1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Ida Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar dan beragam. Berbagai sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru (Dahuri 2000). Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi negara dan budidayanya merupakan sumber pendapatan nelayan, dapat menyerap tenaga kerja, serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan Indonesia yang sangat potensial. Sebagai negara kepulauan, maka pengembangan rumput laut di Indonesia dapat dilakukan secara luas oleh para petani/nelayan. Sebagai dasar hukum dalam mendorong kegiatan usaha budidaya laut maka pemerintah telah mengeluarkan Keppres No. 23 tahun 1982 tentang Pengembangan Budidaya Laut di perairan Indonesia. Perkembangan penelitian rumput laut di Indonesia telah dimulai sejak Ekspedisi Siboga yang dilakukan antara tahun Penelitian selanjutnya van Bosse tahun telah berhasil mengoleksi jenis rumput laut yang tumbuh di perairan Indonesia sebanyak 555 jenis. Pada penelitian Van Bosse tahun di Kepulauan Kai pada Ekspedisi Danish menemukan sebanyak 25 jenis alga merah, 28 jenis alga hijau dan 11 jenis alga coklat. Penelitian identifikasi jenis rumput laut berlanjut pada penelitian Snellius-II tahun 1985 yang menemukan 41 jenis alga merah, 59 jenis alga hijau dan 9 jenis alga coklat, sedangkan pada penelitian Buginesia-III pada tahun ditemukan sebanyak 118 jenis alga merah, 80 jenis alga hijau dan 36 jenis alga coklat (Basmal 2001). Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang potensial untuk pengembangan rumput laut karena memiliki panjang pantai ± 95 km dengan luas km 2. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jeneponto dari tahun , luas areal pemeliharaan dan produksi rumput laut mengalami peningkatan (Tabel 1). Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu dari aspek teknis
2 usaha budidaya rumput laut mudah dilakukan dan waktu pemeliharaan relatif singkat, sedangkan dari aspek ekonomi usaha menguntungkan karena biaya pemeliharaan murah. Tabel 1 Luas areal pemeliharaan (ha) dan produksi (ton) rumput laut di Kabupaten Jeneponto tahun Tahun Luas areal pemeliharaan (ha) Produksi (ton) , , , , , ,5 Sumber: Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jeneponto (2004) Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan di Kabupaten Jeneponto adalah Eucheuma cottonii. Jenis ini mempunyai nilai ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan. Dalam dunia industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat, karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan dan lain-lain (Mubarak et al. 1990). Secara umum kandungan dan komposisi kimia rumput laut dipengaruhi oleh jenis rumput laut, fase (tingkat pertumbuhan), dan umur panennya. Untuk memperoleh mutu karaginan yang baik, umur panen rumput laut Eucheuma cottonii adalah lebih dari 10 minggu (Suryaningrum et al. 1991). Hasil penelitian Pamungkas (1987) menunjukkan bahwa rendemen dan viskositas karaginan tertinggi diperoleh dari Eucheuma cottonii yang dipanen pada umur 45 hari, sedangkan kekuatan gel tertinggi diperoleh dari hasil panen yang berumur 60 hari. Luthfy (1988) melaporkan bahwa Eucheuma cottonii mengandung kadar abu 19,92 %, protein 2,80 %, lemak 1,78 %, serat kasar 7,02 % dan karbohidrat 68,48 %. Pemanenan dilakukan bila rumput laut telah mencapai berat tertentu, yakni sekitar empat kali berat awal (dalam waktu pemeliharaan 1,5 4 bulan). Untuk jenis Eucheuma dapat mencapai berat sekitar g, maka jenis ini sudah dapat dipanen, masa panen tergantung dari metode dan perawatan yang
