REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)
|
|
- Verawati Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014
2 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL RINGKASAN Penetapan harga dasar rumput laut sebagai salah satu jalan perlindungan yang harus dilakukan oleh pemerintah ketika terjadi lonjakan produksi. Penetapan harga dasar diperlukan karena harga jual rumput laut kering jenis E.spinosum dan E.cottoni mengalami fluktuasi dan pendapatan dari usaha rumput laut secara keseluruhan masih dibawah UMK (Upah Minimum Kabupaten). Pendekatan yang dilakukan untuk melakukan penetapan harga dasar rumput laut adalah full costing. Harga pokok produksi dengan pendekatan full costing terdiri dari bahan langsung (bibit spionsum dan cottoni) tenaga kerja langsung (tenaga kerja ikat bibit) dan overhead pabrik tetap (biaya perawatan berupa patok dan tali) dan tidak tetap.(plastik pengikat dan plastik pembungkus). Harga dasar untuk rumput laut kering jenis E.spinosum adalah sebesar Rp 3.446/kg dan untuk rumput laut kering jenis E.cottoni adalah sebesar Rp untuk studi kasus pembudidaya rumput laut Nusa Penida PENDAHULUAN Selama hampir 1 dasawarsa volume produksi rumput laut Indonesia dari tahun meningkat lebih dari 1000%. Hal ini menunjukkan bahwa rumput laut menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan produk perikanan Indonesia. Rumput laut memiliki kegunaan yang sangat penting untuk bahan baku industri kosmetika, industri farmasi dan bahan makanan. Komoditas rumput laut menjadi salah satu komoditas industrialisasi yang ditetapkan oleh KKP bersama dengan komoditas Tuna Tongkol Cakalang (TTC), udang, bandeng dan patin. Industrialisasi rumput laut tidak hanya sebatas untuk meningkatkan devisa negara, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup pembudidaya rumput laut. Menurut [1], eksportir Indonesia terdiri dari 2 jenis eksportir yaitu (1). Eksportir yang tidak melakukan kegiatan pengolahan adalah mereka yang mengekspor rumput laut dalam bentuk kering; (2). Eksportir yang melakukan kegiatan pengolahan adalah perusahaan pengolah yang dapat menghasilkan produk berupa SRC (Semi Refine Carrageenan) dan ATC (Alkali Treatment Cottonii). Berdasarkan hasil penelitian [2], analisis potensi pasar rumput laut di Indonesia berupa analisis peluang pasar dan analisis potential demand menunjukkan rumput laut Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Hal tersebut ditunjukkan dari jumlah kebutuhan rumput laut dalam dan luar negeri. Industri rumput laut Indonesia harus memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri sebesar ton dan pasar luar negeri sebesar ton. Menurut 22 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR
3 Januari Maret Mei Juli September November Januari Maret Mei Juli September November [REKOMENDASI KEBIJAKAN] 2014 Anggadiredja et al., (2006) dalam [3], memperkirakan pasar dunia produk olahan rumput laut meningkat sekitar 10% setiap tahun untuk karaginan semirefine (SRC), agar, dan alginate untuk industri. Adapun alginat digunakan untuk makanan meningkat sebesar 7,5% dan karaginan refine sebesar 5%. Harga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah nilai suatu barang yang ditentukan atau dirupakan dengan uang. Harga output atau harga hasil produksi (panen) terbentuk dari akibat bertemunya permintaan dengan penawaran atau kata lainnya harga output adalah harga ditentukan ketika ada transaksi jual beli. Dinamika harga output adalah nilai yang diterima oleh para pembudidaya sebagai sumber pendapatan rumah tangga. Harga output dapat digunakan sebagai bagian alat ukur daya beli dalam indikator kesejahteraan yang dikenal dengan indeks nilai tukar. Nilai tukar merupakan indeks perbandingan dari nilai yang diterima dengan nilai yang dibayarkan. Nilai diterima merupakan hasil perkalian volume produksi dengan harga output produksi tersebut. RELEVANSI DENGAN ISU YANG DIBAHAS 13,000 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Spinosum Cottoni Gambar 1. Dinamika Harga Output Cottoni dan Spinosum yang Diterima Pembudidaya Rumput Laut Nusa Penida PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR
4 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April [REKOMENDASI KEBIJAKAN] 2014 Harga output rumput laut dalam bentuk kering menunjukkan ketidakstabilan, berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya adalah adanya permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak. Hal ini membawa dampak terhadap kelangsungan usaha rumput laut. Di pihak lain para tengkulak mengatakan bahwa harga terbentuk akibat dari kualitas mutu dari rumput laut kering tersebut. Banyak hasil panen rumput laut kering yang dipanen baru berumur 30 hari yang seharusnya 45 hari hal ini sangat mempengaruhi tingkat kandungan karagenan dalam rumput laut jenis cottoni dan spinosum. Selain itu kadar air yang terkandung dalam rumput laut kering tersebut lebih dari 38%, oleh karena itu menjadi alasan tengkulak untuk melakukan sortir atau grading terlebih dahulu sebelum dikirim ke pabrik di Surabaya dan biaya untuk melakukan sortir atau grading tersebut dibebankan ke pembudidaya dengan menurunkan harga output rumput laut kering. 1,300,000 1,250,000 1,200,000 1,150,000 1,100,000 1,050,000 1,000, , , , , , , , , , ,000 Pendapatan Gambar 2. Pendapatan Rata-Rata Perbulan Pembudidaya Rumput Laut Nusa Penida Upah minimum Kabupaten Klungkung tahun 2013 sebesar Rp , secara keseluruhan hasil dari budidaya rumput laut di Nusa Penida berada dibawah UMK namun pada bulan maret 2012 berada diatas UMK dengan peningkatan sebesar 8%. Kegiatan budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti kualitas perairan, kondisi perairan seperti gelombang besar serta kondisi cuaca seperti intensitas matahari yang tinggi dan curah hujan. 24 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR
5 OPSI KEBIJAKAN Penetapan harga minimum atau harga dasar merupakan batas seberapa rendah harga dapat dikenakan pada suatu produk melalui kesepakatan bersama atau ketentuan pemerintah. Supaya harga dasar bisa efektif, maka harga dasar harus lebih besar dari harga equilibrium. kebijakan harga dasar dapat biasa digunakan pada saat ditemukan kapasitas produksi di pasar terlalu sedikit sehingga kuantitas barang beredar di pasar lebih rendah dari permintaan pasar, hal ini dikarenakan terlalu rendahnya harga jual yang ada di pasar, sehingga selisih harga produksi dengan harga jual pasar terlalu kecil, hal ini menyebabkan produsen takut untuk memperbanyak kapasitas produksi mereka dikarenakan harga jual yang rendah dan supplier cenderung menyimpan barang mereka menunggu harga pasar pulih kembali. oleh karena itu dalam situasi seperti ini pemerintah biasanya menetapkan harga dasar. Harga dasar yang ditetapkan akan berada di atas harga equilibrium pasar, seperti dijelaskan di atas. namun pada saat kebijakan ini dijalankan, ada beberapa efek sampingnya, terutama pada sisi konsumen, konsumen akan diberatkan pada naiknya atau tingginya harga suatu produk yang dikenakan harga dasar tersebut, mereka harus membayar lebih mahal. sementara itu, dari sisi produsen atau pun supplier, mereka akan mendapatkan jaminan atas harga yang lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga ada keamanan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Ketidakstabilan harga rumput laut kering dipicu oleh karena sangat minim perlindungan yang dilakukan pemerintah terhadap usaha rumput laut meliputi standarisasi metode budidaya, sistem distribusi antar pulau dan ketentuan harga pokok produksi. Hal ini menyebabkan daya saing produksi dari rumput laut tersebut rendah. Penetapan harga pokok produksi rumput laut sangat dibutuhkan untuk setiap sentra produksi sebagai basis penentuan harga jual. Penetapan harga pokok rumput laut kering menggunakan pendekatan full costing. Pendekatan ini memperlakukan semua biaya produksi sebagai harga pokok tanpa memperhatikan biaya tidak tetap dan biaya tetap [4]. Harga pokok produksi dengan pendekatan full costing terdiri dari bahan langsung (bibit spionsum dan cottoni) tenaga kerja langsung (tenaga kerja ikat bibit) dan overhead pabrik tetap (biaya perawatan berupa patok dan tali) dan tidak tetap.(plastik pengikat dan plastik pembungkus) 25 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR
6 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Full Costing untuk Rumput Laut Kering Jenis E.spinosum dan E.cottoni (studi kasus Nusa Penida usia panen 30 hari kadar air 39%) Jenis Biaya E.spinosum E.cottoni Biaya Bahan Baku Rp Rp Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp Rp Biaya Overhead Tetap Rp Rp Biaya Overhead Tidak Tetap Rp Rp Jumlah Biaya Produksi Rp * Rp * Hasil Produksi (kg kering) Harga Pokok Produksi (kg kering) Rp ** Rp ** Asumsi Setelah Kenaikan Harga BBM November 14 (kg kering) Rp *** Rp *** Keterangan * : Memasukan biaya bibit yang berasal dari hasil panen ** : Hasil pembagian biaya produksi tanpa biaya bahan baku (bibit) dibagi produksi kering *** : Kenaikan 30% dari harga pokok produksi sebelum