V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V SUMBER DAYA ALAM

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kondisi Eksisting Lokasi Budidaya Tanaman Hias Kelurahan Srengseng

Tabel 19. Selisih Serapan dan Emisi Karbon Dioksida. (ton) ,19 52,56 64,59 85,95 101, , , ,53

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

TELAAH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERTANIAN DAN KEHUTANAN PROPINSI DKI JAKARTA*) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak

Data Agregat per Kecamatan

DAFTAR PUSTAKA. Amsyari, F Prinsip Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Mutiara. Jakarta

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

Oleh: Tarsoen Waryono **) Pendahuluan

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 2 : (2005)

Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Buangan Gas CO2 pada Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

Tugas Akhir. Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo. Dimas Fikry Syah Putra NRP

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 2 : (2005)

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

Momentum, Vol. 11, No. 2, Okt 2015, Hal ISSN , e-issn KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA PACITAN

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. X No. 2 : (2004)

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

IV. METODE PENELITIAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

KAJIAN MENGENAI KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM MENYERAP EMISI KARBON DI KOTA SURABAYA

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

Oleh: Tarsoen Waryono **)

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Luas Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan Berdasarkan Peraturan Penentuan luas hutan kota mengacu kepada dua peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu menurut PP No 62 Tahun 2002, persentase luas hutan kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat dan menurut UU No 6 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang merupakan pengganti UU No 24 Tahun 1992 setiap kota metropolitan harus memiliki ruang terbuka hijau minimal 30% dari luasan wilayah. Jika mengacu kepada Peraturan Pemerintah No 62 tahun 2002 dimana luas hutan kota yang harus dipenuhi oleh setiap daerah adalah minimal 10 % dari luas wilayah, dengan demikian Kotamadya Jakarta Pusat harus menyediakan lahan untuk hutan kota sebanyak 14,57 KM 2. Sedangkan jika mengacu UU No 24 Tahun 2007, Kotamadya Jakarta Selatan harus menyediakan lahan ruang terbuka hijau minimal seluas 43,719 KM 2. Berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kotamadya Jakarta Selatan tahun 2006, penggunaan lahan di Kotamadya Jakarta Selatan terluas adalah penggunaan untuk perumahan dengan persentase areal yang digunakan 71,56 % dari luas Kotamadya Jakarta Selatan. Secara lengkap penggunaan lahan di Kotamadya Jakarta Selatan adalah sebagai berikut Tabel 4. Persentase Penggunaan Tanah di Kotamadya Jakarta Selatan Kawasan Persentase (%) Perumahan 71,56 Industri 1,62 Kantor dan Gudang 12,06 Taman 1,31 Pertanian 1,93 Lahan tidur 1,04 Pertokoan 10,48 Total 100 Sumber : Kotamadya Jakarta Selatan dalam Angka (2007) Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa luas ruang terbuka hijau yang ada di Kotamadya hijau belum memenuhi peraturan yang ada, baik PP No 62 tahun 2002 maupun UU No 6 tahun 2007. Pemenuhan ruang terbuka hijau di Kotamadya Jakarta Selatan secara peraturan masih sulit untuk dicapai, hal ini disebabkan nilai ekonomi

36 tanah yang dipandang sebagian orang masih menganggap bahwa tanah lebih ekonomis untuk membangun bangunan bertingkat dibandingkan harus dijadikan ruang terbuka hijau. 5.2. Estimasi Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Segala aktifitas kehidupan yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan tidak terlepas dari kebutuhan Oksigen. Konsumen Oksigen terbesar yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan adalah kendaraan bermotor, manusia dan hewan ternak. Manusia dan hewan ternak membutuhkan Oksigen untuk metabolisme tubuhnya dan kendaraan membutuhkan Oksigen untuk pembakaran bahan bakarnya. Dalam perhitungan kebutuhan Oksigen yang akan menjadi dasar dalam penentuan luas hutan kota akan menggunakan tiga parameter tersebut, yaitu kendaraan, manusia dan industri. 5.2.1. Kebutuhan Oksigen Penduduk Penghitungan kebutuhan oksigen oleh manusia menggunakan data sekunder, yaitu setiap orang mengkonsumsi Oksigen dalam jumlah yang sama setiap harinya yaitu ± 0,864 Kg/hari (Smith et al,1981). Dalam melakukan perhitungan terhadap Oksigen yang dibutuhkan oleh penduduk perlu diperhatikan jumlah penduduk yang melakukan aktifitas di Kotamadya Jakarta Selatan, tetapi tidak tinggal di Kotamadya Jakarta Selatan. Oleh sebab itu dalam perhitungan kebutuhan Oksigen oleh penduduk akan menggunakan dua variabel penentu yaitu jumlah penduduk yang terdaftar di Kotamadya Jakarta Selatan dan penduduk yang hanya melakukan aktivitas di Kotamadya Jakarta Selatan. Perhitungan yang digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk pada tahun 2008, 2010,2015 dan 2020 adalah didasarkan pada perhitungan laju rata rata pertumbuhan penduduk mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Jumlah penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 adalah sebagai berikut

37 Tabel 5. Jumlah Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Jumlah Penduduk 2003 2004 2005 2006 Kecamatan Jagakarsa 203.907 208.989 214.065 221.943 Kecamatan Pasar Minggu 244.619 245.847 248.860 249.033 Kecamatan Cilandak 150.131 151.351 152.002 153.291 Kecamatan Pesanggrahan 152.334 153.075 153.991 154.719 Kecamatan Kebayoran Lama 225.147 224.748 225.561 226.789 Kecamatan Kebayoran Baru 145.153 144.791 144.544 144.037 Kecamatan Mampang Prapatan 102.225 102.291 103.237 103.740 Kecamatan Pancoran 120.574 120.431 121.646 122.247 Kecamatan Tebet 237.442 237.001 237.597 238.970 Kecamatan Setiabudi 119.667 119.261 119.339 119.668 Total 1.701.199 1.707.785 1.720.842 1.734.437 Sumber: Kotamadya Jakarta Selatan Dalam Angka (2007) Kecamatan di Kotamadya Jakarta Selatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 adalah Kecamatan Pasar Minggu, dengan jumlah penduduk di tahun 2003 sebanyak 244.619 jiwa dan pada tahun 2006 sebanayak 249.033 jiwa. Setiap tahun jumlah penduduk yang terdaftar di Kotamadya Jakarta Selatan meningkat dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat dari peningkatan laju pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Laju Pertumbuhan Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Laju Pertambahan Penduduk Rata - 2003-2004 2004-2005 2005-2006 Rata (r) Kecamatan Jagakarsa 0,024 0,024 0,035 0,0278 Kecamatan Pasar Minggu 0,005 0,012 0,001 0,0059 Kecamatan Cilandak 0,008 0,004 0,008 0,0069 Kecamatan Pesanggrahan 0,005 0,006 0,005 0,0052 Kecamatan Kebayoran Lama -0,002 0,004 0,005 0,0024 Kecamatan Kebayoran Baru -0,003-0,002-0,004-0,0026 Kecamatan Mampang Prapatan 0,001 0,009 0,005 0,0049 Kecamatan Pancoran -0,001 0,010 0,005 0,0046 Kecamatan Tebet -0,002 0,003 0,006 0,0021 Kecamatan Setiabudi - 0,003 0,001 0,003 0,00005 Total 0,004 0,008 0,008 0,0064 Berdasarkan data diatas dapat dilakukan perhitungan estimasi jumlah penduduk pada tahun 2008, 2010, 2015 dan 2020. Perhitungan jumlah penduduk pada tahun tahun tersebut menggunakan rumus perhitungan bunga berganda. Data

