BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya penghapusan atau pengurangan kemiskinan, ketimpangan pendapatan dalam konteks perekonomian yang terus berkembang (Todaro, 2000). Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Jika pertumbuhan ekonomi tidak diikuti dengan pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada semua golongan masyarakat maka hal tersebut tidak ada manfaatnya dalam usaha untuk mengurangi ketimpangan pendapatan. Pemerintah telah membangun pemerintahan nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas nasional sebagai landasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru. Pemerintah orba telah berhasil menghilangkan hiper inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menurunkan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Sentralisasi dalam artian segala sesuatu kewenangan daerah dalam proses pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat. Sistem pemerintahan sentralisasi yang dijalankan pemerintah pada masa Orba menyebabkan pembangunan nasional tidak selalu merata. Beberapa daerah mencapai 1

2 pertumbuhan cepat, sedangkan daerah lainnya mengalami pertumbuhan yang lambat, yang dapat dilihat pada perbedaan pembangunan antar wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan timur. Perbedaan kemajuan juga terjadi dalam lingkup yang lebih kecil yaitu kesenjangan antar daerah kabupaten/kota dan kesenjangan antar wilayah pembangunan dalam suatu provinsi. Perbedaan kemajuan yang terjadi pada masing-masing daerah ini disebabkan oleh adanya perbedaan sumber-sumber yang dimiliki. Perbedaan kemajuan antar daerah sebagai akibat dari sistem sentralisasi menyebabkan munculnya sistem desentralisasi dalam perencanaan pembangunan dengan strategi pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity). Sejak tahun 1999, telah dilaksanakan otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 JO Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang mengatur tentang pemerintahan daerah. Otonomi daerah dimaksudkan untuk mendekatkan proses pengambilan keputusan kepada kelompok masyarakat yang paling bawah, dengan memperhatikan ciri khas budaya dan lingkungan setempat, sehingga kebijakan publik dapat lebih diterima dan produktif dalam memenuhi kebutuhan serta rasa keadilan mayarakat. Perencanaan pembangunan yang dilaksanakan di setiap daerah diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terjadi pemerataan distribusi pendapatan dan menurunkan jumlah penduduk miskin. Permasalahan mengenai disparitas atau ketimpangan ekonomi di Indonesia telah banyak diteliti oleh para ekonom, untuk menganalisis fenomena tersebut digunakan GDP per kapita sebagai indikator ekonomi, 2

3 fasilitas dan infrastruktur serta tingkat kemiskinan sebagai indikator sosial. Para ekonom menemukan bahwa perbedaan tersebut terjadi karena adanya jurang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial antar provinsi. Ketimpangan pertumbuhan ekonomi regional menunjukkan perkembangan kesenjangan yang terus menerus bukan hanya antar provinsi dan kawasan serta antar kabupaten/kota dalam suatu provinsi, melainkan juga antar wilayah pembangunan dalam suatu provinsi. Disparitas pendapatan regional merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk mengukur kondisi pembangunan ekonomi regional. Gambaran tentang ketimpangan pembangunan ekonomi regional dapat dijelaskan melalui perbandingan antar provinsi dengan menggunakan PDRB per kapita (Soenandar, 2005). Ketimpangan yang terjadi di negara Indonesia yang dilihat dari ketimpangan pembangunan antar provinsi juga terjadi di daerah Provinsi Bali. Provinsi Bali yang memiliki delapan kabupaten dan satu kota dengan potensi daerah yang berbeda telah mengalami disparitas pendapatan. Gejala disparitas pendapatan per kapita antar kabupaten/kota di Provinsi Bali dapat disajikan di Tabel 1.1 dengan menggunakan indikator PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000, tahun 1993 sampai Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Badung adalah tertinggi diantara delapan kabupaten dan satu kota yang ada di Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Bali yang banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik dan 3

