BAB I. A. Latar Belakang. Mual dan muntah pasca operasi atau yang biasa disingkat PONV (Post

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. A. Latar Belakang. Mual dan muntah pasca operasi atau yang biasa disingkat PONV (Post"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mual dan muntah pasca operasi atau yang biasa disingkat PONV (Post Operative Nausea and Vomiting) merupakan dua efek tidak menyenangkan yang menyertai anestesia dan pembedahan (Chatterjee, Rudra,Sengupta, 2011). Kadang PONV dianggap lebih serius daripada nyeri (Kovac, 2003). Meskipun ilmu anestesia sudah berkembang dengan pesat, insidensi PONV masih mencapai 20-30% (Wallenborn, Gelbrich, Bulst, Behrends, 2006). Sedangkan pada waktu masih menggunakan eter dan cyclopropane insidensinya mencapai 60% (Chatterjee, Rudra,Sengupta, 2011). Pada kelompok pasien risiko tinggi, insidensinya meningkat hingga 70%-80%. Lebih jauh lagi, sekitar 0,2% dari seluruh pasien mengalami PONV yang sulit ditangani. Hal ini menyebabkan penundaan pemindahan pasien dari ruang pulih sadar atau rawat inap pasien yang tidak terencana pada pasien operasi rawat jalan atau keduanya, sehingga berdampak pada tingginya biaya medis (Gan dan Habib, 2006). Lima persen dari insidensi muntah pasca operasi terjadi pada bayi, dan meningkat seiring meningkatnya umur.pada anak usia lebih dari 3 tahun insidensinya mencapai 40% dengan puncaknya pada usia pubertas. Dalam 2 jam pertama di PACU (Post Anesthesia Care Unit), insidensi mual mencapai 20% pasien dan muntah pada 5% pasien. Untuk jam ke-2 hingga 24, insidensi mual dan muntah terjadi pada 50% dan 25% secara berurutan (Kovac, 2003). 1

2 Masalah lain yang sering muncul adalah kejadian mual dan muntah pasca pasien dibenarkan pulang dari rumah sakit (Post Discharge Nausea and Vomiting / PDNV). Pemulangan pasien lebih dini telah dilaporkan memberi kontribusi untuk munculnya gejala muntah yang lebih dini. Dilaporkan bahwa insidensi mual pasca pemulangan pasien bervariasi dari 0-55% dan insidensi muntah antara 0-16% (Chatterjee, Rudra,Sengupta, 2011). Namun faktor risiko untuk PDNV belum jelas,dan belum diketahui apakah PONV yang terjadi di PACU merupakan prediktor PDNV. Dari sisi efektifitas biaya dari berbagai anti muntah yang digunakan, terapi profilaksis pada pasien dengan risiko tinggi lebih efektif dibandingkan plasebo karena berkaitan dengan meningkatnya biaya jika terjadi mual dan muntah. Penelitian yang dilakukan Gan dkk,menyatakan bahwa penambahan biaya karena PONV pada kelompok yang diberi plasebo mencapai 100 kali lebih mahal dibandingkan dengan pasien yang memperoleh profilaksis generik. Biaya yang dikeluarkan untuk terapi muntah mencapai 3 kali biaya untuk terapi mual. Studi ini berpendapat bahwa episode muntah bisa menunda waktu pemindahan pasien dari ruang pulih sadar hingga sekitar 20 menit (Ganet al., 2003). Anestesia dengan menggunakan opioid dapat meningkatkan risiko PONV. Opioid menstimulasi chemoreceptor trigger zone (CTZ) di area postrema medulla. Stimulasi tersebut kemungkinan terjadi pada reseptor δ (delta) yang selanjutnya dapat memicu mual dan muntah. Jika menggunakan opioid, profilaksis anti muntah perlu dipertimbangkan (Fukuda, 2010). Operasi tubektomi merupakan operasi yang sering dilakukan baik di rumah sakit perifer hingga rumah sakit rujukan. Salah satu teknik anestesia yang 2

