Judul : Pengaruh Tenaga Kerja, Modal, Bahan baku, dan Produksi Pada Pendapatan Pengrajin Perak di Desa Kamasan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung Nama : Ni Putu Naomi Puspita Nata NIM : 1315151001 Abstrak Pembangunan industri di Bali diarahkan pada pembangunan industri kecil dan kerajinan yang terkenal di Bali, salah satunya adalah industri kerajinan perak. Desa Kamasan Kabupaten Klungkung salah satu Desa di Bali yang merupakan penghasil industri kecil kerajinan perak yang sudah terkenal di manca negara. Tujuan dari penelitian ini pengaruh tenaga kerja, modal, bahan baku, dan produksi pada pendapatan pengrajin di Desa Kamasan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung. Penelitian ini dilakukan di Desa Kamasan Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung, dengan menggunakan 75 pengusaha industri kerajinan perak di desa Kamasan kabupaten Klungkung melalui teknik penentuan sampel metode sensus. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dengan wawancara pada 75 responden yang di olah melalui teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan tenaga kerja, bahan baku, modal, dan produksi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin. Tenaga kerja, modal, dan produksi secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pendapatan pengrajin. Bahan baku berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan pengrajin. Kata kunci : Tenaga Kerja, Bahan baku, Modal, Poduksi dan Pendapatan vi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL. i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 13 1.3 Tujuan Penelitian... 13 1.4 Kegunaan Penelitian... 14 1.5 Sistematika Penulisan... 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep... 16 2.1.1 Konsep produksi... 16 2.1.2 Faktor-faktor produksi... 17 2.1.3 Fungsi produksi... 19 2.1.4 Siklus kehidupan produk (Product Life Cycle)... 20 2.1.5 Perluasan produksi... 22 2.1.6 Konsep industri... 22 2.1.7 Tenaga kerja... 24 2.1.8 Modal... 25 2.1.9 Bahan Baku... 25 2.1.10 Pendapatan... 26 2.2 Kerangka konsep... 31 2.3 Hipotesis Penelitian...31 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 32 3.2 Lokasi Penelitian... 32 3.3 Objek Penelitian... 33 3.4 Identifikasi Variabel... 33 3.5 Definisi Operasional Variabel... 33 3.6 Jenis dan Sumber Data... 34 3.6.1 Jenis Data... 34 3.6.2 Sumber Data... 35 vii
3.7 Responden penelitian... 35 3.8 Metode penentuan sampel... 36 3.8.1 Populasi... 36 3.8.2 Sampel... 36 3.9 Metode Pengumpulan Data... 37 3.10 Teknik analisis data... 37 3.10.1 Regresi Linear Berganda... 37 3.10.2 Uji Asumsi Klasik... 38 3.10.3 Uji signifikansi koefisien regresi... 40 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian... 47 4.2 Deskripsi Variabel... 50 4.3 Pembahasan Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis... 51 4.3.1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda... 51 4.3.2 Uji Asumsi Klasik... 53 4.3.3 Uji signifikansi koefisien regresi... 57 4.3.4 Pembahasan... 68 4.4 Keterbatasan Penelitian... 71 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 72 5.2 Saran... 72 DAFTAR RUJUKAN... 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 79 viii
DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Konstan 2003 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009-2014... 3 1.2 Rekapitulasi Industri Rumah Tangga, Kecil dan Menengah di Provinsi Bali Berdasarkan Kabupaten Tahun 2015... 4 1.3 Jenis Pengrajin, Tempat Usaha, dan Jumlah Pengrajin di Desa Kamasan tahun 2015... 6 1.4 Nilai Produksi Industri kerajinan perak di Kabupaten Klungkung Tahun 2010-2015... 9 3.1 Jumlah Industri kerajinan perak di Desa Kamasan Kabupaten Klungkung Tahun 2016... 36 4.1 Seleksi Penentuan Sampel... 49 4.2 Hasil Deskripsi Variabel... 50 4.3 Hasil Uji Pengaruh Tenaga kerja, Modal, Bahan baku dan Produksi terhadap Pendapatan Pengrajin Perak di Desa Kamasan... 52 4.4 Hasil Uji Normalitas... 54 4.5 Perhitungan Tolerance dan Variance Inflation Factor... 57 ix
DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 2.1 Tahapan Siklus Kehidupan Produk... 20 2.2 Gambar Kerangka Konseptual... 31 3.1 Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji F... 42 3.2 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 dengan Uji t Untuk Variabel Tenaga Kerja (X 1 )... 42 3.3 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 dengan Uji t Untuk Variabel Modal (X 2 )... 44 3.4 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 dengan Uji t Untuk Variabel Bahan baku (X 3 )... 47 3.5 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 dengan Uji t Untuk Variabel Produksi (X 4 )... 48 4.1 Daerah Pengujian Autokorelasi dengan uji Durbin Watson... 56 4.2 Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho dengan uji F... 59 4.3 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 dengan Uji t Untuk Variabel Tenaga Kerja (X 1 )... 61 4.4 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 dengan Uji t Untuk Variabel Modal (X 2 )... 63 4.5 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 dengan Uji t Untuk Variabel Bahan baku (X 3 )... 65 4.6 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 dengan Uji t Untuk Variabel Produksi (X 4 )... 67 x
DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Hal 1 Kuisioner... 79 2 Tabulasi Data Penelitian... 81 3 Frequency Table... 82 4 Regression... 83 5 Distribusi Tabel F... 86 6 Distribusi Tabel t... 87 7 Distribusi Tabel Durbin Watson... 88 xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia sejak dahulu menjadi pusat-pusat kebudayaan, peradaban, dan seni masyarakatnya. Peninggalan-peninggalan sejarah dan budayanya masih dapat disaksikan hingga sekarang ini seperti candi-candi, bangunan kraton, tata-upacara serta adat-istiadat, kesenian, dan kerajinan rakyat tradisional, yang sebagian besar masih lestari secara turun-temurun dan malahan berkembang sampai saat sekarang (Achmad, 2010). Maka dari itu, adalah tepat dan sesuai dengan akar-akar historis dan kultural, apabila kebijakan Pemerintah pusat yang lebih mendorong dan mengembangkan program unggulan sebagai pusat budaya dan tujuan wisata budaya yang didukung industri seni kerajinan rakyat. Di antara industri-industri seni kerajinan rakyat Indonesia ini, yang menjadi primadona dan memberikan identitas adalah industri seni kerajinan perak. Terkait dengan hal-hal tersebut setelah secara selintas dikupas sejarah dan profit industri seni kerajinan perak yang pada dasarnya salah satu pusat di kawasan Bali, yang dikedepankan pula peranannya sebagai pendukung pariwisata budaya, strateginya dalam menanggulangi krisis ekonomi (1998-1999), beserta prospek dan tantangan global yang dihadapinya sampai saat ini (Arifini dan Dwi, 2015). Bali merupakan bagian dari provinsi yang ada di Indonesia yang melakukan berbagai perubahan di segala bidang, baik dari sisi politik, sosial budaya, khususnya perekonomian. Bali terkenal karena pariwisatanya yang 1
didukung oleh potensi sumber daya alam yang sangat bagus dan sumber daya manusianya yang sangat memadai serta memiliki kreatifitas dan keahlian yang tinggi (Ade, 2011). Banyak industri-industri mulai dikembangkan untuk memperkecil kesenjangan antar sektor lain terutama sektor pertanian. Keberadaan industri-industri ini tidak terlepas dari adanya program pemerintah yang mengupayakan keberhasilan industri kecil untuk bertahan dalam kondisi perekonomian yang sedang krisis sekalipun dengan tujuan untuk menyejahterakan serta memberikan kemakmuran yang adil dan merata kepada seluruh lapisan masyarakat seperti pemberian bantuan secara finansial maupun kemitraan. pembangunan ekonomi yang berbasiskan sektor pariwisata di kembangkan melalui pembangunan sektor-sektor industri kecil dan kerajinan (Cahya dan Bagus, 2015). Perkembangan sektor industri