38 estimasi jumlah penduduk pada tahun 2008, 2010, 2015 dan 2020 dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Estimasi Jumlah Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 233.918 247.124 283.496 325.221 Kecamatan Pasar Minggu 251.961 254.960 262.612 270.495 Kecamatan Cilandak 155.396 157.553 163.079 168.798 Kecamatan Pesanggrahan 156.309 157.928 162.048 166.276 Kecamatan Kebayoran Lama 227.878 228.980 231.758 234.570 Kecamatan Kebayoran Baru 143.293 142.555 140.729 138.925 Kecamatan Mampang Prapatan 104.747 105.773 108.382 111.056 Kecamatan Pancoran 123.356 124.486 127.359 130.297 Kecamatan Tebet 239.983 241.007 243.586 246.192 Kecamatan Setiabudi 119.667 119.667 119.666 119.666 Total 1.756.507 1.780.033 1.842.714 1.911.495 Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang terbanyak adalah Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Mampang Prapatan.Selain estimasi mengenai jumlah penduduk yang terdaftar di Kotamadya Jakarta Selatan, dilakukan juga estimasi mengenai jumlah penduduk yang melakukan aktifitasnya di Kotamadya Jakarta Selatan tetapi tidak terdaftar sebagai penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan. Dasar perhitung jumlah penduduk aktif didasarkan pada data sekunder. Menurut BKKBN (2007) jumlah penduduk yang keluar masuk Propinsi DKI Jakarta adalah sebanyak 1,3 juta jiwa. Pada penentuan jumlah penduduk aktif, digunakan asumsi yaitu jumlah penduduk aktif sebanding dengan luas wilayah Kotamadya dan Kecamatan. Data Estimasi jumlah penduduk aktif tahun 2008,2010,2015 dan 2020 di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 8.

39 Tabel 8. Estimasi Jumlah Penduduk Aktif di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 66.406 67.296 69.666 72.266 Kecamatan Pasar Minggu 58.149 58.927 61.003 63.279 Kecamatan Cilandak 48.324 48.972 50.696 52.588 Kecamatan Pesanggrahan 35.765 36.244 37.521 38.921 Kecamatan Kebayoran Lama 51.298 51.985 53.816 55.825 Kecamatan Kebayoran Baru 34.279 34.738 35.961 37.303 Kecamatan Mampang Prapatan 20.525 20.799 21.532 22.336 Kecamatan Pancoran 22.649 22.952 23.760 24.647 Kecamatan Tebet 24.029 24.351 25.209 26.150 Kecamatan Setiabudi 25.516 25.858 26.769 27.768 Total 386.941 392.123 405.932 421.083 Berdasarkan data jumlah penduduk aktif yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk aktif terbesar adalah Kecamatan Jagakarsa. Jumlah penduduk yang akan menjadi dasar perhitungan kebutuhan oksigen oleh penduduk adalah pertambahan antara jumlah penduduk yang terdaftar ditambah dengan penduduk aktif dan dikalikan lama aktifitas penduduk aktif di Kotamadya Jakarta Selatan. Data jumlah penduduk yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan setiap harinya, termasuk penduduk terdaftar dan penduduk aktif adalah sebagai berikut Tabel 9. Estimasi Jumlah Penduduk Di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 300.324 314.420 353.162 397.486 Kecamatan Pasar Minggu 310.110 313.887 323.615 333.774 Kecamatan Cilandak 203.720 206.525 213.775 221.386 Kecamatan Pesanggrahan 192.074 194.172 199.569 205.198 Kecamatan Kebayoran Lama 279.177 280.965 285.574 290.394 Kecamatan Kebayoran Baru 177.571 177.293 176.689 176.228 Kecamatan Mampang Prapatan 125.271 126.572 129.914 133.391 Kecamatan Pancoran 146.005 147.439 151.119 154.944 Kecamatan Tebet 264.012 265.358 268.795 272.342 Kecamatan Setiabudi 145.183 145.525 146.435 147.434 Total 2.143.448 2.172.156 2.248.646 2.332.578 Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar setiap harinya adalah Kecamatan Jagakarsa. Berdasarkan data jumlah penduduk tersebut diatas, maka dapat diketahui jumlah oksigen yang dibutuhkan di Kotamadya Jakarta Selatan. Data

40 jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 10 dan peta penyebaran Oksigen di Kotamadya Jakarta Selatan pada tahun 2008,2010, 2015 dan 2020 dapat dilihat pada gambar 6 sampai dengan gambar 9. Tabel 10 Estimasi Jumlah Oksigen Yang Dibutuhkan Oleh Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Total Oksigen Penduduk (Kg) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 204.863,18 209.638,22 215.047,67 222.977,55 Kecamatan Pasar Minggu 236.471,05 237.868,46 241.368,17 242.501,24 Kecamatan Cilandak 150.589,36 151.923,02 153.230,50 155.161,62 Kecamatan Pesanggrahan 147.067,24 147.914,38 149.257,20 150.491,18 Kecamatan Kebayoran Lama 216.687,87 216.639,92 218.133,22 220.061,94 Kecamatan Kebayoran Baru 140.220,51 140.106,06 140.421,13 140.562,91 Kecamatan Mampang Prapatan 97.189,04 97.364,81 98.498,58 99.280,35 Kecamatan Pancoran 113.960,21 113.967,69 115.366,63 116.269,00 Kecamatan Tebet 215.530,62 215.288,62 216.174,03 217.766,77 Kecamatan Setiabudi 114.415,37 114.212,21 114.672,99 115.388,86 Total 1.636.994,5 1.644.923,3 1.662.170,1 1.680.461,4 Gambar 6. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2008

41 Gambar 7. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2010 Gambar 8. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2015

42 Gambar 9. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2020 Jumlah Oksigen yang dihasilkan oleh penduduk setiap tahunnya berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang terdapat disuatu Kecamatan. Kecamatan yang membutuhkan Oksigen terbesar adalah Kecamatan Pasar Minggu. Hal ini disebabkan jumlah penduduk terdaftar yang berada di Kecamatan Pasar Minggu lebih banyak dibandingkan Kecamatan lainnya. Kecamatan Pasar Minggu membutuhkan Okigen pada tahun 2008 sebanyak 236.471,05 Kg dan tahun 2020 membutuhkan Oksigen sebanyak 242.501,24 Kg. Tingginya jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Pasar Minggu, disebabkan karena Kecamatan Pasar Minggu terletak cukup strategis. Hal tersebut didukung oleh kedekatan terhadap pusat kota dan fasilitasnya seperti pusat pertokoan, pusat perkantoran, pusat pendidikan dan rumah sakit. Berdasarkan peta penyebaran jumlah kebutuhan oksigen penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan yang masuk kedalam kelas penyebaran tertinggi adalah Kecamatan Pasar Minggu, Jagakarsa, Tebet dan Kebayoran Lama, sedangkan Kecamatan yang masuk kedalam kelas penyebaran terendah adalah Kecamatan Kebayoran Baru dan Pancoran.

