PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

dokumen-dokumen yang mirip
METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau

PEMBAHASAN Penetapan Target

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

= pemanen. Sistem Penunasan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

I. PENDAHULUAN. Buku Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ( BPKPM ) ini merupakan

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010).

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

TEKNIK TANAM MIRING KELAPA SAWIT di LAHAN GAMBUT Pengalaman Replanting di PT. Perkebunan Nusantara IV

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

keja pengendalian gulma secara manual tidak pernah dapat dicapai oleh tenaga kerja, ha1 ini disebabkan oleh kerapatan dan penutupan gulma.

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

MANAJEMEN PEMANENAN DAN PENANGANAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Menurut data Ditjen Perkebunan, areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 17 provinsi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

Transkripsi:

48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan modal dapat berfungsi sesuai dengan yang diinginkan. Unsur manajemen yang dimiliki oleh Teluk Siak Estate, meliputi staf dan karyawan lapangan dan administrasi, modal dan biaya produksi, peralatan dan inventaris perusahaan, prosedur kerja, jadwal kerja, sumberdaya alam, alur birokrasi dan informasi, material pertanian (pupuk, pestisida, herbisida, dan varietas unggul), dan pabrik untuk menampung TBS yang dihasilkan. Seluruh unsur tersebut dikendalikan pada sebuah sistem manajemen Teluk Siak Estate. Sesuai empat fungsi manajemen, maka dalam aspek panen diperlukan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang baik. Perencanaan dalam pemanenan dilakukan ketika tanaman akan beralih dari tanaman belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan perencanaan tersebut diantaranya penentuan jumlah tenaga pemanen, prosedur pelaksanaan, persiapan hancak panen, persiapan akses jalan panen dan perlengkapan panen, sistem administrasi, dan waktu pelaksanaan. Pengorganisasian kegiatan panen dikelola oleh asisten divisi yang bertanggung jawab kepada estate manager. Seorang asisten divisi berhak memilih seorang mandor I sebagai pengawas dan penanggung jawab kegiatan lapangan. Pembagian tugas dan hancak karyawan panen dilakukan oleh mandor panen selain bertugas melakukan pengawasan terhadap anggotanya masing-masing. Setiap individu yang terlibat dalam organisasi panen harus memiliki kemampuan kerjasama dalam tim selain kemampuan teknis di lapangan. Pengarahan dalam menjelaskan strategi untuk mencapai tujuan bersama adalah tanggung jawab manager dan asisten divisi. Seorang pemimpin perlu memiliki integritas dan komunikasi yang baik dalam memberi pengarahan sehingga staf dan karyawan pun paham dan bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Biasanya manager akan memberikan pengarahan terlebih dahulu kepada asisten divisi terkait pencapaian target produksi. Asisten divisi langsung merespon

49 arahan tersebut dengan mengkoordinasikan kepada seluruh karyawan di divisi. Komunikasi yang tidak efektif kepada karyawan dapat menyebabkan pekerjaan tidak terarah sehingga terjadi pemborosan karena biaya yang dikeluarkan tidak mencapai target yang diinginkan. Dalam mempengaruhi karyawannya, seorang asisten dapat melakukan kekuasan ganjaran, yaitu menggunakan imbalan agar karyawan bekerja dengan baik, atau kekuasaan paksaan seperti memberikan sangsi apabila karyawan tidak bekerja dengan baik. Selain itu, karyawan pun dapat dipengaruhi oleh kekuasaan ahli berupa kemampuan teknis, pengalaman, dan kecerdasan teori yang dimiliki seorang pemimpin (Sumardjo, 2010). Pengawasan menjadi fungsi terakhir dalam manajemen agar seluruh perencanaan dan kegiatan dalam mencapai tujuan bersama dapat berjalan secara optimal. Seluruh standar kerja dan prestasi kerja karyawan harus selalu dievaluasi oleh seorang pemimpin. Hal tersebut juga dapat menjadi motivasi karyawan untuk selalu bekerja dengan baik. Pengawasan ini dapat dilakukan dengan melihat laporan administrasi dan melihat langsung kondisi di lapangan. Selain kemampuan teknis dan teori, seorang pemimpin juga harus menguasai permasalahan yang terdapat di lapangan agar dapat segera diambil keputusan atau solusinya. Optimalisasi Produksi Divisi III Teluk Siak Estate mempunyai dua jenis lahan, yaitu lahan mineral dan lahan gambut. Lahan mineral di Divisi III seluas 516.32 ha bertopografi datar hingga bergelombang, sedangkan lahan gambut di Divisi III seluas 418.25 ha. Kelemahan penanaman kelapa sawit dilahan gambut meliputi, bahan organik yang ada belum terhumifikasi lebih lanjut sehingga unsur haranya rendah (Risza, 2010). Selain itu, penanaman kelapa sawit di lahan gambut dapat menyebabkan pohon doyong dan mengganggu proses fotosintesis karena pelepah daun yang saling berimpitan. Kondisi lahan gambut Divisi III yang bergulma dan tergenang air sering menyulitkan para pemanen dalam melakukan kegiatan potong buah dan pengangkutan TBS ke tempat penampungan hasil. Pemeliharaan yang tidak maksimal dalam pengendalian gulma menjadi penyebab terjadinya lahan yang bergulma hingga menyulitkan dalam proses pemanenan. Dalam mengatasi hal

