Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol VII Nomor 1 Tahun 2004

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERENDAMAN RUMPUT LAUT COKLAT SEGAR DALAM BERBAGAI LARUTAN TERHADAP MUTU NATRIUM ALGINAT.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kandungan Na-Alginat dari Rumput Laut Padina sp. Menggunakan Konsentrasi Kalium Hidroksida yang Berbeda

Pengaruh Perendaman Larutan KOH dan NaOH Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Sargassum polycycstum C.A. Agardh

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap Kualitas Natrium Alginat Rumput Laut Sargassum sp.

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

EKSTRAKSI NATRIUM ALGINAT DARI ALGA COKLAT Sargassum echinocarphum. oleh

EKSTRAK Na-ALGINAT SEBAGAI EDIBLE COATING TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA

Perbandingan Metode Ekstraksi Natrium Alginat: Metode Konvensional dan Microwave Assisted Extraction (MAE)

Rencana Kegiatan panen

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

II. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

KANDUNGAN KLOROFIL, FIKOERITRIN DAN KARAGINAN PADA RUMPUT LAUT Eucheuma spinosum YANG DITANAM PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA

ABSTRACT

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SEBAGAI BAHAN PENGENTAL

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

13. Utilitas: a. Air sumur : 1993,8 liter/hari. b. Air minum: 66 liter/hari. c. Listrik : 176 kwh/hari. d. Solar : 120 liter/bulan. e.

PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN

Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Turbinaria sp. dari Pantai Krakal, Gunung Kidul-Yogyakarta

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013

Alginofit 20 gram. Perendaman KOH 2% selama 30 menit. Dicuci dengan air mengalir. Perendaman NaOH 0,5% selama 30 menit. Dicuci dengan air mengalir

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN SIFAT FISIKA-KIMIA KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS EUCHEUMA SP DI PERAIRAN SULAWESI SELATAN

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

ABSTRAK. Kata kunci : Eucheuma spinosum, ekstraksi, iota karaginan

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

MUTU BENIH JAGUNG PADA BERBAGAI CARA PENGERINGAN. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

DAYA HAMBAT EKSTRAK Na-ALGINAT DARI ALGA COKLAT JENIS Sargassum sp. TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JOURNAL OF MARINE RESEARCH Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 1, Februari 2013

KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA

Ekstraksi Na-Alginat dari Rumput Laut Padina sp. Menggunakan Konsentrasi Kalium Hidroksida yang Berbeda

Pengaruh Konsentrasi KOH yang Berbeda Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Coklat Sargassum duplicatum J. G. Agardh

PENGARUH VARIASI JENIS TULANG DAN TEMPERATUR PADA EKSTRAKSI KOLAGEN DARI TULANG

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

KARAKTERISTIK MUTU DAN RENDEMEN ALGINAT DARI EKSTRAK RUMPUT LAUT Sargassum sp. DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM ASETAT.

III. BAHAN DAN METODE

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

PENGARUH KONSENTRASI Na 2 CO 3 TERHADAP RENDEMEN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum cristaefolium ASAL PERAIRAN LEMUKUTAN

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

3. METODE PENELITIAN

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Turbinaria ornata

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

POTENSI DAN PROSPEK SERTA PERMASALAHAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

PRAKATA. Purwokerto, Januari Penulis

ISOLASI DAN KARAKTERISASI NATRIUM ALGINAT DARI ALGA COKLAT

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

SIFAT FISIKO-KIMIA AGAR-AGAR DARI RUMPUT LAUT Gracilaria chilensis YANG DIEKSTRAK DENGAN JUMLAH AIR BERBEDA

IV METODOLOGI. Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia.