3 sering digunakan adalah dengan metode TIVA (Total Intravenous Anesthesia) menggunakan opioid, yaitu meperidine dan diazepam. Meperidine dapat meningkatkan risiko PONV. Komplikasi yang sering menyertai pasca tindakan MOW adalah mual dan muntah. Suatu penelitian yang membandingkan anestesi umum dan anestesi lokal dengan sedasi pada operasi laparoskopi ligasi tuba didapatkan insiden mual 20% dan muntah 33,3% dengan anestesi umum dan insiden mual 3,3% dan muntah 6,6% dengan anestesi lokal. Sedangkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di institusi KONTAP RSUD Dr. Sardjito, mendapatkan insiden PONV yang beragam. Penelitian Yuniarto tahun 2011 yang membandingkan daya guna diazepam (0,1 mg/kgbb)- Pethidine (2 mg/kgbb) dengan diazepam (0,1 mg/kgbb)- ketamin (0,3 mg/kgbb) pada operasi MOW didapatkan data kejadian PONV 19% dan 42% (Yuniarto, Pratomo, Widodo, 2011).Penelitian Berlian dalam membandingkan insidensi PONV antara kombinasi midazolam 0,05 mg/kgbb IV dan ketamin 0,3 mg/kgbb IV dengan kombinasi midazolam 0,05 mg/kgbb IV dan pethidine 2 mg/kgbb IV pada Tindakan Metode Operasi Wanita (MOW) menemukan bahwa insidensi PONV lebih tinggi untuk kelompok perlakuan yang menggunakan pethidine (44,4%) dibandingkan yang menggunakan ketamin (29,4%) (Berlian, Suryono, Rahardjo, 2012). Beberapa obat telah diteliti baik sebagai profilaksis maupun sebagai terapi muntah. Meskipun daya guna obat anti muntah sebagai profilaksis maupun terapi PONV telah sering diteliti, namun masih belum dipahami secara utuh. Pendekatan 3

4 yang digunakan untuk terapi dan pencegahan PONV tidak selalu berdasarkan bukti yang tersedia (Kovac, 2003). Tak satupun dari obat anti muntah yang sekarang tersedia benar-benar efektif untuk mencegah terjadinya PONV, khususnya pada pasien dengan risiko tinggi. Karena terdapat paling tidak 4 sistem reseptor utama yang terlibat pada etiologi PONV (Gupta, Khanna, Mitra, Mustafi, Bartia, 2006). Beberapa studi dilakukan untuk mengatasi masalah PONV. Sebagian studi berusaha membandingkan efektifitas obat dengan jenis yang sama namun dengan dosis yang berbeda, sebagian lagi dengan membandingkan 2 bahkan beberapa obat yang berbeda. Ada juga yang mengujikan efektifitas obat-obat baru, namun belakangan juga marak studi yang mengujikan efektifitas dari penggunaan kombinasi 2 jenis obat untuk mencegah PONV dengan asumsi pemikiran bahwa kombinasi obat yang bekerja di reseptor-reseptor yang berbeda akan menghasilkan profilaksis yang lebih baik. Salah satu studi menyimpulkan bahwa pemberian deksametason preoperatif dapat mengurangi nyeri, mual, muntah dan durasi pemulihan pada pasien yang menjalani operasi laparoskopi kolesistektomi dibandingkan dengan plasebo dan direkomendasikan penggunaan deksametason secara rutin (Gupta, Khanna, Mitra, Mustafi, Bartia, 2006). Suatu studi mencari dosis optimal profilaksis deksametason pada operasi ginekologi mayor. Dosis yang dibandingkan adalah 10 mg, 5 mg, 2,5 mg, 1,25 mg serta plasebo. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa deksametason 2,5 mg adalah dosis efektif minimum untuk profilaksis PONV pada operasi ginekologi mayor. Secara statistik, studi ini menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan efek anti 4

5 muntah pada pasien yang mendapatkan deksametason dosis 10 mg, 5 mg, dan 2,5 mg. Namun secara klinis, jumlah pasien yang mendapatkan deksametason 10 mg yang mengalami PONV lebih sedikit dibandingkan kelompok 2,5 mg. Juga pada studi ini, jumlah pasien tiap kelompok perlakuan relatif sedikit (30 pasien/kelompok) (Liu, Hsu dan Cia, 1999). Ini berarti masih mungkin untuk melakukan studi bahwa semakin tinggi dosis deksametason maka akan semakin tinggi efektifitas anti muntah yang dihasilkan. Studi ini mencoba untuk meneliti hal tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian : Sampai saat ini belum ada obat anti muntah yang bisa menuntaskan masalah PONV. Beberapa studi yang sudah dilakukan antara lain dengan membandingkan efektifitas satu obat dengan obat lain dari golongan yang berbeda, menguji obatobat generasi terbaru, menguji efektifitas kombinasi 2 atau lebih obat anti muntah, juga membandingkan deksametason pada dosis yang berbeda. Deksametason merupakan obat yang relatif murah dan mudah didapat, sehingga jika terbukti efektif untuk profilaksis PONV, maka akan diperoleh keuntungan bagi kemudahan penatalaksanaan PONV. Penelitian ini mencoba untuk menilai efektifitas deksametason pada dosis 10 mg intravena yang merupakan dosis yang relatif besar untuk profilaksis PONV dibandingkan dengan ondansetron 4 mg intravena pada operasi tubektomi menggunakan teknik anestesi TIVA menggunakan meperidine 2 mg/kgbb dan diazepam 0,2 mg/kgbb. 5