kerajinan di Kabupaten Klungkung yang didukung sektor kerajinan, pertanian serta sektor jasa-jasa mampu menjadikan Kabupaten Klungkung mampu bersaing dengan kabupatenkabupaten yang ada di Provinsi Bali (Sri, 2015). Sektor industri kecil di Kabupaten Klungkung mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat sumber daya alam lokal dan kreativitas masyarakat pada bidang seni ataupun bidang kerajinan cukup memberikan kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung program pembangunan daerah (Fitria dan Martini, 2015). Perkembangan industri kecil cukup pesat sejajar dengan pesatnya perkembangan industri lainnya yang membuka peluang pasar baik lokal maupun internasional (Arifini dan Dwi, 2015). 2
Perkembangan sektor industri pengrajin perak dan industri lainnya di Provinsi Bali tidak terlepas dari peran masing-masing kabupaten atau kota. Salah satunya Kabupaten Klungkung yang merupakan salah satu kota besar yang terkenal dengan berbagai industri rumahannya di Bali. kabupaten Klungkung yang merupakan salah satu kota seni lengkap dengan warisan budayanya memiliki laju pertumbuhan rata-rata PDRB tahun 2009-2014 dari sektor industri masih lebih rendah dibandingkan dua sektor lainnya. PDRB kabupaten Klungkung atas dasar harga konstan tahun 2003 menurut lapangan usaha pada tahun 2009-2014 dapat dilihat pada Tabel 1.l. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Konstan 2003 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009 2014 (Persen) No. Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ratarata [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1. Pertanian 3,87 5,47 2,80 2,06 6,81 5,52 4,42 2. Pertambangan dan Penggalian 0,32 0,28 0,29 0,25 5,38 6,23 2,12 3. Industri Pengolahan 4,71 4,58 9,63 7,51 7,64 8,43 7,12 4. Listrik, Gas & Air Bersih 7,21 8,05 3,84 8,19 8,78 8,11 7,36 5. Bangunan 6,97 6,73 4,28 5,61 3,88 4,79 5,37 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6,73 5,23 9,92 9,99 7,35 8,25 7,91 7. Pengangkutan & Komunikasi 5,53 5,92 4,87 4,83 6,87 5,17 5,53 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,84 5,15 3,67 4,01 4,10 5,11 4,48 9. Jasa-jasa 8,47 9,53 2,85 4,29 4,71 4,24 5,68 PDRB 6,40 5,66 4,68 5,21 6,18 6,20 5,56 Sumber : BPS Provinsi Bali, 2016 Tabel 1.1 menunjukkan, bahwa laju pertumbuhan dari sektor industri pada tahun 2010 pernah mengalami penurunan menjadi 4,58 persen dari tahun 2009 sebesar 0,13 persen, kemudian tahun 2011 mengalami peningkatan yang tinggi yaitu 5,05 persen menjadi 9,63 persen, ini dikarenakan dampak dari sektor tersier 3
yaitu perdagangan, hotel dan restoran dalam perdagangan besar dan eceran yang meningkat pertumbuhannya pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 sektor industri mengalami penurunan lagi sebesar 2,12 persen menjadi 7,51 persen, laju pertumbuhan dari sektor industri kembali meningkat pada tahun 2013 menjadi 7,64 persen dan pada tahun 2014 sektor industri mengalami peningkatan menjadi 8,43 persen dari tahun sebelumnya, meskipun PDRB rata-rata sektor industri menempati urutan ketiga dari sembilan sektor yang ada, tetapi PDRB rata-rata sektor industri masih lebih tinggi dari rata-rata seluruh sektor yang ada pada tahun 2009 sampai 2014. Rekapitulasi industri rumah tangga, kecil dan menengah yang ada di Provinsi Bali berdasarkan Kabupaten di Provinsi Bali pada tahun 2015, terlihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Rekapitulasi Industri Rumah Tangga, Kecil dan Menengah di Provinsi Bali Berdasarkan Kabupaten Tahun 2015 No. Kabupaten Jumlah Usaha (Unit) Tenaga Kerja (orang) Nilai Investasi (Rp.000) Nilai Produksi (Rp.000) 1. Jembrana 1.528 8.152 70.198.028 422.507.639 2. Tabanan 708 6.086 341.832.645 489.282.768 3. Denpasar 3.915 28.775 320.692.567 1.379.208.007 4. Badung 1.189 14.369 61.645.072 1.209.715.054 5. Gianyar 766 13.303 2.267.039.170 2.952.961.280 6. Bangli 2.530 8.407 16.233.012 250.163.042 7. Karangasem 459 4.026 21.883.293 29.137.633 8. Klungkung 397 4.439 24.040.104 73.969.681 9. Buleleng 834 5.623 16.934.046 146.393.293 Total 12.326 93.180 3.130.497.937 6.953.338.467 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2016 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 Kabupaten Klungkung memiliki jumlah unit usaha di sektor industri rumah tangga, kecil dan menengah di Provinsi Bali sebanyak 397 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 4.439 orang. Perkembangan industri rumah tangga, kecil dan menengah di 4