3 dilakukan setelah bibit ditanam (Aslan 1998). Iksan (2005) melaporkan bahwa kualitas rumput laut Eucheuma cottonii terbaik diperoleh pada umur panen 4 minggu, bibit awal 125 g, bobot basah 1012,5 g dan produksi bobot keringnya 165 g serta kadar karaginan 50,09 %. Ekstraksi karaginan dari rumput laut Eucheuma pada prinsipnya merebus rumput laut dalam larutan alkali kemudian disaring, dijendalkan, dipres dan dikeringkan kembali. Ekstraksi dipengaruhi beberapa faktor antara lain lama dan suhu ekstraksi. Towle (1973) menyatakan bahwa proses ekstraksi dengan alkali mempunyai fungsi untuk membantu ekstraksi polisakarida menjadi lebih sempurna sehingga dapat meningkatkan kekuatan gel. Waktu ekstraksi mempengaruhi kekentalan larutan karaginan. Yunizal et al. (2000) melaporkan konsentrasi KOH 6 8 % pada suhu o C selama 2 3 jam dengan viskositas yang dihasilkan cp. Marine Colloid (1978) menyatakan bahwa waktu ekstraksi rumput laut jenis Eucheuma cottonii selama 18 jam, sedangkan Eucheuma spinosum dilakukan selama 3 jam pada suhu 95 o C. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mutu karaginan masih terbatas di Kabupaten Jeneponto, maka diperlukan penelitian terutama mengenai pengaruh umur panen, konsentrasi bahan pengekstrak (KOH) dan lama ekstraksi pada jenis rumput laut Eucheuma cottonii yang tepat terhadap mutu karaginan. 1.2 Perumusan Masalah Rumput laut yang dibudidayakan di Kabupaten Jeneponto belum mencapai produksi maksimum baik produksi basah maupun kering. Hal ini disebabkan karena petani rumput laut belum mengetahui lokasi budidaya yang sesuai dan umur panen yang tepat. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan rumput laut di daerah ini, maka rumput laut yang dipanen dapat diolah menjadi karaginan. Mutu karaginan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur panen, konsentrasi KOH dan lama ekstraksi. Sehingga diperlukan penelitian mengenai umur panen, konsentrasi KOH dan lama ekstraksi yang tepat untuk menghasilkan mutu karaginan yang baik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
4 (1) Belum diketahuinya umur panen, konsentrasi KOH dan lama ekstraksi tepat pada rumput laut Eucheuma cottonii terhadap mutu karaginan di Kabupaten Jeneponto. (2) Belum diketahuinya mutu karaginan yang dihasilkan dari Eucheuma cottonii di Kabupaten Jeneponto dengan mutu karaginan komersial. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menentukan umur panen rumput laut yang tepat dalam hubungannya dengan karaginan yang dihasilkan. (2) Menganalisis pengaruh konsentrasi KOH terhadap mutu karaginan. (3) Menganalisis pengaruh lama ekstraksi terhadap mutu karaginan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam pemasaran rumput laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Jeneponto dari rumput laut kering menjadi alkali treated cottonii (ATC) dan full refined carrageenan (FRC) sehingga dapat meningkatkan nilai jualnya. Tingginya harga jual rumput laut ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan rumput laut di Kabupaten Jeneponto dan pendapatan asli daerah (PAD). 1.5 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: (1) Umur panen berpengaruh terhadap mutu karaginan. (2) Konsentrasi bahan pengekstrak (KOH) berpengaruh terhadap mutu karaginan. (3) Lama ekstraksi berpengaruh terhadap mutu karaginan. 1.6 Kerangka Pemikiran Umur panen, konsentrasi KOH dan lama ekstraksi yang tepat dapat menghasilkan karaginan dengan mutu yang baik. Karaginan dengan mutu yang baik memiliki nilai jual yang tinggi. Untuk lebih jelas kerangka pemikiarn penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
5 Rumput Laut Umur Panen Rumput Laut : 40 hari 45 hari 50 hari Lama Ekstraksi : 2 jam 4 jam Konsentrasi KOH : 5 % 7 % 9 % Peningkatan Mutu Karaginan Peningkatan kesejahteraan nelayan rumput laut Peningkatan PAD Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian karakterisasi karaginan Eucheuma cottonii pada berbagai umur panen, konsentrasi KOH dan lama ekstraksi.