50 tersebut, perusahaan memberikan kebijakan membuat pasar pikul secara mekanis dengan menggunakan excavator. Hal tersebut akan menghasilkan hancak panen lebih bersih dan mudah dilalui oleh pemanen. Pembuatan pasar pikul harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terlalu merusak tanaman sawit. Kerusakan yang timbul berdasarkan pengamatan penulis berupa pelepah yang patah akibat pergerakan excvator. Akan tetapi hal tersebut tidak membuat tanaman mati. Pasar Pikul (kiri) Silt Pit (kanan) Gambar 10. Hasil Akhir Pembuatan Pasar Pikul Mekanis dan Silt Pit di Divisi III Teluk Siak Estate Pembuatan pasar pikul mekanis dapat mengoptimalkan sistem pengawasan dan pemeriksaan hancak panen sehingga losses bisa ditekan. Lubang bekas galian di antara pohon sawit dapat menjadi silt pit sebagai konservasi air dan tanah. Pada Gambar 10 terlihat bahwa akan ada jalan untuk pemanen melakukan kegiatan pemanenan dan ada silt pit di antara dua pohon. Produksi tandan buah segar kelapa sawit yang diperoleh di Divisi III Teluk Siak Estate selama November 2011 hingga Maret 2012 tidak mencapai budget yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor tenaga pemanen dan curah hujan yang mempengaruhi kondisi areal panen. Salah satu kendala dari kondisi areal adalah masih terdapat beberapa blok yang rawan terkena banjir. Dalam menjaga kebutuhan air dan mengatasi areal yang tergenang air, perusahaan juga membuat pintu pengatur air (watergate). Blok rawan banjir tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Pengaturan drainase memang harus dibuat secara baik terutama pada areal gambut yang berkarakter mudah tersubsiden. Berdasarkan Tabel 4, pada bulan November 2011-Maret 2012 hampir setiap bulan terjadi banjir di sebagian blok tanaman menghasilkan. Curah hujan yang relatif

51 tinggi pada bulan November, Desember, dan Maret menyebabkan sebagian areal panen tergenang air. Menurut Setyamidjaja (2006) curah hujan optimum kelapa sawit berkisar 167-250 mm/bulan. Dengan curah hujan yang cukup tinggi antara 100-290 mm/bulan seharusnya produksi bisa lebih optimal. Penurunan produksi akibat banjir juga dapat menyebabkan berkurangnya O 2 yang tersedia di dalam tanah sehingga dapat mengganggu proses respirasi tanaman. Banjir yang terjadi bersifat temporer dan dapat terjadi selama 30 hari. Fungsi watergate dapat menjadi saluran pembuangan air ketika terjadi hujan sehingga tidak ada lagi areal yang tergenang. Hal tersebut sudah sesuai dengan pendapat Risza (2010) yang menyatakan jika frekuensi banjir termasuk kategori 3, yaitu daerah yang dalam satu tahun mengalami banjir lebih dari satu bulan secara teratur lebih dari 24 jam, maka perlu dibuat pintu air. Pintu air akan dibuka ketika tinggi permukaan air sungai di bawah permukaan areal kebun. Pembuatan benteng penahan pun sudah dilakukan agar luapan air tidak masuk ke areal tanaman sawit. Pihak perusahaan, pada masa yang akan datang akan mengajukan proyek pendalaman sungai sehingga air di dalam areal dapat dengan mudah dialirkan menuju Sungai Gasip. Model pintu pengatur air (watergate) di Divisi III dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Pintu Pengatur Air (Watergate) di Divisi III Teluk Siak Estate Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga kerja harus mempertimbangkan luas areal dan kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat terselesaikan dengan baik. Sesuai sistem block harvesting system yang diterapkan, para pemanen sudah memiliki hancak tetap masing-masing yang sudah diatur oleh mandor panen. Jumlah tenaga pemanen hingga bulan Maret 2012 sebanyak 51 orang yang berada di tiga