4 wisatawan mancanegara, juga karena memiliki obyek wisata yang terkenal salah satunya adalah Pantai Kuta. Mulai tahun 1993 sampai tahun 2007, Kabupaten Badung memiliki PDRB per kapita yang tertinggi sedangkan kabupaten yang memiliki PDRB per kapita terendah adalah Kabupaten Karangasem. Tabel 1.1 PDRB Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun (Ribu Rupiah) Kabupaten/Kota Tahun Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Bali Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008 Pada tanggal 12 Oktober 2002, terjadi tragedi bom bali yang menyebabkan melemahnya keadaan perekonomian Bali. Pemerintah negara asal wisatawan mancanegara mengeluarkan Travel Warning yang melarang warga negaranya untuk berkunjung ke Bali karena alasan keamanan. Adanya Travel Warning menyebabkan terpuruknya perekonomian Bali khususnya pariwisata, yang dapat dilihat dari berkurangnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali. Dampak terbesar terjadi pada 4

5 berkurangnya PDRB per kapita Kabupaten Badung yang merupakan wilayah yang paling banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun (Orang) Tahun kabupaten/kota Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Bali Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008 Selain PDRB per kapita, pertumbuhan penduduk di suatu wilayah juga dapat mempengaruhi disparitas pendapatan di wilayah tersebut. Data pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Buleleng terbanyak jika dibandingkan dengan kabupaten/kota yang lain yang ada di Provinsi Bali, jumlah penduduk ini dapat menyebabkan disparitas pendapatan per kapita antar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Disparitas PDRB per kapita antar regional juga terjadi di Provinsi Bali yaitu disparitas antar wilayah pembangunan di Provinsi Bali. 5

6 Terdapat empat wilayah pembangunan di Provinsi Bali yaitu wilayah pembangunan Bali Timur yang mencakup Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Bangli, wilayah pembangunan Bali Selatan yang mencakup Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kota Denpasar, wilayah pembangunan Bali Barat yang mencakup Kabupaten Jembrana serta wilayah pembangunan Bali Utara yang mencakup Kabupaten Buleleng. Gejala disparitas pendapatan per kapita antar wilayah pembangunan di Provinsi Bali dapat disajikan di Tabel 1.3 dengan menggunakan indikator PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 selama tahun 1993 sampai Tabel 1.3 PDRB Per Kapita Menurut Wilayah Pembangunan di Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun (Ribu Rupiah) Tahun Wilayah Pembangunan Bali Timur Bali Selatan Bali Barat Bali Utara Bali Sumber: BPS Provinsi Bali (data diolah) 6

7 Tabel 1.3 menunjukkan bahwa PDRB per kapita wilayah pembangunan Bali Selatan adalah tertinggi jika dibandingkan dengan tiga wilayah pembangunan lain yang ada di Provinsi Bali. Hal ini disebabkan oleh kabupaten-kabupaten yang berada di dalam wilayah pembangunan ini merupakan kabupaten yang mempunyai PDRB per kapita tinggi, seperti Kabupaten Badung yang banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun asing, sedangkan wilayah pembangunan yang mempunyai PDRB terendah selama tahun 1993 sampai tahun 2007 adalah wilayah pembangunan Bali Utara yaitu Kabupaten Buleleng. Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita Menurut Wilayah Pembangunan di Provinsi Bali Tahun (%) Tahun Wilayah Pembangunan Bali Timur Bali Selatan Bali Barat Bali Utara Bali ,29 6,44 5,56 6,79 6, ,75 6,82 6,17 6,94 7, ,00 7,08 7,11 7,13 7, ,54 4,67 4,40 5,24 5, ,58-9,85-3,69-0,91-7, ,18-0,87-0,04 0,19-0, ,12 2,33 2,71 2,82 1, ,47 2,76 2,29 2,61 1, ,92 1,97 1,23 2,93 1, ,16-0,44-2,70-2,17-0, ,11 3,45 4,49 3,24 3, ,27 5,62 7,00 7,19 5, ,62 3,50 3,21 3,85 3, ,03 4,60 3,79 4,31 4,44 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008 (data diolah) 7