6 C. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat perbedaan efektifitas pemberian deksametason 10 mg intravena sebagai profilaksis PONV dibandingkan dengan ondansetron 4 mg intravena pada operasi tubektomi dengan TIVA menggunakan meperidine 2 mg/kgbb dan diazepam 0,2 mg/kgbb? D. Tujuan Penelitian Membandingkan efektifitas pemberian deksametason 10 mg intravena sebagai profilaksis PONV dibandingkan dengan ondansetron 4 mg intravena pada operasi tubektomi dengan anestesia intravena menggunakan meperidine 2 mg/kgbb intravena dan diazepam 0,2 mg/kgbb intravena. E. Manfaat Penelitian Apabila pada penelitian ini ditemukan bahwa pemberian deksametason memiliki efektifitas yang baik untuk profilaksis anti muntah pada operasi tubektomi, maka hasil tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan profilaksis antimuntah pada operasi tubektomi. Hal ini juga akan meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap pasien, bahkan di tingkat pelayanan kesehatan primer yang menyediakan pelayanan tubektomi rawat jalan. Hal ini karena Deksametason yang tersedia di hampir setiap tingkat puskesmas dan juga memiliki nilai ekonomis yang lebih baik. F. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gupta dkk. (2006) yang membandingkan antara deksametason 5 mg dengan ondansetron 4 mg pada operasi laparoskopi. Penelitian ini dilakukan 6

7 pada 200 pasien yang menjalani operasi kolesistektomi laparoskopi yang dibagi menjadi 2 kelompok dimana kelompok pertama diberikan deksametason 5 mg sedangkan kelompok ke dua diberikan ondansetron 4 mg. Kedua kelompok sama baiknya dalam dalam hal mencegah PONV. Kelompok I, 24% pasien mengalami mual dengan 30% pasien mengalami mual pada kelompok II (P=0,2481). Demikian pula, 12% pasien mengalami muntah pada kelompok I dan 18% pasien muntah pada kelompok II (P=0,3574). Sejauh yang penulis ketahui, belum ada penelitian yang membandingkan efek anti muntah deksametason 10 mg intravena dengan ondansetron 4 mg intravena pada operasi tubektomi dengan anestesia intravena menggunakan meperidine 2 mg/kgbb intravena dan diazepam 0,2 mg/kgbb intravena. 7

8 Peneliti (Tahun) Obat yang Dibandingkan Desain Penelitian Jumlah Pasien Jenis Operasi Hasil Gupta, et al. (2006) Tzeng, et al. (2000) Lounis, et al. (1998) Liu, et al. (1999) Subtamainion, et al. (2001) Thomas, et al. (2001) Deksametason 5 mg, Ondansetron 4 mg Deksametason 8 mg, Ondansetron 4 mg, plasebo di akhir pembedahan Ondansetron 4 mg, Metroklopramid 10 mg Deksametason 0; 1,25; 2,5; 5; 10 mg Deksametason 1 mg/kgbb, Ondansetron 100µg/kgBB Deksametason 8 mg, Ondansetron 4 mg dan kombinasi keduanya RCT 200 Laparoskopi kolesistektomi Deksametason dosis rendah sama efektifnya dengan Ondansetron untuk profilaksis PONV RCT 100 Caesarian section Deksametason dan Droperidol menurunkan insidensi lebih banyak dibanding plasebo RCT 746 Gynecologic surgery RCT 150 Gynecologic surgey ambulatory Ondansetron lebih efektif dan murah dibanding Metoklopramid untuk mencegah PONV Deksametason 5 dan 10 mg sebanding lebih efektif dibanding 0; 1,25; 2,5 mg dalam mencegah PONV RCT 435 Strabismus Deksametason dan Ondansetron lebih efektif mencegah PONV dibanding plasebo RCT 177 Gynecologic surgey ambulatory Tabel 1. Penelitian tentang Deksametason dan Ondansetron untuk pencegahan PONV Ondansetron dan kombinasi Ondansetron dan Deksametason lebih efektif untuk mencegah PONV dibanding Deksametason 8