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya hasil alam terlebih hasil perairan. Salah satunya rumput laut yang merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis tinggi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati sangat besar dan beragam, salah satunya adalah rumput
Lebih terperinciPemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten dengan ekosistem kepulauan. Wilayah ini terdiri dari 27 pulau dimana diantaranya masih terdapat 8 pulau yang belum memiliki
Lebih terperinciOPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU
OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU Made Vivi Oviantari dan I Putu Parwata Jurusan Analisis Kimia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan memprihatinkan sehingga harus segera dicari
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.480 buah dan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Idris, et al. 2007) mempunyai potensi yang besar untuk
Lebih terperinciPrarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, termasuk salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 95.181 km dan memiliki keanekaragaman hayati laut berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut merupakan komoditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beralihnya ke bidang usaha perikanan karena semakin tingginya permintaan akan produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha bidang perikanan merupakan salah satu usaha yang produktif tapi masih jarang diminati oleh pengusaha baik lokal maupun investor asing. Akan tetapi pada beberapa
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kondisi oseanografi dan meteorologi perairan. Faktor oseanografi adalah kondisi perairan yang berpengaruh langsung terhadap
Lebih terperinciSTUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT
Laboratoium Teknik Reaksi Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Dini Fathmawati 2311105001 M. Renardo Prathama A 2311105013
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH :
KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH : AMRY MUHRAWAN KADIR G 621 08 011 Skripsi Sebagai salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Wilayah lautannya meliputi 5,8 juta km2 atau
Lebih terperinciBab I Pendahuluan A. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Rumput laut merupakan sumber daya alam lautan yang memiliki nilai gizi lengkap dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Rumput laut makanan (edible seaweed) telah
Lebih terperinciDalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan
Lebih terperinciKAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK
Media Litbang Sulteng 2 (1) : 01 06, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA Oleh : Mappiratu 1) ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas laut mencapai 5,8 juta km 2 dan panjang garis pantai mencapai 95.181 km, serta jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau (KKP 2009).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tepung Jagung Swasembada jagung memerlukan teknologi pemanfaatan jagung sehingga dapat meningkatkan nilai tambahnya secara optimal. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau ganggang dan hidup pada salinitas tinggi, seperti di perairan payau ataupun di laut. Rumput
Lebih terperinciPemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar
Komoditas unggulan Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik diperkirakan terdapat 555 species rumput laut total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar luas area budidaya rumput laut 1.110.900
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau yang dikenal dengan sebutan ganggang laut atau alga laut. Beberapa diantaranya
Lebih terperinciJurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 1, Februari 2013
KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA KARAGINAN RUMPUT LAUT JENIS Kappaphycus alvarezii PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA DI PERAIRAN DESA TIHENGO KABUPATEN GORONTALO UTARA Maya Harun, Roike I Montolalu dan I Ketut Suwetja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.
Lebih terperinciLampiran 1. Analisa ragam dan uji lanjut Duncan komponen proksimat
48 Lampiran 1. Analisa ragam dan uji lanjut Duncan komponen proksimat A. Kadar Abu 1. Analisis sidik ragam kadar abu Sumber keragaman bebas KT F hitung p value Jenis 1944.821 6 324.137 486.935.000 4.660
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar
Lebih terperinciEFISIENSI PENGGUNAAN LARUTAN ALKALI NaOH DALAM PENGOLAHAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA MENJADI SEMIKARAGINAN
EFISIENSI PENGGUNAAN LARUTAN ALKALI NaOH DALAM PENGOLAHAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA MENJADI SEMIKARAGINAN EFFICIENT USE OF ALKALINE OF NAOH SOLUTION IN PROCESSING SEAWEED OF EUCHEUMA BEING SEMI-REFINE CARRAGEENAN