kenaikan BBM Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas perlu ada mekanisme penetapan harga dasar dengan skenario kebijakan. Skenario kebijakan yang dimaksud tertuang dalam tabel berikut Skenario Kebijakan, Penjelasan, Program Prioritas dan Langkah Eksekusi dalam Penetapan Harga Dasar Rumput Laut Nasional Skenario Penjelasan Program Prioritas Langkah Eksekusi Kebijakan Penetapan Sistem pengendalian Pelaksanan BBPSEKP melakukan Harga Dasar Rumput Laut harga berdasarkan biaya pokok produksi dan mengacu standar baku mutu yang sesuai dalam industri karagenan penelitian penetapan harga dasar rumput laut nasional Penyiapan instrumen penetapan harga meliputi dasar hukum berupa keputusan menteri perdagangan penelitian berupa analisis penentuan harga dasar rumput laut nasional mengacu baku mutu yang sesuai dengan industri karagenan dan hasil penelitian disosialisasikan kepada P2HP dan DJPB KKP menginisiasi keputusan bersama dalam rangka penetapan harga dasar rumput laut bersama Kemendag dan 26 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR
7 Pembangunan infrastruktur pendukung Sebagai sistem instrumen pasar untuk menampung rumput laut kering ketika terjadi lonjakan produksi Penyiapan perangkat pengukuran baku mutu rumput laut kering di tingkat pembudidaya Monitoring teknis budidaya rumput laut yang sesuai untuk menghasilkan karagenan tinggi Pembangunan gudang-gudang oleh pemerintah pusat (KKP dan Kemendag) dan pemerintah daerah yang dikelola oleh professional atau koperasi menyiapkan juklak implementasi penetapan harga dasar rumput laut P2HP berkoordinasi dengan DJPB untuk melakukan penyiapan perangkat pengukuran baku mutu DJPB berkoordinasi dengan penyuluh untuk monitoring teknis budidaya rumput laut dan melakukan penyuluhan untuk perbaikan teknis budidaya rumput laut yang sesuai. KKP, Kemendag bersama pemda untuk menyiapkan juklak pengelolaan gudang sebagai tempat penampungan rumput laut kering ketika terjadi lonjakan produksi KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Kesimpulan yang diambil adalah penetapan harga pokok produksi sebagai dasar harga jual rumput laut kering melihat dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para pembudidaya. Harga dasar yang dapat ditawarkan untuk jenis rumput laut E.spinosum adalah Rp /kg dan jenis E.cottoni Rp /kg. hal ini diharapkan pada saat penawaran tinggi ada kepastian keamanan produksi sehingga tidak menyebabkan harga jual pembudidaya tidak jatuh. Penentuan harga dasar yang dilakukan pemerintah adalah bentuk perlindungan pemerintah terhadap usaha budidaya rumput laut, apabila jika terjadi lonjakan produksi pemerintah dapat memberi perlindungan dengan membeli hasil panen rumput laut kering tersebut dengan menggunakan harga dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Penentuan harga dasar tidak hanya didasari pada biaya 27 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR
8 pokok produksi namun memikirkan komponen biaya transportasi, sehingga harga dasar rumput laut pada wilayah timur dengan wilayah barat berbeda. Rekomendasi kebijakan yang dapat ditawarkan adalah (1). penetapan harga dasar rumput laut yang mengacu pada standar mutu yang sesuai dengan mutu industri karagenan dalam bentuk penelitian secara nasional yang kemudian hasil dari penelitian tersebut disosialisasikan sebagai dasar peraturan keputusan bersama menteri KKP dan Kemendag dengan menyiapkan instrumen, penyiapan perangkat pengukuran mutu dan monitoring teknis budidaya rumput laut yang sesuai serta sebelumnya melakukan penelitian secara analisis penentuan harga nasional pada banyak titik sentra produksi rumput laut di Indonesia, (2). pembangunan infrastruktur pendukung sebagai bentuk sistem instrumen pasar ketika terjadi lonjakan produksi, pemerintah dapat menampung rumput laut kering dengan harga dasar tersebut. DAFTAR PUSTAKA (1). Zamroni, A. A.H.Purnomo dan Mira Keragaan Sosial Ekonomi Usaha Budidaya dan Pemasaran Rumput Laut di Bulukumba dan Palopo (Studi Kasus Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Gracillaria sp). Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Volume 1 No. 1 Juni Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan BRKP KKP. Hal (2). Yusuf, R. Mira dan A. Zamroni Analisis Potensi Pasar Rumput Laut di Indonesia. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Volume 1 No. 1 Juni Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan BRKP KKP. Hal (3). Rajagukguk, M.M Analisis Daya Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional. [Skripsi, Tidak Diterbitkan]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor: Institut Pertanian Bogor (4). Wahyuningsih, W Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi Pada Pembuatan Tahu Fajar Di Jumantono. (Skripsi Non Reguler). Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal 1-80 PENULIS REKOMENDASI Cornelia M Witomo dan Andrian Ramadhan Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan tone_poenya@yahoo.com 28 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL BALAI BESAR
