PERUBAHAN WARNA KULIT BUAH TIGA VARIETAS JERUK KEPROK DENGAN PERLAKUAN DEGREENING DAN SUHU PENYIMPANAN HANIFAH MUTHMAINNAH

dokumen-dokumen yang mirip
Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS BAHAN PEMBUNGKUS OKSIDATOR ETILEN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG RAJA BULU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

Pengaruh Umur Panen dan Suhu Simpan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

Aplikasi Kalium Permanganat sebagai Oksidan Etilen dalam Penyimpanan Buah Pepaya IPB Callina

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl 2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Oleh : Mawardi A

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian,

III. METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

HASIL DAN PEMBAHASAN


III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PELAPISAN LILIN LEBAH UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Degreening Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis) pada Beberapa Konsentrasi dan Durasi Pemaparan Etilen

(Citrus reticulata Blanco). ;...,. ".,.., #

PENYIMPANAN JERUK SIAM (Citrus nobilis L.) SETELAH PROSES DEGREENING NUZLUL MUSDALIFAH

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN KALIUM PERMANGANAT UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN BUAH PEPAYA (Carica papaya L.,)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

Variasi Kemasan Plastik Polipropilen Berperforasi pada Pengemasan Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis Osb.)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Tanaman jeruk di Indonesia ada yang tumbuh baik secara alami dan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia dan

III. METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Program Studi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Warta IHP/Journal of Agro-based Industry Vol.33 (No.1) : 39-48

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. ulangan. Faktor pertama adalah jenis pati bahan edible coating (P) yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE. Materi. Rancangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PERUBAHAN WARNA KULIT BUAH TIGA VARIETAS JERUK KEPROK DENGAN PERLAKUAN DEGREENING DAN SUHU PENYIMPANAN HANIFAH MUTHMAINNAH DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Hanifah Muthmainnah NIM A24090099

ABSTRAK HANIFAH MUTHMAINNAH. Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO dan DARDA EFENDI. Warna merupakan kualitas utama yang menentukan tingkat permintaan konsumen terhadap buah jeruk. Konsumen lebih menyukai jeruk berwarna jingga, padahal di Indonesia jeruk yang tinggi produktivitasnya adalah jeruk berwarna hijau. Hal ini menyebabkan jeruk lokal kalah bersaing dengan jeruk impor. Salah satu cara supaya jeruk lokal dapat bersaing dengan jeruk impor adalah dengan melakukan degreening. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari efek degreening dan suhu penyimpanan terhadap perubahan warna kulit jeruk keprok. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni hingga Juli 2013 di Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika, IPB. Penelitian ini dilakukan pada 3 varietas jeruk keprok (Chokun, Fremont, dan Batu 55) secara terpisah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu degreening (18 C dan suhu ruang) dan faktor kedua adalah suhu simpan (18 C dan suhu ruang). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang pada ketiga varietas jeruk keprok memiliki nilai CCI tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya pada 15 HSP. Kata kunci: jingga, nilai Citrus Color Index, suhu degreening, suhu penyimpanan. ABSTRACT HANIFAH MUTHMAINNAH. Skin Color Changes in Three Varieties of Tangerines with Degreening and Storage Temperature Treatment. Supervised by ROEDHY POERWANTO and DARDA EFENDI. Color is the main quality that determines the level of demand for citrus. Consumer prefers orange citrus, whereas green citrus have high productivity in Indonesia. It causes local citrus cannot compete with imported citrus. One way that can make local citrus compete with imported citrus is by degreening. This is research was conducted to study the effect of degreening and storage temperature on color changes of tangerine peel. Research was conducted from June until July 2013 at the Laboratory of Center for Tropical Horticulture Studies, IPB. This study was conducted on 3 varieties of tangerines (Chokun, Fremont, and Batu 55) separately. This research used a randomized complete factorial design group 2 factors with 3 replications. The first factor is degreening temperature (18 C and room temperature) and second factor is storage temperature (18 C and room temperature). The results showed that degreening treatment at 18 C and room temperature storage on all three varieties of tangerines have the highest CCI value at 15 HSP. Key words : degreening temperature, orange, storage temperature, value of Citrus Color Index.

PERUBAHAN WARNA KULIT BUAH TIGA VARIETAS JERUK KEPROK DENGAN PERLAKUAN DEGREENING DAN SUHU PENYIMPANAN HANIFAH MUTHMAINNAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Judul Skripsi Nama NIM : Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan : Hanifah Muthmainnah : A24090099 Disetujui oleh Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc Pembimbing I Dr Ir Darda Efendi, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito,MSc.Agr Ketua Departemen Tanggal Lulus :

Judul Skripsi Nama NIM Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan Hanifah Muthmainnah A24090099 Disetujui oleh Poerwanto MSc Pembimbing I Dr Ir Darda Efendi, MSi Pembimbing II Tanggal Lulus :

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 sampai Juli 2013 ini ialah pengembangan jeruk berwarna jingga di dataran rendah, dengan judul Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto dan Bapak Dr Ir Darda Efendi selaku pembimbing, serta Bapak Endang Gunawan yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Kusuma beserta staf Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB, yang telah membantu selama pengumpulan data. Penelitian ini dibiayai dengan dana insentif riset Kementerian Riset dan Teknologi dengan nomor kontrak 38/SEK/INSINAS/PPK/I/2013 tanggal 14 Januari 2013. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2014 Hanifah Muthmainnah

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Tinjauan Umum Buah Jeruk 2 Jeruk Keprok Batu 55 2 Jeruk Chokun 3 Jeruk Fremont 3 Degreening 3 Etephon 4 METODE PENELITIAN 5 Bahan Penelitian 5 Alat Penelitian 5 Lokasi dan Waktu Penelitian 5 Analisis Data 5 Prosedur Penelitian 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Perubahan Warna Kulit 9 Warna Ujung Buah 9 Warna Ekuator 10 Warna Pangkal Buah 11 Warna Rataan Ujung, Ekuator, Pangkal Buah Jeruk 12 Skor Warna Kulit Ketiga Varietas Jeruk Keprok 14 Penampilan Warna Kulit Buah Jeruk 14 Persentase Susut Bobot 21 Kekerasan Buah dan ph buah 21 Kandungan PTT dan ATT buah 22 Rasio PTT/ATT 23 Masa Simpan Buah 24 KESIMPULAN DAN SARAN 25 DAFTAR PUSTAKA 26

DAFTAR TABEL 1. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pada Chokun 8 2. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pada Fremont 8 3. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pada Batu 55 9 4. Skor warna kulit jeruk semua kombinasi perlakuan 15 5. Persentase susut bobot selama penyimpanan 25 HSP 21 6. Kekerasan dan ph buah selama penyimpanan 22 7. Kandungan PTT dan ATT jeruk selama penyimpanan 23 8. Rasio PTT/ATT ketiga varietas jeruk keprok 24 DAFTAR GAMBAR 1. Nilai CCI pada ujung buah 9 2. Nilai CCI pada ekuator 10 3. Nilai CCI pada pangkal buah 11 4. Nilai CCI rataan ujung, ekuator dan pangkal buah 12 5. Perubahan warna kulit ketiga varietas jeruk 15 6. Diagram perubahan warna kulit jeruk keprok varietas Chokun 17 7. Diagram perubahan warna kulit jeruk keprok varietas Fremont 18 8. Diagram perubahan warna kulit jeruk keprok varietas Batu 55 19

PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk mempunyai nilai ekonomi dan mengandung gizi yang cukup tinggi. Jeruk dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan. Permintaan konsumen terhadap buah jeruk semakin meningkat disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran masyarakat terhadap nilai gizi. Data BPS (2012) produksi jeruk lokal mencapai 1.611 juta ton. Deptan (2013) mencatat pada bulan Juli 2013 volume impor jeruk mencapai 2.230 ton sedangkan ekspor jeruk hanya 73 ton. Standar konsumsi buah yang ditetapkan Food and Agriculture Organization (FAO) sebesar 65.75 kg per kapita per tahun, jika 10% dari jumlah standar FAO tersebut adalah buah jeruk maka dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa (BPS 2010) akan dibutuhkan 1.422 juta ton per tahun (Balitjestro 2010). Hal ini menunjukkan seharusnya produksi jeruk nasional dapat memenuhi kebutuhan konsumsi jeruk dalam negeri. Di Indonesia jeruk yang tinggi produktivitasnya ialah jeruk berwarna hijau. Warna jeruk yang tetap hijau disebabkan kandungan pigmen klorofil yang tinggi, dan perombakan klorofil berjalan lambat. Warna hijau pada jeruk merupakan hal yang tidak dikehendaki konsumen karena mengurangi daya tarik konsumen. Hal ini disebabkan oleh anggapan masyarakat bahwa jeruk berwarna hijau mempunyai citarasa yang kurang baik dan memberi kesan bahwa jeruk belum matang. Warna jeruk merupakan salah satu kualitas utama yang terdiri atas akumulasi karotenoid dan derivatif C 30 apocarotenoids. Pembentukan warna jingga pada kulit jeruk disebabkan oleh dua zat warna, yaitu β-citraurin dan criptoxanthin. β-citraurin membuat warna kulit jeruk menjadi kemerahan, sedangkan criptoxanthin membuat warna kulit jeruk menjadi kuning. Degreening pada suhu ruang 28-29 C zat warna yang terbentuk hanya criptoxanthin sehingga seringkali jeruk yang dihasilkan berwarna kuning. Degreening pada suhu rendah 18-20 C menyebabkan β-citraurin dan criptoxanthin terbentuk secara bersamaan sehingga warna jingga kemerahan dapat dihasilkan (Stewart and Wheaton 1971). Riyanti (2005) menyatakan bahwa semakin kuning atau jingga warna kulit jeruk, maka permintaan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya konsumen yang lebih memilih mengonsumsi jeruk impor karena memiliki penampilan yang lebih menarik yakni berkulit jingga. Para produsen atau distributor jeruk perlu mengubah warna jeruk yang akan dipasarkan menjadi jingga untuk memenuhi permintaan konsumen, salah satu caranya dengan melakukan degreening pada jeruk dengan menggunakan etilen/ethephon, sehingga warna hijau berubah menjadi jingga. Penyimpanan suhu rendah dapat menghambat kerusakan fisiologis, memperlambat transpirasi dan respirasi, mengurangi kehilangan air, serta menghambat aktivitas mikroorganisme pengganggu sehingga mutu buah sampai ke tangan konsumen masih tetap terjaga dengan baik (Safaryani et al. 2007). Penyimpanan suhu rendah juga dapat memperpanjang mutu fisik (warna dan penampilan/kesegaran, tekstur dan citarasa) dan nilai gizi.

2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu degreening dan suhu penyimpanan terhadap perubahan warna kulit tiga varietas jeruk keprok. Hipotesis 1. Suhu degreening berpengaruh nyata terhadap perubahan warna kulit jeruk. 2. Suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap perubahan warna kulit jeruk. 3. Terdapat interaksi nyata antara suhu degreening dan suhu penyimpanan terhadap perubahan warna kulit jeruk. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Buah Jeruk Sentra penanaman jeruk keprok di Indonesia meliputi Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Klasifikasi botani jeruk keprok adalah kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rutales, famili Rutaceae, genus Citrus, spesies Citrus nobilis L. Pascapanen degreening menggunakan etilen maupun ethephon dilakukan untuk mempelajari perubahan warna dan akumulasi karotenoid. Perubahan warna jingga setelah aplikasi degreening diindikasikan dengan penurunan sudut hue (H) dan peningkatan indeks warna jeruk (CCI). Jumlah kandungan karotenoid meningkat, sedangkan kandungan klorofil menurun selama penyimpanan dan kedua perubahan ini dipercepat oleh aplikasi etilen eksogen. Warna hijau pada jeruk disebabkan oleh adanya klorofil yang menutupi karotenoid. Buah jeruk dapat berubah warna menjadi jingga dengan aplikasi etilen, ethephon, dan ethrel (Yi Zhou et al. 2010). Jeruk Keprok Batu 55 Jeruk keprok varietas Batu 55 merupakan tanaman subtropik yang dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada suhu optimum 25 30 C. Buahnya berbentuk agak besar hampir seragam menyerupai bentuk bola tertekan dengan diameter cabang, bentuk bunga bulat telur panjang ke arah pangkal seragam dan berbau harum. Tangkai bunga pendek dengan bunga pelindungnya kecil, kelopak 5 8 cm dengan ruang buah (septa buah) 9 19. Tebal kulitnya 0.2 0.3 cm mudah dikupas, penuh pori-pori dan daging buahnya berwarna oranye dan sedikit berbau harum. Daging buah banyak mengandung air, tiap sapta mengandung banyak biji lebih kurang 10 30 biji (Balitbangtan 2006).