43 5.2.2. Kebutuhan Oksigen Kendaraan Kendaraan membutuhkan Oksigen dalam proses pembakaran di dalam mesin. Tingginya jumlah penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan tidak terlepas dari kegiatan mobilasasi penduduknya dalam melakukan aktifitas sehari harinya. Mobilasisasi yang dilakukan penduduk tersebut sebagian besar menggunakan kendaraan bermotor, dampak yang ditimbulkan dari penggunaan kendaraan bermotor tersebut adalah tingginya Oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran dan bahan pencemar yang dihasilkan oleh kendaraan. Tingginya Oksigen yang dibutuhkan oleh kendaraan tergantung pada jenis kendaraan dan lama penggunan kendaraaan tersebut. Oleh sebab itu perhitungan jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh kendaraan menjadi faktor yang sangat penting, karena jumlahnya yang selalu meningkat setiap tahunnya. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah kendaraan yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan yaitu jumlah keluar masuk kendaraan yang menuju dan keluar serta lama penggunaan kendaraan. Data lama penggunaan kendaraan merupakan hasil dari penyebaran kuesioner kepada responden. Hasil dari jawaban para responden adalah rata rata penggunaan kendaraan penumpang adalah selama 1,90 Jam, kendaraan bis selama 9,41 Jam, kendaraan beban 8,2 Jam dan kendaraan motor selama 1,7 Jam. Data jumlah dan laju pertumbuhan kendaraan di Kotamadya Jakarta Pusat dapat dilihat pada tabel 11 dan tabel 12, sedangkan data jumlah dan laju pertumbuhan setiap jenis kendaraan pada setiap tahunnya dapat dilihat pada lampiran 4. Tabel 11. Jumlah Kendaraan di Kotamadya Jakarta Selatan Pada Tahun 2003-2007 Kecamatan Jumlah Kendaraan (Unit) 2003 2004 2005 2006 2007 Kecamatan Jagakarsa 158.705 179.791 190.332 200.680 198,482 Kecamatan Pasar Minggu 190.392 211.500 221.270 225.175 231,129 Kecamatan Cilandak 116.850 130.206 135.150 138.605 141,895 Kecamatan Pesanggrahan 118.565 131.689 136.919 139.896 143,614 Kecamatan Kebayoran Lama 175.236 193.349 200.554 205.062 210,997 Kecamatan Kebayoran Baru 112.975 124.562 128.519 130.238 135,299 Kecamatan Mampang Prapatan 79.564 88.000 91.791 93.801 96,229 Kecamatan Pancoran 93.845 103.606 108.160 110.535 113,395 Kecamatan Tebet 184.806 203.890 211.255 216.076 222,402 Kecamatan Setiabudi 93.139 102.599 106.108 108.203 111,771 Total 1.324.077 1.469.191 1.530.058 1.568.271 1,605,213

44 Tabel 12. Laju Pertumbuhan Kendaraan di Kotamadya Jakarta Selatan Pada Tahun 2003-2007 Laju Pertambahan Jumlah Kendaraan (Unit) Kecamatan 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 Kecamatan Jagakarsa 0,13 0,06 0,05 (0,01) 0,06 Kecamatan Pasar Minggu 0,11 0,05 0,02 0,03 0,05 Kecamatan Cilandak 0,11 0,04 0,03 0,02 0,05 Kecamatan Pesanggrahan 0,11 0,04 0,02 0,03 0,05 Kecamatan Kebayoran Lama 0,10 0,04 0,02 0,03 0,05 Kecamatan Kebayoran Baru 0,10 0,03 0,01 0,04 0,05 Kecamatan Mampang Prapatan 0,11 0,04 0,02 0,03 0,05 Kecamatan Pancoran 0,10 0,04 0,02 0,03 0,05 Kecamatan Tebet 0,10 0,04 0,02 0,03 0,05 Kecamatan Setiabudi 0,10 0,03 0,02 0,03 0,05 Rata - Rata Laju Pertumbuhan 0,11 0,04 0,02 0,02 0,05 r Kecamatan yang memiliki jumlah kendaraan terbanyak adalah Kecamatan Pasar Minggu, dengan jumlah kendaraan pada tahun 2008 sebanyak 190.382 unit dan pada tahun 2020 sebanyak 231. 129 unit. Rata rata laju peningkatan kendaraan yang terjadi setiap tahunnya mencapai 5 % setiap tahunnya, dengan kecamatan yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah Kecamatan Jagakarsa dengan peningkatan sebesar 6 %. Peningkatan jumlah kendaraan yang terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi, selain itu mudahnya pengajuan kredit kendaraan bermotor khususnya motor turut mendorong pertumbuhan kendaraan bermotor. Secara visual dapat terlihat setiap pagi hari dan sore hari kemacetan terlihat di setiap sudut di Kotamadya Jakarta Selatan. Seperti halnya dalam perhitungan penduduk, perhitungan kendaraan bermotor juga memperhitungkan arus keluar masuk kendaraan. Perhitungan arus keluar masuk dilakukan dengan metode trafic count pada empat titik perbatasan di Kotamadya Jakarta Selatan selama tujuh hari setiap titiknya. Hasil pengambilan data trafic count dapat dilihat pada lampiran 3. Dengan diperolehnya angka rata rata jumlah kendaraan yang keluar masuk di empat titik perbatasan diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai jumlah kendaraan yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan setiap harinya pada saat ini dan masa yang akan datang serta tidak terbatas pada jumlah kendaraan yang terdaftar di Kotamadya Jakarta Selatan. Estimasi jumlah kendaraan pada tahun 2008, 2010, 2015 dan 2020 dapat dilihat pada tabel 13.

45 Tabel 13. Estimasi Jumlah Kendaraan Yang Terdapat Di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Jumlah Kendaraan (Unit) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 204.687 230.977 320.696 459.425 Kecamatan Pasar Minggu 236.817 263.423 352.917 487.924 Kecamatan Cilandak 145.499 161.918 217.181 300.623 Kecamatan Pesanggrahan 147.117 163.489 218.517 301.408 Kecamatan Kebayoran Lama 215.712 238.956 316.852 433.573 Kecamatan Kebayoran Baru 138.176 152.680 201.197 273.629 Kecamatan Mampang Prapatan 98.477 109.324 145.740 200.493 Kecamatan Pancoran 115.990 128.692 171.314 235.333 Kecamatan Tebet 227.353 251.792 333.674 456.327 Kecamatan Setiabudi 114.180 126.277 166.766 227.285 Total 1.644.008 1.827.529 2.444.852 3.376.019 Sama seperti kondisi pertumbuhan jumlah kendaraan yang ada saat ini, jumlah kendaraan dimasa yang akan datang akan terus mengalami pertumbuhan. Berdasarkan data estimasi jumlah kendaraan pada masa yang akan datang Kecamatan yang memiliki jumlah kendaraan terbanyak adalah Kecamatan Pasar Minggu. Estimasi jumlah kendaraan di Kecamatan Pasar Minggu pada tahun 2008 adalah 236.817 unit dan pada tahun 2020 berjumlah 487.924 unit. Dengan menggunakan data estimasi jumlah kendaraan yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan setiap harinya, maka dapat diketahui estimasi jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh kendaraan di Kotamadya Jakarta Selatan setiap harinya pada tahun 2008, 2010, 2015 dan 2020. Estimasi jumlah Oksigen yang dibutuhkan di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 14 sedangkan peta penyebaran Oksigen yang dibutuhkan oleh kendaraan di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada gambar 10 sampai dengan gambar 13.