52 kemandoran. Luas area tanaman menghasilkan di Divisi III yang dapat dilakukan panen adalah 934.57 ha. Setiap pemanen idealnya memiliki hancak tetap seluas 3 ha 3.5 ha setiap hari. Perhitungan kebutuhan tenaga pemanen Divisi III seperti berikut: Luas areal TM = 934.57 ha Jumlah tenaga panen Mei 2012 = 51 orang Tenaga dibutuhkan = (934.57/18) + ((934.57/18)x10%) = 57 orang Kekurangan tenaga panen = 6 orang Tenaga belajar panen = 3 orang Rasio tenaga kerja di Divisi III Teluk Siak Estate berkisar 1:18, artinya setiap pemanen memiliki areal panen seluas 18 ha selama satu rotasi panen. Jumlah dasar tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk memenuhi rasio 1:18 adalah sejumlah 52 orang. Sisanya, sebanyak 10% dari jumlah kebutuhan utama tenaga pemanen merupakan cadangan apabila dalam keseharian terdapat pemanen yang tidak masuk kerja ataupun produksi buah sedang meningkat. Apabila terjadi kelebihan tenaga, maka kelebihannya akan dialihkan pekerjaan rawat hancak. Selain kuantitas dari kebutuhan pemanen, kualitas dari setiap individu pemanen pun perlu menjadi perhatian agar pemanen dapat bekerja secara optimal sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Menurut Fauzi et al. (2007), kebutuhan tenaga pemanen dipengaruhi oleh kerapatan panen, luas hancak yang akan dipanen, kapasitas panen, berat janjang rata-rata, dan populasi per blok. Pengamatan kebutuhan tenaga pemanen harian dapat dilihat pada Tabel 12. Perhitungan kebutuhan tenaga pemanen adalah sebagai berikut: Tenaga pemanen = Keterangan : A = Luas hancak yang akan dipanen (ha) B = Kerapatan panen C = Berat janjang rata-rata (kg) D = Populasi (pohon/ha) E = Kapasitas panen/hk Berdasarkan pengamatan terhadap kebutuhan tenaga kerja harian di 6 seksi panen, diperoleh bahwa terdapat perbedaan antara kebutuhan aktual dengan