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lokasi Penelitian Lapangan 4.1.1 Gambaran umum Dusun Wael merupakan salah satu dari 8 Dusun nelayan yang berada di Teluk Kotania Seram Barat. Secara geografis Dusun Wael
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. komoditas yang diunggulkan di sektor kelautan dan perikanan.. Tujuan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi pasar dan liberalisasi investasi, peran sektor pertanian menjadi semakin penting dan strategis sebagai andalan bagi pertumbuhan ekonomi. Salah satu pusat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk
I. PENDAHULUAN Eucheuma cottonii merupakan salah satunya jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena mengandung karaginan yang berupa fraksi Kappa-karaginan. Rumput
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Rumput laut merupakan tanaman laut yang sangat populer dibudidayakan di laut. Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar, batang maupun
Lebih terperinciBOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO
BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup
Lebih terperinciOPTIMASI PROSES PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT MERAH (Euchema cottonii)
Jurnal Galung Tropika, Januari 2013, hlmn. 23-32 OPTIMASI PROSES PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT MERAH (Euchema cottonii) Optimization Process of Carragenan from the Red Seaweed (Euchema cottonii)
Lebih terperinciV. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA
59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek
Lebih terperinciTUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT
TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT DISUSUN OLEH : NAMA : ANANG SETYA WIBOWO NIM : 11.01.2938 KELAS : D3 TI-02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012/2013 TEKNOLOGI BUDIDAYA
Lebih terperinciSumberdaya perikanan merupakan tumpuan harapan pembangunan. ekonomi, karena kurang dari dua pertiga wilayah Indonesia terdiri dari lautan
---- ------------------c http://www.mb.ipb.ac.id 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya perikanan merupakan tumpuan harapan pembangunan ekonomi, karena kurang dari dua pertiga wilayah Indonesia
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN
KONVERSI Volume 4 No1 April 2015 ISSN 2252-7311 PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN Wulan Wibisono Is Tunggal 1, Tri Yuni Hendrawati 2 1,2
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut
1 1. PENDAHULUAN Rumput laut atau yang biasa disebut seaweed tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Sargassum talusnya berwarna coklat, berukuran besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar
Lebih terperinciJurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 213 KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA KIMIA KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii PADA BERBAGAI UMUR PANEN YANG DIAMBIL DARI DAERAH PERAIRAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai
PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan
Lebih terperinciREKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)
REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Komarawidjaja, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumput laut merupakan salah satu potensi sumber daya alam yang banyak tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia. Rumput laut dapat tumbuh dengan baik terutama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam pembangunan bidang ekonomi di Provinsi Lampung. Kakao merupakan salah satu komoditas
Lebih terperinciKARAKTERISTIK Alkali Treated Cottonii (ATC) DAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA. Oleh: Nandi Sukri C
O w KARAKTERISTIK Alkali Treated Cottonii (ATC) DAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA Oleh: Nandi Sukri C34102001 PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selain peran geopolitik, laut juga memiliki peran geoekonomi (Mulyadi, 2007). Rumput laut merupakan salah satu jenis komoditas unggulan budi daya perairan dengan nilai
Lebih terperinciKAJIAN SIFAT FISIKA-KIMIA KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS EUCHEUMA SP DI PERAIRAN SULAWESI SELATAN
Jurnal Galung Tropika, 2 (2) Mei 213, hlmn.64-76 ISSN 232-4178 KAJIAN SIFAT FISIKA-KIMIA KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS EUCHEUMA SP DI PERAIRAN SULAWESI SELATAN STUDY THE CHARACTERISTICS PHYSICS-CHEMISTRY
Lebih terperinciModifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura
Modifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura Titiek Indhira Agustin Correspondence: Fishery, Faculty of Marine Technology and Science, UHT,