46 Tabel 14. Estimasi Jumlah Oksigen Yang Dibutuhkan Kendaraan di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Jumlah Oksigen (Kg) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 9.310.024 9.322.290 9.490.288 9.856.686 Kecamatan Pasar Minggu 10.755.825 10.611.150 10.413.041 10.430.408 Kecamatan Cilandak 6.604.847 6.517.543 6.399.894 6.415.011 Kecamatan Pesanggrahan 6.679.412 6.582.362 6.442.145 6.435.994 Kecamatan Kebayoran Lama 9.795.855 9.623.807 9.346.730 9.266.510 Kecamatan Kebayoran Baru 6.269.314 6.141.602 5.923.146 5.832.386 Kecamatan Mampang Prapatan 4.473.501 4.404.971 4.302.318 4.289.131 Kecamatan Pancoran 5.270.042 5.186.757 5.059.597 5.037.731 Kecamatan Tebet 10.323.687 10.139.632 9.841.186 9.750.411 Kecamatan Setiabudi 5.183.526 5.083.616 4.916.095 4.853.374 Total 74.666.034 73.613.730 72.134.441 72.167.641 Gambar 10. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Kendaraan di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2008

47 Gambar 11. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Kendaraan di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2010 Gambar 12. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Kendaraan di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2015

48 Gambar 13. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Kendaraan di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2020 Jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh Kendaraan, berbanding lurus dengan jumlah kendaraan yang terdapat di Kotamadya Jakarta Selatan. Kecamatan yang membutuhkan jumlah Oksigen untuk kendaraan terbesar adalah Kecamatan Pasar Minggu dengan jumlah Oksigen yang dibutuhkan pada tahun 2008 sebanyak 10.755.825 Kg dan pada tahun 2020 membutuhkan Oksigen sebanyak 10.430.408 Kg Berdasarkan peta penyebaran kebutuhan Oksigen oleh Kendaraan di Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan yang termasuk kedalam kelas penyebaran tertinggi adalah Kecamatan Kebayoran Lama, Tebet, Pasar Minggu dan Jagakarsa, sedangkan Kecamatan yang termasuk kedalam kelas penyebaran terendah adalah Kecamatan Setiabudi, Mampang Prapatan dan Pancoran. 5.2.3. Kebutuhan Oksigen Hewan Ternak Hewan ternak membutuhkan Oksigen setiap harinya untuk bernapas, setiap jenis ternak membutuhkan oksigen dalam jumlah yang sama setiap harinya. Kerbau dan sapi membutuhkan Oksigen 1.182 liter/hari, kuda sebesar 1.288 liter/hari, kambing dan domba sebesar 218 liter/hari dan ayam sebesar 116 liter/hari (Wisesa, 1988). Agar perhitungan jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh ternak memiliki

49 satuan yang sama dengan parameter lainnya, maka satuan liter tersebut diatas dirubah menjadi kilogram. Berat jenis oksigen di udara adalah 1,2 Kg/m 3, dengan dasar tersebut maka jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh hewan ternak tersebut adalah sebagai berikut kerbau dan sapi membutuhkan 1,4184 kg/hari, kuda sebesar 1,5456 kg/hari, kambing dan domba sebesar 0,2616 kg/hari dan ayam sebesar 0,1392 kg/hari. Perhitungan jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh hewan ternak menggunakan data dasar jumlah hewan ternak. Data dasar jumlah hewan ternak menggunakan data sekunder, yaitu hasil sensus BPS. Jumlah hewan ternak di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 15 dan jumlah setiap jenis hewan ternak dapat dilihat pada lampiran 2. Tabel 15. Jumlah Hewan Ternak di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Jumlah Hewan (Ekor) 2003 2004 2005 2006 Kecamatan Jagakarsa 5.621 5.614 2.907 1.276 Kecamatan Pasar Minggu 6.743 6.604 3.379 1.432 Kecamatan Cilandak 4.138 4.066 2.064 881 Kecamatan Pesanggrahan 4.199 4.112 2.091 890 Kecamatan Kebayoran Lama 6.206 6.038 3.063 1.304 Kecamatan Kebayoran Baru 4.001 3.890 1.963 828 Kecamatan Mampang Prapatan 2.818 2.748 1.402 597 Kecamatan Pancoran 3.324 3,235 1.652 703 Kecamatan Tebet 6.545 6.367 3.226 1.374 Kecamatan Setiabudi 3.299 3.204 1.620 688 Total 46.893 45.877 23.366 9.973 Sumber : Kotamadya Jakarta Selatan dalam Angka Tahun 2007 Tabel 16 Laju Pertumbuhan Hewan Ternak di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Jumlah Hewan (Ekor) 2003-2004 2004-2005 2005-2006 Kecamatan Jagakarsa - 0,001-0,482-0,561 Kecamatan Pasar Minggu - 0,021-0,488-0,576 Kecamatan Cilandak - 0,018-0,492-0,573 Kecamatan Pesanggrahan - 0,021-0,492-0,575 Kecamatan Kebayoran Lama - 0,027-0,493-0,574 Kecamatan Kebayoran Baru - 0,028-0,495-0,578 Kecamatan Mampang Prapatan - 0,025-0,490-0,574 Kecamatan Pancoran - 0,027-0,489-0,574 Kecamatan Tebet - 0,027-0,493-0,574 Kecamatan Setiabudi - 0,029-0,494-0,575

50 Jumlah hewan di setiap Kecamatan jumlah cenderung terus menurun dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat dari menurunnya laju pertumbuhan jumlah hewan ternak. Penyebab menurunnya jumlah hewan ternak adalah semakin menurunnya lahan untuk dipergunakan sebagai tempat berternak. Kecamatan yang memiliki hewan ternak terbanyak adalah Kecamatan Pasar Minggu. Jumlah hewan ternak di Kecamatan Pasar Minggu pada tahun 2003 sebanyak 6.743 ekor dan pada tahun 2020 sebanyak 1.423 ekor. Berdasarkan data laju pertumbuhan dengan menggunakan rumus bunga berganda dapat dilakukan perhitungan estimasi jumlah hewan ternak yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan. Estimasi jumlah hewan ternak di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 17. Estimasi Jumlah Hewan di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Jumlah Hewan Ternak (Ekor) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 806 508 350 358 Kecamatan Pasar Minggu 870 525 324 297 Kecamatan Cilandak 536 324 201 185 Kecamatan Pesanggrahan 539 325 200 182 Kecamatan Kebayoran Lama 783 469 286 257 Kecamatan Kebayoran Baru 495 293 173 152 Kecamatan Mampang Prapatan 360 217 134 122 Kecamatan Pancoran 424 255 157 143 Kecamatan Tebet 825 494 300 270 Kecamatan Setiabudi 412 245 147 131 Total 6.050 3.657 2.273 2.097 Berdasarkan hasil perhitungan estimasi jumlah hewan ternak di Kotamadya Jakarta Selatan, jumlah hewan ternak akan terus menurun sampai tahun 2020. Kecamatan yang memiliki hewan ternak terbanyak pada tahun 2020 adalah Kecamatan Jagakarsa dengan jumlah hewan sebanyak 358 Ekor. Dengan menggunakan data estimasi jumlah hewan ternak di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilakukan perhitungan estimasi kebutuhan Oksigen yang dibutuhkan oleh hewan ternak. Estimasi jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh hewan ternak dapat dilihat pada tabel 18 dan peta penyebaran kebutuhan Oksigen Hewan Ternak di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada gambar 14 sampai dengan gambar 17.