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

Evaluasi Lahan Pembudidayaan Rumput Laut di Perairan Kampung Sakabu, Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

PENGARUH PERBANDINGAN AIR PENGEKSTRAK DAN PENAMBAHAN CELITE TERHADAP MUTU KAPPA KARAGINAN

I. PENDAHULUAN. pembenihan karena memiliki nutrisi tinggi, antara lain protein %,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

Transkripsi:

PENGARUH UMUR PANEN RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum filipendula) TERHADAP MUTU FISIKO-KIMIA NATRIUM ALGINAT YANG DIHASILKANNYA Nurul Hak * dan Tazwir * Abstrak Penelitian tentang pengaruh umur panen rumput laut coklat (Sargassum filipendula) terhadap mutu fisiko-kimia natrium alginat yang dihasilkannya telah dilakukan. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut coklat (Sargassum filipendula) yang dipanen dari hasil budidaya rumput laut coklat dengan menggunakan rakit. Budidaya rumput laut coklat tersebut diadakan di perairan Binuangaen (Provinsi Banten). Rumput laut coklat yang dibudidayakan dengan rakit terdiri dari 2 macam, yaitu rumput laut coklat utuh (panjang thallus 15-20 cm) dan rumput laut coklat yang telah dipotong-potong dengan ukuran panjang thallus 10-15 cm. Kedua kelompok rumput laut tersebut setiap bulan dipanen, kemudian dicuci dengan air tawar bersih, langsung dijemur dengan sinar matahari hinggga kering. Ekstraksi Na-alginat yang dilakukan berdasarkan kepada hasil penelitian yang sudah dihasilkan pada penelitian sebelumnya. Analisis mutu fisikokimia yang dilakukan terhadap Na-alginat yang dihasilkan pada setiap perlakuan adalah rendemen rumput laut coklat kering, rendemen Na-alginat, kadar air, kadar abu, viskositas dan rata-rata pertumbuhan rumput laut coklat tiap bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan dari rumput laut coklat yang dibudidayakan dengan cara pertama hasilnya lebih baik dibandingkan dengan cara kedua. Rumput laut coklat yang dibudidayakan dengan cara pertama dari berat 3,4 kg pada awal penanaman menjadi 13,6 kg setelah 3 bulan dengan viskositas Na-alginat yang dihasilkan dari 280 cps menjadi 2050 cps sedangkan budidaya yang kedua berat rumput laut coklat awal adalah 3,8 kg menjadi 8,5 kg setelah 3 bulan budidaya dan viskositas dari Na-alginat yang dihasilkan menjadi 2000 cps setelah 3 bulan budidaya. Kata kunci : budidaya, Na-alginat,, rumput laut coklat, viscositas PENDAHULUAN Permintaan alginat untuk bahan baku dibidang industri pangan dan non pangan selalu meningkat setiap tahun, sementara hingga sekarang rumput laut coklat terutama Sargassum sp dari alam belum banyak dimanfaatkan, padahal jenis rumput laut ini kaya akan kandungan alginat. Teknik ekstraksi alginat dari rumput laut coklat telah diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya (Yunizal et al., 2001). Apabila pemanfaatan rumput laut coklat menjadi alginat telah berkembang menjadi sebuah industri, ketersediaan bahan baku rumput laut tersebut perlu diusahakan agar suplai bahan baku ke pabrik tetap lancar. Salah satu usaha untuk penyediaan bahan baku rumput laut coklat adalah melakukan budidaya secara intensif, untuk mencukupi kebutuhan rumput laut coklat yang tiap tahun selalu bertambah. Untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan rumput laut coklat masa yang akan datang, maka dilakukan suatu penelitian tentang budidaya rumput laut coklat menggunakan rakit. Disamping itu dilakukan juga suatu penelitian yang * * Peneliti pada Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi 80