8 Apabila dilihat dari laju pertumbuhan PDRB per kapita masing-masing wilayah pembangunan pada Tabel 1.4, wilayah pembangunan Bali Selatan tidak selalu memiliki laju pertumbuhan PDRB per kapita tertinggi meskipun menurut wilayah pembangunan, Bali Selatan selalu memiliki PDRB per kapita yang tinggi dibandingkan dengan wilayah pembangunan yang lain di Provinsi Bali. Pada tahun 1998, wilayah pembangunan Bali Selatan memiliki laju pertumbuhan yang negatif terbesar dibanding wilayah pembangunan yang lain, hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi yang terjadi yang bukan hanya secara nasional tapi juga terjadi secara regional termasuk di Provinsi Bali. Gejala disparitas pendapatan per kapita selain terjadi pada antar wilayah pembangunan di Provinsi Bali, disparitas juga terjadi pada pusatpusat pertumbuhan dari keempat wilayah pembangunan di Provinsi Bali. Terdapat empat pusat pertumbuhan dari wilayah-wilayah pembangunan di Provinsi Bali, wilayah pembangunan Bali Timur dengan pusat pertumbuhan di Kabupaten Klungkung, wilayah pembangunan Bali Selatan dengan pusat pertumbuhan di Kota Denpasar, wilayah pembangunan Bali Barat dengan pusat pertumbuhan di Negara dan wilayah pembangunan Bali Utara dengan pusat pertumbuhan di Singaraja. Gejala disparitas pendapatan per kapita pada pusat pertumbuhan wilayah pembangunan di Provinsi Bali dapat dilihat pada Tabel 1.5. Tabel 1.5 menunjukkan bahwa PDRB per kapita pusat pertumbuhan wilayah pembangunan Bali Selatan yaitu Kota Denpasar adalah tertinggi jika 8

9 dibandingkan dengan pusat pertumbuhan wilayah pembangunan lain yang ada di Provinsi Bali dan juga jika dibandingkan dengan PDRB Provinsi Bali. Tabel 1.5 PDRB Per Kapita Menurut Pusat Pertumbuhan Wilayah Pembangunan di Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun (Ribu Rupiah) Tahun Pusat Pertumbuhan Klungkung Denpasar Negara Singaraja Bali Sumber: BPS Povinsi Bali, 2008 (data diolah) Gejala disparitas pendapatan per kapita antar wilayah pembangunan selain dapat dilihat dengan indikator PDRB per kapita, juga dapat dilihat melalui faktor utama penyebab disparitas. Faktor utama penyebab disparitas yaitu jumlah penduduk yang bekerja per wilayah pembangunan, alokasi investasi dilihat dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Regional Bruto (PMTDB), dan persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijasah minimal SLTA menurut wilayah pembangunan. 9

10 Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penentu adanya disparitas pendapatan antar wilayah pembangunan. Semakin banyak jumlah penduduk dalam suatu daerah dapat memberikan dua hal yang bisa berdampak positif dan negatif. Dilihat dari segi positifnya, bahwa semakin banyak penduduk yang diikutsertakan dalam proses pembangunan daerah maka semakin meningkat pula produktivitas ekonomi suatu daerah terkait output regional yang akan dihasilkan, dengan asumsi mereka memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Sebaliknya jika dilihat dari segi negatifnya, semakin banyak jumlah penduduk dapat pula menghambat proses pembangunan daerah karena rasio ketergantungan akan meningkat. Kondisi tersebut berdasarkan asumsi banyak penduduk memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah. Perbedaan jumlah penduduk yang bekerja per wilayah pembangunan pada suatu provinsi juga merupakan faktor yang menentukan disparitas. Banyaknya penduduk yang bekerja telah mencerminkan tingkat produktivitas masyarakat terhadap pembentukan PDRB dan PDRB per kapita. Semakin bayak penduduk usia kerja yang memiliki pekerjaan maka PDRB per kapita akan meningkat. Hal ini disebabkan penduduk yang bekerja tersebut secara langsung berperan aktif dalam pembentukan output daerahnya. Data pada Tabel 1.6 berikut ini mencerminkan bahwa telah terjadi perbedaan jumlah penduduk yang bekerja menurut wilayah pembangunan, yang memiliki arti bahwa terdapat perbedaan produktivitas tenaga kerja masing-masing wilayah pembangunan di Provinsi Bali. Jumlah penduduk 10

