PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang efektif harus didasarkan pada pemahaman tentang bagaimana mahasiswa belajar. Perkembangan teori belajar dari perspektif konstruktivisme menyebutkan bahwa pengetahuan tidak pasif diterima oleh invididu tetapi dibangun oleh individu. Individu akan belajar lebih baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman mereka. Dalam hal ini terjadi pengalihan konteks pengetahuan sebagai suatu produk menjadi pengetahuan sebagai suatu proses (Schunk, 2012; Douglas & Morris, 2014). Pembelajaran konstruktivisme memandang bahwa masing-masing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami dengan menyesuaikan dan memperluas pengetahuan baru dengan pengetahuan lama (Schunk, 2012). Perkembangan teori-teori pembelajaran pada penerapan di pendidikan tinggi semakin didukung dengan adanya konsep pembelajaran orang dewasa (adult learning). Teori pembelajaran orang dewasa dianggap sangat relevan karena populasi mahasiswa sebagai individu yang dewasa (Knowles, 1947 dalam Fry, et al., 2009). Berdasarkan prinsip pembelajaran orang dewasa, konsep experiential learning dan self regulated learning menjadi fokus penting dalam pengembangan pembelajaran (Pintrich, 2004; Bodkyn & Stevens, 2015). Mahasiswa yang menyesuaikan diri dengan baik akan terlibat dalam pembelajaran dengan menilai kembali pengetahuan mereka sebagai suatu transisi melalui berbagai cara secara terus menerus. Keterlibatan mahasiswa dalam konteks pendidikan merujuk pada waktu, energi dan sumber-sumber yang dicurahkan oleh mahasiswa untuk kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran (D Souza et al., 2013). 1

2 Mahasiswa membutuhkan energi yang mendorong untuk terlibat aktif dalam proses belajar. Energi yang mendorong dikenal dengan istilah motivasi. Motivasi menjadi determinan penting untuk keberhasilan dan kualitas belajar mahasiswa (Karabulut, Aktas & Alemdar, 2015; Rose, 2011). Motivasi akademik didefinisikan sebagai energi yang dibutuhkan untuk proses akademik. Motivasi ialah proses mendorong dan mempertahankan tujuan dengan mengarahkan perilaku (Schunk et al., 2008). Memahami faktor motivasi akan membantu untuk mengarahkan belajar mahasiswa (Rose, 2011). Ketika mahasiswa termotivasi, mahasiswa akan menunjukkan usaha belajar yang lebih baik. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan mematuhi pengajaran dan melakukan aktifitas yang berkaitan dengan proses pembelajaran seperti mengolah informasi, menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya, dan mengajukan pertanyaan. Pada saat menghadapi tantangan yang lebih sulit, siswa yang memiliki motivasi akan mengembangkan energi yang lebih besar untuk mengatasi tantangan tersebut (Douglas & Morris, 2014; Bodkyn & Stevens, 2015; Orsini et al., 2015). Mahasiswa yang termotivasi secara internal akan memandang belajar sebagai kesempatan untuk memenuhi keingintahuannya. Motivasi berkaitan dengan proses pengaturan diri individu dalam belajar (Pintrich, 1999). Faktor pengaturan diri memegang peran penting sebagai mediator antara motivasi dan pencapaian belajar (Ames, 1992). Pengaturan diri adalah keterlibatan dan keaktifan individu dalam mengatur proses belajarnya (Pintrich, 1999). Peran motivasi akan mendorong individu mau dan memiliki strategi yang sesuai untuk mengarahkan belajarnya, memperoses informasi dengan mendalam yang kemudian menghasilkan pencapaian belajar yang lebih baik (Rotgans & Schmidt, 2012). Kusurkar et al. (2013) meneliti secara kuantitatif hubungan motivasi, strategi belajar, energi belajar dan performa akademik pada 383 2