berhubungan dengan kandungan Na-alginat dari rumput laut coklat berdasarkan umur panen rumput laut coklat tersebut. Hal ini penting karena kadar Na-alginat ada hubungannya dengan umur panen dari rumput laut coklat tersebut sehingga dapat ditentukan kapan rumput laut coklat harus dipanen yang menghasilkan sifat fisiko kimia dari Na-alginat yang memenuhi standar perdagangan. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari rumput laut coklat Sargassum filipendula yang dipanen dari hasil budidaya menggunakan rakit. Budidaya rumput laut coklat tersebut dilakukan di perairan Binuangaen (Provinsi Banten). Metode Rumput laut coklat yang dibudidayakan pada rakit terdiri dari 2 macam, pertama rumput laut coklat utuh dengan panjang thallus 15-20 cm dan kedua rumput laut coklat yang dipotong sehingga panjang thallusnya tinggal 10-15 cm. Kedua kelompok rumput laut coklat tersebut dibudidayakan menggunakan rakit. Masing masing rakit dipasang tali plastik (rafia) arah memanjang rakit sebanyak 10 baris untuk mengikatkan rumput laut coklat yang jarak satu dengan yang lainnya adalah 20 cm. Rumput laut yang dibudidayakan tersebut setiap bulan dipanen secukupnya, kemudian dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang berupa pasir, tanah, sisa-sisa karang, jenis rumput lain, dan lain-lain, kemudian ditiriskan selama 1 jam, selanjutnya rumput laut coklat dijemur dengan sinar matahari hingga kering. Rumput laut coklat kering dikemas dalam karung plastik, kemudian diangkut ke Laboratorium Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Ekstraksi Na-alginat yang dilakukan berdasarkan kepada hasil penelitian sebelumnya (Yunizal et al., 2001). Setiap pengambilan contoh dilakukan analisis yang meliputi Fisik (rendemen rumput laut coklat kering, rendemen Na-alginat dan rata-rata pertumbuhan rumput laut 81

coklat setiap bulan ) dan kimiawi (kadar air dan kadar abu menurut metoda AOAC, 1980); viskositas (Cattrell and Kovacs, 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Pertumbuhan Rumput Laut Coklat Selama dilakukan budidaya rumput laut coklat, diamati media tumbuh rumput laut coklat tersebut, seperti RH 68 + 2,9%, suhu air laut rata- rata 29 0 C, kecepatan angin 5/min - 5,4/min dan suhu udara 32-35 0 C. Hasil pengamatan perubahan berat rumput laut coklat setiap bulan memberikan angka laju pertumbuhan yang bervariasi dari kedua cara penanaman rumput laut coklat tersebut (Tabel 1). Laju pertumbuhan rumput laut coklat jenis Sargassum felindula yang dipotong sepanjang 10-15 cm dan kemudian ditanam pada rakit bambu (kedalaman 5-10 cm), cukup baik. Pada awal penanamannya panjang rumput laut coklat tersebut adalah 20,8 cm dengan berat rata-rata 3,8 kg dan setelah diamati selama 3 bulan panjang rumput laut coklat tersebut menjadi 42,9 cm dengan berat 8,6 kg. Jadi pertambahan berat rumput laut coklat tersebut selama 3 bulan adalah adalah 8,6 kg, 3,8 kg adalah 4,8 kg atau setiap bulan rata-ratanya adalah 2,4 kg ( 63,2%) dibandingkan dengan berat rumput laut coklat pada awal penanamannya. Kalau dihitung untuk setip hari besarnya laju pertumbuhannya adalah 2,01 %. Apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengnan laju pertumbuhan Euchema spinosum pada rak terapung (kedalamannya 10-30 cm) hasilnya cukup baik, rata-rata diatas 2% hari, sedangkan pada rak mendasar hanya 1,75%/hari (30 cm dari dasar) dan pada lapisan kedalaman lebih dari 60 cm laju pertumbuhannya semakin kecil, tertinggi hanya mencapai 1,87%/hari (Sulistijo et al., 1978) Teknik penanaman rumput laut coklat yang lain, yaitu rumput laut coklat utuh yang panjang thallusnya adalah 15-20 cm, beratnya pada awal penanaman pada rakit bambu adalah 3,4 kg dengan panjang rata-rata 28,2 cm, kemudian setelah diamati pada bulan ke-3 panjang rumput laut coklat tersebut menjadi 77,3 cm dengan berat 13,7 kg sehingga terdapat kenaikan berat 10,3 kg setiap bulan rata-rata adalah 6,9 kg (202,9%) dibandingkan dengan berat awal rumput laut coklat atau 6,8% /hari. 82

