Sei lepan Brandan barat P. Susu Besitang Pematang jaya 380.000.000,00 535.000.000,00 445.000.000,00 245.000.000,00 450.000.000,00 770.000.000,00 96.000.000,00 328.730.575,00 539.613.962,00 447.507.857,00 152.252.253,00 473.771.461,00 774.501.475,00 105.146.632,00 86.51 100.86 100.56 62.14 105.28 100.58 109.53 WIL. III 2.921.000.000,00 2.821.524.215,00 96.59 24 Dispenda 1.400.000.000,00 2.223.903.138,00 158.85 Jumlah 11.000.000.000,00 11.186.775.690,54 101.70 Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Tahun 2017 Berdasarkan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan pada tahun 2015 terdapat 18 kecamatan yang berhasil merealisasikan target penerimaan diatas 100% yaitu Bahorok, Kutam Batu, Salapian, Serapit, Kuala, Sei Bingai, Selesai, Binjai, Wampu, Hinai, Padang Tualang, Batang Serangan, Sawit Seberang, Babalan, Sei Lepan, P.susu, Besitang, Pematang Jaya.

Tabel 3.6 Daftar Realisasi Penerimaan PBB-P2 Tiap Kecamatan Tahun 2016 No Kecamatan Target Realisasi % 1 2 3 4 5 6 7 8 Bahorok Kutam baru Salapian Serapit Kuala Sei bingai Selesai Binjai 338.000.000 178.000.000 250.000.000 148.000.000 410.000.000 740.000.000 1.020.000.000 488.000.000 365.500.852 198.170.313 253.829.869 149.150.772 411.369.238 576.100.969 1.235.190.310 491.905.600 108.14 111.33 101.53 100.78 100.33 77.85 121.10 100.80 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 WIL. I 3.572.000.000 3.681.217.923 103.06 Stabat 1.897.000.000 1.243.695.301 65.56 Wampu 520.626.000 524.094.619 100.67 Secanggang 500.000.000 502.003.000 100.40 Hinai 265.000.000 265.881.469 100.33 Padang tualang 327.000.000 327.202.545 100.06 Batang 245.000.000 265.620.472 108.42 serangan Sawit seberang 55.000.000 55.353.480 100.64 Tanjung pura 578.000.000 491.855.826 85.10 WIL. II 4.387.626.000 3.675.706.712 83.77 Gebang Babalan Sei lepan Brandan barat P. Susu Besitang Pematang jaya 430.000.000 570.000.000 610.000.000 242.000.000 554.000.000 871.000.000 103.000.000 388.535.223 582.453.668 634.217.180 265.334.306 1.559.346.299 881.350.001 163.055.565 90.36 102.18 103.97 109.64 281.47 101.19 158.31 WIL. III 3.380.000.000 4.474.292.242 132.38 24 Dispenda 2.117.374.000 2.495.514.140 117.86 Jumlah 13.457.000.000 14.236.731.017 106.46 Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Tahu Berdasarkan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan pada tahun 2016 terdapat 19 kecamatan yang berhasil merealisasikan target penerimaan diatas 100% yaitu Bahorok, Kutam Batu, Salapian, Serapit, Kuala, Selesai, Binjai, Wampu, Secanggang, Hinai, Padang Tualang, Batang Serangan, Sawit Seberang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, P.susu, Besitang, Pematang Jaya.

Dari daftar realisasi yang ingin dicapai BAPENDA Kabupaten Langkat, untuk meningkatkan PAD Kabupaten Langkat dalam hal ini pemungutan PBB-P2 sangat diperlukan, jika dilihat dari Potensi penerimaannya nampaknya masih belum memenuhi dalam hal kepatuhan pembayaran pajak Bumi dan Bangunan.penulis beranggapan bahwa realisasi yang didapatkan dibapenda masih bisa ditingkatkan kedepannya. 7. Perbedaan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PBB-P2 Berdasarkan Jumlah SPPT Dengan Target Yang Telah Ditetapkan Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Di Kabupaten Langkat pada tahun 2014 sampai dengan 2016 hanya sekitar 75% - 81% wajib Pajak yang patuh dalam membayar PBB-P2, tetapi menariknya dari Persentase tersebut Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat mampu mencapai target realisasi 100%. Yang pada saat itu terhitung 3 (tiga) tahun berjalannya Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat mengelola PBB-P2 pasca pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak Daerah. Pada tahun 2014 menetapkan target sebesar Rp. 10.000.000.000 Sedangkan dari hasil realisasi hanya 242.009 SPPT yang berhasil dikeluarkan dengan pendapatan sebesar Rp.10.184.929.561 Ini berarti realisasi pendapatan dari PBB mencapai target sebesar 101,85%. Pada tahun 2015 target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat sebesar Rp.11.000.000.000 sedangkan dari hasil realisasi hanya 241.332 SPPT yang berhasil dikeluarkan dengan pendapatan sebesar Rp.11.186.775.690 berarti realisasi pendapatan dari PBB mencapai target sebesar 101,70%.