3 Jeruk Chokun Jeruk Chokun adalah jenis jeruk keprok dataran rendah asal Thailand. Jeruk ini mempunyai rasa sangat manis (tanpa getir), sehingga disebut juga jeruk madu. Umur berbuah genjah (1 1.5 tahun). Jeruk ini tahan penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), penyakit yang disebabkan oleh virus yang merupakan pembunuh utama tanaman jeruk (Wijaya 2011). Pohon jeruk Chokun asal okulasi bersifat sangat genjah dengan produktifitas yang sangat tinggi. Jeruk Chokun memerlukan 5 7 bulan basah terutama di bulan Juli-Agustus dengan temperatur optimal antara 20 30 C dan memerlukan cahaya sinar matahari penuh/tidak terhalang. Ciri-ciri jeruk Chokun adalah memiliki ukuran yang relatif kecil berkisar 90 100 g. Berkulit tipis sehingga mudah untuk dibuka, permukaan kulit licin, memiliki aroma yang khas, dan daging buah berwarna orange/jingga. Buah jeruk bertipe hesperidium, dipenuhi dengan kantong jus yang disebut flavedo, ditutupi oleh jaringan berbusa putih dan selembar kulit yang banyak mengandung minyak (Balijestro 2012). Jeruk Fremont Jeruk Fremont merupakan jeruk mandarin dengan karakteristik rasa manis dan aroma kuat, jumlah biji banyak, kulit buah terang dengan warna orange tua, permukaan kulit buah agak kasar dan kandungan air mencapai 55%. Jeruk ini merupakan jeruk mandarin hasil persilangan antara Clementine dengan Ponkan pada tahun 1959 di California dan dilepas oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat pada tahun 1964. Ciri-ciri jeruk Fremont yaitu ukuran buah kecil-medium, berbentuk oblate, permukaan kulit agak kasar, ketebalan kulit 3 mm dan sulit dikupas. Buah jeruk bertipe hesperidium, dipenuhi dengan kantong jus yang disebut flavedo, ditutupi oleh jaringan berbusa putih dan selembar kulit yang banyak mengandung minyak. Tanaman jeruk Fremont dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada tanah yang bergranulasi bahkan pada lingkungan yang hangat. Tanaman ini sulit menghasilkan buah berukuran optimal jika dibudidayakan di daerah dingin (AusCitrus 2002). Degreening Proses degreening yaitu proses perombakan warna hijau (klorofil) pada kulit jeruk diikuti dengan proses pembentukan warna kuning jingga. Degreening dengan etilen adalah praktek pascapanen umum dalam buah jeruk. Etilen dapat menginduksi warna buah dan kandungan karotenoid dalam flavedo meningkat pada tahap pematangan buah. Etilen merangsang peningkatan phytoene, phytofluene, (9Z)-violaxanthin yang merupakan karotenoid utama dalam kulit jeruk matang, apocarotenoid β-citraurin, dan penurunan konsentrasi karotenoid chloroplastic (Rodrigo and Zacarias 2006). Buah jeruk temasuk buah non klimakterik. Degreening dengan etilen dapat merangsang perusakan pigmen klorofil yang berwarna hijau dan akumulasi karotenoid yang berwarna jingga.

4 Degreening tidak berpengaruh pada jus, Padatan Terlarut Total (PTT), kadar asam, dan berefek kecil pada isi dan komposisi volatil aroma jus (Mayouni 2007). Pada jeruk hampir tidak ada peningkatan produksi etilen dan laju respirasi selama pematangan. Buah jeruk memproduksi etilen selama pematangan, aplikasi etilen secara eksogen dapat mempercepat proses fisiologis. Salah satu efek etilen pada jeruk adalah dapat merubah warna kulit. Pengaruh etilen eksogen pada mekanisme menyebabkan kerusakan klorofil pada flavedo jeruk. Aktifitas chlorophyllase meningkat setelah aplikasi etilen dan mengakibatkan degredasi klorofil dipercepat (Rodrigo and Zacarias 2006). Aplikasi degreening secara eksogen tidak hanya menginduksi perubahan warna yang diinginkan dalam buah jeruk, tetapi juga menghasilkan efek yang tidak diinginkan terkait untuk mempercepat penuaan buah seperti kecokelatan. Waktu penyimpanan yang semakin lama, buah jeruk semakin rentan terhadap penuaan (Sdiri et al. 2013). Ethephon Ethephon melepaskan etilen dengan adanya basa. Sebanyak 1 mol ethephon melepaskan hampir 1 mol etilen. Sebanyak 28,3 ml gas etilen dapat dilepaskan dari 206 ml ethephon. Pada teknik degreening intermiten, etilen dihasilkan dari ethephon dengan menambahkan natrium hidroksida dalam ruang tertutup dengan suhu dan kelembaban yang dikontrol (Ladaniya 2008). Efek penggunaan ethephon diamati dari jaringan tanaman terutama mengingat bahwa ethephon tidak mudah dimetabolisme menjadi etilen, hal ini didukung oleh berbagai pengamatan evaluasi etilen menggunakan ethephon. Hal ini disebabkan tanggapan langsung (respirasi dan degradasi klorofil) dari jaringan tanaman, penggunaan ethephon menyebabkan degradasi senyawa lambat yang bisa menjelaskan efek jangka panjang seperti berbunga. Etilen telah lama dikenal untuk mempengaruhi sejumlah proses fisiologis tanaman dapat juga dimanfaatkan sebagai alat untuk meningkatkan produksi pertanian. Penggunaan eksperimental dan praktis etilen dibatasi oleh gas alam yang membuatnya sulit untuk diterapkan di ruang terbuka/outdoor. Ethephon dapat larut dalam air hal ini menyebabkan pembentukan etilen (Bondad 1976). Kemampuan ethephon menghasilkan etilen pada jaringan tanaman adalah sebagai berikut : O Cl -CH 2 - CH 2 -P -O + H 2 O Cl - + CH 2 O = CH 2 + H 2 PO 4

METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga varietas jeruk keprok (Chokun, Fremont, dan Batu 55) dipanen di Tapos, larutan ethephon konsentrasi 120 ppm, indikator PP, larutan NaOH 0.1 N, aquades. Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan adalah lemari pendingin, colour reader, ph meter, hand refraktometer, hand penetrometer, timbangan analitik, buret, erlenmeyer, labu takar, gelas ukur, pipet volum, pipet tetes, orange juicer, pisau. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2013. Analisis Data Penelitian ini dilakukan pada 3 varietas jeruk keprok (Chokun, Fremont, dan Batu 55) secara terpisah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) Faktorial dengan 2 faktor, yaitu suhu degreening (suhu 18 C±1 C dan suhu ruang 28 C±1 C) dan suhu penyimpanan (suhu 18 C±1 C dan suhu ruang 28 C±1 C). Terdapat 12 perlakuan yang diamati, setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap perlakuan diamati 35 40 jeruk dengan 3 jeruk sampel pengamatan warna. Data yang diperoleh diuji menggunakan uji F (ANOVA) taraf 5%, data skoring warna dianalis menggunakan uji Friedman dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez 2007). Model linier untuk rancangan RKLT adalah: Yij = μ + αi+ ßj + εijk dengan : i = 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 dan j = 1,2,3,4 Yij : Respon buah terhadap perlakuan-i, dan ulangan ke j µ : Nilai tengah αi : Perlakuan ke-i βj : Pengaruh ulangan ke-j εij : Galat percobaan Analisis data skoring menggunakan uji Friedman (Dixon and Massey 1991): X 2 r Σ (Ȓ.j- ) 2 X 2 r r c Ȓ.j = mean range yang didapat dari uji Friedman = baris = kolom = rataan peringkat dalam kolom ke-j