Lebih terperinciBab III Bahan dan Metode
Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut
22 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode Penelitian, (3) Deskripsi Percobaan. 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan
Lebih terperinciVIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat di Kabupaten Bantaeng. Indikasinya dapat dilihat dari hamparan budidaya rumput laut yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ATC Kappaphycus alvarezii PADA PERLAKUAN UMUR PANEN DAN SUHU EKSTRAKSI BERBEDA
27 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XIV (1): 27-31 ISSN: 0853-6384 Full Paper KARAKTERISTIK ATC Kappaphycus alvarezii PADA PERLAKUAN UMUR PANEN DAN SUHU EKSTRAKSI BERBEDA THE CHARACTERISTIC OF ATC OF Kappaphycus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo (C. gariepinus). Ikan ini memiliki pertumbuhan yang cepat,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang memiliki potensi budidaya yang menjanjikan di Indonesia. Berbagai macam ikan dapat dibudidayakan, terutama ikan air tawar yaitu
Lebih terperinciSTUDI LAMA WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP MUTU KARAGENAN (Eucheuma cottoni) ABSTRAK
STUDI LAMA WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP MUTU KARAGENAN (Eucheuma cottoni) L. Ega (1), C.G.C. Lopulalan (2), Rocky Rangkoratat (3) (1) dan (2) Staf Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciKajian Mutu Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii
38 Artikel Penelitian Kajian Mutu Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Sifat Fisiko-Kimia pada Tingkat Konsentrasi Kalium Hidroksida (KOH) yang Berbeda Study of Seaweed (Eucheuma cottonii)
Lebih terperinciPengaruh Perbedaan Jenis Dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Kekuatan Gel Dan Viskositas Karaginan Kappaphycus alvarezii, Doty
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 127-133 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr Pengaruh Perbedaan Jenis Dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Kekuatan
Lebih terperinciABSTRACT THE EFFECT OF CONCENTRATION OF ADDITION IOTA CARRAGEENAN AND KAPPA CARRAGEENAN ON THE CHARACTERISTICS OF TOFU
ABSTRACT Alvin Avianto (03420060002) THE EFFECT OF CONCENTRATION OF ADDITION IOTA CARRAGEENAN AND KAPPA CARRAGEENAN ON THE CHARACTERISTICS OF TOFU xv + 64 pages: 9 Tables; 17 Picture; 37 Appendixes Carrageenan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Oktober 2005 sampai bulan Maret 2006. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu penelitian lapang
Lebih terperinciPENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila
ISSN 1907-9850 PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang paling potensial dikembangkan di Indonesia dan juga merupakan salah satu produk unggulan pemerintah dalam mencapai visi pembangunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. laut yang sangat besar untuk dikembangkan, luas potensi budidaya laut
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi budidaya laut yang sangat besar untuk dikembangkan, luas potensi budidaya laut diperkirakan mencapai 26 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buah berwarna menarik (biasanya merah), mempunyai aroma dan rasa yang. pengisi untuk meningkatkan kekentalan saus.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sangatlah kaya dengan sumber daya alam, misalnya saja kekayaan hayati atau tumbuhan. Melalui suatu proses pengolahan pangan yang baik akan dihasilkan produk-produk
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO Feasibility Analysis of Seaweed Farming in the Village Mallasoro Bangkala District Jeneponto Irmayani,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dua pertiga dari luas negara Indonesia terdiri dari laut dan dilalui garis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dua pertiga dari luas negara Indonesia terdiri dari laut dan dilalui garis khatulistiwa serta kaya akan sumberdaya laut. Di samping fauna laut yang beraneka ragam dijumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa jenis, diantaranya kangkung air (Ipomoea aquatica
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kangkung merupakan salah satu anggota famili Convolvulaceae. Tanaman kangkung dapat digolongkan sebagai tanaman sayur. Kangkung terdiri dari beberapa jenis, diantaranya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala
Lebih terperinciSIFAT FISIK DAN KIMIAWI KARAGENAN YANG DIEKSTRAK DARI RUMPUT LAUT
41 SIFAT FISIK DAN KIMIAWI KARAGENAN YANG DIEKSTRAK DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DAN E. spinosum PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA PHYSICAL AND CHEMICAL CHARACTERISTICS OF CARRAGEENAN EXTRACTED FROM E.