menjadikan kabupaten Klungkung sebagai salah satu kabupaten atau kota yang memiliki unit usaha di sektor industri rumah tangga, kecil dan menengah khususnya adalah industri kerajinan perak. Hendy et al. (2014) menyatakan sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai di sektor industri nasional maupun pada tingkat regional, perkembangan industri kecil di Kabupaten Klungkung telah mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan dengan terbatasnya lapangan kerja saat ini, ditambah lagi banyaknya karyawan yang mengalami PHK di berbagai perusahaan, menyebabkan banyak muncul wirausahawan baru. Bidang yang dipilih biasanya yang tidak memerlukan modal besar serta teknologi yang tidak terlalu rumit. Salah satu bidang wirausaha yang banyak dipilih antara lain usaha home industri kerajinan perak. Hal ini tercemin dalam peningkatan jumlah unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja, nilai produksi dan nilai tambah yang dihasilkan serta semakin berkembangnya jenis dan produk industri kecil di daerah tersebut (Joanna, 2012). Industri kerajinan perak di kabupaten Klungkung di dominasi pada satu desa yang merupakan sentra dari kerajinan perak yang terdapat banyak unit usahanya (Sri dan Muhammad, 2015). Salah satu desa yang sebagian besar penduduknya sebagai pengrajin perak adalah desa Kamasan, kecamatan Klungkung, kabupaten Klungkung yang kini sedang menjalankan program dari pemerintah sebagai desa wisata, kerajinan perak yang digeluti masyarakatnya di desa kamasan terlihat pada Tabel 1.3. 5
Tabel 1.3 Jenis Pengrajin, Tempat Usaha, dan Jumlah Pengrajin di Desa Kamasan tahun 2015 No. enis Pengarajin Lokasi Usaha Jumlah Pengrajin (Tenaga Kerja) 1. engrajin Perak Dan Kuningan Br. Tabanan 17 Br. Pande 13 Br. Peken 3 Br. Pande Mas 8 Br. Pande Kaler 4 Br. Sangging 8 Br. Celagi 2 Br. Kacang Dawa 1 2. engrajin Klongsong Peluru Perak Br. Tabanan 3 Br. Pande Mas 1 Br. Pande 3 Br. Sangging 1 3. engrajin Emas dan Perak Br. Sangging 6 Br. Pande Mas 5 4. engrajin Lukis Br. Sangging 32 Br. Pande 4 Br. Peken 3 Br. Pande kaler 1 Br. Siku 3 Total 118 Sumber : Kantor Desa Kamasan, 2016 Tabel 1.3 menjelaskan jumlah pengrajin perak dan kuningan di Desa Kamasan ada sebanyak 56 pengrajin, pada pengrajin klongsong peluru perak ada sebanyak 8 orang pengrajin atau tenaga kerja, pengrajin emas dan perak ada sebanyak 11 orang pengrajin atau tenaga kerja, serta pengrajin lukis ada sebanyak 43 orang pengrajin atau tenaga kerja. Sehingga dapat disimpulkan menjadi jumlah pengrajin perak, kuningan dan emas ada sebanyak 75 orang pengrajin atau tenaga kerja, dan jumlah pengrajin lukis ada sebanyak 43 orang pengrajin atau tenaga kerja sehingga jumlah seluruh pengrajin di desa Kamasan ada sebanyak 118 orang pengrajin. Melihat keterkenalan desa Kamasan dengan berbagai macam kerajinan dapat menambah pendapatan rumah tangga masyarakat sekitar, menjadi pusat 6