51 Tabel 18. Estimasi Oksigen Yang Dibutuhkan Oleh Hewan Ternak di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Total Oksigen Hewan (Kg) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 541.126,85 549.299,25 575.135,01 617.415,60 Kecamatan Pasar Minggu 581.891,59 565.537,40 532.250,34 513.091,27 Kecamatan Cilandak 358.216,57 348.582,11 329.091,16 318.456,03 Kecamatan Pesanggrahan 360.562,65 349.727,55 327.523,49 314.175,79 Kecamatan Kebayoran Lama 525.938,71 507.436,32 469.026,91 443.698,61 Kecamatan Kebayoran Baru 330.491,84 315.583,58 284.312,17 261.695,91 Kecamatan Mampang Prapatan 241.910,48 234.621,90 219.680,85 210.657,45 Kecamatan Pancoran 285.011,56 276.298,97 258.413,21 247.494,27 Kecamatan Tebet 553.780,45 533.957,57 492.762,97 465.390,57 Kecamatan Setiabudi 276.120,90 265.088,20 242.029,56 225.984,93 Total 4.055.051,61 3.946.132,85 3.730.225,66 3.618.060,43 Gambar 14. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Hewan Ternak di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2008

52 Gambar 15. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Hewan Ternak di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2010 Gambar 16. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Hewan Ternak di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2015

53 Gambar 17. Peta Penyebaran Jumlah Oksigen Yang dibutuhkan Hewan Ternak di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2020 Jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh hewan ternak dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2020 terus mengalami penurunan terus menerus setiap tahunnya, hal tersebut berbanding lurus dengan jumlah hewan ternak yang terus menurun jumlahnya. Kecamatan yang membutuhkan Oksigen paling banyak untuk kebutuhan hewan adalah Kecamatan Pasar Minggu, dengan jumlah Oksigen yang dibutuhkan pada tahun 2008 sebanyak 581.891,59 Kg dan pada tahun 2020 membutuhkan Oksigen sebanyak 513.091,27 Kg. Kebutuhan Oksigen yang dibutuhkan oleh hewan ternak tidak sebanyak Oksigen yang dibutuhkan oleh kendaraan dalam proses pembakaran bahan bakarnya, tetapi Oksigen yang dibutuhkan oleh hewan lebih banyak dibandingkan kebutuhan Oksigen penduduk. Berdasarkan peta penyebaran jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh hewan ternak di Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan yang termasuk kedalam kategori kelas penyebaran tertinggi adalah Kecamatan Kebayoran Lama, Tebet, Pasar Minggu dan Jagakarsa, sedangkan Kecamatan yang termasuk kedalam kelas penyebaran terendah adalah Kecamatan Setiabudi, Mampang Prapatan dan Pancoran.

54 5.2.4. Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Komponen hutan kota yang berupa jalur hijau, hutan raya, struktur vegetasi dan taman taman kota akan mampu meningkatkan Oksigen. Vegetasi menghasilkan Oksigen melalui proses fotosintesis. Perhitungan luas hutan kota yang dibutuhkan menggunakan metode kunto yang telah dimodifikasi oleh Dahlan (2003). Komponen yang digunakan dalam menentukan luas kebutuhan hutan kota adalah Oksigen yang dibutuhkan oleh manusia, Oksigen yang dibutuhkan oleh kendaraan dan Oksigen yang dibutuhkan oleh hewan ternak. Komponen Oksigen yang dibutuhkan oleh industri tidak diperhitungkan dalam penelitian ini, hal ini disebabkan karena industri yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan bukan merupakan industri besar yang menggunakan bahan bakar berupa bahan bakar minyak. Oksigen yang dibutuhkan di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 19 dan luas hutan kota yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan Oksigen di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 19. Jumlah Oksigen yang Dibutuhkan di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Jumlah Oksigen (Kg) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 10.056.014,44 10.081.227,75 10.280.470,78 10.697.078,87 Kecamatan Pasar Minggu 11.574.187,46 11.414.556,06 11.186.659,97 11.186.000,76 Kecamatan Cilandak 7.113.653,38 7.018.047,75 6.882.215,69 6.888.628,76 Kecamatan Pesanggrahan 7.187.041,79 7.080.003,56 6.918.925,79 6.900.660,60 Kecamatan Kebayoran Lama 10.538.481,95 10.347.883,15 10.033.890,53 9.930.270,33 Kecamatan Kebayoran Baru 6.740.026,37 6.597.291,81 6.347.879,17 6.234.644,70 Kecamatan Mampang Prapatan 4.812.600,11 4.736.957,93 4.620.497,71 4.599.068,88 Kecamatan Pancoran 5.669.013,87 5.577.023,86 5.433.377,02 5.401.493,78 Kecamatan Tebet 11.092.998,27 10.888.878,63 10.550.122,73 10.433.568,29 Kecamatan Setiabudi 5.574.062,41 5.462.916,14 5.272.797,50 5.194.748,04 Total 80.358.080,04 79.204.786,64 77.526.836,90 77.466.163,00

55 Tabel 20. Luas Hutan Kota yang dibutuhkan Berdasarkan Kebutuhan Oksigen di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Luas Hutan Kota (Ha) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 20.950,03 21.002,56 21.417,65 22.285,58 Kecamatan Pasar Minggu 24.112,89 23.780,33 23.305,54 23.304,17 Kecamatan Cilandak 14.820,11 14.620,93 14.337,95 14.351,31 Kecamatan Pesanggrahan 14.973,00 14.750,01 14.414,43 14.376,38 Kecamatan Kebayoran Lama 21.955,17 21.558,09 20.903,94 20.688,06 Kecamatan Kebayoran Baru 14.041,72 13.744,36 13.224,75 12.988,84 Kecamatan Mampang Prapatan 10.026,25 9.868,66 9.626,04 9.581,39 Kecamatan Pancoran 11.810,45 11.618,80 11.319,54 11.253,11 Kecamatan Tebet 23.110,41 22.685,16 21.979,42 21.736,60 Kecamatan Setiabudi 11.612,63 11.381,08 10.984,99 10.822,39 Total 167.412,67 165.009,97 161.514,24 161.387,84 Gambar 18 Peta Penyebaran Estimasi Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2008

56 Gambar 19. Peta Penyebaran Estimasi Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2010 Gambar 20. Peta Penyebaran Estimasi Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2015

57 Gambar 21. Peta Penyebaran Estimasi Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2020 Oksigen yang dibutuhkan di Kotamadya Jakarta Selatan meningkat dari tahun ke tahun. Oksigen yang dibutuhkan di Kotamadya Jakarta Selatan paling besar dibutuhkan oleh kendaraan dengan kontribusi terhadap total Oksigen yang dibutuhkan sebesar 93 %, kemudian hewan ternak sebesar 5 % dan penduduk 2 %. Kecamatan yang membutuhkan Oksigen terbanyak adalah Kecamatan Pasar Minggu, dengan kebutuhan Oksigen pada tahun 2008 sebanyak 11.574.187, 46 Kg dan pada tahun 2020 sebanyak 11.186.000,76 Kg. Luas Hutan Kota yang dibutuhkan cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan semakin menurunnya populasi hewan ternak di Kotamadya Jakarta Selatan. Luas hutan kota yang dibutuhkan oleh Kotamadya Jakarta Selatan pada tahun 2008 adalah seluas 167.412,67 Ha dan pada tahun 2020 sebanyak 161.387,84 Ha. Walaupun mengalami penurunan, luas hutan kota yang dibutuhkan masih melebihi luas administrasinya. Luas administrasi Kotamadya Jakarta Selatan adalah seluas 145.730 Ha, maka pada tahun 2008 mengalami defisit luas sebesar 21.682 Ha dan pada tahun 2020 seluas 15.657 Ha. Berdasarkan peta penyebaran kebutuhan luas hutan, Kecamatan yang termasuk kedalam kategori kelas penyebaran tertinggi adalah Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan yang termasuk