6 Prosedur Percobaan Ketiga varietas jeruk yang digunakan dalam penelitian ini dipanen dari perkebunan jeruk di daerah Tapos, Ciawi, Bogor. Grading dilakukan setelah panen, buah jeruk dipilih yang memiliki ukuran sama dan warna seragam. Jeruk yang terpilih kemudian dicuci, setelah itu dikeringkan dengan tissue. Jeruk yang telah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam keranjang, setelah itu dilakukan proses degreening. Degreening dilakukan pada suhu ruang dengan ethephon konsentrasi 120 ppm. Jeruk disemprot satu per satu dengan larutan ethephon secara merata, didiamkan beberapa menit. Jeruk yang telah disemprot larutan ethephon kemudian disimpan sebagian pada suhu 18 C±1 C dan sebagian pada suhu ruang 28 C±1 C selama 15 jam. Setelah itu, jeruk perlakuan degreening suhu 18 C sebagian disimpan pada suhu 18 C dan sebagian disimpan pada suhu ruang, jeruk perlakuan degreening suhu ruang sebagian disimpan pada suhu 18 C dan sebagian disimpan pada suhu ruang. Pengamatan destruktif dilakukan setiap 1 Minggu Setelah Perlakuan (MSP), terdiri atas: a. Kekerasan buah (kgdetik -1 ) diukur menggunakan hand penetrometer. b. Padatan Terlarut Total ( Brix) diukur menggunakan hand refractometer. c. Asam Tertitrasi Total (%) diukur menggunakan metode titrasi NaOH 0.1 N ATT Keterangan : ml NaoH = volume NaOH yang terpakai N NaOH = normalitas NaOH (0.1 N) Fp = faktor pengenceran (100/25) 64 = faktor asam dominan mg contoh = 25000mg d. ph jeruk diukur menggunakan ph meter. Pengamatan non-destruktif dilakukan setiap hari, terdiri atas: a. Susut bobot (g) diukur menggunakan timbangan analitik, dilakukan setiap hari pada hari ke-0 (w) dan setiap pengamatan (wa) pada penyimpanan 25 Hari Setelah Perlakuan (HSP). Susut bobot dihitung menggunakan rumus: Susut bobot (%) = b. Warna kulit jeruk diamati setiap hari dengan menggunakan color reader selama 30 HSP. Alat ini mempunyai sistem notasi warna hunter (system L, a, dan b). L menyatakan kecerahan (brightness) dengan nilai 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai a dan b merupakan koordinat kromatisitas, a menyatakan warna kromatik campuran merah hijau dengan nilai +a dari 0 sampai 60 untuk warna merah dan a dari 0 sampai -60 untuk warna hijau. Nilai b menyatakan warna kromatik campuran kuning biru dengan nilai +b dari 0 sampai 60 untuk warna kuning dan nilai b dari 0 sampai -60 untuk warna biru.

Menurut Cuesta et al. (1981), warna kulit jeruk atau Citrus Color Index (CCI) didapatkan dengan rumus, dengan L (Luminosity) = kecerahan, a= perubahan warna hijau ke merah, b= perubahan warna biru ke kuning. Nilai CCI<= -5 (hijau gelap), -5<CCI<=0 (hijau), 0<CCI<=3 (hijau kekuningan), 3<CCI<=5 (kuning kehijauan), 5<CCI<=7 (jingga kekuningan), 7<CCI<=10 (jingga), CCI>10 (jingga gelap). Perubahan warna kulit pada ketiga varietas jeruk keprok diamati pada tiga titik yang mulai berubah warna, yaitu: ujung buah, ekuator, dan pangkal buah. c. Skor warna kulit jeruk keprok adalah sebagai berikut: 7 d. Masa simpan buah diamati secara visual setiap hari dengan mengamati jumlah buah busuk dan penampilan buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam seluruh peubah pada Chokun disajikan pada Tabel 1. Suhu Degreening berpengaruh nyata hanya pada susut bobot dan ph. Suhu simpan tidak berpengaruh nyata pada semua peubah. Interaksi antara suhu degreening dan suhu simpan nyata hanya pada PTT. Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam semua peubah pada Chokun a Peubah D S D X S KK (%) Warna Ujung Buah tn tn tn 5.46 Warna Ekuator tn tn tn 10.11 Warna Pangkal Buah tn tn tn 10.11 Susut Bobot (%) * tn tn 5.61 Kekerasan Buah (kgdetik -1 ) tn tn tn 39.30 PTT ( Brix) tn tn ** 5.75 ATT (%) tn tn tn 31.66 ph ** tn tn 3.18 a tn=tidak berbeda nyata, *=berbeda nyata pada taraf 5%, **=berbeda nyata pada taraf 1%, D=Suhu Degreening, S=Suhu simpan Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam seluruh peubah pada Fremont disajikan pada Tabel 2. Suhu Degreening berpengaruh nyata pada warna ekuator, warna pangkal buah, dan susut bobot. Suhu simpan berpengaruh nyata pada warna ekuator, warna pangkal buah, susut bobot, PTT dan ph. Interaksi antara suhu degreening dan suhu simpan nyata pada semua peubah yang diamati kecuali warna ujung buah, kekerasan buah, dan ATT. Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam semua peubah pada Fremont a Peubah D S D X S KK (%) Warna Ujung Buah tn tn tn 19.88 Warna Ekuator ** ** ** 7.79 Warna Pangkal Buah ** ** ** 10.49 Susut Bobot (%) * ** ** 3.24 Kekerasan Buah (kgdetik -1 ) tn tn tn 25.32 PTT ( Brix) tn ** ** 4.54 ATT (%) tn tn tn 7.58 ph tn ** * 7.74 a tn=tidak berbeda nyata, *=berbeda nyata pada taraf 5%, **=berbeda nyata pada taraf 1%, D=Suhu Degreening, S=Suhu simpan Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam seluruh peubah pada Batu 55 disajikan pada Tabel 3. Suhu Degreening berpengaruh nyata hanya pada warna ujung buah dan ph. Suhu simpan berpengaruh nyata pada warna ekuator, susut bobot, dan ph. Interaksi antara suhu degreening dan suhu simpan nyata hanya pada warna ujung buah dan susut bobot.

9 Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam semua peubah pada Batu 55 a Peubah D S D X S KK (%) Warna Ujung Buah * tn ** 6.51 Warna Ekuator tn * tn 7.48 Warna Pangkal Buah tn tn tn 6.87 Susut Bobot (%) tn ** * 10.29 Kekerasan Buah (kgdetik -1 ) tn tn tn 50.97 PTT ( Brix) tn tn tn 9.25 ATT (%) tn tn tn 9.59 ph * ** tn 1.89 a tn=tidak berbeda nyata, *=berbeda nyata pada taraf 5%, **=berbeda nyata pada taraf 1%, D=Suhu Degreening, S=Suhu simpan Perubahan Warna Kulit Warna Ujung Buah Gambar 1 menunjukkan nilai CCI pada ujung buah. Perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang pada ketiga varietas jeruk keprok memiliki nilai CCI yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada 15 HSP. Pada Chokun semua perlakuan berubah menjadi warna jingga pada 20 HSP. Pada Chokun perlakuan penyimpanan suhu ruang menunjukkan perubahan warna menjadi jingga lebih cepat dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. Pada Fremont perlakuan degreening dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 25 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 15 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Fremont perlakuan penyimpanan suhu ruang menunjukkan perubahan warna menjadi jingga lebih cepat dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. Pada Batu 55 perlakuan degreening dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 10 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 5 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 15 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Batu 55 perlakuan penyimpanan suhu ruang menunjukkan perubahan warna menjadi jingga lebih cepat dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C.