Tabel 1. Laju Pertumbuhan (berat, kg ) dari rumput laut coklat Sargassum filipendula yang dibudidayakan menggunakan rakit Perlakuan Pemanenan rumput laut coklat dibudidayakan setiap bulan : Rumput laut coklat dipotong, panjang thallus 10-15 cm 0 1 2 3 2,5 3,8 3,7 8,5 2,5 3,7 3,6 8,6 Rata- rata 2,5 3,8 3,7 8,6 Rumput laut coklat utuh, panjang thallus 15-20 cm 2,5 2,5 3,4 3,6 6,5 5,5 12,8 14,5 Rata- rata 2,5 3,5 6,0 13,7 Laju pertumbuhan Eucheuma spinosum dan Euchema edule pada percobaan yang dilakukan pada rak terapung umumnya cukup baik yaitu antara 2-3 % per hari. Doty (1973) mendapatkan pertumbuhan Eucheuma spinosum rata-rata per hari antara 1,5-5%. Clinton et al., (1974) menyatakan bahwa pertumbuhan Euchema mendapat rata-rata 3-4% per hari pada kondisi perairan kaya akan unsur-unsur hara. Menurut Borja (1974) Euchema di Filipina yang berkebun dengan laju pertumbuhan 2-3 % per hari tiap hektarnya dan setiap tahunnya cukup mendapatkan keuntungan, akan jauh lebih menguntungkan bila usaha perkebunannya itu mencapai laju pertumbuhan 10% per hari. Menurut Mubarak (1975), dari hasil percobaanya terhadap Eucheuma spinosum di pulau Samaringa, dengan laju pertumbuhannya 2% saja per harinya ditaksir petani yang mengusahakan 0,25 ha setiap tahunnya akan mendapatkan keuntungan. Laju pertumbuhan yang didapat pada percobaan tersebut rata-rata 2,898% per hari. Keadaan suhu diperairan Binuangan fluktuasi hariannya tidak membahayakan kehidupan rumput laut yang ditanam (32-35 0 C), di Catlatagan tempat Eucheuma tumbuh fluktuasi suhu airnya adalah 19-36 0 C. Kedalaman tempat tumbuh bukanlah merupakan faktor utama yang menentukan laju pertumbuhan, tetapi faktor utamanya adalah pergerakan 83

airnya. Pada percobaan ini rumput laut coklat diikat pada tali rafia pada permukaan laut dan laju pertumbuhannya lebih baik, hal ini disebabkan karena pada bagian permukaan lebih banyak menerima pergerakan air. Rendemen rumput laut Rumput laut coklat dipotong, panjang thallus 10-15 cm setelah dibudidayakan selama 3 bulan, ternyata rendemen rumput laut coklat keringnya mempunyai kecenderungan yang sama dengan rendemen rumput laut coklat utuh, panjang thallus 15-20 cm setelah dikeringkan (Tabel 2.) Table 2. Rendemen rumput laut coklat menggunakan rakit Sargassum filipendula yang dibudidayakan Perlakuan Pemanenan rumput laut coklat dibudidayakan menggunakan rakit setiap bulan : 0 1 2 3 Rumput laut coklat dipotong, panjang thallus 16,7 8,1 21,2 10-15 cm/ Rata- rata 9,1 Rumput laut coklat utuh, panjang thallus 15-20 cm 18,0 17,7 10,8 12,5 13,1 Rata- rata 17,9 10,0 12,8 Rumput laut coklat, dipotong, panjang thallus 10-15 cm, pada bulan ke- 1 rendemen rumput laut keringnya adalah rata- rata 16,7 %, pada bulan ke-2 turun menjadi rata-rata 8,1%, tetapi pada bulan ke-3 rendemennya naik menjadi 21,2 %. Sedangkan rumput laut utuh, panjang thallus 15-20 cm setelah dibudidayakan selama 1 bulan, rendemen rumput laut coklat keringnya rata-rata 10,0% dan akhirnya rendemen tersebut naik menjadi 12,8 %. 84