3 responden mahasiswa kedokteran University Medical Center Amsterdam. Hasil menunjukkan adanya hubungan positif antara Relative Autonomous Motivation (RAM) dengan performa akademik melalui strategi belajar mendalam dan energi belajar yang lebih besar. Motivasi intrinsic lebih berhubungan erat dengan strategi mengatasi masalah, konsep diri yang lebih baik, kreatifitas tinggi dan menunjukkan performa akademik yang lebih baik (Rose, 2011; Decy & Ryan, 2000). Li & Pan (2009) menyatakan hubungan motivasi dengan pencapaian akademik yang lebih tinggi pada mahasiswa yang berprestasi dibandingkan yang kurang berprestasi. Pertanyaan penting institusi pendidikan bagi mahasiswa adalah bagaimana mahasiswa mengarahkan proses belajarnya dan apa yang dapat dilakukan oleh institusi untuk membantu usaha tersebut?. Institusi perlu mengidentifikasi bagaimana cara mendorong mahasiswa agar mereka bisa mengatur proses belajar mereka sendiri, mengevaluasi tingkat pengetahuan yang telah dicapai dan melihat area yang membutuhkan perbaikan termasuk menyediakan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung mahasiswa (Douglas & Morris, 2014) Lingkungan belajar menciptakan suasana belajar yang mempengaruhi motivasi mahasiswa dan strategi belajar. Motivasi akan mengarahkan perilaku dan usaha mahasiswa yang terlihat dari cara mahasiswa memilih suatu strategi belajar tertentu (surface approach atau deep approach). Pemilihan strategi belajar tersebut kemudian mempengaruhi hasil belajar yang didapatkan. Untuk itu, diperlukan lingkungan belajar yang baik yang mendukung proses belajar mahasiswa (Emilia, 2003). Penelitian Pimparyon et al. (2000) pada 258 mahasiswa Ilmu Keperawatan di Thailand menyebutkan bahwa mahasiswa yang memiliki persepsi kurang baik mengenai lingkungan belajar cenderung memiliki strategi belajar surface approach dan memiliki prestasi akademik yang rendah. Emilia (2003) meneliti tentang hubungan antara lingkungan belajar, pendekatan belajar dan pencapaian hasil belajar atau kompetensi dokter muda. Penelitian dilakukan pada 209 mahasiswa tahap klinik 3

4 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan Instrumen Clinical Setting Questionnaire (CSQ). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara lingkungan belajar klinik, pendekatan belajar dan pencapaian hasil belajar mahasiswa. Penilaian mahasiswa terhadap lingkungan belajar mereka di berbagai tempat berbeda-beda. Tidak semua tempat praktek mampu memberikan lingkungan pembelajaran yang positif bagi mahasiswa. Perbedaan ini dikaitkan dengan adanya perbedaan karakteristik sumber daya dan tehnologi yang ada di setiap lahan praktek dan perkembangan teknologi di setiap negara. Haggerty, Holloway, dan Wilson (2013) dalam Kim et. al. (2014) mengidentifikasi 4 faktor keefektifan pembimbing yang mendukung pengembangan kompetensi dan kenyamanan mahasiswa. Faktor-faktor tersebut yaitu akses mahasiswa terhadap preceptor, hubungan preceptor dengan mahasiswa, kesiapan peran pembimbing dan keseluruhan budaya bimbingan yang dibentuk. Saarikoski & Leino-Kilpi (2002) meneliti persepsi lingkungan belajar klinik pada 416 mahasiswa perawat di Finland dengan hasil menunjukan bahwa metode supervisi dan suasana ruangan yang positif merupakan variable paling penting dari lingkungan belajar klinik. Penelitian Rahmani (2011) pada 133 mahasiswa keperawatan di Universitas Tabriz dengan menggunakan Clinical Learning Environment Inventory (CLEI) menunjukan pada skala personalisasi, keterlibatan, inovasi, kepuasan, dan individualisasi dinilai negative oleh mahasiswa sedangkan skala orientasi tugas dinilai positif. Lingkungan klinik sering menjadi pemicu stress bagi mahasiswa. Mahasiswa memasuki lingkungan asing yang tidak bisa ia kontrol (Elgicil & Sari, 2007). Penyebab stress mahasiswa antara lain kecemasan saat datang pertama kali, ketakutan melakukan kesalahan, kekhawatiran muncul kritik dari lingkungan, komunikasi dengan profesi lain dan dengan pasien, kontak dengan penyakit, keterampilan klinik dan prosedur di RS (Elgicil & Sari, 2007; Evan & Kelly, 2004). Hasil penelitian Nasrin et al. 4