Dan pada tahun 2016 target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat sebesar Rp.13.457.000.000 sedangkan dari hasil realisasi hanya 255.475 SPPT yang berhasil dikeluarkan dengan pendapatan sebesar Rp.14.326.731.017 berarti realisasi pendapatan dari PBB mencapai target sebesar 106,46%. 8. Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat penulis mengajukan beberapa pertanyaan dan mendapatkan jawabansebagai berikut: a. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Bagaimana kondisi penerimaan pembayaran PBB-P2 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat ini selama tiga tahun terakhir, mengalami peningkatan atau malah menagalami penurunan sejak tahun diberlakukan nya pengalihan? Berdasarkan penerimaan pembayaran PBB-P2 yang diperoleh Di Badan Pendapatan Daerah Kabupten Langkat mengalami peningkatan setiap tahunnya ditinjau dari target dan realisasi Penerimaannya yang pada tahun 2014 sebesar101.85%, pada tahun 2015 sebesar 101.70%, dan tahun 2016 sebesar 106.46%. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2 di Badan Daerah Kabupaten Langkat? Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, Jarak tempuh yang terbilang jauh menuju tempat pembayaran PBB-P2, Adanya

anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak tidak bisa dinikmati secara langsung, Minimnya sosialisasi kepada masyarakat dikarenakan kurangnya SDM yang membidangi pengelolaan PBB-P2 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, Kondisi ekonomi masyarakat yang kecil, Tingkat kebenaran data di SPPT dengan fakta objek pajak yang sebenarnya. c. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Apa saja upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2? Memberikan sosialisasi kepada wajib pajak sehingga wajib pajak mengetahui serta dapat menambah pengetahuan tentang manfaat serta peran pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan, Melakukan peningkatan pelayanan, Mempermudah pelayanan, Mengadakan pekan panutan, Melakukan upaya pendekatan terhadap Wajib Pajak.

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengelolaan dan Pemungutan PBB-P2 Kabupaten Langkat Pajak Bumi dan Bangunan pada awalnya merupakan pajak pusat yang alokasi penerimannya dialokasikan ke daerah-daerah dengan proporsi tertentu, namun demikian dalam perkembangannya berdasarkan Undang Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pajak ini khususnya sektor perdesaan dan perkotaan menjadi sepenuhnya pajak daerah. Pengalihan pengelolaan PBB-P2 kepada pemerintah daerah paling lambat diserahkan pada awal tahun 2014, sehingga bagi pemerintah daerah yang sudah siap mengelola PBB-P2 sebelum tahun 2014 bisa melaksanakannya paling cepat sejak tahun 2011.Dengan adanya Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan dari pusat ke daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD). Di Kabupaten Langkat Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan mulai berlaku menjadi Pajak Daerah dimulai sejak Januari 2014. Dikarenakan adanya masa transisi yang diberikan pemerintah pusat dimulai sejak diberlakukannya pengalihan selama 5 tahun, pemerintah memberikan waktu untuk Badan Pendapatan Daerah melakukan Persiapan seperti persiapan SDM, server dan sarana prasarana. Oleh karena itu Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat baru bisa memenuhi persiapan tersebut pada akhir 2013 dan baru mulai diberlakukan pada tahun 2014