BAB 1 PENDAHULUAN. PONV juga menjadi faktor yang menghambat pasien untuk dapat segera

BAB 1 PENDAHULUAN. PONV juga menjadi faktor yang menghambat pasien untuk dapat segera A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Mual dan muntah pascaoperasi (Postoperative Nausea and Vomiting / PONV) masih merupakan komplikasi yang sering dijumpai setelah pembedahan. PONV juga menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV)

BAB I PENDAHULUAN. Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV) masih merupakan masalah yang umum. Insiden PONV terjadi pada 25-30% pasien pascaoperasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan General Anesthesia (GA), Regional Anesthesia

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan General Anesthesia (GA), Regional Anesthesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan anestesi dan reanimasi pada hakekatnya harus dapat memberikan tindakan medik yang aman, efektif, manusiawi yang berdasarkan ilmu kedokteran mutakhir dan teknologi

Lebih terperinci

APRILIYANI INDRAWATI J500

APRILIYANI INDRAWATI J500 EFEKTIVITAS RANGSANGAN KOMBINASI TITIK AKUPUNKTUR PC-6 (NEIGUAN) & ST-25 (TIANSHU) DIBANDINGKAN PEMBERIAN ONDANSETRON UNTUK MENCEGAH MUAL DAN MUNTAH PASCA BEDAH ORTOPEDI DENGAN ANESTESI UMUM SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anestesi umum merupakan teknik yang sering dilakukan pada berbagai macam prosedur pembedahan. 1 Tahap awal dari anestesi umum adalah induksi anestesi. 2 Idealnya induksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang The International Association for The Study of Pain menggambarkan rasa sakit sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan dihubungkan dengan

Lebih terperinci

Perbandingan antara ondansetron 4 mg iv dan deksametason 5 mg iv dalam mencegah mual-muntah pada pasien laparotomi dengan anestesia umum.

Perbandingan antara ondansetron 4 mg iv dan deksametason 5 mg iv dalam mencegah mual-muntah pada pasien laparotomi dengan anestesia umum. Perbandingan antara ondansetron 4 mg iv dan deksametason 5 mg iv dalam mencegah mual-muntah pada pasien laparotomi dengan anestesia umum. 1 Sitti I. Yanhil 2 Barry I. Kambey 2 Harold F. Tambajong 1 Kandidat

Lebih terperinci

Alfiani Sofia Qudsi 1, Heru Dwi Jatmiko 2

Alfiani Sofia Qudsi 1, Heru Dwi Jatmiko 2 PREVALENSI KEJADIAN PONV PADA PEMBERIAN MORFIN SEBAGAI ANALGETIK PASCA OPERASI PENDERITA TUMOR PAYUDARA DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Alfiani Sofia Qudsi 1, Heru Dwi Jatmiko 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional atau mengalami cemas akan mengalami rasa nyeri yang hebat setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional atau mengalami cemas akan mengalami rasa nyeri yang hebat setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri yang tidak ditangani dengan baik akan mengganggu mobilisasi pasien pasca operasi yang dapat berakibat terjadinya tromboemboli, iskemi miokard, dan aritmia.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama disamping radiasi dan pembedahan. Pemberian sitotoksika atau antikanker merupakan tindakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya agen inhalasi yang baru, desflurane dan sevoflurane, muncul permasalahan baru yang dikenal dengan agitasi pulih sadar. Agitasi pulih sadar didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFENISI Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) adalah perasaan mual muntah yang dirasakan dalam 24 jam setelah prosedur anestesi dan pembedahan. 31 Mual didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri merupakan masalah yang paling sering menyebabkan pasien mencari perawatan ke rumah sakit. Nyeri tidak melakukan diskriminasi terhadap manusia, nyeri tidak membeda-bedakan

Lebih terperinci

(The Comparison Of Giving Ondansetron And Metoklopramid To Solve Post laparatomi Nauseous And Vomit In RSUD Prof. Dr.