5 (2012) tentang salah satu kondisi lingkungan belajar klinik yang menjadi sumber stress mahasiswa adalah adanya gap pengetahuan dan gap profesi. Secara pengetahuan, mahasiswa mengalami kesulitan dal mentransfer ilmu yang telah dipelajari selama pendidikan ke dalam seting klinik, beberapa keterampilan klinik yang dipelajari di seting laboratorium tidak bisa dengan mudah diterapkan sesuai keadaan di klinik. Perbedaan ini bisa menimbulkan kebingungan, stress dan kecemasan yang menjadikan turunnya motivasi dan belajar mahasiswa menjadi tidak efektif. Adanya gap antara perawat dan profesi kesehatan lain terutama dokter menjadi hal yang menurunkan motivasi mahasiswa. Ketidakberdayaan perawat ditemukan pada saat terjadi komunikasi antara dokter dengan perawat, hubungan subordinat dirasakan oleh baik mahasiswa maupun perawat. Harga diri yang tinggi perawat akan membantu menciptakan suasana yang lebih kondusif pada saat mahasiswa nantinya bekerja sebagai perawat dan bekerjasama dengan profesi kesehatan lain (Nasrin, et al., 2012) Tuntutan pelayanan dan manajerial di lahan menjadikan pembimbing sibuk dengan pekerjaan rutin sehari-hari (Kim, et al., 2014), hal ini berdampak pada kurangnya waktu bimbingan. Kurangnya waktu bimbingan juga disebabkan banyaknya mahasiswa yang praktek dalam satu bangsal dari berbagai institusi pendidikan (Kaphagawani & Useh, 2013). Meskipun mahasiswa telah mendapatkan bekal teori namun mahasiswa memerlukan pentahapan dalam praktek di RS. Pentahapan ini merupakan proses pengadaptasian mahasiswa di sebuah lingkungan yang baru pada setiap perpindahan stase. Seting ruangan dan jenis kompetensi yang berbeda pada saat rotasi stase menimbulkan kecemasan dan rasa tidak percaya diri jika tidak ada pengamatan dan pendampingan dengan pembimbing (Kim, et al, 2014; Lawal et al., 2015; Kaphagawani & Useh, 2013) 5

6 Pendidikan klinik Program Studi Ners Universitas Aisyiyah Yogyakarta diselenggarakan setelah tahap akademik dengan beban 34 sks yang terdiri dari 9 rotasi regular dan 1 rotasi peminatan. Mahasiswa ditempatkan pada berbagai seting rumah sakit baik dalam rawat inap dan poliklinik, puskesmas, panti sosial, keluarga dan komunitas. Selama kurun waktu pelaksanaan program pendidikan ners dari tahun 2008, institusi telah beberapa kali melakukan evaluasi mengenai penyelenggaraan pendidikan profesi. Evaluasi lebih berfokus pada kualitas penyelenggaraan profesi ners pada aspek pembimbing, ketersediaan sumber belajar di lahan praktek dan dokumen perangkat pembelajaran. Namun evaluasi mengenai lingkungan belajar klinik yang digunakan mahasiswa sebagai tempat belajar belum dilakukan secara rinci termasuk evaluasi faktor motivasi mahasiswa yang memegang peranan penting dalam proses belajar mereka. Mengingat lingkungan belajar klinik mencakup segala sesuatu yang berada di sekeliling mahasiswa yang dibutuhkan untuk proses belajar dari aspek kurikulum, seting klinik, pembimbing, staf, pasien, iklim belajar dan mahasiswa itu sendiri. Komponen tersebut menjadi konteks sosial yang komplek yang berinteraksi satu sama lain dan dapat menaikkan maupun menurunkan motivasi belajar mahasiswa. Dengan mengetahui persepsi mengenai lingkungan klinik dan hubungannya dengan motivasi mahasiswa, maka institusi dapat melihat komponen-komponen yang perlu ditindaklanjuti dan yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas belajar mahasiswa. 6