pertumbuhan perekonomian masyarakat dan dapat mendorong kemajuan perekonomian desa. Di Desa Kamasan salah satu jumlah pengrajin yang paling banyak adalah pengrajin perak. Bijih perak di lebur hingga di cetak serta diukir yang pada akhirnya menjadi sarana upacara yang digunakan masyarakat Hindu dalam melaksanakan upacara keagamaan. Kerajinan perak yang dibuat adalah sibuh, canting, saab, penastaan, dulang, bokor dan lain- lain. Keberadaan pengrajin perak kini mengalami kesulitan dalam meneruskan usahanya karena kurangnya partisipasi anak muda dalam melestarikan usaha kerajinan perak yang ada di desa Kamasan sehingga pengrajin perak hanya dilanjutkan oleh orang-orang tua saja, selain karena pengerjaannya yang rumit dan beresiko tinggi karena menggunakan alat-alat tradisional, selain itu harga bahan baku sangat tinggi dan terkadang fluktuatif sehingga jika harga bahan baku tinggi ditambah biaya produksi membuat harga jual menjadi sangat tinggi, itu membuat kebertahanan pengrajin menjadi sulit dipertahankan karena pola pikir masyarakat yang membuat masyarakat beralih mengganti sarana upacara yang mulanya terbuat dari perak menjadi kayu, kuningan, tembaga sehingga membuat pengrajin perak kesulitan dalam memasarkan produknya ataupun membuat pengrajin mengurangi jumlah peraknya dalam produksinya (Fitria dan Martini, 2015). Industri di pedesaan mempunyai arti penting dalam usaha mengurangi tingkat kemiskinan di pedesaan atau dengan kata lain diharapkan dapat meningkatkan pendapatan serta penyerapan tenaga kerja masyarakat pedesaan (Michael and Mirjam, 2009). Meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti dengan pertambahan jumlah tenaga kerja. Salah satu kegiatan yang banyak menyerap 7
tenaga kerja adalah sektor industri, yang sampai sekarang masih dapat bertahan bahkan cenderung semakin mengalami peningkatan, seperti yang terdapat pada industri kerajinan perak di desa Kamasan kabupaten Klungkung merupakan salah satu kerajinan seni Bali yang kini amat populer di Indonesia (Pradipta, 2015). Secara geografi ekonomi, sebagai daerah kerajinan Desa Kamasan Kabupaten Klungkung semestinya memiliki dukungan enam komponen yaitu bahan baku, tenaga kerja, modal, teknologi, sarana transportasi, dan pasar, sehingga dapat berkembang dengan baik (Sri, 2015). Namun, keberadaan enam unsur tersebut belum semua terpenuhi. Tenaga kerja dalam kerajinan perak di Desa Kamasan Kabupaten Klungkung sebagai salah satu unsur pokok dalam mengembangkan suatu industri kerajinan ini yang belum dapat terpenuhi sampai saat ini, karena masyarakat muda memilih untuk beralih profesi dan melakukan mobilitas ke kota sehingga mempengaruhi keberlangsungan industri perak Kamasan (Nandang, 2013). Penyerapan tenaga kerja tentu saja akan meningkatkan nilai produksi, perkembangan nilai produksi industri kerajinan perak di desa Kamasan kabupaten Klungkung tergantung dari pada faktor-faktor yang digunakan dalam proses produksi. Dimana nilai produksi sangat dipengaruhi oleh bahan baku dan ketersediaan tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan itu sendiri. Jumlah nilai produksi industri kerajinan perak di desa Kamasan kabupaten Klungkung tahun 2010-2015 dapat dilihat pada Tabel 1.4. 8
Tabel 1.4 Nilai Produksi Industri kerajinan perak di Desa Kamasan Kabupaten Klungkung Tahun 2010-2015 No Tahun Nilai Produksi (Rp.000) Perkembangan (%) 1 2010 54.741.150-2 2011 59.915.208 9,4 3 2012 62.947.425 5,1 4 2013 66.714.257 5,9 5 2014 70.937.157 6,3 6 2015 73.969.681 4,3 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2016 Tabel 1.4 menunjukkan nilai produksi industri kerajinan perak di desa Kamasan kabupaten Klungkung terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan nilai produksi industri kerajinan perak di desa Kamasan Kabupaten Klungkung tertinggi terjadi pada tahun 2011 dimana nilai produksi meningkat menjadi Rp. 59.915.208 dari tahun 2010 sebesar Rp. 54.741.150 atau 9,4 persen dari tahun 2010, sedangkan peningkatan nilai produksi industri kerajinan perak di Desa Kamasan Kabupaten Klungkung terendah terjadi pada tahun 2015 dimana nilai produksi meningkat menjadi Rp. 73.969.681 dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 70.937.157 atau 4,3 persen dari tahun 2014. Perencanaan pembangunan ekonomi dalam bidang industri, untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah memerlukan data-data statistik sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil produksi yang telah dicapai (Olusakin, 2014). Salah satu cara yang digunakan adalah dengan memperhitungkan laju pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu biasanya 9