Berikut dapat dilihat pada tabel 4.1 yaitu persentase tingkat kepatuhan berdasarkan pencapaian realisasi dari target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat : Tabel 4.1 Persentase tingkat kepatuhan berdasarkan Pencapaian Realisasi Target No Tahun Target Realisasi Persentase 1 2 3 2014 2015 2016 Sumber : Data diolah 10.000.000.000 11.000.000.000 13.457.000.000 10.184.929.561 11.186.775.690 14.326.731.017 101.85% 101.70% 106.46% Berdasarkan table 4.1 dapat diketahui bahwa persentase pencapaian target pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat pada tahun 2014 sampai tahun 2016 sudah melebihi target yakni pada tahun 2014 mencapai 101,85% lalu pada tahun 2015 mencapai 101,70% kemudian kembali mengalami peningkatan pada tahun 2016 mencapai 106,46% hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di kabupaten langkat tinggi, namun jika persentase tingkat kepatuhan wajib pajak diukur berdasarkan jumlah SPPT yang dibayar dari keseluruhan jumlah SPPT terutang tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan tidak mencapai 100%. Ada pun tingkat kepatuhan berdasarkan jumlah SPPT yang dibayar dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Persentase Tingkat Kepatuhan WP berdasarkan jumlah SPPT Tahun 2014 2015 2016 Sumber : Data diolah SPPT Terutang 320.000 314.180 314.180 SPPT Menunggak 77.991 72.848 58.705 SPPT yang Dibayar 242.009 241.332 255.475 Persentase Tingkat Kepatuhan 75.62% 76.81% 81.31% Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persentase tingkat kepatuhan wajib pajak pada tahun 2014 hanya mencapai 75,62% kemudian mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan pada tahun 2015 hanya mencapai 76,81% yang kemudian meningkat lagi pada tahun 2016 mencapai 81,31%. Hal itu dikarenakan tingkat kepatuhan wajib pajak berdasarkan target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Daerah dihitung berdasarkan jumlah nominal pembayaran PBB-P2 yang telah direncanakan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, sedangkan tingkat kepatuhan wajib pajak berdasarkan jumlah SPPT yang dibayar dari keseluruhan jumlah SPPT terutang dihitung berdasarkan jumlah transaksi pembayaran PBB-P2 sehingga terdapat kemungkinan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dapat menerima jumlah realisasi Pembayaran PBB-P2 yang lebih besar apabila jumlah SPPT yang dibayar wajib pajak mengalami peningkatan yang secara langsung akan mempengaruhi jumlah realisasi pembayaran PBB-P2. B. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2 Berdasarkan Data yang di diperoleh penulis selama melakukan penelitian, tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan selama kurun waktu tiga tahun terakhir sejak

diberlakukannya Pengalihan PBB-P2 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dapat dilihat pada Grafik : Grafik 4.1 Tingkat kepatuhan Wajib Pajak TINGKAT KEPATUHAN (%) 82 81 80 79 78 77 76 75 74 73 72 2014 2015 2016 TINGKAT KEPATUHAN (%) Sumber : Data Diolah Pada tahun 2014 tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak PBB- P2 sebesar 75,62%, pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 1,19% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat kepatuhan meningkat menjadi 76,81%, dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 4,5% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat kepatuhan meningkat menjadi 81,31%. Dapat diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2 mengalami peningkatan, maka meningkat pula penerimaannya. Peningkatan penerimaan PBB-P2 Di Kabupaten Langkat erat kaitannya dengan kontribusi yang diberikan PBB-P2 terhadap PAD Kabupaten Langkat. Dapat diketahui bahwa

kontribusi yang diberikan PBB-P2 terhadap PAD Kabupaten Langkat selama tahun 2014-2016 mengalami peningkatan. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2 Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Kepala Bidang pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dapat diketahui Beberapa Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak, diantaranya : Kurangnya kesadaran masyarakat, walaupun sebagian besar masyarakat di Kabupaten Langkat sudah menyadari pentingnya membayar PBB, tetapi tidak sedikit pula masyarakat yang masih belum menyadari akan kewajibannya sebagai Wajib Pajak PBB yang memanfaatkan Tanah dan Bangunan. Masyarakat menganggap pembangunan daerah bukanlah tanggung jawab mereka. Padahal seharusnya mereka sadar bahwa fasilitas sarana dan prasarana yang mereka manfaatkan sebenarnya adalah hasil dari penerimaan PBB. Jauhnya jarak tempuh menuju tempat pembayaran, Wilayah yang cukup luas dan banyaknya jumlah wajib pajak yang terdapat di wilayah Kabupaten Langkat jika dibandingkan dengan jumlah petugas sangat jauh berbeda sehingga kurangnya sosialisasi, yang menyebabkan masyarakat belum terinformasi akan pentingnya membayar PBB-P2 yang nantinya bermanfaat untuk pembangunan daerah. Terdapat perbedaan antara kebenaran data di SPT dengan objek pajak yang sebenarnya dilapangan menjadi salah satu faktor wajib pajak enggan

