1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anestesi intravena total adalah suatu tehnik anestesi yang dilakukan hanya dengan memberikan obat-obat anestesi intra vena tanpa menggunakan obat-obat anestesi inhalasi. Pada umumnya obat-obat yang digunakan pada anestesi intravena total adalah obat-obat yang memiliki durasi dan waktu paruh yang pendek, sehingga resiko terjadinya akumulasi obat dapat dihindari. Penggunaan anestesi intravena total semakin sering digunakan, karena memiliki keunggulan, antara lain: memperbaiki transportasi mukosa siliar, memelihara autoregulasi serebral, menurunkan respon stress, mencegah hipertermi maligna, menurunkan resiko mual muntah pascaoperasi dan menurunkan biaya anestesi. Seiring kemajuan pengetahuan di bidang farmakologi dan teknologi,maka instrumen anestesi intravena total pun turut berkembang. Perkembangan instrumen anestesi memungkinkan kita dapat melakukan pemberian obat anestesi intravena dengan cara yang bervariasi, mulai dari cara manual sederhana hingga pompa infus yang terkomputerisasi secara kompleks seperti Target Controled Infussion (TCI). TCI adalah infus yang dikontrol dengan tujuan untuk mencapai konsentrasi obat pada nilai tertentu dalam kompartemen tubuh. TCI dikembangkan untuk memberikan kenyamanan dan pengendalian yang lebih baik selama anestesia, berdasarkan profil farmakokinetik, farmakodinamik obat dan 1
2 teknologi komputer yang modern. TCI memberikan dan memelihara konsentrasi obat sesuai kebutuhan pasien berdasarkan konsentrasi plasma (Cp) atau effect site concentration (Ce). Sesuai dengan kebijakan pemerintah saat ini telah ditetapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Dengan diselenggarakannya BPJS kesehatan, maka setiap penyelenggara pelayanan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Begitu juga dengan bidang pelayanan anestesi,harus dapat memberikan pelayanan yang berkualitas namun tetap memikirkan efisiensi biaya. Salah satu cara menurunkan biaya pelayanan kesehatan adalah dengan memilih obat-obat anestesi yang lebih ekonomis karena ternyata diketahui biaya obat umumnya mencapai 30-40% dari total biaya pelayanan kesehatan bahkan akhir-akhir ini diperkirakan biaya obat hampir mencapai 60% dari total biaya pelayanan kesehatan. Di RSUP Sanglah upaya mencari pilihan obat-obat anestesi yang lebih ekonomis sudah pernah dilakukan. Iswahyudi, Sinardja, dan Senapathi melaporkan, teknik TCI Propofol lebih ekonomis dibandingkan teknik anestesi inhalasi sevofluran, baik dari total biaya per-pasien maupun biaya per-menit anestesi. Kejadian hipotensi, waktu pulih sadar, dan kejadian mual muntah pasca operasi pada kelompok TCI Propofol juga lebih rendah dibandingkan kelompok inhalasi sevofluran. (Iswahyudi dkk., 2013). Tehnik TCI propofol memberikan hasil yang lebih ekonomis bila dosis pemeliharaan propofol dapat diturunkan. Dalam penelitiannya G.A.Hans dkk,(2010) melaporkan bahwa pemberian lidokain intravena dapat menurunkan
3 konsentrasi efek TCI propofol dengan tetap memelihara target nilai Bispectral Index (BIS) 50 selama pembedahan. Hal senada juga dilaporkan oleh F.R.Alternatt dkk,(2012); mereka melaporkan bahwa dosis pemeliharaan propofol menurun 15-20% bila diberikan bersamaan dengan lidokain intravena. Pemberian propofol berimplikasi langsung terhadap hemodinamik pasien. Pemeliharaan anestesi dengan propofol dapat menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20%-30%. Kejadian hipotensi ini dipengaruhi oleh dosis, kecepatan injeksi dan usia. Diharapkan pemberian lidokain