10 20 A 20 B Nilai CCI 15 10 5 Nilai CCI 15 10 5 0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 HSP HSP Nilai CCI 20 15 10 5 C 0 5 10 15 20 25 30 Gambar 1 Nilai CCI pada ujung buah. A) Chokun, B) Fremont, C) Batu 55 perlakuan [degreening dan penyimpanan suhu 18 C ( ), degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang ( ), degreening dan penyimpanan suhu ruang ( ), degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C ( X)], Standar jingga. HSP Warna Ekuator Gambar 2 menunjukkan nilai CCI pada ekuator. Perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang pada ketiga varietas jeruk keprok memiliki nilai CCI yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada 15 HSP. Pada Chokun semua perlakuan berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Chokun penyimpanan suhu ruang menunjukkan perubahan warna menjadi jingga lebih cepat dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. Pada Fremont perlakuan degreening dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Fremont penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 15 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Fremont penyimpanan suhu ruang menunjukkan perubahan warna menjadi jingga lebih cepat dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. Pada Batu 55 penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 10 HSP. Pada Batu 55 penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Batu 55 penyimpanan suhu ruang menunjukkan perubahan warna menjadi jingga

11 lebih cepat dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. 20 15 A 20 15 B Nilai CCI 10 5 Nilai CCI 10 5 0-5 5 10 15 20 25 30 HSP 0-5 5 10 15 20 25 30 HSP Nilai CCI 20 15 10 5 0-5 C 5 10 15 20 25 30 HSP Gambar 2 Nilai CCI ekuator. A) Chokun, B) Fremont, C) Batu 55 perlakuan [degreening dan penyimpanan suhu 18 C ( ), degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang ( ), degreening dan penyimpanan suhu ruang ( ), degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C ( X)], Standar jingga. Warna Pangkal Buah Gambar 3 menunjukkan nilai CCI pada pangkal buah. Perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang pada ketiga varietas memiliki nilai CCI yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada 10 HSP. Pada Chokun semua perlakuan berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Chokun perlakuan penyimpanan suhu ruang lebih cepat perubahan warnanya menjadi jingga dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. Pada Fremont perlakuan degreening dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 10 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 15 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Fremont perlakuan penyimpanan suhu ruang lebih cepat perubahan warnanya menjadi jingga dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. Pada Batu 55 perlakuan degreening dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga

12 pada 15 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 10 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 10 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 15 HSP. Pada Batu 55 perlakuan penyimpanan suhu ruang lebih cepat perubahan warnanya menjadi jingga dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. 20 15 A 20 15 B Nilai CCI 10 5 0-5 5 10 15 20 25 30 HSP Nilai CCI 10 5 0-5 5 10 15 20 25 30 HSP Nilai CCI 20 15 10 5 0-5 C 5 10 15 20 25 30 HSP Gambar 3 Nilai CCI pangkal buah. A) Chokun, B) Fremont, C) Batu 55 [degreening dan penyimpanan suhu 18 C ( ), degreening suhu 18 Cdan penyimpanan suhu ruang ( ), degreening dan penyimpanan suhu ruang ( ), degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C ( X)], Standar jingga. Warna Rataan Ujung, Ekuator dan Pangkal Buah Jeruk Gambar 4 menunjukkan nilai CCI dari rataan ujung, ekuator dan pangkal buah jeruk. Pada Chokun semua perlakuan berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Chokun perlakuan penyimpanan suhu ruang lebih cepat perubahan warnanya menjadi jingga dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. Pada Fremont perlakuan degreening dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 15 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 15 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening suhu ruang dan

penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 20 HSP. Pada Fremont perlakuan penyimpanan suhu ruang lebih cepat perubahan warnanya menjadi jingga dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. Pada Batu 55 perlakuan degreening dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 15 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang berubah warna menjadi jingga pada 10 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang berubah menjadi jingga pada 10 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C berubah warna menjadi jingga pada 15 HSP. Pada Batu 55 perlakuan penyimpanan suhu ruang lebih cepat perubahan warnanya menjadi jingga dibandingkan dengan penyimpanan suhu 18 C. 13 20 15 A 20 15 B Nilai CCI 10 5 Nilai CCI 10 5 0-5 5 10 15 20 25 30 HSP 0-5 5 10 15 20 25 30 HSP Nilai CCI 20 15 10 5 0-5 C 5 10 15 20 25 30 HSP Gambar 4 Nilai CCI rataan ujung, ekuator dan pangkal buah. A) Chokun, B) Fremont, C) Batu 55 [degreening dan penyimpanan suhu 18 C ( ), degreening suhu 18 Cdan penyimpanan suhu ruang ( ), degreening dan penyimpanan suhu ruang ( ), degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C ( X)], Standar jingga.

14 Skor Warna Kulit Ketiga Varietas Jeruk Keprok Perubahan warna kulit dilihat dari pengamatan skor warna kulit, semakin jingga warna kulit semakin tinggi skornya (Tabel 4). Pengamatan warna CCI menggunakan color reader pada ketiga titik yang diamati memiliki nilai yang berbeda dengan pengamatan warna menggunakan skoring. Hal ini disebabkan pada pengamatan warna CCI menggunakan color reader warna yang diamati adalah warna yang telah berubah menjadi jingga, sedangkan pengamatan warna menggunakan skoring warna diamati secara keseluruhan. Pada Chokun perlakuan penyimpanan suhu 18 C masing-masing menunjukkan skor 4 (30 HSP), berwarna jingga kekuningan. Pada Chokun perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang menunjukkan skor 3 (30 HSP), berwarna kuning kehijauan. Pada Chokun perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang menunjukkan skor 3 (5 HSP), setelah penyimpanan 30 HSP menunjukkan skor 0.0, karena hanya memiliki satu sampel berwarna kuning kehijauan, sedangkan sampel lainnya telah membusuk. Pada Fremont perlakuan penyimpanan suhu ruang masing-masing menunjukkan skor 6.0 dan 5.3 (30 HSP), berwarna jingga. Pada Fremont perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C menunjukkan skor 6.0 (30 HSP), berwarna jingga. Pada Fremont perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu 18 C pada 5 HSP menunjukkan skor 1.3, setelah penyimpanan 30 HSP ketiga sampelnya membusuk, pada 25 HSP menunjukkan skor 0.8 karena hanya memiliki satu sampel yang berwarna kuning kehijauan. Pada Batu 55 perlakuan degreening suhu ruang masing-masing menunjukkan skor 5 (30 HSP), berwarna jingga. Pada Batu 55 perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu 18 C menunjukkan skor 3.0 (30 HSP), karena hanya memiliki dua sampel berwarna jingga, sedangkan satu sampel lainnya telah membusuk. Pada Batu 55 perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang pada 30 HSP ketiga sampelnya telah membusuk, pada 25 HSP kedua sampel menunjukkan skor 5, berwarna jingga. Penampilan Warna Kulit Buah Jeruk Hasil pengamatan warna kulit ketiga varietas jeruk keprok disajikan pada Gambar 5. Perubahan warna kulit menjadi jingga lebih cepat terjadi pada penyimpanan suhu ruang dibandingkan suhu 18 C. Degreening terjadi secara optimal pada 15 HSP untuk penyimpanan suhu ruang, sedangkan pada suhu 18 C degreening secara optimal terjadi pada 30 HSP. Batas akhir penerimaan konsumen terhadap jeruk penyimpanan suhu ruang semua varietas adalah 22 HSP, karena pada 23 HSP jeruk pada semua varietas banyak membusuk dan berjamur. Perubahan nilai a dan b menunjukkan perubahan warna kulit jeruk dari warna hijau ke warna jingga ditunjukkan dengan diagram warna. Perubahan warna kulit jeruk keprok yang paling signifikan selama penyimpanan terdapat pada Fremont. Perubahan nilai a dan b pada Chokun dapat dilihat pada Gambar 6. Perubahan nilai a dan b pada Fremont dapat dilihat pada Gambar 7. Perubahan nilai a dan b pada Batu 55 dapat dilihat pada Gambar 8.