membayar pajak dikarenakan tidak adanya pelaporan setelah melakukan pengalihan atas kepemilikan, kesalahan dalam penulisan data objek maupun data wajib pajak. Kondisi Perekonomian masyarakat yang kecil,kabupaten Langkat yang terdiri dari desa-desa yang sebagian besar penduduknya berpenghasilan kecil, oleh karena itu mereka tidak mampu dan merasa terbebani jika harus membayar PBB yang terutang karena beralasan lebih mengutamakan kebutuhan hidup sehari-hari yang lebih penting seperti kebutuhan pangan dan biaya pendidikan daripada membayar pajak. Minim sosialisasi oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat ini menyangkut masalah sumber daya yang kurang, yaitu dari tim lapangan yang ada masih kurang, dan tim penilai yang ada tidak terlalu maksimal, mungkin itu malasalah yang di hadapi bapenda khususnya UPT PBB-P2, serta masalah eksternal dari bapenda yaitu wajib pajak itu sendiri, mengapa wajib pajak, karena bapenda telah menghitung dan mengimput data sesuai yang diberikan oleh wajib pajak itu sendiri.dan ternyata masih ada wajib wajib pajak yang kurang disiplin. D. Upaya-upaya Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2 Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Kepala Bidang pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, Ada pun upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat dengan Melakukan peningkatan pelayanan di Kantor Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Langkat dengan membangun sarana prasarana, hal ini diharapkan mampu menambah kenyamanan dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Memberikan sosialisasi kepada wajib pajak sehingga wajib pajak mengetahui serta dapat menambah pengetahuan tentang manfaat serta peran pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan, sosialisasi dilakukan melalui Media cetak seperti ; spanduk, famplet, koran, brosur, Perangkat kecamatan dan perangkat desa/kelurahan yang nantinya diharapkan akan mensosialisasikan kemasyarakatnya, serta melakukan Sosialisasi langsung kepada wajib pajak potensial seperti Perusahaan-perusahaan. Mempermudah pelayanan dengan mobil keliling, Bupati Langkat juga meluncurkan Mobil Kas Pelayanan Pembayaran PBB-P2 yang diberikan oleh Pimpinan PT. Bank Sumut, yang tujuannya untuk melayani para wajib pajak yang ada di desa-desa dengan motonya "Menjelajah Desa Menjemput Pajak " Mengadakan pekan panutan, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat rutin mengadakan suatu kegiatan yaitu Pekan Panutan berupa apresiasi terhadap Wajib Pajak yang patuh dan tepat waktu dalam membayar pajaknya dengan pemberian hadiah (doorprize) dengan diadakannya pengapresiaan oleh pemerintah kepada masyarakat diharapkan mampu meningkatkan antusiasme dan kepedulian masyarakat dalam membayar pajak Melakukan upaya pendekatan terhadap Wajib Pajak PBB agar tidak menghindari untuk membayar PBB dan tidak menganggap pajak sebagai beban, tetapi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi Wajib Pajak PBB untuk memajukan dan mengembangkan pembangunan daerah Kabupaten