(The Comparison Of Giving Ondansetron And Metoklopramid To Solve Post laparatomi Nauseous And Vomit In RSUD Prof. Dr. (32 31) PERBANDINGAN ANTARA PEMBERIAN ONDANSETRON DENGAN PEMBERIAN METOKLOPRAMID UNTUK MENGATASI MUAL DAN MUNTAH PASKA LAPARATOMI DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO (The Comparison Of Giving Ondansetron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1900 pesalinan dengan seksio sesarea (SC) menjadi salah satu pilihan yang dilakukan kebanyakan ibu tanpa memperhatikan indikasi untuk prosedur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak BAB 1 PENDAHULUAN 11 LATAR BELAKANG Nyeri paska bedah masih merupakan masalah utama bagi penderita karena setelah obat anestesi hilang efeknya, penderita akan merasakan sakit Nyeri bersifat subjektif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Nyeri paska bedah masih merupakan masalah utama bagi penderita karena setelah obat anestesi hilang efeknya, penderita akan merasakan sakit. Nyeri bersifat subjektif,

Lebih terperinci

EFIKASI PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN SUBKUTAN TERHADAP PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN INTRAVENA PASCAOPERASI SEKSIO SESAREA

EFIKASI PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN SUBKUTAN TERHADAP PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN INTRAVENA PASCAOPERASI SEKSIO SESAREA ABSTRAK EFIKASI PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN SUBKUTAN TERHADAP PATIENT CONTROLLED ANALGESIA MORFIN INTRAVENA PASCAOPERASI SEKSIO SESAREA Seksio sesarea menimbulkan nyeri sedang hingga berat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penatalaksanaan nyeri akut pascaoperasi merupakan salah satu tantangan seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003 melaporkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis dari suatu teknologi yang baru adalah penting. Reformasi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis dari suatu teknologi yang baru adalah penting. Reformasi pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era reformasi kesehatan, kemampuan untuk menunjukkan angka ekonomis dari suatu teknologi yang baru adalah penting. Reformasi pelayanan kesehatan memberikan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kraniotomi merupakan tindakan bedah yang paling sering dilakukan pada manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan bedah tersebut bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pediatrik pada stadium light anestesi. Laringospasme merupakan keaadaan. secara mendadak akibat reflek kontriksi dari otot

BAB I PENDAHULUAN. pediatrik pada stadium light anestesi. Laringospasme merupakan keaadaan. secara mendadak akibat reflek kontriksi dari otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laringospasme dan batuk merupakan komplikasi setelah ekstubasi pada pediatrik pada stadium light anestesi. Laringospasme merupakan keaadaan menutupnya glottis secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang tua. 1 Berdasarkan data pada Agustus 2010, terdapat pasien anak berusia 2-12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak-anak mempunyai kondisi berbeda dengan orang dewasa pada saat pra bedah sebelum masuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anestesi regional saat ini semakin berkembang dan makin luas pemakaiannya dibidang anestesi. Mengingat berbagai keuntungan yang ditawarkan, di antaranya relatif murah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dimana kanker tersebut tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dimana kanker tersebut tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker (Karsono, 2006). Kanker merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI

MANAJEMEN NYERI POST OPERASI MANAJEMEN NYERI POST OPERASI Ringkasan Manajemen nyeri post operasi bertujuan untuk meminimalisasi rasa tidak nyaman pada pasien, memfasilitasi mobilisasi dini dan pemulihan fungsi, dan mencegah nyeri

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI KEJADIAN PONV PADA PEMBERIAN MORFIN SEBAGAI ANALGETIK PASCA OPERASI PENDERITA TUMOR PAYUDARA DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per 100.000 per tahun. 1 Sekitar 250.000 kejadian fraktur femur terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk melakukan pembedahan diperlukan tindakan anestesi yang dapat berupa anestesi umum atau regional. Masing masing teknik anestesi ini mempunyai keuntungan dan kerugian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori. Anestesi Umum Anestesi umum merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Pada tindakan anestesi umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan obat-obat anestesi intra vena tanpa menggunakan obat-obat

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan obat-obat anestesi intra vena tanpa menggunakan obat-obat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anestesi intravena total adalah suatu tehnik anestesi yang dilakukan hanya dengan memberikan obat-obat anestesi intra vena tanpa menggunakan obat-obat anestesi inhalasi.

Lebih terperinci

Perbandingan efektivitas premedikasi ondansetron dan deksametason dalam mencegah mual dan muntah pasca operasi SKRIPSI

Perbandingan efektivitas premedikasi ondansetron dan deksametason dalam mencegah mual dan muntah pasca operasi SKRIPSI 5 Perbandingan efektivitas premedikasi ondansetron dan deksametason dalam mencegah mual dan muntah pasca operasi SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Fitriana Nurwinarsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap prosedur pembedahan harus menjalani anestesi dan melalui tahap pasca bedah, maka setiap pasien yang selesai menjalani operasi dengan anestesi umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. abnormal diubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) selular.