dalam satu wilayah (khususnya kabupaten Klungkung). Besar kecilnya angka PDRB suatu daerah dipengaruhi oleh tersedianya potensi sumber daya alam, teknologi, bahan baku dan tidak kalah pentingnya faktor modal yang berhasil dimanfaatkan (Paul, 2000). Pada umumnya usaha industri kecil mempunyai hambatan, seperti modal yang terbatas. Semantara itu, industri besar memiliki modal yang besar akan lebih berkembang daripada industri kecil. Modal merupakan titik kunci dari setiap industri dimana modal yang besar akan berpengaruh terhadap besarnya usaha. Tersedianya modal dalam jumlah yang besar, berkesinambungan akan memperlancar produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi serta meningkatkan jumlah pendapatan usaha yang diperoleh. Penelitian Arifini dan Dwi (2015) menyatakan bahwa modal memberikan pengaruh pada nilai produksi dan pendapatan pengrajin. Hal yang sama dinyatakan oleh Cahya dan Bagus (2015) pendapatan dan produksi akan suatu produk sangat dipengaruhi secara positif oleh ketersediaan modal. Lina (2016) menyatakan bahwa modal sebagai faktor utama memberikan pengaruh positif pada nilai produksi dan pendapatan pengrajin. Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian yang menyeluruh produk jadi. Besarnya jumlah kapasitas produksi tidak terlepas dari ketersediaan bahan baku. Tersedianya bahan baku dalam jumlah yang cukup, berkesinambungan dan harga yang dapat dijangkau akan memperlancar produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi serta meningkatkan jumlah pendapatan usaha yang diperoleh. Pendapatan usah pada dasarnya merupakan 10
ukuran berhasil tidaknya perusahaan dalam menjalankan usahanya. Seharusnya para pengusaha menengah atas, mau bekerjasama dengan industri kecil dalam pemasok bahan baku lainnya termasuk alat-alat produksi guna memperlancar proses produksi serta meningkatkan pendapatan. Penelitian Gema dan Retno (2014) menyatakan bahwa bahan memberikan pengaruh pada produksi dan pendapatan. Hal yang sama dinyatakan oleh Pradipta (2015) pendapatan dan produksi akan suatu produk sangat dipengaruhi secara positif oleh ketersedian bahan baku. Riadila dan Kirwani (2012) menyatakan bahwa bahan baku sebagai faktor utama memberikan pengaruh positif pada nilai produksi dan pendapatan pengrajin. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut di atas satu sasaran utama dari pembangunan sektor ekonomi adalah peningkatan kesempatan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pembangunan industri kecil. Pembangunan industri besar, industri kecil diharapkan saling melengkapi dan berkait sehingga pada masa mendatang akan menjadi industri nasional yang mampu mendukung melanjutkan sasaran pembangunan nasional (Oktan dan Sri, 2012). Keberadaan suatu industri di suatu wilayah tentu akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitarnya. Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu (Riadila, 2010). Secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan dengan memberikan upah terhadap pekerjanya yang berasal dari pendapatan hasil industri tersebut. 11