58 kedalam kelas penyebaran terendah adalah Kecamatan Pesanggrahan, Kebayoran Baru, Mampang, Pancoran dan Setiabudi. Kecamatan yang paling banyak membutuhkan hutan kota adalah Kecamatan Pasar Minggu, dengan kebutuhan luas hutan sebanyak 24.112, 89 Ha di tahun 2008 dan pada tahun 2020 sebanyak 23.304,17 Ha. Luas tersebut melebihi luas administrasi Kecamatan Pasar Minggu. Luas administrasi Kecamatan Pasar Minggu adalah seluas 2.190 Ha. Dengan kondisi yang ada saat ini Kecamatan Pasar Minggu masih mengalami defisit luas. 5.3. Estimasi Luas Hutan Kota Berdasarkan Kemampuan Menyerap Karbondioksida Semua tumbuhan hijau baik dalam bentuk hutan kota, hutan alam, tanaman pertanian maupun lainnya akan membutuhkan Karbondioksida (CO 2 ) dari udara dalam melakukan proses fotosintesis dan hasil sampingan dari proses tersebut adalah Oksigen yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia dan mahluk lain di dunia. Di sisi lain Karbondioksida akan berubah sifatnya menjadi racun dan berbahaya bagi kehidupan manusia serta dapat mengakibatkan efek rumah kaca dan pemanasan global bila konsentrasinya meningkat melebihi ambang batas yang ditentukan. Menurut (Bernatzky,1978) satu hektar lahan hijau dengan total luas permukaan 5 Ha akan membutuhkan 900 kg CO 2 untuk melakukan fotosintesis selama 12 jam dan akan menghasilkan 600 kg O 2. Estimasi kebutuhan luas hutan kota dihitung berdasarkan total emisi Karbondioksida yang dihasilkan dari aktivitas penduduk dan kendaraan bermotor. Seperti pada perhitungan kebutuhan Oksigen, komponen industri tidak dimasukan dalam perhitungan Karbondioksida yang dihasilkan karena pada wilayah administrasi Kotamadya Jakarta Selatan tidak terdapat industri besar yang menggunakan bahan bakar untuk produksinya. Masing masing daerah mempunyai kebutuhan luas hutan kota yang berbeda beda sesuai dengan Karbondioksida yang dihasilkan 5.3.1 Karbondioksida yang dihasilkan Penduduk Data jumlah penduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penduduk yang terdaftar di Kotamadya Jakarta Selatan dan penduduk aktif yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan. Data jumlah penduduk yang akan digunakan adalah sama dengan jumlah penduduk yang menjadi dasar dalam perhitungan Oksigen. Dasar

59 penghitungan Karbondioksida yang dihasilkan oleh manusia menggunakan data sekunder. Setiap manusia menghasilkan Karbondioksida dalam jumlah yang sama setiap harinya yaitu 0,96 Kg/hari (Grey and Denake,1978). Jumlah Karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk dapat dilihat pada tabel 21, serta peta penyebaran Karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk dapat dilihat pada gambar 22 sampai dengan gambar 25. Tabel 21. Estimasi Jumlah Karbondioksida yang Dihasilkan Oleh Penduduk Kecamatan Karbondioksida yang dihasilkan Penduduk (Kg) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 256.436 269.541 305.596 346.899 Kecamatan Pasar Minggu 269.794 273.046 281.389 290.049 Kecamatan Cilandak 172.376 174.758 180.890 187.288 Kecamatan Pesanggrahan 167.224 169.008 173.576 178.308 Kecamatan Kebayoran Lama 243.386 244.774 248.319 251.983 Kecamatan Kebayoran Baru 154.015 153.527 152.361 151.274 Kecamatan Mampang Prapatan 110.409 111.526 114.382 117.335 Kecamatan Pancoran 129.293 130.524 133.669 136.916 Kecamatan Tebet 241.918 243.055 245.943 248.896 Kecamatan Setiabudi 127.128 127.292 127.729 128.208 Total 1.871.979 1.897.051 1.963.853 2.037.155 Gambar 22. Peta Penyebaran Jumlah Karbondioksida Yang dihasilkan Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2008

60 Gambar 23. Peta Penyebaran Jumlah Karbondioksida Yang dihasilkan Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2010 Gambar 24. Peta Penyebaran Jumlah Karbondioksida Yang dihasilkan Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2015

61 Gambar 25. Peta Penyebaran Jumlah Karbondioksida Yang dihasilkan Penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2020 Estimasi jumlah Karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Jumlah Karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan terus meningkat dari tahun ke tahun jumlahnya. Jumlah Karbondiksioda yang dihasilkan oleh penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan pada tahun 2008 adalah sebanyak 1.871.979 Kg dan meningkat pada tahun 2020 sebanyak 2.037.155 Kg. Kecamatan yang menghasilkan jumlah Karbondioksida oleh Penduduk terbesar pada tahun 2008 adalah Kecamatan Pasar Minggu dengan Karbondioksida yang dihasilkan adalah sebanyak 269.794 Kg dan pada tahun 2020 Kecamatan yang menghasilkan Karbondioksida terbesar adalah Kecamatan Jagakarsa dengan jumlah Karbondiokasida yang dihasilkan sebesar 346.899 Kg. Berdasarkan peta penyebaran jumlah Karbondioksida yang dihasilkan oleh penduduk di Kotamadya Jakarta Selatan dari tahun 2008 sampai dengan 2020, Kecamatan yang termasuk kedalam kelas penyebaran jumlah Karbondioksida tertinggi yang dihasilkan oleh penduduk adalah Kecamatan Pasar Minggu dan yang termasuk dalam kelas penyebaran terendah adalah Kecamatan Setiabudi, Mampang dan Pancoran

62 5.3.2 Karbondioksida yang dihasilkan Oleh Kendaraan Data kendaraan bermotor yang digunakan merupakan data dari Samsat Polda Metro Jaya kendaraan yang terdaftar di Kotamadya Jakarta Selatan ditambah dengan hasil perhitungan trafic count di empat titik perbatasan Kotamadya Jakarta Selatan dengan wilayah Kotamadya lainnya. Karbondioksida yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat diketahui dengan mengetahui jumlah, data lama rata - rata penggunaan setiap jenis kendaraan dan jenis kendaraan bermotor. Data jumlah kendaraan yang digunakan adalah data yang sama digunakan pada perhitungan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh kendaraan. Estimasi jumlah Karbondioksdia yang dihasilkan oleh kendaraan dapat dilihat pada tabel 22 dan peta penyebaran estimasi jumlah Karbondioksida yang dihasilkan oleh kendaraan dapat dilihat pada gambar 26 sampai dengan gambar 29. Tabel 22. Estimasi Jumlah Karbondioksida yang dihasilkan Kendaraan Kecamatan Karbondioksida yang di Hasilkan Kendaraan (Kg) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 7.019.900 6.765.814 6.341.647 6.206.696 Kecamatan Pasar Minggu 8.088.304 7.673.232 6.919.840 6.525.103 Kecamatan Cilandak 4.966.878 4.713.219 4.253.656 4.014.657 Kecamatan Pesanggrahan 5.022.013 4.758.843 4.279.814 4.025.277 Kecamatan Kebayoran Lama 7.362.509 6.954.221 6.204.266 5.789.043 Kecamatan Kebayoran Baru 4.708.878 4.434.080 3.926.890 3.639.014 Kecamatan Mampang Prapatan 3.363.483 3.184.616 2.857.881 2.681.672 Kecamatan Pancoran 3.962.268 3.749.649 3.360.562 3.149.108 Kecamatan Tebet 7.758.853 7.326.499 6.531.923 6.090.848 Kecamatan Setiabudi 3.894.649 3.671.858 3.261.183 3.029.897 Total 56.147.733 53.232.030 47.937.662 45.151.314

63 Gambar 26. Peta Penyebaran Jumlah Karbondioksida Yang dihasilkan Kendaraan Bermotor di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2008 Gambar 27. Peta Penyebaran Jumlah Karbondioksida Yang dihasilkan Kendaraan Bermotor di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2010

64 Gambar 28. Peta Penyebaran Jumlah Karbondioksida Yang dihasilkan Kendaraan Bermotor di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2015 Gambar 29. Peta Penyebaran Jumlah Karbondioksida Yang dihasilkan Kendaraan Bermotor di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2020