7 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar klinik dan motivasi belajar pada Program Studi Ners Universitas Aisyiyah Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Mengukur lingkungan belajar klinik dengan menggunakan Clinical Learning Environment and Supervision (CLES). 2. Mengukur motivasi belajar mahasiswa dengan menggunakan Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ). 3. Mengetahui adanya hubungan antara persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar klinik dan motivasi belajar 4. Mengetahui hubungan tiap sub skala lingkungan belajar klinik dengan motivasi belajar. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Secara teoritis, penelitian ini memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi belajar mahasiswa dari variabel lingkungan belajar klinik. 2. Praktis a. Melakukan evaluasi terhadap lingkungan belajar klinik di Program Studi Ners Universitas Aisyiyah Yogyakarta. b. Melakukan evaluasi mengenai motivasi belajar mahasiswa dalam menjalani Profesi Ners. c. Memberikan informasi bagi Program Studi Ners terkait dimensi lingkungan pembelajaran klinik yang masih memerlukan perbaikan. 7

8 E. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan replikasi sebagian penelitian Karabulut et al. (2015). Tujuan penelitian Karabulut et al. (2015) adalah mengevaluasi lingkungan belajar klinik dan mengkaji hubungan lingkungan belajar klinik dengan motivasi akademik mahasiswa keperawatan. Rancangan penelitiannya merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan responden 127 mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani training di Fakultas Ilmu kesehatan, Universitas Giresun. Pengumpulan data menggunakan instrument Clinical Learning Environment Scale (CLEs) dan Academic Motivation Scale (AMS). Analisa data dengan Pearson Correlation menunjukkan koefisien korelasi r=0.254, p=0.004 (P< 0.05). skor rata-rata CLEs dan skor AMS Motivasi akademik mahasiswa baik ketika kualitas lingkungan belajar klinik bagus. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Karabulut et al. (2015) adalah bertujuan secara umum melihat hubungan persepsi lingkungan belajar klinik dengan motivasi mahasiswa. Perbedaan penelitian ini adalah menganalisis hubungan tiap sub skala pada lingkungan belajar klinik dengan motivasi mahasiswa dan melihat karakteristik mahasiswa berdasarkan minat terhadap profesi perawat dan pilihan karir selanjutnya. 8

PERSEPSI MAHASISWA MENGENAI LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SUATU PROGRAM STUDI NERS

PERSEPSI MAHASISWA MENGENAI LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SUATU PROGRAM STUDI NERS PERSEPSI MAHASISWA MENGENAI LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK DAN MOTIVASI BELAJAR PADA SUATU PROGRAM STUDI NERS Suryani*, Rossi Sanusi**, Tridjoko Hadianto** *Program Studi Ners, Universitas Aisyiah, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). Perawat merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dan Multiple Choice Question (MCQ) merupakan bentuk ujian pada mahasiswa kedokteran untuk menilai hasil belajar yang