11 yang bekerja di wilayah pembangunan Bali Selatan adalah yang terbanyak diantara empat wilayah pembangunan yang ada di Provinsi Bali, hal ini disebabkan oleh wilayah pembangunan Bali Selatan yang terdiri dari empat kabupaten yaitu kabupaten Gianyar, Tabanan, Badung dan Denpasar. Keadaan perekonomian di Kabupaten Badung dan kota Denpasar lebih maju jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lain sehingga lebih banyak lapangan kerja yang tersedia yang dapat menampung penduduk yang masuk dalam usia angkatan kerja. Tabel 1.6 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Wilayah Pembangunan di Provinsi Bali Tahun (orang) Tahun Wilayah Pembangunan Bali Timur Bali Selatan Bali Barat Bali Utara Bali Sumber : Bappeda Provinsi Bali dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Bali, 2007 Pada wilayah pembangunan Bali timur, Bali Utara dan Bali Barat jumlah penduduk yang bekerja mengalami penurunan pada tahun 1998, hal ini 11

12 disebabkan oleh adanya krisis moneter yang terjadi di Indonesia yang juga berdampak pada perekonomian daerah Bali. Penurunan jumlah penduduk yang bekerja juga terjadi pada tahun 2002 karena terjadi tragedi bom Bali yang menyebabkan terpuruknya perekonomian Provinsi Bali sehingga mempengaruhi jumlah penduduk yang bekerja terutama yang bekerja di sektor pariwisata. Penyerapan tenaga kerja di empat wilayah pembangunan di Provinsi Bali dipengaruhi oleh tersedianya lapangan pekerjaan atau proyek-proyek yang dijalankan di wilayah tersebut atau seberapa banyak investasi baik PMDN maupun PMA yang ada di masing-masing wilayah tersebut. Faktor kebutuhan investasi di daerah dapat dijadikan indikator untuk melihat disparitas PDRB per kapita antarwilayah pembangunan. Perbedaan alokasi investasi untuk masing-masing wilayah pembangunan dapat menyebabkan terjadinya perbedaan PDRB yang dihasilkan oleh daerah yang kemudian akan berpengaruh pada disparitas PDRB per kapita. Perkembangan persetujuan rencana PMA dan PMDN BKPMD Provinsi Bali untuk investasi fisik dapat disajikan di Tabel 1.7. Tabel 1.7 menunjukkan bahwa jumlah proyek terbanyak adalah di wilayah pembangunan Bali Selatan sebesar tiga unit untuk penanaman modal dalam negeri dan 76 unit untuk penanaman modal asing. Investor asing lebih banyak menanamkan modalnya di wilayah pembangunan Bali Selatan seperti Kabupaten Badung karena di kabupaten ini merupakan daerah pariwisata sehingga prospek untuk menanamkan modal di wilayah ini lebih 12

13 menguntungkan. Sebagian besar modal asing ini diinvestasikan pada sektor jasa dalam industri pariwisata. Tabel 1.7 Rekapitulasi Perkembangan Persetujuan Rencana PMA dan PMDN BKPMD Provinsi Bali Menurut Wilayah Pembangunan Tahun 2007 No Lokasi Jumlah Proyek (unit) Nilai Investasi (Rp) 1 Bali Timur PMDN PMA Bali Selatan PMDN PMA Bali Barat PMDN PMA Bali Utara PMDN - - PMA Jumlah PMDN + PMA Sumber : BKPMD Provinsi Bali, 2008 Investasi yang akan digunakan sebagai faktor yang menyebabkan terjadinya disparitas pendapatan dalam penelitian ini adalah investasi fisik atau yang lebih dikenal dengan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB). Nilai dan kontribusi Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) terhadap PDRB menurut wilayah pembangunan di Provinsi Bali tahun 2007 dapat disajikan di Tabel 1.8. Tabel 1.8 menunjukkan bahwa investasi fisik tertinggi berada pada wilayah pembangunan Bali Selatan dengan nilai PMTDB sebesar ,13 (juta Rupiah) dan wilayah pembangunan Bali Barat merupakan wilayah pembangunan yang memiliki 13