intravena dapat menurunkan dosis propofol sehingga gejolak hemodinamik dapat lebih stabil namun di sisi lain kedalaman anestesi tetap terjaga. Pemberian lidokain intravena juga dilaporkan dapat menurunkan kebutuhan anelgesia post pembedahan. Dalam suatu penelitian dilaporkan bahwa pemberian lidokain intravena pada pasien yang menjalani pembedahan tulang belakang menurunkan konsumsi morfin post operasi dan menurunkan rasa nyeri post operasi. (Ehab dkk, 2013). Sementara itu pada penelitian terhadap pasien yang dilakukan pembedahan laparaskopi ginekologi dilaporkan bahwa pemberian lidokain intravena bolus 1 mg/kgbb, dilanjutkan dengan intravena 2 mg/kgbb/jam mampu menurunkan kebutuhan morfin post operasi dan mempercepat waktu flatus. (Philip dkk, 2012). Beberapa penelitian melaporkan bahwa pemberian lidokain intravena mempengaruhi regulasi mediator inflamasi. Pada penelitian terhadap pasien perdarahan epidural cidera kepala sedang yang dilakukan kraniotomi pemberian lidokain intravena menurunkan tingkat Interleukin-6 (IL-6) dan phospolipase A2
4 (PLA2) (Lalenoh dkk,2014). Dalam penelitiannya Senapathi dkk,(2015) melaporkan bahwa blok pleksus brakhialis dengan pemberian obat anestesi lokal kontinu pada pasien yang menjalani pembedahan ortopedi, dapat menurunkan IL-6 dan meningkatkan IL-10. Lidokain intravena juga sudah digunakan secara luas untuk menumpulkan respon hemodinamik selama melakukan laringoskopi intubasi. Pemberian lidokain intravena dipercaya dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah yang terjadi pada saat laringoskopi intubasi. Berdasarkan uraian di atas, maka kami terdorong untuk melakukan penelitian tentang efek pemberian lidokain intravena selama pembedahan. Penelitian ini berfokus pada evaluasi efek pemberian lidokain intravena terhadap dosis propofol selama anestesi intravena total dengan panduan BIS pada pembedahan mayor di RSUP Sanglah tahun 2015. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka disusun rumusan masalah sebagai berikut: Apakah pemberian bolus intra vena lidokain 1% dengan dosis 1,5 mg/kgbb dilanjutkan kontinu intra vena 2 mg/kgbb/jam dapat menurunkan kebutuhan propofol TCI pada pasien yang menjalani operasi bedah mayor di RSUP Sanglah? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah pemberian lidokain 1% dosis 1,5 mg/kgbb secara bolus intravena, dilanjutkan kontinu intravena 2
5 mg/kgbb/jam dapat menurunkan dosis propofol pada pembedahan mayor dengan tehnik anestesi umum TCI propofol dengan panduan BIS. 1.3.2. Tujuan khusus Untuk membuktikan bahwa pemberian bolus intravena lidokain 1% dosis 1,5 mg/kgbb secara bolus intravena, dilanjutkan kontinu intravena 2 mg/kgbb/jam dapat menurunkan dosis propofol dalam µg/kgbb/menit selama pembedahan mayor di RSUP Sanglah dengan tetap menjaga kedalaman anestesi berdasarkan panduan BIS. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat akademis. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi yang menjelaskan pemberian lidokain intravena dapat mengurangi kebutuhan propofol selama pembiusan dengan menggunakan TCI propofol, sehingga dapat menjadi landasan untuk melanjutkan penelitian yang lain dalam bidang anestesi. 1.4.2. Manfaat praktis 1. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar pemilihan teknik anestesi umum terbaik untuk menekan biaya obat anestesi. 2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi para pengambil kebijakan di RSUP Sanglah dalam rangka pemilihan dan penggunaan obat yang efektif dan efisien khususnya di bidang pelayanan anestesi.