15 Tabel 4. Skor warna kulit ketiga varietas jeruk keprok a Perlakuan 5 HSP 10 HSP 15 HSP 20 HSP 25 HSP 30 HSP Skor Pt Skor Pt Skor Pt Skor Pt Skor Pt Skor Pt Chokun 18 C, 18 C 2.0 5.0b 2.3 5.5 3.0 7.5 3.0 7.5 3.0 8.5a 4.0 9.5 18 C, ruang 3.0 11.0a 3.0 9.5 3.0 7.5 3.0 7.5 3.0 8.5a 3.0 5.0 ruang, ruang 3.0 9.0ab 3.0 7.5 3.3 7.5 3.0 7.5 0.0 4.5b 0.0 6.0 ruang, 18 C 2.0 5.0b 2.8 7.5 3.0 7.5 3.0 7.5 3.0 8.5a 4.0 9.5 Fremont 18 C, 18 C 1.3 5.0b 1.6 3.5b 2.6 4.0b 3.0 3.5b 0.8 4.0b 18 C, ruang 3.0 11.5a 4.9 10.5a 5.9 11.0a 6.0 10.0a 6.0 10.0a 6.0 8.5 ruang, ruang 2.0 7.0ab 4.4 9.5a 4.9 9.0ab 6.0 8.5ab 5.3 8.0ab 6.0 8.5 ruang, 18 C 1.8 6.5ab 2.6 6.5ab 3.1 9.0b 6.0 8.0ab 6.0 8.0ab 6.0 8.5 Batu 55 18 C, 18 C 2.3 6.5ab 3.3 7.5 4.4 10.0 3.0 5.5 3.0 5.0 3.0 6.5 18 C, ruang 3.0 10.5a 3.0 5.5 3.1 6.0 3.8 6.5 5.0 9.5 ruang, ruang 2.8 8.5ab 3.8 9.5 3.9 8.0 5.0 11.0 5.0 9.5 5.0 10.0 ruang, 18 C 2.0 4.5b 3.0 7.5 3.1 6.0 3.3 7.0 3.0 6.0 5.0 10.0 a Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). adalah buah yang telah membusuk. Skor 1 : hijau, 2 : hijau kekuningan, 3 : kuning kehijauan, 4 : kuning, 5 : jingga, 6 : jingga gelap, Pt : peringkat

Gambar 5. Perubahan warna kulit ketiga varietas jeruk 16

Gambar lanjutan 17

18 Nilai a dan b kulit buah pada varietas Chokun setelah 30 HSP dapat dilihat pada diagram warna buah jeruk disajikan pada Gambar 6. (a) (b) Kuning Kuning +b +b 60 60-60 -60 -b -b Biru Biru (c) (d) Kuning Kuning +b +b 60 60-60 -60 -b -b Biru Biru Gambar 6. Diagram perubahan warna kulit jeruk keprok varietas Chokun pada beberapa perlakuan suhu degreening dan suhu penyimpanan: (a) 18 C&18 C, (b) 18 C& ruang, (c) ruang & ruang, (d) ruang & 18 C. Ujung buah, Ekuator, Pangkal buah

Nilai a dan b kulit buah pada varietas Fremont setelah 30 HSP dapat dilihat pada diagram warna buah jeruk disajikan pada Gambar 7. (a) (b) Kuning Kuning +b +b 60 60 19-60 -60 -b -b Biru Biru (c) (d) Kuning Kuning +b +b 60 60-60 -60 -b -b Biru Biru Gambar 7. Diagram perubahan warna kulit jeruk keprok varietas Fremont pada beberapa perlakuan suhu degreening dan suhu penyimpanan: (a) 18 C&18 C, (b) 18 C& ruang, (c) ruang & ruang, (d) ruang & 18 C. Ujung buah, Ekuator, Pangkal buah

20 Nilai a dan b kulit buah pada varietas Batu 55 setelah 30 HSP dapat dilihat pada diagram warna buah jeruk disajikan pada Gambar 8. (a) (b) Kuning Kuning +b +b 60 60-60 -60 -b -b Biru Biru (c) (d) Kuning Kuning +b +b 60 60-60 -60 -b -b Biru Biru Gambar 8. Diagram perubahan warna kulit jeruk keprok varietas Batu 55 pada beberapa perlakuan suhu degreening dan suhu penyimpanan : (a) 18 C&18 C, (b) 18 C& ruang, (c) ruang & ruang, (d) ruang & 18 0 C, Ujung buah, Ekuator, Pangkal buah

21 Persentase Susut Bobot Pengaruh suhu degreening dan suhu simpan terhadap susut bobot buah jeruk selama penyimpanan 25 HSP ditunjukkan pada Tabel 5. Jeruk yang disimpan pada suhu 18 C menunjukkan persentase susut bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan jeruk yang disimpan pada suhu ruang. Hal ini disebabkan jeruk yang disimpan pada suhu 18 C lebih dapat mempertahankan bobot buah serta mengalami transpirasi dan respirasi yang lebih rendah dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu ruang. Pada Chokun persentase susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang, sedangkan persentase susut bobot terendah terdapat pada perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C. Pada Fremont persentase susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang, sedangkan persentase susut bobot terendah terdapat pada perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C. Pada Batu 55 persentase susut bobot tertinggi terdapat pada pada perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang, sedangkan persentase susut bobot terendah terdapat pada perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C. Tabel 5. Persentase susut bobot selama penyimpanan 25 HSP a Kombinasi Susut Bobot (%) 5 HSP 10 HSP 15 HSP 20 HSP 25 HSP Chokun 18 C, 18 C 6.5 12.6a 18.6ab 24.5ab 30.6 18 C, ruang 6.9 12.7a 19.4a 25.5a 32.4 ruang, ruang 7.3 12.7a 18.7ab 24.1ab 29.2 ruang, 18 C 5.1 8.9b 14.9b 21.3b 27.9 Fremont 18 C, 18 C 6.5b 12.7ab 20.0ab 26.9a 33.6ab 18 C, ruang 7.4ab 13.2ab 19.6ab 25.3ab 31.5b ruang, ruang 10.3a 16.6a 22.7a 29.1a 36.9a ruang, 18 C 4.6b 9.1b 13.4b 18.5b 23.6c Batu 55 18 C, 18 C 4.4c 8.4c 13.4bc 20.3bc 26.3bc 18 C, ruang 6.7b 12.1b 17.6b 23.1ab 29.2ab ruang, ruang 8.6a 16.2a 22.5a 28.1a 34.2a ruang, 18 C 3.6c 8.5c 12.6c 17.3c 22.3c a Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom sama tidak berbeda pada taraf uji DMRT 5% Kekerasan Buah dan ph Buah Pengaruh kombinasi semua perlakuan terhadap kekerasan buah selama penyimpanan 4 MSP disajikan pada Tabel 6. Buah mengalami penurunan kekerasan sejalan dengan meningkatnya stadia kematangan buah. Kekerasan buah jeruk semua varietas penyimpanan suhu 18 C maupun suhu ruang menunjukkan