65 Jumlah Karbondioksida yang dihasilkan oleh kendaraan terus menurun dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan karena jumlah kendaraan beban memiliki trend cenderung menurun. Namun walaupun memiliki kecenderungan terus menurun tetapi Karbondioksida yang dihasilkan oleh kendaraan masih memiliki kontribusi yang sangat besar. Karbondioksida yang dihasilkan oleh kendaraan pada tahun 2008 sebanyak 56.147.733 Kg dan menurun pada tahun 2020 sebanyak 45.151.314 Kg. Kecamatan yang menghasilkan Karbondioksida dari kendaraan yang terbesar adalah Kecamatan Pasar Minggu, dengan Karbondioksida yang dihasilkan sebanyak 8.088.304 Kg pada tahun 2008 dan pada tahun 2020 sebanyak 6.525.103 Kg. Berdasarkan peta penyebaran jumlah Karbondioksida yang dihasilkan oleh kendaran, Kecamatan yang masuk kedalam kelas penyebaran tertinggi adalah Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan yang masuk dalam kelas penyebaran terendah adalah Kecamatan Setiabudi, Mampang Prapatan dan Pancoran. 5.3.3 Luas Hutan Kota Berdasarkan Kemampuan Menyerap Karbondioksida Kebutuhan luas hutan kota diestimasi berdasarkan total emisi Karbondioksida yang dihasilkan dari aktifitas penduduk, kendaraan bermotor dan kegiatan industri. Pendekatan ini digunakan dengan asumsi bahwa emisi Karbondioksida yang dihasilkan adalah sama dan Karbondioksida hanya diserap oleh tanaman. Data total Karbondioksida dan luas hutan kota yang diperlukan berdasarkan kemampuan menyerap Karbondioksida dapat dilihat pada tabel 23 dan tabel 24 Tabel 23. Total Karbondioksida yang dihasilkan di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Total Karbondioksida yang dihasilkan (Kg) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 7.276.336 7.035.355 6.647.243 6.553.595 Kecamatan Pasar Minggu 8.358.099 7.946.279 7.201.230 6.815.152 Kecamatan Cilandak 5.139.253 4.887,976 4.434.546 4.201.945 Kecamatan Pesanggrahan 5.189.237 4.927.850 4.453.390 4.203.584 Kecamatan Kebayoran Lama 7.605.895 7.198.995 6.452.585 6.041.025 Kecamatan Kebayoran Baru 4.862.892 4.587.607 4.079.250 3.790.288 Kecamatan Mampang Prapatan 3.473.891 3.296.141 2.972.263 2.799.007 Kecamatan Pancoran 4.091.561 3.880.173 3.494.232 3.286.023 Kecamatan Tebet 8.000.770 7.569.554 6.777.865 6.339.745 Kecamatan Setiabudi 4.021.777 3.799.150 3.388.912 3.158.105 Total 58.019.712 55.129.081 49.901.515 47.188.469

66 Tabel 24. Luas Hutan Kota Berdasarkan Kemampuan Menyerap Karbondioksida di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Luas Hutan Kota Yang Dibutuhkan (Ha) 2008 2010 2015 2020 Kecamatan Jagakarsa 8.085 7.817 7.386 7.282 Kecamatan Pasar Minggu 9.287 8.829 8.001 7.572 Kecamatan Cilandak 5.710 5.431 4.927 4.669 Kecamatan Pesanggrahan 5.766 5.475 4.948 4.671 Kecamatan Kebayoran Lama 8.451 7.999 7.170 6.712 Kecamatan Kebayoran Baru 5.403 5.097 4.533 4.211 Kecamatan Mampang Prapatan 3.860 3.662 3.303 3.110 Kecamatan Pancoran 4.546 4.311 3.882 3.651 Kecamatan Tebet 8.890 8.411 7.531 7.044 Kecamatan Setiabudi 4.469 4.221 3.765 3.509 Total 64.466 61.255 55.446 52.432 Gambar 30. Peta Penyebaran Estimasi Luas Hutan Kota Berdasarkan Kemampuan Menyerap Karbondioksida di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2008

67 Gambar 31. Peta Penyebaran Estimasi Luas Hutan Kota Berdasarkan Kemampuan Menyerap Karbondioksida di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2010 Gambar 32. Peta Penyebaran Estimasi Luas Hutan Kota Berdasarkan Kemampuan Menyerap Karbondioksida di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2015

68 Gambar 33. Peta Penyebaran Estimasi Luas Hutan Kota Berdasarkan Kemampuan Menyerap Karbondioksida di Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2020 Luas hutan kota yang dibutuhkan di Kotamadya Jakarta Selatan semakin menurun luasnya dari tahun ke tahun. Luas hutan kota yang dibutuhkan di Kotamadya Jakarta Selatan pada tahun 2008 adalah seluas 64.466 Ha dan pada tahun 2020 adalah seluas 52.432 Ha. Penurunan tersebut disebabkan karena semakin berkurangnya Karbondioksida yang dihasilkan kendaraan beban. Kecamatan yang membutuhkan luas hutan kota berdasarkan kemampuan menyerap Karbondioksida adalah Kecamatan Pasar Minggu, dengan luas kebutuhan hutan kota pada tahun 2008 seluas 9.287 Ha dan menurun pada tahun 2020 seluas 7.572 Ha. Komponen yang menghasilkan Karbondioksida terbesar adalah Kendaraan dengan kontribusi terhadap Karbondioksida yang dihasilkan sebesar 97 % dan sisa merupakan kontribusi kendaraan. Berdasarkan peta penyeberan kebutuhan luas hutan kota Kecamatan yang masuk kedalam kelas penyebaran tertinggi adalah Kecamatan Kebayoran Lama, Pasar Minggu dan Jagakarsa, sedangkan yang Kecamatan yang termasuk kedalam kelas penyebaran terendah adalah Kecamatan Tebet, Setiabudi dan Mampang Prapatan.

69 5.4 Kondisi Ruang Terbuka Hijau di Kotamadya Jakarta Selatan 5.4.1 Ruang Terbuka Hijau di Kotamadya Jakarta Selatan Pendekatan yang digunakan dalam mencermati kondisi hutan kota di Kotamadya Jakarta Selatan adalah dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang berasal dari instansi pemerintah terkait dan hasil penelitian Lauhatta (2007). Suku Dinas Pertamanan dan Keindahan Kotamadya Jakarta Selatan merupakan instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam mengelola ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau yang dikelola oleh Suku Dinas Pertamanan dan Keindahan Kotamadya Jakarta Selatan adalah taman kota, jalur hijau, taman bangunan umum, taman rekreasi dan taman tepian air. Data jumlah ruang terbuka hijau yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 25. Tabel 25. Sebaran Jumlah Ruang Terbuka Hijau di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan Taman Kota Jalur Hijau Taman Bangunan Taman Rekreasi Taman Tepian Air Jagakarsa 10 58 7-17 Pasar Minggu 36 37 17 2 8 Cilandak 15 66 24-7 Pesanggrahan 5 28 1 - - Kebayoran Lama 23 16 1 - - Kebyoran Baru 124 24 1 - - Mampang Prapatan 9 3 10 - - Pancoran 21 19 7 - - Tebet 44 32 9 - - Setiabudi 2 19 3 - - Sumber : Suku Dinas Pertamanan dan Keindahan Kotamadya Jakarta Selatan Hasil penelitian Lauhatta (2007) membagi kelas penutupan lahan kedalam beberapa kelas yaitu lahan bervegetasi (terdiri dari pohon, semak belukar, padang rumput dan sawah), tanah kosong, badan air, non vegetasi (pemukiman, bangunan dan jalan) dan non data (awan atau bayangan awan). Data dasar penelitian tersebut adalah citra Ikonos tahun 2003 dengan ground cek dilakukan pada tahun 2007. Secara rinci hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

