BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hal yang penting dalam pendidikan kedokteran adalah keterlibatan langsung mahasiswa ke dalam situasi klinik yang sebenarnya. Hal ini telah diaplikasikan di semua program pendidikan kedokteran, terutama pada program pendidikan dokter tahap profesi atau biasa disebut rotasi klinik (Van Der Vleuten et al., 2000). Pendidikan dokter tahap profesi adalah suatu fase yang harus dilalui oleh mahasiswa kedokteran untuk menajdi seorang dokter. Pendidikan dokter tahap preklinik dan tahap profesi memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Pendidikan dokter tahap pre klinik lebih terstruktur, di mana mahasiswa mengikuti program yang sama, mempelajari materi yang sama, dan menyelesaikan ujian yang sama. Selain itu pendidikan pre-klinik juga didominasi oleh pembelajaran teoritis, di mana mahasiswa mempelajari ilmu medis dasar seperti biokimia, fisiologi, anatomi dan lain lain (Wimmers et al., 2006). Sedangkan dalam pendidikan dokter tahap 1
2 profesi di bagian klinik, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk melatih dan menyempurnakan beberapa keterampilan penting seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, clinical reasoning, pembuatan keputusan, empati, dan profesionalisme secara terintegrasi. (FK UGM, 2012). Hal ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dengan cara berpartisipasi langsung dalam proses pelayanan kesehatan, seperti berinteraksi dengan pasien, mengamati dokter, bedside teaching, tutorial klinik, refleksi kasus dan belajar mandiri (Van der Vleuten et al., 2000; FK UGM, 2012; Hell et al., 2009). Di lain pihak, pendidikan klinik lebih tidak seragam dibandingkan dengan pendidikan tahap preklinik. Rotasi klinik dilakukan di tempat yang berbeda beda di rumah sakit, dengan supervisi, pasien dan jenis kegiatan yang bermacam macam.variasi antar mahasiswa dan bagian ini seringkali menjadi masalah utama di pendidikan dokter tahap profesi (Wimmers et al.,2006). Untuk itulah pengertian mengenai alokasi pengalokasian waktu mahasiswa penting untuk mengetahui apakah mahasiswa merasakan pengalaman pembelajaran
3 klinik seperti yang diinginkan oleh pihak universitas (Cook et al.,1992). Walaupun analisis alokasi waktu belajar mahasiswa di rotasi klinik tidak dapat menggambarkan materi pembelajaran apa yang diajarkan atau bagaimana diajarkan, namun alokasi waktu dapat memberikan gambaran mengenai aktivitas pendidikan mahasiswa (Cook et al., 1992) Mengingat hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui jumlah waktu yang dihabiskan oleh mahasiswa di berbagai jenis kegiatan di bagian klinik selama program pendidikan dokter tahap profesi di FK UGM. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran pengalokasian waktu belajar mahasiswa di bagian klinik selama program pendidikan dokter tahap profesi di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
4 C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengalokasian waktu belajar mahasiswa di bagian klinik program pendidikan dokter tahap profesi di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui gambaran pengalokasian waktu belajar mahasiswa di bagian klinik program pendidikan dokter tahap profesi di FK UGM pada masing masing bagian. 2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan antara alokasi waktu belajar mahasiswa dan bagian. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi pemegang kebijakan dan penyusunan kurikulum dalam pengembangan sistem pendidikan dokter tahap profesi dan peningkatan kualitas sistem pendidikan FK UGM.
5 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian serupa dilakukan oleh Cook et al. (1992) yang berjudul Time Allocation of Students in Basic Clinical Clerkships in a Traditional Curriculum. Jenis penelitian ini adalah deksriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan data kuantitatif dilakukan terhadap 80 mahasiswa kedokteran yang sedang melakukan pendidikan kepaniteraan tahun ketiga di UNC Hospital selama tiga minggu. Hasil penelitian menunjukan rata rata pengalokasian waktu mandiri mahasiswa selama 11.0 jam. Waktu yang dihabiskan oleh mahasiswa untuk kegiatan pendidikan terorganisir selama 4.0 jam, chart work selama 2.4 jam, kontak dengan pasien selama 2.3 jam, belajar untuk ujian general selama 1.2 jam, aktivitas tambahan selama 1.2 jam, kegiatan procedural selama 1.0 jam dan pembelajaran terarah selama 1.0 jam. Penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan sama sama mengukur alokasi waktu
6 belajar mengajar oleh mahasiswa di bagian klinik selama program pendidikan dokter tahap profesi. Perbedaan terletak di jenis kegiatan yang diukur dan tempat penelitian. 2. Penelitianserupa dilakukan oleh Hell et al. (2009) yang berjudul Time spent on clerkship activities by student in relation to their perceptions of learning environment quality. Jenis penelitian ini adalah analisis dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan data kuantiatif dengan menggunakan paper-based diaryuntuk mengukur alokasi waktu belajar mengajar dalam program pendidikan kepaniteraan selama 2 minggu dan instrument Postgraduate Hospital Education Environment Measure (PHEEM) untuk mengukur persepesi mahasiswa terhadap kualitas lingkungan pembelajaran. Penelitian dilakukan terhadap 133 mahasiswa di 8 rotasi klinik berbeda yang melakukan pendidikan kepaniteraan di University of Groningen, Netherland. Rata rata waktu yang digunakan untuk semua
7 aktivitas hampir selama 8 jam (473 menit) setiap harinya. Rata rata alokasi waktu terbanyak digunakan untuk mengamati pembimbing/ staf klinik/ residen (40%). Alokasi waktu lebih sedikit pada kegiatan mandiri dengan pasien (12%) dan kegiatan interaksi dengan pasien dengan supervisi (6%). Total 7% dilaporkan sebagai waktu tidak produktif. Penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan sama sama mengukur alokasi waktu belajar mengajar oleh mahasiswa di bagian klinik selama program pendidikan dokter tahap profesi. Perbedaan terdapat pada lokasi penelitian dan jenis penelitian. 3. Penelitian serupa dilakukan oleh O Sullivan et al. (1997) yang berjudul Students Educational Activities during Clerkship. Penelitian kuantitatif ini dilakukan terhadap 201 mahasiswa tahun ketiga pendidikan dokter tahap profesi di 9 rumah sakit yang berbeda. Pengambilan data dilakukan dengan mengisi log
8 yang merekam aktivitas primer, tempat, pendidik dan metode pendidikan (untuk aktivitas yang disupervisi) tiap interval 15 menit dari 24 jam sehari. Hasilnya mahasiswa menerima 6.5 jam setiap harinya pembelajaran dengan instruktur dan tambahan 4.9 jam pembelajaran pendidikan dokter tahap profesi. Penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan sama sama mengukur alokasi waktu mahasiswa di bagian klinik dalam pendidikan dokter tahap profesi. Perbedaan terdapat pada jenis kegiatan yang diukur dan tempat penelitian.