BAB 1 PENDAHULUAN. abnormal diubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) selular. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker adalah suatu proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) selular. Sel abnormal ini

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuretase merupakan salah satu prosedur obstetrik dan ginekologi yang sering dilakukan. Baik untuk pengosongan sisa konsepsi dari kavum uteri akibat abortus. Ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif memiliki komplikasi dan risiko pasca operasi yang dapat dinilai secara objektif. Nyeri post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Esophagogastroduodenoscopy atau sering disingkat endoscopy adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Esophagogastroduodenoscopy atau sering disingkat endoscopy adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Esophagogastroduodenoscopy atau sering disingkat endoscopy adalah suatu prosedur untuk melihat bagian dalam tubuh dengan menggunakan instrumen endoscope yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sub Arachnoid Blok (SAB) atau anestesi spinal adalah salah satu teknik dalam anestesi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnooid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam tindakan operasi atau pembedahan untuk menghilangkan rasa

BAB I PENDAHULUAN. didalam tindakan operasi atau pembedahan untuk menghilangkan rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anestesi general adalah salah satu anestesi yang sering dipakai didalam tindakan operasi atau pembedahan untuk menghilangkan rasa nyeri atau sakit bahkan pasien akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap pembedahan, dilakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk baik menghilangkan rasa nyeri yang kemudian disebut dengan anestesi. Dan keadaan hilangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikasi tindakan seksio sesaria pada wanita hamil berkisar antara 15 sampai 20% dari seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Berdasarkan data yang didapat dari studi pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Berdasarkan data yang didapat dari studi pendahuluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, pasien yang mendapatkan tindakan operasi bedah semakin meningkat. Berdasarkan data yang didapat dari studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia, pada tahun 2012 jumlah pasien diabetes mellitus mencapai 371 juta jiwa. Di Indonesia sendiri, jumlah penderita diabetes totalnya 7,3 juta orang. 1

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Sampel yaitu 30 responden yang terdiri dari masing-masing 15 responden yang

BAB V HASIL PENELITIAN. Sampel yaitu 30 responden yang terdiri dari masing-masing 15 responden yang BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan pendekatan post test only control group design. Sampel yaitu 30 responden yang terdiri dari masing-masing 15 responden yang diberikan tramadol intraperitoneal

Lebih terperinci

AMBULATORY ANESTHESIA / ONE - DAY CARE ANESTHESIA / ANESTESI UNTUK OPERASI RAWAT JALAN

AMBULATORY ANESTHESIA / ONE - DAY CARE ANESTHESIA / ANESTESI UNTUK OPERASI RAWAT JALAN AMBULATORY ANESTHESIA / ONE - DAY CARE ANESTHESIA / ANESTESI UNTUK OPERASI RAWAT JALAN DEFINISI Anestesi pada pasien rawat jalan adalah anestesi yang dilakukan pada pasien yang berobat jalan ke rumah sakit

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA PASIEN CEDERA OTAK

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA PASIEN CEDERA OTAK STUDI PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA PASIEN CEDERA OTAK (Penelitian dilakukan di ROI IRD dan IRNA Bedah F RSUD Dr. Soetomo Surabaya) NATASHA ERA RADITA NIM: 051111052 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini dikarenakan memiliki waktu mula kerja, durasi dan waktu pulih sadar yang singkat. 1,2 Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara infasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. cara infasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan merupakan semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara infasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidajat & Win de

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua proses persalinan negara negara berkembang.

Lebih terperinci

Prosedur Penilaian Pasca Sedasi

Prosedur Penilaian Pasca Sedasi Prosedur Penilaian Pasca Sedasi Revisi STANDART Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang PENGERTIAN : Penilaian kondisi pasien yang sudah tidak terpengaruh obat anastesi. TUJUAN : Memberikan pelayanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya yaitu bedah kardiovaskuler,

Lebih terperinci

BAB 1 1. PENDAHULUAN

BAB 1 1. PENDAHULUAN BAB 1 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penanganan nyeri paska bedah yang efektif adalah penting untuk perawatan pasien yang mendapat tindakan pembedahan. Penanganan nyeri yang efektif dengan efek samping