22 menunjukkan penurunan (buah melunak) kemudian mengalami peningkatan (pengerasan) selama penyimpanan. Menurut Paull et al. (1999) hal ini disebabkan oleh proses pematangan buah terjadi hidrolisis pektin dan hemiselulosa yang merupakan komponen pembentuk struktur dinding sel sehingga perubahan ini menyebabkan buah menjadi lunak apabila telah matang. Pengaruh kombinasi perlakuan degreening dan suhu simpan terhadap ph jeruk selama penyimpanan ditunjukkan pada Tabel 6. Jeruk mengalami peningkatan nilai ph, hal ini disebabkan kenaikan kadar kemanisan (PTT) dan penurunan asam (ATT) selama masa penyimpanan. Nilai ph yang menunjukkan fluktuasi disebabkan oleh jeruk yang telah mengalami penurunan kualitas. Tabel 6. Kekerasan dan ph buah selama penyimpanan a Kekerasan Buah (kg detik -1 ) 1 2 3 4 MSP MSP MSP MSP 1 MSP 2 MSP ph 3 MSP 4 MSP Perlakuan Chokun 18 C, 18 C 0.9b 0.9a 0.7 0.9 3.4c 4.1b 5.1 5.0a 18 C, ruang 1.9a 0.5b 0.9 0.5 3.6c 5.1a 5.1 4.9a ruang, ruang 1.9a 0.7ab 0.8 0.7 4.1b 4.9a 5.2 3.8b ruang, 18 C 1.6ab 0.8ab 0.7 0.9 5.1a 4.8a 5.0 3.8b Fremont 18 C, 18 C 2.3 1.4a 1.1 1.0 3.6c 4.5 5.0 4.7a 18 C, ruang 1.6 0.8b 1.2 1.2 3.9b 5.0 5.1 4.6a ruang, ruang 1.9 0.8b 0.7 0.8 3.8b 4.9 4.9 3.5b ruang, 18 C 2.6 1.1b 1.2 0.9 4.9a 4.9 5.0 4.9a Batu 55 18 C, 18 C 2.0 0.9 1.1 0.7 3.7cd 4.7b 5.0 5.0c 18 C, ruang 1.7 0.7 1.1 0.6 4.0bc 5.1a 5.0 5.3b ruang, ruang 1.8 0.8 1.2 0.9 4.5b 5.2a 5.0 5.5a ruang, 18 C 1.9 0.7 0.8 0.8 5.1a 4.6b 5.0 5.1c a Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom sama tidak berbeda pada taraf uji DMRT 5% Kandungan PTT dan ATT Buah Kandungan Padatan Terlarut Total (PTT) pada jeruk mengambarkan tingkat kemanisan pada jeruk, varietas yang memiliki nilai PTT tertinggi pada akhir penyimpanan 4 MSP ialah Chokun (Tabel 7). Hal tersebut menunjukkan bahwa jeruk telah mengalami pematangan. Semakin lama jeruk disimpan maka semakin tinggi nilai PTT yang dihasilkan. Nilai PTT yang mengalami fluktuasi menunjukkan bahwa jeruk telah mengalami penurunan kualitas. Menurut penelitian Sulistyaningrum dan Susanto (2004) peningkatan PTT terjadi karena perubahan kandungan asam organik menjadi gula melalui proses respirasi.

Kandungan Asam Tertitrasi Total (ATT) jeruk disajikan pada Tabel 7. Pada Awal penyimpanan, Kandungan ATT buah jeruk berkisar 0.5 0.8%. Kandungan ATT buah jeruk secara umum mengalami penurunan terutama setelah penyimpanan 2 MSP. Penurunan kandungan ATT disebabkan oleh penggunaan asam organik dalam siklus Kreb untuk memproduksi energi dan terjadinya konversi asam organik membentuk gula (Sulistyaningrum dan Susanto 2004). Nilai ATT yang menunjukkan fluktuasi disebabkan oleh buah jeruk yang telah mengalami penurunan kualitas. Tabel 7. Kandungan PTT dan ATT jeruk selama penyimpanan a Perlakuan PTT ( 0 Brix) ATT (%) 1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP Chokun 18 C, 18 C 10.8 11.8 12.1ab 12.2b 0.6 0.5 0.4 0.6 18 C, ruang 11.3 11.8 11.4b 11.2b 0.6 0.4 0.4 0.6 ruang, ruang 11.3 12.3 13.3a 13.7a 0.5 0.5 0.5 0.4 ruang, 18 C 11.1 11.9 10.4b 11.5b 0.6 0.4 0.4 0.5 Fremont 18 C, 18 C 9.0ab 10.4 9.1 9.9b 0.6b 0.5 0.6 1.6 18 C, ruang 10.9a 11.4 10.8 9.5bc 0.8a 0.7 0.7 0.8 ruang, ruang 8.2b 10.1 11.2 11.5a 0.6ab 0.7 0.6 0.7 ruang, 18 C 9.9ab 10.3 9.5 8.7c 0.8a 0.7 0.9 0.7 Batu 55 18 C, 18 C 8.6 9.3 8.8 9.3 0.6 0.4 0.7 0.5 18 C, ruang 9.9 9.9 8.9 9.8 0.5 0.4 0.5 0.4 ruang, ruang 10.4 10.2 9.4 9.9 0.6 0.5 0.4 0.9 ruang, 18 C 9.5 9.3 7.9 9.3 0.5 0.4 0.5 0.4 a Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom sama tidak berbeda pada taraf uji DMRT 5% Rasio PTT/ATT Rasio PTT/ATT selama penyimpanan 4 MSP disajikan pada Tabel 8. Awal penyimpanan rasio PTT/ATT berkisar 13 20. Fluktuasi nilai rasio gula asam terjadi setelah penyimpanan 2 MSP. Hal ini disebabkan setelah penyimpanan 2 MSP mutu jeruk telah mengalami penurunan. Pada Chokun nilai rasio PTT/ATT tertinggi terdapat pada perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang, sedangkan rasio PTT/ATT terendah terdapat pada perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang. Pada Fremont rasio PTT/ATT tertinggi terdapat pada perlakuan pada perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang, sedangkan rasio PTT/ATT terendah terdapat pada perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu 18 C. Pada Batu 55 rasio PTT/ATT tertinggi terdapat pada perlakuan pada perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C, sedangkan rasio PTT/ATT terendah terdapat pada perlakuan pada perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang. 23