Lebih terperinciINDAH KUMALASARI J
PERBEDAAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA MIE BASAH TERHADAP KEKUATAN REGANGAN (TENSILE), KADAR SERAT KASAR (CRUDE FIBER), DAN DAYA TERIMA SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia
41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah
Lebih terperinciVolume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:
TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman bahan pangan yang melimpah. Bahan pangan memang melimpah namun Indonesia masih memiliki ketergantungan dengan impor
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. daerah Gunung Kidul Yogyakarta dan pesisir Nusa Tenggara (Julyasih et
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selada laut (Ulva lactuca L) adalah makroalga laut yang banyak digunakan sebagai bahan pangan oleh masyarakat Indonesia di beberapa daerah seperti daerah Gunung Kidul
Lebih terperinciKAJIAN EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SERTA APLIKASINYA SEBAGAI PENSTABIL ES KRIM. Oleh : JUNITA SISWATI
KAJIAN EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SERTA APLIKASINYA SEBAGAI PENSTABIL ES KRIM Oleh : JUNITA SISWATI PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK JUNITA SISWATI. Kajian
Lebih terperinciTim Peneliti KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akhir ini merupakan rentetan pekerjaan yang harus diselesaikan sehubungan dengan adanya kerjasama Pusat Penelitian Oceanografi (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi. Selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber asam lemak esensial yang menunjang perbaikan kualitas sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
Lebih terperinciOPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PADA PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI UNTUK MENCAPAI FOODGRADE
OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI PADA PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI UNTUK MENCAPAI FOODGRADE Dian Yasita dan Intan Dewi Rachmawati Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Lebih terperinciGambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar
Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP
STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP Ribut Santoso 1, Didik Wahyudi 2 dan Arfinsyah Hafid A 3 Fakultas Pertanian Universitas Wiraraja Sumenep ABSTRAK Rumput laut masih
Lebih terperinciBuletin Teknologi Hasil Perikanan Vol VII Nomor 1 Tahun 2004
PENGARUH UMUR PANEN RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum filipendula) TERHADAP MUTU FISIKO-KIMIA NATRIUM ALGINAT YANG DIHASILKANNYA Nurul Hak * dan Tazwir * Abstrak Penelitian tentang pengaruh umur panen rumput
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas industri makanan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrogel adalah jaringan polimer tiga dimensi dengan ikatan silang (crosslinked) pada polimer hidrofilik, yang mampu swelling atau menyimpan air dan larutan fisiologis
Lebih terperinciBAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam obat dikonsumsi manusia untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Tetapi ada beberapa jenis obat yang bila dikonsumsi memiliki rasa atau aroma tidak enak sehingga
Lebih terperinciJurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 2, Agustus 2017
Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 5, No. 2, Agustus 217 KUALITAS RUMPUT LAUT MERAH (Kappaphycus alvarezii) DENGAN METODE PENGERINGAN SINAR MATAHARI DAN CABINET DRYER, SERTA RENDEMEN SEMI-REFINED
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya yang tergolong miskin secara garis besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal di pesisir pantai
Lebih terperinciSKRIPSI. ANALISIS TINGKAT PRODUKSI PETANI RUMPUT LAUT di KABUPATEN JENEPONTO ANDI FAIZAL AKBAR
i SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PRODUKSI PETANI RUMPUT LAUT di KABUPATEN JENEPONTO ANDI FAIZAL AKBAR JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 ii SKRIPSI ANALISIS
Lebih terperinciV. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT 5.1 Kesesuaian Kawasan Budidaya Rumput Laut Keberhasilan suatu kegiatan budidaya rumput laut sangat ditentukan oleh faktor lahan perairan, oleh
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA POTENSI RUMPUT LAUT BANTEN DALAM BIOINDUSTRI
Kode/Nama Rumpun Ilmu*: 161/ Teknologi Industri Pertanin (Agroteknologi) LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMULA POTENSI RUMPUT LAUT BANTEN DALAM BIOINDUSTRI POTENSI
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA KARAGINAN DARI Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI BAGIAN THALUS, BERAT BIBIT DAN UMUR PANEN MAX ROBINSON WENNO
KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA KARAGINAN DARI Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI BAGIAN THALUS, BERAT BIBIT DAN UMUR PANEN MAX ROBINSON WENNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN
Lebih terperinci