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pasien-pasien mata umumnya memiliki risiko khusus terhadap tindakan anestesi. Pasien biasanya datang dengan umur yang ekstrim, sangat muda atau justru sangat tua. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propofol telah digunakan secara luas untuk induksi dan pemeliharaan dalam anestesi umum. Obat ini mempunyai banyak keuntungan seperti mula aksi yang cepat dan pemulihan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TRAMADOL DENGAN KOMBINASI TRAMADOL + KETOLORAC PADA PENANGANAN NYERI PASCA SEKSIO SESAREA

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TRAMADOL DENGAN KOMBINASI TRAMADOL + KETOLORAC PADA PENANGANAN NYERI PASCA SEKSIO SESAREA PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TRAMADOL DENGAN KOMBINASI TRAMADOL + KETOLORAC PADA PENANGANAN NYERI PASCA SEKSIO SESAREA 1 Ayu Y.S Fajarini 2 Lucky Kumaat, 2 Mordekhai Laihad 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit pada penderita diare sering disebabkan oleh diare itu sendiri dan

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Standar PAB.1. Tersedia pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri pascabedah masih merupakan masalah utama bagi penderita karena setelah obat anestesi hilang efeknya, penderita akan merasakan sakit. Saat ini nyeri masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang terjadi oleh apapun penyebabnya yang terjadi dalam 30 hari setelah operasi di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mual muntah pasca operasi atau Post Operative Nausea and Vomiting (PONV)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mual muntah pasca operasi atau Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MUAL MUNTAH PASKA OPERASI Mual muntah pasca operasi atau Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) tidak mengenakkan bagi pasien dan potensial mengganggu penyembuhan paska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang sering terjadi. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens apendisitis akut di Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker menjadi salah satu masalah kesehatan banyak negara di dunia dan termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker menjadi penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan (labor) merupakan suatu proses fisiologis yang dimulai saat munculnya kontraksi uterus yang teratur, yang akan mengakibatkan pembukaan jalan lahir, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anestesi digunakan secara luas dalam bidang kedokteran hewan seperti menghilangkan nyeri dan kesadaran pada tindakan pembedahan, pengendalian hewan (restraint), keperluan

Lebih terperinci

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 2 NOMOR 1, NOVEMBER 2014 PENELITIAN

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 2 NOMOR 1, NOVEMBER 2014 PENELITIAN JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 2 NOMOR 1, NOVEMBER 214 PENELITIAN Stabilitas Hemodinamik Total Intravenous Anesthesia (TIVA) Kontinyu pada Metode Operasi Wanita (MOW) (Perbandingan antara Kombinasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------- i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ------------------------------------- ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI -------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun

BAB I PENDAHULUAN. menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal di luar batas kewajaran (Junaidi, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang jauh. lebih baik. Dari berbagai tindakan medis yang ada,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang jauh. lebih baik. Dari berbagai tindakan medis yang ada, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang jauh lebih baik. Dari berbagai tindakan medis yang ada, tindakan anestesi merupakan tindakan yang berperan penting sebagai

Lebih terperinci

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID :

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kategori Presentasi Klinis Laboratorium ISK non-komplikata akut pada wanita, sistitis non komplikata akut pada wanita Pielonefritis non komplikata akut ISK komplikata

Lebih terperinci

JENIS DOKUMENTASI MR 1

JENIS DOKUMENTASI MR 1 JENIS DOKUMENTASI General consent informed consent pembedahan/tindakan invasif informed consent anestesi/sedasi sedang- berat informed consent transfusi darah/produk darah informed consent tindakan/prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Nyeri bukan hanya suatu modalitas

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar PAB.1. Tersedia pelayanan

Lebih terperinci

SKRIPSI. STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTIEMETIK DALAM MENCEGAH MUAL DAN MUNTAH PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH ORTOPEDI DI RUMKITAL Dr.