V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA
59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.
Lebih terperinciREKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)
REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR PENELITIAN BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 RINGKASAN PENGENDALIAN HARGA
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia
41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang paling potensial dikembangkan di Indonesia dan juga merupakan salah satu produk unggulan pemerintah dalam mencapai visi pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara
Lebih terperinciGambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar
Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar
Lebih terperinciVolume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:
TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciVIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT
83 VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT 8.1. Struktur Biaya, Penerimaan Privat dan Penerimaan Sosial Tingkat efesiensi dan kemampuan daya saing rumput laut di
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya hasil alam terlebih hasil perairan. Salah satunya rumput laut yang merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan
Lebih terperinciPenetapan Harga ( Ceiling Price dan Floor Price )
Penetapan Harga ( Ceiling Price dan Floor Price ) Bentuk intervensi pemerintah dalam ekonomi mikro adalah kontrol harga. Tujuan kontrol harga adalah untuk melindungi konsumen atau produsen. Bentuk kontrol
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas laut mencapai 5,8 juta km 2 dan panjang garis pantai mencapai 95.181 km, serta jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau (KKP 2009).
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciOLEH: MIRA CLENIA Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2008, Hal. 31 38 ISSN: 1412-3126 Vol. 15, No.1 ANALISIS RASIO BIAYA SUMBERDAYA DOMESTIK USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI INDONESIA. OLEH: MIRA CLENIA Peneliti pada Balai
Lebih terperinciVIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat di Kabupaten Bantaeng. Indikasinya dapat dilihat dari hamparan budidaya rumput laut yang
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia
58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.
Lebih terperinciKONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH
Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. komoditas yang diunggulkan di sektor kelautan dan perikanan.. Tujuan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi pasar dan liberalisasi investasi, peran sektor pertanian menjadi semakin penting dan strategis sebagai andalan bagi pertumbuhan ekonomi. Salah satu pusat
Lebih terperinciDRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN
DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN JUDUL REKOMENDASI Sistem Rantai Pasok Dalam Mendukung Pengembangan Komoditas Patin Pasopati di Tulung Agung, Jawa Timur SASARAN REKOMENDASI Kebijakan Pasar dan Perdagangan,
Lebih terperinciEFISIENSI PENGGUNAAN LARUTAN ALKALI NaOH DALAM PENGOLAHAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA MENJADI SEMIKARAGINAN
EFISIENSI PENGGUNAAN LARUTAN ALKALI NaOH DALAM PENGOLAHAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA MENJADI SEMIKARAGINAN EFFICIENT USE OF ALKALINE OF NAOH SOLUTION IN PROCESSING SEAWEED OF EUCHEUMA BEING SEMI-REFINE CARRAGEENAN
Lebih terperinciVII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT
55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V, Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang didapat pada bab IV, penulis telah melihat bahwa hubungan harga jual produk sangat dipengaruhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau ganggang dan hidup pada salinitas tinggi, seperti di perairan payau ataupun di laut. Rumput
Lebih terperinciE.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak...