70 Tabel 26. Klasifikasi Penutupan Lahan di Kotamadya Jakarta Selatan Luas Beberapa Penutupan Lahan (ha) Kecamatan Pohon Semak Rumput Sawah Tanah Kosong Non Veg. Kecamatan Jagakarsa 1.219,51 36,28 63,46 30,58 38,49 1.125,94 Kecamatan Pasar Minggu 886,10 20,28 58,91 3,76 21,98 1.163,82 Kecamatan Cilandak 673,76 19,73 49,73 20,64 30,10 999,25 Kecamatan Pesanggrahan 362,34 66,36 11,47 20,17 71,88 801,56 Kecamatan Kebayoran Lama 506,90 81,03 41,59 0,87 60,40 1344,94 Kecamatan Kebayoran Baru 369,43 14,33 10,50 0,95 14,49 923,46 Kecamatan Mampang Prapatan 176,28 9,13 9,13 0,16 6,03 586,63 Kecamatan Pancoran 232,21 7,55 15,71 0,41 9,03 624,26 Kecamatan Tebet 191,00 6,81 4,81-13,04 746,66 Kecamatan Setiabudi 197,98 21,23 34,76 0 37,73 562,5 Total 3.596,00 282,73 300,07 77,54 303,17 8.879,02 Luas lahan bervegetasi di Kotamadya Jakarta Selatan seluas 4,256.34 Ha terdiri dari pohon seluas 3.596 Ha (84,49 %), semak belukar 282,73 Ha (6,64 %), padang rumput 300,07 ha (7,05 %) dan sawah 77,54 ha (1,82 %). Kecamatan yang memiliki luas lahan bervegetasi yang terluas adalah Kecamatan Jagakarsa dan Kecamatan yang memiliki luas lahan bervegetasi terendah adalah Kecamatan Tebet. Luas lahan kosong yang terdapat di Kotamadya Jakarta Selatan yang tersedia masih cukup banyak apabila dibandingkan dengan kotamadya yang ada di Propinsi DKI Jakarta. Luas lahan kosong yang ada di Kotamadya Jakarta Selatan yaitu seluas 303,17 Ha, Kecamatan yang memiliki lahan kosong yang terluas adalah Kecamatan Pesanggrahan yaitu seluas 19,17 Ha dan Kecamatan yang memiliki luas tanah kosong terkecil adalah Kecamatan Mampang Prapatan dengan luas seluas 6,03 Ha. Luas lahan terbangun di Kotamadya Jakarta Selatan yaitu seluas 8.879,02 ha atau sekitar 60,94 % dari luas wilayah administratif Kotamadya Jakarta Pusat. Kelas lahan tidak bervegetasi merupakan kelas lahan yang paling luas. Kecamatan yang memiliki luas terbangun terluas adalah Kecamatan Kebayoran Lama dengan luas 1344,94 Ha dan Kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Setiabudi dengan luas terbangun seluas 562,50 Ha.

71 Gambar 34. Citra Ikonos Kotamadya Jakarta Selatan 5.4.2 Kebijakan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kotamadya Jakarta Selatan Ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka yang berkanopi hijau vegetasi yang ditanam dilahan dan memiliki strata serta fungsi sosial, ekologi dan estetika. Ruang terbuka hijau tidak dapat dilihat secara parsial, tetapi harus dilihat secara spatial dan holistik, baik berupa lahan publik maupun private. Berdasarkan RTRW Propinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 arahan luas pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kotamadya Jakarta Pusat meliputi : 1. Menata kawaasan resapan air di Kecamatan Pasar Minggu, Cilandak dan Jagakarsa secara terpadu dengan pengembangan budidaya tanaman hias dan pertanian; 2. Mempertahankan lahan pemakaman dan lapangan olahraga yang ada; 3. Mengembangkan hutan kota di Taman Margasatwa Ragunan, Blok P Kebayaoran Baru, Kampus Universitas Indonsia dan sekitar situ situ lainnya. 4. Prosentase luas RTH tahun 2010 di Kotamadya Jakarta Selatan ditargetkan sebesar 2,94 % dari luas kota Jakarta; 5. Mendorong penanaman pohon besar atau pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, pinggir sungai terutama pada lingkungan padat.

72 Sedangkan berdasarkan Rencana Induk Ruang Terbuka Hijau Propinsi DKI Jakarta 2010, pemanfaatan ruang kawasan hijau binaan yang perlu mendapatkan perhatian disetiap kecamatan di Kotamadya Jakarta Seltan adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan tanaman hias dan tanaman produktif di Kecamatan Pasar Minggu, Jagakarsa dan Cilandak; 2. Pengembangan hutan kota di Taman Margasatwa Ragunan dan Blok P Kebayoran Baru; 3. Pengembangan areal budidaya perikanan terutama di Situ Manggabolong, Situ Babakan, Situ Ulujami, Situ Kalibata dan Situ Pancoran; 4. Penanaman pohon pelindung diareal pemakaman yang berfungsi sebagai peneduh; 5. Pengembangan hutan kota disekitar Situ Babakan, Situ Manggalabong dan Situ Kampus UI Jagakarsa. 6. Pelaksanaan refungsionalisasi taman pada 18 lokasi seluas ± 7.63 Ha; 7. Pengadaan lahan kawasan ruang terbuka hijau dikawasan pemukiman padat penduduk; 8. Penanaman pohon pelindung yang mengikuti sempada sungai. Rencana penyebaran ruang terbuka hijau fasilitas umum Kotamadya Jakarta Selatan ditarget seluas 810,37 ha. 408.90 Ha untuk pengembangan hutan kota/taman kota/taman lingkungan tahun 2010, 176,80 ha untuk lapangan olah raga dan 228,26 Ha untuk pemakaman. Berikut uraian secara rinci rencana sebaran ruang terbuka hijau fasilitas umum dan pemakaman : Tabel 27 Rencana Sebaran RTH Fasilitas Umum dan Pemakaman di Kotamadya Jakarta Selatan Kecamatan RTH Fasilitas Umum HutKot/Tamkot/Tamling Lapangan Olahraga Pemakaman Tebet 56,77 24,55 31,69 Setiabudi 28,6 12,37 15,97 Mampang Prapatan 24,5 10,59 13,67 Pasar Minggu 58,84 25,44 32,85 Kebayoran Lama 53,83 23,27 30,05 Cilandak 36,23 15,66 20,22 Kebayoran Baru 34,7 15 19,37 Pancoran 28,89 12,49 16,13 Jagakarsa 49,92 21,58 27,87 Pesanggarahan 36,63 15,84 20,45 Total 408,91 176,79 228,27 Sumber : Rencana Induk Ruang Terbuka Hijau Propinsi DKI Jakarta (2004)

73 Gambar 35. Peta Arahan Rencana Pemanfaatan Ruang Kotamadya Jakarta Selatan 5.4.3 Inventarisasi Jenis Tanaman Hutan Kota Guna mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup diperkotaan, jenis tanaman yang dipilih dalam program pembangunan dan pengembangan hutan kota hendaknya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat menanggulangi masalah lingkungan yang muncul di kota tersebut. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik serta pemanfaatan yang maksimal maka perlu diperhatikan beberapa persyaratan yaitu persyaratan edaphis, persyaratan meteorologis, persyaratan silvikultur, persyaratan umum tanaman, persyaratan untuk pohon peneduh jalan, persyaratan estetika dan persyaratan pemanfaatan khusus. Jenis vegetasi yang terdapat di hutan kota Kotamadya Jakarta Pusat adalah sebanyak 29 (dua puluh sembilan pohon) jenis.. Berdasarkan hasil inventarisasi jenis