Rendemen rumput laut coklat kering yang berasal dari rumput laut yang dipotong, panjang thallus 10-15 cm lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen rumput laut coklat kering yang berasal dari rumput laut coklat utuh, panjang thallus 15-20 cm setelah 3 bulan dibudidayakan. Hal ini disebabkan karena rumput laut coklat yang telah dipotong-potong sehingga panjang thallus yang dibudidayakan tinggal sedikit dan kandungan alginat di dalamnya juga rendah dibandingkan dengan rumput laut coklat yang utuh dibudidayakan, akibatnya rendemen rumput laut coklat yang dihasilkan lebih kecil. Rendemen Na- alginat Rumput laut coklat dipotong dengan panjang thallus 10-15 cm kemudian dibudidayakan menggunakan rakit, setelah 3 bulan dibudidayakan, terlihat bahwa rendemen Na alginatnya lebih kecil dibandingkan dengan rendemen Na-alginat dari rumput laut coklat yang utuh (panjang thallus 15-20 cm) (Tabel 3). Table 3. Rendemen Na-alginat yang diekstrak dari rumput laut coklat filipendula yang dibudidayakan menggunakan rakit Sargassum Perlakuan Pemanenan rumput laut coklat dibudidayakan menggunakan rakit setiap bulan : 0 1 2 3 Rumput laut coklat dipotong, panjang thallus 10-15 cm 18, 0 19,9 13,0 13,0 27,1 24,2 20,5 20,5 Rata- rata 19,0 13,0 25,7 20,5 Rumput laut coklat utuh, panjang thallus 15-20 cm 18, 0 19,9 16,6 15,8 22,4 17,3 23,6 25,9 Rata- rata 19,0 16,2 19,9 24,8 Hal ini disebabkan karena rumput laut coklat yang dipotong-potong, sebagian besar thallusnya dibuang, kemudian dibudidayakan, akibatnya rendemen Na-alginat rumput laut coklat tersebut lebih sedikit. 85

Pada Tabel 3 tersebut dapat juga dilihat bahwa rumput laut coklat yang utuh kemudian dibudidayakan, pada setiap pengambilan contoh setiap bulan menunjukkan rendemen Na-alginat yang dihasilkan selalu meningkat. Sedangkan rumput coklat yang dipotong-potong sehingga panjang thallusnya 10-15 cm kemudian dibudidayakan, rendemen Na-alginat yang dihasilkan setiap bulan pengambilan contoh tidak mengikuti pola tertentu. Kadar air Na-alginat Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kadar air rumput laut coklat yang dibudidayakan utuh lebih rendah dibandingkan dengan dengan rumput laut coklat yang telah dipotongpotong setelah dibudidayakan 1 bulan lamanya. Table 4. Kadar air Na-alginat yang diekstrak dari rumput laut coklat filipendula yang dibudidayakan menggunakan rakit Sargassum Perlakuan Pemanenan rumput laut coklat dibudidayakan menggunakan rakit setiap bulan: 0 1 2 3 Rumput laut coklat dipotong, panjang thallus 10-15 cm 19,6 21,3 20,9 21,0 9,3 10,4 14,5 15,4 Rata- rata 20,5 21,0 9,9 15,0 Rumput laut coklat utuh, panjang thallus 15-20 cm 19,6 21,3 15,6 17,2 10,3 10,3 15,5 14,3 Rata- rata 21,3 16,4 10,3 14,9 87

Hal ini disebabkan karena pada waktu pengeringannya tidak sama disamping intensitas cahaya matahari yang digunakan juga sama. Tetapi besarnya kadar air tersebut akan mempengaruhi besarnya rendemen rumput laut coklat kering, rendemen Na-alginat dan kadar abu. Disamping itu terlihat juga bahwa rumput laut coklat yang utuh maupun yang telah dipotong-potong, ternyata setelah dibudidayakan 2 bulan dan 3 bulan, kadar air dari Na-alginatnya tidak banyak perbedaanya. Kadar air yang diperoleh dari penelitian ini tidak memenuhi persyaratan perdagangan karena kadar air Na-alginat, yaitu < 13% (Chapman and Chapman, 1980 dan King, 1983), tetapi memenuhi persyaratan perdagangan (< 15%) (yang dikemukakan oleh Wade and Waller, 1994 dan Anonim, 1974 ). Kadar air yang dipersyaratkan tesebut bertujuan untuk menghindari/mencegah pertumbuhan mikroba pada produk Na-alginat sehingga menurunkan mutunya. Kadar air yang relatif tinggi pada Na-alginat yang dihasilkan diduga karena teknik pengeringan yang dilakukan sangat sederhana, yaitu dikeringkan pada suhu kamar. Kadar abu Na-alginat Kadar abu dari rumput laut coklat yang dipotong setelah dibudidayakan selama 1 bulan, ternyata lebih besar dibandingkan dengan kadar abu rumput laut coklat yang dibudayakan secara utuh setelah 1 bulan. Hal ini disebabkan karena logam-logam mineral nampaknya banyak terdapat pada rumput laut coklat yang dipotong saat dibudidayakan. Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar abu Na-alginat yang dihasilkan dari rumput laut coklat yang utuh dibudidayakan setiap pengambilan contoh menghasilkan kadar abu Naalginat yang besarnya tidak beraturan. Sedangkan rumput laut coklat yang dipotong -potong dengan panjang thallus 10-15cm, kadar abu dari Na-alginat yang dihasilkan setiap pengambilan contoh mengalami penurunan hinggga 3 bulan dibudidayakan, sehingga teknik budidaya rumput laut coklat seperti ini dapat mengurangi mineral-mineral yang terdapat pada rumput laut coklat tersebut. Kadar abu Na-alginat yang dihasilkan dari kedua kelompok laut coklat yang dibudidayakan tersebut pada bulan ke-3 adalah sekitar 20%. Kadar abu dari hasil penelitian 87