14 investasi riil terendah yaitu dengan nilai ,34 (juta Rupiah). Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi ketimpangan dalam hal investasi jika dilihat dari PMA dan PMDN, terlihat pula dalam investasi riil (PMTDB) yang berupa investasi fisik. Tabel 1.8 Nilai dan Kontribusi PMTDB terhadap PDRB Menurut Wilayah Pembangunan di Provinsi Bali Tahun 2007 Kontribusi No. Wilayah PMTDB PMTDB (Jt Rp) PDRB (Jt Rp) Pembangunan Thd PDRB (%) 1 Bali Timur , ,24 18,69 2 Bali Selatan , ,95 19,50 3 Bali Barat , ,68 21,37 4 Bali Utara , ,60 18,79 Sumber: Bappeda Provinsi Bali, 2008 Selain jumlah penduduk yang bekerja dan alokasi investasi, faktor yang menyebabkan disparitas pendapatan per kapita antar wilayah pembangunan di Provinsi Bali adalah banyaknya penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijasah minimal SLTA pada masing-masing wilayah pembangunan di Provinsi Bali. Masih terjadi kesenjangan tingkat pendidikan menurut wilayah pembangunan di Provinsi Bali karena hanya daerah-daerah tertentu yang dijadikan sebagai pusat pendidikan sehingga dalam hal ini penyebaran atau pemerataan pendidikan belum merata. Tabel 1.9 menunjukkan bahwa dalam bidang pendidikan, persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijasah minimal SLTA wilayah pembangunan Bali Selatan adalah yang tertinggi diantara wilayah pembangunan lainnya, hal ini disebabkan oleh penyediaan sarana atau fasilitas 14

15 pendidikan yang lebih banyak disediakan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Sekolah-sekolah dengan fasilitas dan kualitas yang baik lebih banyak terdapat di Kota Denpasar, begitu juga Perguruan Tinggi Negeri terbesar di Provinsi Bali. Tabel 1.9 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut wilayah Pembangunan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (minimal SLTA) di Provinsi Bali Tahun Tahun Wilayah Pembangunan Bali Timur Bali Selatan Bali Barat Bali Utara Bali ,84 30,88 13,40 14,92 22, ,63 24,88 12,35 10,36 17, ,19 40,70 23,35 21,50 30, ,84 40,92 23,02 23,44 31, ,02 30,16 11,43 12,29 21, ,10 31,12 12,55 14,52 22, ,28 31,38 14,61 15,05 23, ,27 35,77 14,39 18,47 26, ,75 32,63 15,41 15,75 24, ,99 36,32 19,40 16,70 27, ,39 35,49 20,48 17,09 25, ,14 41,24 24,06 19,86 31, ,92 38,20 22,83 18,46 28, ,19 41,91 27,58 22,67 33, ,76 36,16 22,56 20,56 29,59 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2007 Disparitas pendapatan antar daerah merupakan topik yang perlu dikaji dengan memperhitungkan beberapa alasan. Alasan utama menariknya hal ini untuk diteliti karena disparitas merupakan suatu hal yang dapat menghambat pembangunan daerah khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Kondisi disparitas yang cenderung meningkat inilah yang menyebabkan daerah kaya akan semakin kaya dengan potensi sumber daya dan ekonomi 15

16 yang dimilikinya, sedangkan daerah miskin akan semakin miskin karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki sehingga tidak mampu untuk meningkatkan pendapatannya, meskipun memiliki sumber daya tetapi tidak mampu mengelola secara efisien. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana tingkat disparitas Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita wilayah pembangunan dan pusat pertumbuhan di Provinsi Bali selama tahun 1993 sampai tahun 2007? 2. Bagaimana tipologi wilayah pembangunan di Provinsi Bali? 3. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya disparitas Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita antar wilayah pembangunan di Provinsi Bali selama tahun 1993 sampai tahun 2007? 1.2 Tujuan penelitian Sesuai dengan uraian pada latar belakang dan pokok permasalahan, maka penelitian ini memiliki tujuan : 1. Untuk mengetahui tingkat disparitas Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita wilayah pembangunan dan pusat pertumbuhan di Provinsi Bali selama tahun 1993 sampai tahun Untuk mengetahui tipologi wilayah pembangunan di Provinsi Bali. 3. Untuk mengetahui Faktor yang menyebabkan terjadinya disparitas Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita antar wilayah pembangunan di Provinsi Bali selama tahun 1993 sampai tahun