Lebih terperinci

Pembelajaran pendidikan klinik di wahana Rumah Sakit

Pembelajaran pendidikan klinik di wahana Rumah Sakit Pembelajaran pendidikan klinik di wahana Rumah Sakit Ova Emilia Lampung, 29 Oktober 2016 Tantangan Masyarakat Ekonomi Asia Bersaing untuk Kualitas Kesehatan adalah HAK. (Batas negara?) Tantangan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua. yang sesungguhnya(emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua. yang sesungguhnya(emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuan teoritis ke dalam tindakan yang sesungguhnya(emilia, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja produk atau hasil yang pasien rasakan dengan harapannya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja produk atau hasil yang pasien rasakan dengan harapannya. Dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk atau hasil yang pasien rasakan dengan harapannya. Dengan konsumen merasa puas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82 mahasiswa sarjana keperawatandengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses yang sangat penting dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF PADA MAHASISWA DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK SEMESTER V DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF PADA MAHASISWA DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK SEMESTER V DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF PADA MAHASISWA DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK SEMESTER V DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Ummy Safinah M 201410104019 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan dihadapkan pada tuntutan untuk meningkatkan profesionalisme dan kualitas pelayanan. Berbagai macam tantangan dan ancaman terhadap profesi

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF. SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Jiwa E Z

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres kerja adalah respon psikologis individu terhadap tuntutan di tempat kerja yang menuntut seseorang untuk beradaptasi dalam mengatasi tuntutan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi akademik merupakan kajian yang menarik dalam berbagai penelitian pendidikan. Prestasi akademik merupakan salah satu indikator keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui hubungan antara rotasi jabatan dengan prestasi kerja karyawan di Laboratorium Klinik Prodia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan adanya peningkatan kemampuan kolaboratif (komunikasi, kolaborasi, peran dan tanggung jawab,

Lebih terperinci

masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak.

masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan ditujukan untuk peningkatan kualitas pelayanan, pemerataan dan jangkauan pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan masyarakat perlu terus ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar melibatkan keterampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar S.Kep. dan tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada seorang manusia. Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan) dan Profesional (Ners) dengan sikap, tingkah laku, dan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan) dan Profesional (Ners) dengan sikap, tingkah laku, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana Keperawatan) dan Profesional (Ners) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional, serta akuntabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan klinik adalah proses pendidikan mahasiswa melakukan perawatan pasien secara langsung. Pendidikan klinik pada pelaksanaannya membutuhkan dukungan kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang telah digunakan oleh pendidik selama lebih dari 50 tahun. Pembelajaran berbasis masalah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal yang penting dalam pendidikan kedokteran. adalah keterlibatan langsung mahasiswa ke dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal yang penting dalam pendidikan kedokteran. adalah keterlibatan langsung mahasiswa ke dalam situasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hal yang penting dalam pendidikan kedokteran adalah keterlibatan langsung mahasiswa ke dalam situasi klinik yang sebenarnya. Hal ini telah diaplikasikan di semua program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan membuka sayatan.berdasarkan data yang diperoleh dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. dengan membuka sayatan.berdasarkan data yang diperoleh dari World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan adalah suatu penanganan medis secara invasif yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran untuk melakukan pembaharuan dan memajukan kualitas sebagai institusi pendidikan dengan memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan masyarakat terhadap rumah sakit pada saat ini sudah berubah, dari yang sebelumnya hanya sebagai sarana untuk mendapatkan kesembuhan atas penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dengan teman sebaya (Peer-Assisted Learning; selanjutnya disingkat PAL) sudah cukup populer dan sejak lama digunakan dalam pendidikan kedokteran. Jika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka. yang diberikan bagian Klinik Anak.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka. yang diberikan bagian Klinik Anak. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka didapatkan kesimpulan bahwa: 1. Dari hasil kepuasan secara keseluruhan, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses penting dari perubahan. perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses penting dari perubahan. perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses penting dari perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakannya (Anni, 2004). Belajar juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan keperawatan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan hal yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu model yang sering digunakan untuk menjelaskan proses belajar adalah model