E.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak... (Fakhrina Fahma, dkk.) PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK RIMPANG TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 09/02/51/Th. VIII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2014, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,23 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari
Lebih terperinciBAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPeningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan
Draft Rekomendasi Kebijakan Sasaran: Perikanan Budidaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan Seri
Lebih terperinciLampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011
LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas
Lebih terperinciOPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU
OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU Made Vivi Oviantari dan I Putu Parwata Jurusan Analisis Kimia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2013, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,13 PERSEN Berdasarkan penghitungan dengan tahun dasar baru (2012
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI
LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. MARET 2015, NTP BALI TURUN SEBESAR 0,47 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Maret 2015 mengalami
Lebih terperinciBOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO
BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan
Lebih terperinciNASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 4 OPTIMALISASI KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT RAKYAT (PUGAR)
NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 4 OPTIMALISASI KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT RAKYAT (PUGAR) RINGKASAN Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) merupakan bagian PNPM Mandiri Kelautan
Lebih terperinciPenguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa
Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa Oleh: Akhmad Solihin Peneliti Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor Selatan Jawa yang menghadap Samudera Hindia adalah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 52/08/51/Th. IX, 3 Agustus 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JULI 2015, NTP BALI NAIK 0,64 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Juli 2015 tercatat mengalami
Lebih terperinciPengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK RUMPUT LAUT (Kasus: Perusahaan Winner Perkasa Indonesia Unggul, Depok) SUGANDI
ANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK RUMPUT LAUT (Kasus: Perusahaan Winner Perkasa Indonesia Unggul, Depok) SUGANDI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini sektor pertanian tetap dijadikan sebagai sektor andalan, karena sektor ini telah terbukti tetap bertahan dari badai krisis moneter, sementara itu sektor-sektor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 11/02/51/Th. IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2015, NTP BALI TURUN SEBESAR 0,01 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 03/01/51/Th. IV, 5 Januari 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. NOPEMBER 2009 NILAI TUKAR PETANI BALI MENINGKAT 0,08 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang atau membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan
Lebih terperinciPenentuan Harga Pokok Produksi Kunyit dan Produk Olahan di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar
Performa (2013) Vol. 12, No. 1: 25-32 Penentuan Harga Pokok Produksi Kunyit dan Produk Olahan di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar Nisa Rukma Toga *, Fakhrina Fahma, Murman Budijanto Jurusan Teknik
Lebih terperinciStrategi Pengembangan Industri Pengolahan Komoditas Rumput Laut E. Cotonii... (Hikmah) Hikmah
Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Komoditas Rumput Laut E. Cotonii... (Hikmah) STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KOMODITAS RUMPUT LAUT E. COTONII UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI SENTRA
Lebih terperinciANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA
1 ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA (Wholesaler Receiver) DARI DAERAH SENTRA PRODUKSI BOGOR KE PASAR INDUK RAMAYANA BOGOR Oleh Euis Dasipah Abstrak Tujuan tataniaga ikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. SEPTEMBER 2015, NTP BALI NAIK 0,28 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan September 2015 tercatat
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM AGRIBISNIS PADA USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma sp )
PENERAPAN SISTEM AGRIBISNIS PADA USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma sp ) IMPLEMENTATION OF AGRIBISNIS SYSTEM IN THE CULTIVATION OF SEAWEED (Eucheuma sp) Muhammad Rusdi 1, Musbir 2, Jusni 2 1 Universitas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 05/01/51/Th. X, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2015, NTP BALI TURUN 0,27 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Desember 2015 tercatat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2014, NTP BALI TURUN SEBESAR 2,04 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Desember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beralihnya ke bidang usaha perikanan karena semakin tingginya permintaan akan produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha bidang perikanan merupakan salah satu usaha yang produktif tapi masih jarang diminati oleh pengusaha baik lokal maupun investor asing. Akan tetapi pada beberapa