24 Tabel 8. Rasio PTT/ATT ketiga varietas jeruk keprok Perlakuan Rasio PTT/ATT 1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP Chokun 18 C, 18 C 17.70 25.11 26.30 20.67 18 C, ruang 17.65 25.65 23.75 18.36 ruang, ruang 20.18 23.21 26.60 35.13 ruang, 18 C 17.08 25.32 21.67 23.47 Fremont 18 C, 18 C 15.52 20.80 14.00 6.18 18 C, ruang 13.29 16.28 14.59 12.34 ruang, ruang 12.81 14.43 18.67 16.19 ruang, 18 C 11.65 14.93 10.92 12.25 Batu 55 18 C, 18 C 13.65 19.79 12.75 16.91 18 C, ruang 17.68 24.15 17.45 22.79 ruang, ruang 16.00 20.82 20.43 10.42 ruang, 18 C 18.63 23.25 17.17 25.13 Masa Simpan Buah Mutu jeruk mengalami kemunduran selama penyimpanan 30 HSP. Mutu simpan buah sangat erat kaitannya dengan proses respirasi dan transpirasi. Hal ini disebabkan susut pascapanen, seperti susut fisik yang diukur dengan bobot, susut kualitas karena perubahan wujud (penampilan), cita rasa, warna atau tekstur yang menyebabkan bahan pangan kurang disukai konsumen, dan susut nilai gizi yang berpengaruh terhadap kualitas buah. Penyimpanan suhu rendah dapat mempertahankan kualitas buah, karena mutu simpan buah akan bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan cara meningkatkan kelembaban relatif dan menurunkan suhu udara. Penyimpanan suhu ruang menunjukkan adanya penurunan kualitas pada buah jeruk hal ini disebabkan oleh transpirasi yang berlebihan karena adanya perbedaan kadar air antara bahan dengan lingkungan tempat penyimpanan. Transpirasi menyebabkan penampilan buah menjadi kurang menarik, susut bobot, keriput, dan kehilangan kesegaran yang akan mengakibatkan penurunan mutu komoditi tersebut (Pantastico 1973). Penyimpanan suhu ruang juga terdapat cendawan yang menyerang buah jeruk. Golan (2001) menyatakan bahwa keunggulan suhu rendah adalah menurunkan aktivitas enzim-enzim respirasi dengan enzim lain pada jaringan tumbuhan tingkat tinggi, bakteri, dan cendawan. Cendawan yang terdapat pada penelitian ini adalah antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), busuk alternaria (Alternaria citri) dan Phytophthora brown rot (Phytophthora sp.). Buah jeruk yang digunakan untuk sampel pengamatan warna beberapa diantaranya membusuk. Jumlah buah busuk selama penyimpanan 18 HSP sampai 30 HSP sebanyak 12 buah. Pada Chokun perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang sebanyak 2 buah sampel membusuk masing-masing pada 18 HSP dan

23 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening dan penyimpanan suhu 18 C sebanyak 3 buah sampel membusuk pada 23 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang sebanyak 1 buah sampel membusuk pada 28 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening dan penyimpanan suhu ruang sebanyak 1 sampel membusuk 23 HSP. Pada Fremont perlakuan degreening suhu ruang dan penyimpanan suhu 18 C sebanyak 1 sampel membusuk pada 29 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening dan penyimpanan suhu 18 C sebanyak 1 buah sampel membusuk pada 28 HSP. Pada Batu 55 perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang sebanyak 3 buah sampel yang membusuk dengan 1 sampel membusuk pada 26 HSP dan 2 sampel membusuk pada 30 HSP. Masa simpan terlama dimiliki oleh varietas Chokun, semakin banyak buah yang busuk maka semakin rendah masa simpannya dan sebaliknya. KESIMPULAN 25 Perlakuan degreening suhu 18 C dan penyimpanan suhu ruang pada ketiga varietas menunjukkan perubahan warna menjadi jingga yang lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada Chokun interaksi antara suhu degreening dan suhu simpan nyata hanya pada PTT. Pada Fremont interaksi antara suhu degreening dan suhu simpan nyata pada semua peubah yang diamati kecuali warna ujung buah, kekerasan buah, dan ATT. Pada Batu 55 Interaksi antara suhu degreening dan suhu simpan nyata hanya pada warna ujung buah dan susut bobot. SARAN Penelitian menggunakan ethephon sebaiknya dengan konsentrasi diantara 2-5 ml l -1 air atau 500-1000 ppm. Degreening sebaiknya dilakukan selama 2-3 hari. Konsentrasi dan lama waktu degreening tersebut disarankan karena ethephon pada konsentrasi tersebut menghasilkan etilen yang lebih tinggi sehingga lebih cepat menghasilkan warna jingga pada jeruk. Hal ini akan menyebabkan perubahan warna yang dihasilkan lebih baik dan dalam waktu yang lebih singkat.

26 DAFTAR PUSTAKA [AusCitrus] Citrus Australia. 2002. Fremont [Internet]. [diunduh 2014 Mar 13]. Tersedia pada : http//citrusaustralia.com.au. [Balitbangtan] Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006. Studi Regenerasi Tanaman Jeruk Keprok [Internet]. [diunduh 2013 Sep 9]. Tersedia pada: http//litbang.deptan.go.id. [Balitbangtan] Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Kajian Pra Panen dan Pasca Panen Jeruk Siam untuk Ekspor [Internet]. [diunduh 2013 Sep 9]. Tersedia pada: http//litbang.deptan.go.id. [Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2010. Trend Jeruk Impor dan Posisi Indonesia sebagai Produsen Jeruk Dunia [Internet]. [diunduh 2013 Nov 7]. Tersedia pada: http//balitjestro.litbang. deptan.go.id. [Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2012. Jeruk Chokun [Internet]. [diunduh 2014 Mar 12]. Tersedia pada: http//balitjestro.litbang. deptan.go.id. Bondad ND. 1976. Response of some tropical and subtropical fruits to pre- and post- harvest applications of ethephon. Economic Botany 30 : 67-80. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi Buah-buahan di Indonesia 1995-2012 [Internet]. [diunduh 2013 Nov 7]. Tersedia pada: http// bps. go.id. Cuesta MJ, Cuquerella J, Javaga JM. 1981. Determination of color index for citrus fruit degreening. Proc. Int. Soc. Citriculture Vol 2 : 750-753. DeEll JR, Prange RK, Peppelenbos HW. 2003. Postharvest Physiology of Fresh Fruit and Vegetables. Di dalam : Handbook of Postharvest Technology Cereal, Fruit, Vegetabgles, Tea, and Spices. Chakraverty A, Mujumdar AS, Raghavan GSV, Ramaswamy HS, editor. New York (AS) : Marcel Dekker. 455-483 p. [Deptan] Departemen Pertanian. 2013. Buletin Bulanan Indikator Makro Sektor Pertanian (Oktober 2013) [Internet]. [diunduh 2013 Nov 7]. Tersedia pada: http//pusdatin.deptan.go.id. Dixon WJ dan Massey FJ. 1991. Pengantar Analisis Statistik. Edisi Ke-4. Samiyono SK, penerjemah. Soejoeti Z, editor. Yogyakarta (ID) : UGM Pr. Terjemahan dari : Introduction to Statistical Analysis. Golan RB. 2001. Postharvest Disease of Fruit and Vegetables Development and Control. Amsterdam (NL) : Elsevier Science B.V. Gomez KA dan Gomez AA. 2007. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Ke-2. Sjamsuddin E dan Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID) : UI Pr. Terjemahan dari : Statistical Procedure for Agricultural Research. Ladaniya MS. 2008. Citrus Fruit Biology, Technology and Evaluation. Goa (IN) : Elsevier Inc. Mayouni L, Tietel Z, Patil BS, Porat R. 2011. Does ethylene degreening affect internal quality of citrus fruit? Postharv. Biol. Tech. 62 : 50-58. Mitra SK. 1997. Postharvest Physiology and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. London (UK) : CABI Publishing.