17 1.3 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang ada dan sebagai bahan bacaan bagi peneliti. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian ini lebih lanjut. 2. Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan yang penting bagi Pemerintah Provinsi Bali sebagai pemegang dan pelaksana pembangunan di Provinsi Bali terutama dalam melaksanakan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya sebagai upaya mengurangi disparitas pendapatan antar wilayah pembangunan di Provinsi Bali. 1.4 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab dengan adanya keterkaitan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya. Tujuan dari sistematika penyajian ini adalah untuk mengetahui secara jelas konsep penelitian ini. Oleh karena itu, untuk memberikan gambaran tentang skripsi ini maka secara garis besar isi dari masing-masing bab dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 17

18 Bab I Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan pendahuluan yang mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian serta menguraikan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang terkait dengan pokok permasalahan yaitu teori pembangunan daerah, konsep kesenjangan dan konsep pertumbuhan neoklasik serta hasil penelitian sebelumnya dan rumusan hipotesis. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini disajikam mengenai metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Pada bab ini dikemukakan tentang gambaran umum daerah penelitian dan pembahasan hasil penelitian dengan perhitungan dari alat analisis yang digunakan, yang meliputi Indeks Entropi Theil dan analisis penyebab disparitas. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini mengemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil penulisan yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Bab ini juga mengemukakan saran-saran yang diharapkan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan. 18

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang mengakibatkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang yang diikuti oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah negara. Dalam sebuah Negara, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... Judul : Pengaruh Pembiayaan Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks Kualitas Manusia Serta Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2011-2015 Nama : I Gede Komang

Lebih terperinci

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi berkelanjutan. Seluruh negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah ini terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional Indonesia dilandaskan pada Trilogi pembangunan, yaitu stabilitas nasional yang mantap, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dirubahnya sistem pemerintahan di Indonesia yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi atau dikenal dengan sebutan otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga negara atau penduduk daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan di berbagai daerah dan di segala bidang. Pembangunan ini sendiri bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan bagaimana sebuah negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu mistar pengukur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada semakin majunya era teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang namun tidak dibarengi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah wewenang pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Andirfa (2009), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang masih memiliki masalah pengangguran dan kemiskinan. Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DAN PUSAT PERTUMBUHAN DI PROVINSI BALI. Oleh : INDAH SRI MULYANI NIM :

ANALISIS DISPARITAS ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DAN PUSAT PERTUMBUHAN DI PROVINSI BALI. Oleh : INDAH SRI MULYANI NIM : ANALISIS DISPARITAS ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DAN PUSAT PERTUMBUHAN DI PROVINSI BALI Oleh : INDAH SRI MULYANI NIM : 0506105066 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 1 ANALISIS DISPARITAS ANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi Indonesia sangat tergantung pada pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan daerah Bali merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik fisik maupun mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya makin kaya sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM.

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM. ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM. 1306105035 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional adalah tolak ukur kesejahteraan dan kemakmuran rakyat suatu Negara. Semakin besar tingkat pembangunan suatu Negara mengindikasikan Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah dilaksanakan secara efekif. Hal ini merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era otonomi daerah yang resmi diberlakukan di Indonesia sejak tanggal 1 Januari 2001 telah memberikan suasana baru dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, 2012). Kemiskinan umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.32 Tahun 2004 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah tersebut yang paling besar adalah masalah

Lebih terperinci

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah selalu digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue 10. Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Regional Revenue PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue Pendapatan Regional 10. Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama negara berkembang. Pembangunan ekonomi dicapai diantar anya dengan melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk meningkatkan pendapatan riil perkapita penduduk di suatu negara dalam jangka panjang. Proses pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena dapat memberikan kesempatan kerja yang luas dan nilai tambah terbesar sehingga mampu menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013 No. 27/05/51/Th. VII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013 Pada Triwulan I-2013, PDRB Bali mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 0,33 persen dibanding Triwulan IV-2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN KABUPATEN BADUNG KEPADA KABUPATEN BULELENG, JEMBRANA, TABANAN, BANGLI, KLUNGKUNG DAN KARANGASEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk di suatu negara dalam jangka panjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih dilanda berbagai hambatan dan tantangan dalam menghadapi persaingan. Hambatan dan tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012 No. 44/08/51/Th. VI, 6 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan II- mencapai 2,81 persen dibandingkan Triwulan I - yang mengalami kontraksi sebesar 0,06