Lebih terperinciDAMPAK KENAIKAN HARGA IKAN SEGAR TERHADAP KESEJAHTERAAN NELAYAN Kajian Singkat
PUSAT KAJIAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERADABAN MARITIM DAMPAK KENAIKAN HARGA IKAN SEGAR TERHADAP KESEJAHTERAAN NELAYAN Kajian Singkat Suhana 2/4/2010 Suhana, 2010. Kenaikan harga ikan segar pada Desember
Lebih terperinciTinjauan Pasar Bawang Merah
Edisi : Bawang Merah/Agustus/2012 Tinjauan Pasar Bawang Merah Informasi Utama : Harga pada bulan Agustus 2012 dibandingkan bulan Juli 2012 untuk bawang merah lokal mengalami penurunan sebesar 12 %. Harga
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 62/09/51/Th. IX, 1 September 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. AGUSTUS 2015, NTP BALI TURUN 0,34 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Agustus 2015 tercatat
Lebih terperinciVI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT
67 VI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT Kebijakan pemerintah ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor atau melindungi produk dalam negeri agar dapat bersaing dengan
Lebih terperinciperluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam
Lebih terperinciV. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN
143 V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 1989-2008 Tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui posisi daya saing Indonesia dan Thailand dalam mengekspor udang ketiga pasar utama akan dilakukan menggunakan
Lebih terperinciANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT
ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk di dalamnya agribisnis. Kesepakatan-kesepakatan pada organisasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 11/02/51/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2016, NTP BALI TURUN 0,16 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Januari 2016 tercatat
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82
No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2015, NTP
Lebih terperinciPENDAHULUAN. laut yang sangat besar untuk dikembangkan, luas potensi budidaya laut
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi budidaya laut yang sangat besar untuk dikembangkan, luas potensi budidaya laut diperkirakan mencapai 26 juta
Lebih terperinciBAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.
BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah
Lebih terperinciVI HASIL DAN PEMBAHASAN
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris sebagian penduduknya adalah petani. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris sebagian penduduknya adalah petani. Hal ini berarti Indonesia merupakan salah satu produsen hasil-hasil pertanian. Tetapi sistem
Lebih terperinciLampiran 1: Surat Ijin Penelitian Tesis
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian Tesis xii Lampiran : Surat Ijin Penelitian Tesis xiii Lampiran 2: Surat Rekomendasi Penelitian xiv Lampiran : Surat Rekomendasi Penelitian xv Lampiran 3: Panduan Pertanyaan
Lebih terperinci(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)
TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) DONA WAHYUNING LAILY Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penghasilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang
Lebih terperinciTATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI
Tataniaga Rumput Laut TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI Ni Putu Ayuning Wulan Pradnyani Mahayana 1) dan Ratna Winandi 2) 1,2)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 49/12/51/Th.III, 1 Desember 2009 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. OKTOBER 2009 NILAI TUKAR PETANI BALI MENINGKAT 0,29 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 23/05/32/Th XIX, 2 Mei PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL SEBESAR 102,87 (2012=100) Nilai Tukar Petani
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2015
BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) JANUARI 2015 SEBESAR 100,89 No. 02/02/53/Th. XVII, 02 Februari 2015 Nilai Tukar Petani (NTP) bulan
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 NOMOR SP DIPA-32.11-/217 DS3194-532-4847-285 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU
Lebih terperinciManajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta
Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI
Lebih terperinciPERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG
67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada
Lebih terperinciPerkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung
Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 07/02/32/Th XIX, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2017 SEBESAR 103,25 (2012=100)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran Saluran pemasaran jagung menurut Soekartawi (2002) merupakan aliran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran jagung
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Perkembangan Nilai Tukar Petani, Harga Produsen Gabah dan Harga Beras di Penggilingan No. 58/11/32/Th. XIX, 1 November BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 34/6/32/Th XVII, 1 Juni 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2015 SEBESAR 102,48 (2012=100) Nilai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginat dan karaginan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumput laut merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginat dan karaginan yang banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi, dan industri lainnya
Lebih terperinci