SKRIPSI. STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTIEMETIK DALAM MENCEGAH MUAL DAN MUNTAH PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH ORTOPEDI DI RUMKITAL Dr. STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTIEMETIK DALAM MENCEGAH MUAL DAN MUNTAH PASCA OPERASI PADA PASIEN BEDAH ORTOPEDI DI RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA UTRI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT OLEH: LIDYA FITRIANA, SKEP Disampaikan pada Seminar & Workshop Pain Managemen Dalam Akreditasi JCIA versi 2012 Siloam Hospitals Group 13-14 juni 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di bawah tiga tahun rata-rata mengalami 3 episode diare setiap tahun (Kosek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di bawah tiga tahun rata-rata mengalami 3 episode diare setiap tahun (Kosek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian dan kesakitan di negara berkembang, dan penyebab penting dari malnutrisi. Pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anakanak di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit kedua terbanyak setelah stroke (Blum, 2003). Epilepsi disebabkan oleh berbagai etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cholecystolithiasis merupakan pembentukan batu empedu yang berlokasi di kandung empedu. 1 Sekitar 10%-15% penduduk Amerika Serikat memiliki batu empedu. Pembentukan

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTI MUAL DAN MUNTAH PADA PASIEN PASCA OPERASI (Penelitian dilakukan di Gedung Bedah Pusat Terpadu RSUD Dr. Soetomo Surabaya) MUHAMMAD NAZIM EFENDY BIN MD ARIFF NIM: 051211133104

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan kegawatdaruratan bedah abdominal pada bayi dan anak. 1-7 Angka kejadiannya di dunia satu

Lebih terperinci

CLINICAL PATHWAY APENDISITIS AKUT

CLINICAL PATHWAY APENDISITIS AKUT CLINICAL PATHWAY APENDISITIS AKUT No. RM : Nama Pasien : BB : Kg Jenis Kelamin :. TB : cm Tanggal Lahir :. Tgl.Masuk :. Jam :.. Diagnosa Masuk RS :. Tgl.Keluar :. Jam :.. Penyakit Utama :. Kode ICD Lama

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, parasetamol sebagai antipiretik dan analgesik telah digunakan secara luas karena tersedia sebagai golongan obat bebas dan harganya yang relatif murah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita di negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. Sekitar 80% kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai sensasi yang tidak mengenakkan dan biasanya diikuti oleh pengalaman emosi tertentu

Lebih terperinci

Jurnal Anestesiologi Indonesia

Jurnal Anestesiologi Indonesia Stabilitas Hemodinamik Propofol Ketamin Vs Propofol Fentanyl pada Operasi Sterilisasi / Ligasi Tuba : Perbandingan Antara Kombinasi Propofol 2 Mg/Kgbb/Jam Dan Ketamin 0,5mg/Kgbb/Jam Dengan Kombinasi Propofol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Antipiretik digunakan untuk membantu untuk mengembalikan suhu set point ke kondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin E2, yang distimulasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kematian ibu pada tahun 2007 sebesar 248/ kelahiran hidup (Azhari,

PENDAHULUAN. kematian ibu pada tahun 2007 sebesar 248/ kelahiran hidup (Azhari, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan angka kematian ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemberian fentanil intravena sebagai Preemptive Analgesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemberian fentanil intravena sebagai Preemptive Analgesia merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian fentanil intravena sebagai Preemptive Analgesia merupakan suatu tindakan yang sering dilakukan pada anestesi umum untuk mengurangi atau menumpulkan respon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid untuk mendapatkan

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Perbandingan Sensitivitas Spesifisitas Skor Koivuranta Dan Sinclair Sebagai

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Perbandingan Sensitivitas Spesifisitas Skor Koivuranta Dan Sinclair Sebagai Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Saya, Farida Sosiawati mahasiswa D4 Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta akan melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan Sensitivitas Spesifisitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal Disease (SRMD) pada pasien kritis pertama kali muncul lebih dari empat dekade lalu. Beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J PERBEDAAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI BERDASARKAN KATEGORI OPERASI PADA PASIEN BEDAH YANG DIBERIKAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008 SKRIPSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM.. PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM.. PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM.. PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH.... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI i ii iii

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MIDAZOLAM UNTUK PENCEGAHAN MUAL MUNTAH PASCABEDAH PADA PROSEDUR LAPARASKOPI

EFEKTIVITAS MIDAZOLAM UNTUK PENCEGAHAN MUAL MUNTAH PASCABEDAH PADA PROSEDUR LAPARASKOPI 1 EFEKTIVITAS MIDAZOLAM UNTUK PENCEGAHAN MUAL MUNTAH PASCABEDAH PADA PROSEDUR LAPARASKOPI THE EFFECTIVENNESS OF THE MIDAZOLAM FOR PREVENTION OF POSTOPERATIVE NAUSEA VOMITING ON LAPARASCOPIC PROCEDURES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker payudara merupakan salah satu kanker dengan insidensi terbanyak, terutama pada wanita. Perkembangan terapi banyak dilakukan untuk meningkatkan survival

Lebih terperinci