ini sudah memenuhi standar FCC (Food Chemical Codex) (1981) (18%-27% b/b) dan standar kadar abu Na-alginat untuk food Grade menurut Chapman and Chapman (1980) (32,3% b/b). Table 5. Kadar abu Na-alginat yang diekstrak dari rumput laut coklat Sargassum filipendula yang dibudidayakan menggunakan rakit Perlakuan / Treatments Rumput laut coklat dipotong, panjang thallus 10-15 cm Pemanenan rumput laut coklat dibudidayakan menggunakan rakit tiap bulan : 0 1 2 3 19,3 25,1 21,1 19,4 19,5 25,0 22,8 21,5 Rata- rata 19,4 25,1 22,0 20,5 Rumput laut coklat utuh, panjang thallus 15-20 cm 19,3 19,5 19,4 19,6 23,2 23,5 21,4 20,5 Rata- rata 19,4 19,5 23,4 21,0 Viskositas dari Na-alginat Viskositas rumput laut coklat setelah umurnya 1 bulan adalah rata-rata 920 cps, sedangkan rumput laut coklat yang dipotong saat dibudidayakan, viskositasnya adalah 180 cps (Table 6). Pada Tabel 6 tersebut juga dapat dilihat bahwa rumput laut coklat yang telah dipotong, panjang thallus 10-15 cm., viskositasnya selalu meningkat setiap bulan, tetapi rumput laut coklat yang utuh dibudidayakan, viskositas dari Na-alginat tidak beraturan besarnya. Secara keseluruhan, ternyata viskositas dari Na-alginat yang dihasilkan dari rumput laut coklat utuh dengan panjang thallus 15-20 cm adalah lebih besar dibandingkan dengan viskositas dari Na-alginat yang dihasilkan dari rumput laut coklat yang dipotongpotong saat dibudidayakan. Viskositas dari Na-alginat yang dihasilkan oleh penelitian ini sudah cukup tinggi dibandingkan dengan viskositas dari Na-alginat yang diperoleh dari penelitian Basmal et al., (2001), yaitu 169,15 cps, dan Murtini et al., (1999)adalah 9,2 cps. Besarnya viskositas 88

dari Na-alginat yang diperlukan tergantung dari pemanfaatanya. Umumnya dalam pemanfaatan untuk industri makanan dan farmasi, viskositas dari Na-alginat yang diperlukan adalah rendah, tetapi pemanfaatan Na-alginat pada industri tekstil diperlukan viskositas yang tinggi agar pemakaiannya sedikit untuk memenuhi kebutuhan yang banyak. Pemakaian Na-alginat dalam bidang industri tekstil adalah paling besar dibandingkan Naalginat yang lain, yaitu kira-kira 50% dari produksi Na-alginat (Putro,1991). Table 6. Viskositas Na-alginat yang diekstrak dari rumput laut coklat Sargassum filipendula yang dibudidayakan menggunakan rakit Perlakuan Pemanenan rumput laut coklat dibudidayakan menggunakan rakit tiap bulan : 0 1 2 3 Rumput laut coklat dipotong, panjang thallus 10-15 cm 280 180 200 720 1.320 2.000 680 Rata- rata 280 190 1.020 1.340 Rumput laut coklat utuh, panjang thallus 15-20 cm 280 840 1000 360 440 2.340 3.120 Rata- rata 280 920 400 2.710 Selain itu pada Tabel 6 dapat dilihat juga pada viskositas rumput laut coklat yang dipotong setelah dibudidayakan selama 3 bulan besarnya adalah 1.340 cps.,sedangkan rumput laut coklat yang utuh saat dibudidayakan setelah berumur 3 bulan, viskositasnya adalah 2.710 cps. 89