Langkat. Penyampaiannya bisa melalui acara yang formal ataupun informal. Acara formal biasanya menggunakan format acara yang disusun sedemikian rupa secara resmi. Contohnya: Sosialisasi bendaharawan, seminar dan sebagainya. Acara informal biasanya menggunakan format acara yang lebih santai dan tidak resmi. Contohnya: Ngobrol santai dengan wartawan, dengan tokoh masyarakat, dan sebagainya. Dengan tingginya intensitas informasi yang diterima oleh masyarakat, maka dapat secara perlahan merubah mindset masyarakat tentang pajak ke arah yang positif.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di Bab sebelumnya, maka sebagai akhir dari penulisan ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pajak Bumi dan Bangunan pada awalnya merupakan pajak pusat yang alokasi penerimannya dialokasikan ke daerah-daerah dengan proporsi tertentu, namun demikian dalam perkembangannya berdasarkan Undang Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pajak ini khususnya sektor perdesaan dan perkotaan menjadi sepenuhnya pajak daerah. Pengalihan pengelolaan PBB-P2 kepada pemerintah daerah paling lambat diserahkan pada awal tahun 2014, sehingga bagi pemerintah daerah yang sudah siap mengelola PBB-P2 sebelum tahun 2014 bisa melaksanakannya paling cepat sejak tahun 2011.Dengan adanya Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan dari pusat ke daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD). Di Kabupaten Langkat Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan mulai berlaku menjadi Pajak Daerah dimulai sejak Januari 2014. 2. Berdasarkan target yang ditetapkan oleh Badan Pendapatan Darerah dalam tiga tahun terakhir sejak diberlakuannya Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaaan menjadi Pajak Daerah dan dikelola oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat realisasi penerimaannya melebihi

target dan meningkat setiap tahunnya yaitu Rp.10.184.929.561 dari target Rp.10.000.000.000 pada tahun 2014, Rp.11.186.775.690 dari target Rp.11.000.000.000 dan pada tahun 2015, dan Rp.14.326.731.017 dari target Rp.13.457.000.000 pada tahun 2016. 3. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Langkat selama kurun waktu tiga tahun terakhir sejak diberlakukannya Pengalihan PBB-P2 di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat mengalami peningkatan setiap tahunnya, Pada tahun 2014 tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak PBB-P2 sebesar 75,62%, pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 1,19% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat kepatuhan meningkat menjadi 76,81%, dan pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 4,5% dari tahun sebelumnya sehingga tingkat kepatuhan meningkat menjadi 81,31%. 4. Adanya kesalahan teknis berupa alamat yang tertera di SPPT tidak sama dengan yang kenyataannya, banyaknya SPPT sehingga menyulitkan petugas dalam memilah-milah SPPT sesaui dengan RW ataupun RT, dan banyaknya tanah dan bangunan kosong yang sudah berpindah tangan atau sudah dijual kepda pihak lain dan pemiliknya sebelumnya tidak melaporkannya kepda pihak kelurahan sehingga sangat menyulitkan petugas dalam penyaluran SPPT.

B. Saran Selain menarik kesimpulan diatas, penulis juga mengajukan saran-saran, yang mana nantinya diharapkan dapat diterapkan dan berguna dalam meningkatkan pelayanan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat, antara lain sebagai berikut : 1. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat harus sering mengadakan sosialiasi guna mengajak Wajib Pajak untuk lebih sadar dan ikut berpartisipasi dalam membayar pajak terutama PBB-P2 salah satunya dengan cara Melakukan sosialisasi melalui media cetak dan elektronik 2. Melakukan pendataan ulang bagi objek pajak yang dirasa sudah tidak sesuai untuk pembaruan penentuan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). dan Mengadakan pemutakhiran data pola SISMIOP (Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak). Dengan pemutakhiran data diharapkan objek PBB dapat tergali dengan lebih optimal sehingga dapat ditingkatkan agar pembangunan berjalan dengan baik karena sumber pendapat daerah semakin meningkat. 3. Menambah jumlah SDM dalam bidang pajak daerah khususnya yang menangani PBB-P2 agar dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. 4. Lebih meningkatkan koordinasi dengan aparatur pemerintah seperti Camat dan Kades/Lurah guna meningkatkan potensi PBB agar segera disampaikan kepada Wajib Pajak. Sebab aspek penting untuk meningkatkan realisasi penerimaan pajak bukan saja bagaimana sistem

penagihan tunggakan tapi meningkatkan sistem pelayanan publik dalam pelayanan dasar. 5. Melakukan strategi jemput bola dengan sarana mobling (mobil keliling) yang diharapkan lebih berperan aktif ke wilayah-wilayah yang tidak tersedia tempat pembayaran dan survey lapangan. 6. Wajib Pajak sebagai warga negara yang baik, seharusnya memberikan partisipasinya untuk ikut membangun negara dengan membayar pajak tepat waktu, untuk kepentingan dan kesejahteraan negara dan masyarakat serta memberikanmasukan baik kritikan maupun solusi kepada pemerintah berkaitan dengan pajak bumi dan bangunan.