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini yang paling dibutuhkan dalam dunia kesehatan adalah kerja sama tim antar sesama profesi kesehatan. Keselamatan dan kualitas pelayanan kesehatan bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Setiap organisasi dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber daya manusia dan bagaimana sumber daya manusia dikelola. Pengelolaan sumber daya manusia tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai melalui jenjang pendidikan dasar (SMA, MTs, dan sederajatnya). Hal ini dicantumkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Pada saat anak dirawat di Rumah Sakit banyak hal yang baru dan juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3 sebagai penyakit tidak menular terbanyak di Indonesia. Prevalensi kanker nasional yaitu 1,4 per

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut. 25 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian dalam penelitian ini, terdiri dari: pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mata Kuliah Psikodiagnostik merupakan mata kuliah khas dari program studi Psikologi. Mata kuliah ini menjadi khas karena hanya program studi Psikologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah : Salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa ini adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Disampaikan pada : Tantangan Pengembangan Mutu Pelayanan Kesehatan: Antara Keselamatan Pasien, Biaya dan Efisiensi Surabaya, 29 Agustus 2007 Institusi

Lebih terperinci

Draft Naskah Akademik Pengembangan Staf Dosen Pendidik Klinis Menggunakan Metode e-learning. Perkembangan jumlah institusi pendidikan kedokteran,

Draft Naskah Akademik Pengembangan Staf Dosen Pendidik Klinis Menggunakan Metode e-learning. Perkembangan jumlah institusi pendidikan kedokteran, Draft Naskah Akademik Pengembangan Staf Dosen Pendidik Klinis Menggunakan Metode e-learning I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Perkembangan jumlah institusi pendidikan kedokteran, Tuntutan kualitas, pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dokter merupakan pendidikan akademik profesional yang diselenggarakan di tingkat universitas. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tinggi lainnya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak ditetapkannya Standar Pendidikan Dokter Indonesia dan Standar Kompetensi Dokter Indonesia oleh Konsil kedokteran Indonesia sebagai amanah dari Undang Undang Republik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. ULatar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. ULatar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. ULatar Belakang Masalah Pada saat ini terjadi persaingan yang kompetitif antar organisasi pelayanan, dimana kompetitor dan pelayanannya meningkat secara cepat. Banyak perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi setiap individu. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error

BAB I PENDAHULUAN orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang The Bussiness Case for Medication Safety memperkirakan sekitar 7.000 orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error adalah jenis medical error yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi dan perdagangan bebas yang dimulai tahun 2003 melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi dan perdagangan bebas yang dimulai tahun 2003 melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi dan perdagangan bebas yang dimulai tahun 2003 melalui Asean Free Trade Area (AFTA) menuntut peningkatan mutu calon pekerja di negara-negara Asean,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemenkes RI menyatakan mutu pelayanan kesehatan merupakan segala hal yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus berhubungan dengan klien dan keluarganya sejak kelahiran sampai kematian. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini terjadi fenomena dimana banyak berdiri akademi keperawatan, termasuk banyak perguruan tinggi yang mulai membuka program studi keperawatan, mulai dari tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan profesi dokter gigi meliputi pendidikan akademik dan pendidikan profesional (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006). Sistem pembelajaran pada pendidikan klinik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan. Kesimpulan pertama berkaitan dengan kenyataan yang dialami keluarga,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV diperoleh fakta empirik mengenai perilaku kepemimpinan kepala madrasah, budaya madrasah dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Ners yang diterapkan PSIK FK UGM merupakan proses pendidikan yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari evaluasi hasil belajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan mutu pelaksanaan layanan kesehatan. Di banyak penelitian diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan mutu pelaksanaan layanan kesehatan. Di banyak penelitian diperoleh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keselamatan pasien merupakan komponen penting dalam peningkatkan kualitas dan mutu pelaksanaan layanan kesehatan. Di banyak penelitian diperoleh hasil bahwa kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional dalam tujuan mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap warga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Tinggi S1 Keperawatan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan perawat yang di sebut profesional (Nursalam, 2007). Pendidikan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

BAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang berperan besar menentukan pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan perawat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pencapaian keoptimalan derajat kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium. Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium. Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat Skills lab) memiliki peran penting untuk melatih mahasiswa S1

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Anak tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam penelitian yang berjudul Hubungan Kondisi Kerja Psikologis dengan Kinerja Pegawai pada PT. Tarumatex Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak perlu mendapatkan perhatian khusus, baik dari pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat. Hal ini merupakan dampak dari semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diidentifikasi. Umpan balik dapat memberikan informasi kepada mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. diidentifikasi. Umpan balik dapat memberikan informasi kepada mahasiswa BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Umpan balik merupakan dasar dari pengajaran klinik yang efektif. Tanpa umpan balik, performa yang baik tidak akan diberi penguatan, performa yang buruk tidak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. 1. Telah dikembangkan model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. 1. Telah dikembangkan model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik yang 205 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Telah dikembangkan model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik yang dapat digunakan oleh dosen sebagai salah satu metode dalam memfasilitasi pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan yang cukup kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit merupakan institusi pelayanan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN WAHANA PENDIDIKAN KLINIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN

PENGEMBANGAN WAHANA PENDIDIKAN KLINIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN PENGEMBANGAN WAHANA PENDIDIKAN KLINIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN TIM NURSING EDUCATION HPEQ DIKTI KEMDIKNAS 2012-2014 riyanti25@yahoo.com (LISA)) magdadasuka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang professional dan berorientasi pada paradigma sehat sesuai dengan paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang lebih berorientasi pada Kurikulum Berbasis Kompetesi (KBK) tentu memberikan implikasi pada berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan salah satu unit dasar yang bertanggung jawab dalam melestarikan integritas individu anggota keluarga yang akan membentuk struktur keluarga yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi Pemerintah Daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan, mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. V.1. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. V.1. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan V.1.1. Mahasiswa PSIK FK UGM yang telah terpapar dengan kurikulum PBL selama fase pendidikan praklinik dan sedang mengikuti pendidikan klinik dalam penelitian

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN SIKAP MAHASISWA D-III KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR BAHASA JEPANG

2013 GAMBARAN SIKAP MAHASISWA D-III KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR BAHASA JEPANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses belajar merupakan proses dimana terjadinya perubahan perilaku pada seseorang dalam hal pengetahuan, sikap atau keterampilan, proses belajar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, karena selain memiliki fungsi sebagai pelayanan, rumah sakit juga menjalankan fungsi pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan, masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan, masyarakat semakin menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya pendidikan masyarakat, maka orientasi sistem nilai dalam masyarakat pun

BAB I PENDAHULUAN. tingginya pendidikan masyarakat, maka orientasi sistem nilai dalam masyarakat pun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin membaiknya keadaan sosial ekonomi serta bertambah tingginya pendidikan masyarakat, maka orientasi sistem nilai dalam masyarakat pun telah mulai berubah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Tahap pendidikan profesi dokter merupakan elemen penting dalam pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk mencapai kompetensi yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan. tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan. tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik mahasiswa maupun sumber daya yang ada. Pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang berkualitas (Mahon, 1996). perhatian khusus dalam meningkatkan tingkat kesehatan. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang berkualitas (Mahon, 1996). perhatian khusus dalam meningkatkan tingkat kesehatan. Hal ini dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecendurungan saat ini, banyak rumah sakit yang mengikutsertakan harapan atau keinginan pasien selama proses perawatannya. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai 244 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Pertama, Efektivitas pembelajaran dan kepuasan mahasiswa di tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas pada pelayanannya saja (Kuncoro,2000).

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas pada pelayanannya saja (Kuncoro,2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi serta tantangan era perdagangan menyebabkan semakin ketatnya kompetisi dalam dunia bisnis, begitu juga dengan bisnis dalam pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan

Lebih terperinci