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Laju pertumbuhan dari rumput laut coklat utuh saat dibudidayakan cukup tinggi. Setelah berumur 3 bulan terjadi perubahan berat dari rumput laut coklat dari 3,4 kg menjadi 13,6 kg. Laju pertumbuhan rumput laut coklat yang dipotong saat dibudidayakan lebih rendah, setelah berumur 3 bulan terjadi perubahan berat dari rumput laut coklat yang beratnya dari 3,8 kg menjadi 8,5 kg. Viskositas Na-alginat hasil dari cara budidaya pertama adalah 280 cps dan meningkat menjadi 2. 050 cps, sedangkan dari cara budidaya kedua, adalah 280 cps dan meningkat menjadi 2.000 cps setelah 3 bulan budidaya. Saran Perlu adanya usaha yang berkelanjutan dari penelitian budidaya rumput laut coklat tersebut dengan mencari hubungan antara umur rumput laut coklat yang dibudidayakan dengan mutu fisiko kimia Na-alginat DAFTAR PUSTAKA Borja, PC., 1974. The Euchema seaweed industry in Philipines in International Seminar on Fisheries Resources and their management in South East Asia. Nov 18 th. Dec 7 th. 1974. Berlin. Clinton, JD.,CM. Arthur and PC. Donald, 1974. Ecological studies of Floridean Euchema (Rhodophyta, Gigartinales) I.seasonal growth and reproduction. Bull. Mar.Dci. 24:235-273. Chapman, VJ dan DJ. Chapman, 198. Seaweed and their uses. 3 rd edition. Chapman and Hall, New York. Cottrell and Kovacs, 1980. Alginate. Didalam Davidson, RL. (Ed.) Hand Book of Water Soluble Gums and Resin. Mc Graw-Hill Book Co., New York. Page 2-43. Doty, MS.,1973. Euchema Farming for Carragenan. Vrihi-seagrant-ar-73, Hawaii: 21 pp. Food Chemichal Codex, 1980. Food Chemical Codex, 3 rd Academic of Science. Washington D.C. Page. 155-195. ed. Volume III. National 90

King, HK. 1983. Brown seaweed extract (Alginates). Dalam M Glickman (Ed) Food Hydrocoloids Volume II. CGC Press, Inc. Boca Reton, Hal. 115-182. Mubarak, H. 1975. Percobaan penanaman rumput laut Euchema spinosum (Rhodophyta, Gigartinales) Dipulau Somaringa, Kecamatan Menui Kepulauan Sulawesi Tengah, Akhir Juli Awal Oktober 1975. LPPL 1/75-P.L : 78-95. Sulistijo, WS; Atmaja, V Toro, dan MG Lyl, 1978. Usaha Pengembangan Budidaya Rumput Laut, Simposium Modernisasi Perikanan Rakyat, 27-30 Juni 1978. Lembaga Penelitian Perikanan Laut Bidang Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Yunizal, Jovita Tri Murtini, Jamal Basmal, Tazwir dan Nurul Hak, 2001. Penelitian Teknologi Ekstraksi Alginat dari Rumput Laut Coklat (Phaeophychae). Laporan Teknis Penelitian. Instalasi Penelitian Perikan Laut Slipi, Jakarta. 100 Hal. Wade, A dan Waller. PJ., 1994. Sodium Alginate. Hand-book of Pharmaceutical Excipients. 2 nd Ed. The Pharmaceutical Press. London. Page 428-429. 91