Lebih terperinci

: PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN MELALUI ANALISIS SEKTOR-SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN GIANYAR. Abstrak

: PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN MELALUI ANALISIS SEKTOR-SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN GIANYAR. Abstrak Judul : PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN MELALUI ANALISIS SEKTOR-SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN GIANYAR. Nama : IDA BAGUS ADYTIA RIANTIKA NIM : 1306105104 Abstrak Pembangunan ekonomi merupakan kenaikan taraf

Lebih terperinci

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM : Judul Nama : Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM : 1306205188 Abstrak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan (Danawati, dkk 2016).

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan (Danawati, dkk 2016). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemerataan pendapatan menjadi tujuan setiap daerah. Keberhasilan pembangunan ekonomi ini terlihat dari meningkatnya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 27/05/51/Th. XI, 2 Mei Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan Maret mencapai 425.499 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN KABUPATEN BADUNG KEPADA KABUPATEN BULELENG, JEMBRANA, TABANAN, BANGLI, KLUNGKUNG DAN KARANGASEM

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2015 No. 19/03/51/Th. IX, 2 Maret PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 301.748 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan adalah tujuan utama yang hendak dicapai oleh suatu Negara dalam melakukan sebuah pembangunan baik yang dicanangkan oleh pemerintah daerah itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh setiap negara di dunia dan setiap negara berusaha untuk mengatasinya. Kemiskinan adalah faktor yang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Lama Usaha, dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Denpasar Nama : I Gede Ariyuda Pratama NIM : 1306105026 Abstrak Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Indonesia kini sudah semakin berkembang sangat pesat, terutama pertumbuhan di sektor industri.sektor industri diyakini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan misi pembangunan daerah Provinsi Riau yang tertera dalam dokumen RPJP Provinsi Riau tahun 2005-2025, Mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016 17/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 350.592 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah tidaklah terpisahkan dari pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2007

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2007 3/1/51/Th. II, 3 Januari 28 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 14124 orang, dengan wisman yang datang melalui pelabuhan udara sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak dimulainya era reformasi, berbagai perubahan telah dialami oleh bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008 06/02/51/Th. III, 2 Pebruari 2009 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2008 mencapai 166.851 orang, dengan wisman yang datang melalui

Lebih terperinci

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM :1306105170 Abstrak Provinsi Bali menerapkan otonomi daerah dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan sarana untuk mendorong kemajuan daerahdaerah. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu wilayah dengan wilayah yang lain,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 22/04/51/Th. XI, 3 April Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 453.985 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017 38/06/51/Th. XI, 2 Juni 2017 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan April 2017 mencapai 477.464 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari negara yang bersangkutan. Begitu juga dengan negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015 50/08/51/Th. IX, 3 Agustus 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 359.702 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017 17/03/51/Th. XI, 1 Maret 2017 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 460.824 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara

Lebih terperinci

INVESTASI SWASTA SEKTOR PARIWISATA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI BALI (Sebuah Analisis Tipologi Daerah) Made Dwi Setyadhi Mustika ABSTRACT

INVESTASI SWASTA SEKTOR PARIWISATA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI BALI (Sebuah Analisis Tipologi Daerah) Made Dwi Setyadhi Mustika ABSTRACT INVESTASI SWASTA SEKTOR PARIWISATA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI BALI (Sebuah Analisis Tipologi Daerah) Made Dwi Setyadhi Mustika Kajian ABSTRACT This paper discuss about private invesment of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang di arahkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015 44/07/51/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 295.973 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012 23/05/51/Th. VI, 1 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 230.957 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 222.950

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017 43/07/51/Th. XI, 3 Juli 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan Mei 2017 mencapai 489.376 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017 49/08/51/Th. XI, 1 Agustus 2017 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan Juni 2017 mencapai 504.141 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapi luas tanah yang semakin menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan kerajinan rumah tangga.

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014 35/06/51/Th. VIII, 2 Juni 2014 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2014 mencapai 280.096 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai

Lebih terperinci