Tenaga kerja adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi suatu Daerah, karena disamping akan mendorong kenaikan output secara signifikan, tenaga kerja yang berproduktivitas tinggi akan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena produksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya produktivitas pekerja, secara otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat (Preetish et al., 2012). Setelah meningkatnya penyerapan tenaga kerja maka diharapkan terjadi peningkatan produksi yang kemudian akan mempengaruhi eksistensi kerajinan industri kerajinan perak di desa Kamasan kabupaten Klungkung. Perkembangan industri kerajinan perak di desa Kamasan kabupaten Klungkung menghadapi banyak kendala yang hampir sama dengan yang dialami industri rumah tangga, kecil dan menengah lainnya dimana masalah utamanya adalah dalam kurangnya dari segi tenaga kerja. Pada umunya pendapatan pekerja di pedesaan relatif kecil daripada jumlah tenaga kerja yang besar. Namun kecilnya pendapatan tersebut tidak hanya disebabkan oleh penawaran yang lebih dari permintaan, tetapi juga faktor intern pada diri pekerja tersebut, antara lain adanya produktivitas mereka rendah dan curahan waktu untuk bekerja hanya sedikit. Implikasi dari keadaan ini, jika pekerja ingin meningkatkan produktivitasnya dan menambah curahan jam kerja (Xiaowei et al., 2015). Oleh karena itu keberlangsungan produksi industri kerajinan perak dapat dipusatkan di desa Kamasan kabupaten Klungkung karena home industry 12
kerajinan perak paling banyak berada di Klungkung serta belum ada yang meneliti tentang produksi industri pengrajin perak. Dari permasalahan yang dijelaskan diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi produksi industri kerajinan perak di desa Kamasan kabupaten Klungkung, dengan pengaruh jumlah tenaga kerja, modal, jumlah bahan baku, dan jumlah produksi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut. 1) Apakah jumlah tenaga kerja, modal, jumlah bahan baku, dan jumlah produksi berpengaruh secara simultan terhadap pendapatan pengrajin perak di Desa Kamasan? 2) Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja, modal, jumlah bahan baku, dan jumlah produksi secara parsial terhadap pendapatan pengrajin perak di desa Kamasan? 1.3 Tujuan penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja, modal, jumlah bahan baku, dan jumlah produksi secara simultan terhadap pendapatan pengrajin perak di Desa Kamasan. 2) Untuk menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja, modal, jumlah bahan baku, dan jumlah produksi secara parsial terhadap pendapatan pengrajin perak di Desa Kamasan. 13
1.4 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini mampu memberikan wawasan dan pengetahuan kepada peneliti selanjutnya mengenai tenaga kerja, modal, bahan baku, jumlah produksi dan pendapatan pengusaha industri kerajinan perak yang berbeda di desa Kamasan. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan menambah wawasan mahasiswa mengenai pengaplikasian teori yang telah didapatkan selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi terutama mengenai pendapatan pengusaha industri kerajinan perak yang berbeda di Desa Kamasan. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai skripsi ini maka penulisannya disusun berdasarkan atas beberapa bab sistematis sehingga antar bab mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut. BAB I Pendahuluan Secara ringkas diuraikan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini meliputi latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. 14
BAB II Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang teori-teori yang meliputi konsep produksi, faktor-faktor produksi, fungsi produksi, siklus kehidupan produk (Product Life Cycle), perluasan produksi, konsep industri, tenaga kerja, modal, bahan baku, produksi pendapatan, hubungan variabel, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian. BAB III Metode Penelitian Bab ini memuat identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik penentuan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV Pembahasan Bab ini membahas gambaran umum Perusahaan dan pembahasan hasil penelitian. BAB V Simpulan dan Saran Dalam bab ini akan diuraikan simpulan dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dan saran-saran yang dipandang perlu baik untuk pihak manajemen perusahaan maupun penelitian selanjutnya. 15