53 perhitungan kebutuhan pemanen yang dilakukan penulis. Hal tersebut disebabkan perhitungan yang dilakukan penulis lebih mengoptimalkan basis borong yang diperoleh oleh seorang pemanen dengan strategi memperluas hancak ketika kerapatan panen rendah. Akan tetapi perhitungan tersebut memiliki kelemahan karena kualitas tenga pemanen yang kurang disiplin dan faktor usia pemanen yang mempengaruhi penyelesaian hancak panen. Perolehan produksi pun diharapkan lebih meningkat dibandingkan taksasi dengan tenaga panen aktual yang dipekerjakan. Kualitas Mutu Buah Panen Dalam memperoleh kadar minyak yang optimal dan berkualitas dibutuhkan tingkat kematangan yang sesuai ketika dilakukan kegiatan panen. Teluk Siak Estate menetapkan tandan buah sawit yang matang dan layak panen ditandai dengan jumlah brondolan lebih dari lima butir per tandan. Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang kondisinya memberikan kuantitas dan kualitas minyak yang maksimal. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) menyatakan bahwa seminggu sebelum titik tepat panen, kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai sekitar 73% dari potensinya. Artinya, sisa 27% dari proses konversi terjadi hanya dalam waktu satu minggu terakhir dari proses pematangan. Dengan demikian, bila buah dipanen satu minggu sebelum tepat matang, perusahaan akan kehilangan 27% dari potensi produksinya. Pengawasan proses pemanenan harus berjalan secara optimal agar tidak ada pemanen yang curang memotong buah mentah untuk menaikkan berat basis yang diperolehnya. Hasil pengamatan mutu buah yang dilakukan penulis pada Tabel 15 menunjukkan bahwa tidak ada buah mentah yang dipanen oleh pemanen dan persentase kematangan buah mencapai 96.09% di Kemandoran I, 95.32% di Kemandoran II, dan 96.53% di Kemandoran III. Persentase tersebut masih sesuai dengan standar perusahaan yaitu buah matang lebih dari 95%, tetapi persentase tersebut masih belum sesuai dengan target Strategic Operating Unit (SOU 16) PT Aneka Intipersada dengan standar lebih dari 97% buah matang. Buah mentah yang ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan harus dibelah menjadi empat

54 bagian sebagai tanda bahwa buah tersebut sudah dilakukan penindakan di lapangan dan tidak lagi dimasukkan dalam grading di pabrik kelapa sawit. Tingkat kematangan tandan buah segar kelapa sawit akan mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Komponen kualitas minyak kelapa sawit diukur berdasarkan tingkat asam lemak bebas. Menurut Setyamidjaja (2006) kualitas minyak kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh lama penyimpanan, suhu, benturan dan pelukaan buah dan tingkat kematangan. Selanjutnya Hatley (1997) menambahkan benturan dapat memecahkan vakuola sehingga minyak yang terkandung di dalamnya akan bereaksi dengan enzim lipase dan membentuk asam lemak bebas. Tabel 16 menunjukkan bahwa kandungan asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh Teluk Siak Factory memiliki kadar 2.81 persen. Hasil tersebut sudah mencapai target perusahaan sebesar kurang dari 3 persen. Selain merugikan dari segi kualitas, kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak juga akan menambah biaya untuk memurnikan minyak melalui proses netralisasi dengan mereaksikannya terhadap larutan basa (NaOH dan Na 2 CO 3 ) atau dengan proses penyulingan (Ketaren, 1986). Secara kuantitas, produksi dianggap optimal apabila mencapai rendemen minyak yang tinggi. Hal tersebut dapat diperoleh dari kematangan TBS yang optimal dan proses ekstraksi minyak di pabrik kelapa sawit. Dalam menjaga kualitas baik dari kebun hingga ke pabrik PT Aneka Intipersada membentuk tim gugus kendali mutu. Tim tersebut akan bertugas mengontrol dan mengawasi seluruh kegiatan di kebun hingga pengolahan di pabrik. Seluruh permasalahan yang ada akan menjadi kajian dalam rapat SOU 16 bulanan. Strategic Operating Unit (SOU 16) merupakan wadah diskusi yang dilakukan oleh seluruh staf PT Aneka Intipersada dalam menentukan strategi dan target bulanan dan tahunan untuk meningkatkan hasil produksi yang berkualitas. Kerapatan dan Rotasi Panen Rotasi panen akan mempengaruhi sebaran tandan buah segar yang matang atau kerapatan panen kelapa sawit. Teluk Siak Estate menggunakan rotasi 6/7, artinya dalam tujuh hari terdapat enam hari panen. Hal tersebut bisa berubah jika manajemen divisi sedang melakukan kontanan untuk mendapatkan produksi yang

55 telah ditargetkan perusahaan. Kontanan adalah kegiatan panen tandan buah segar kelapa sawit pada hari libur yang pembayarannya menggunakan premi sebesar Rp 50,00 per kg tandan buah segar. Dampak dari kontanan biasanya akan mempercepat rotasi di beberapa blok, sehingga agar rotasi panen normal kembali tenaga pemanen pada blok tersebut akan disalurkan ke blok lain yang memiliki potensi buah banyak untuk membantu pemanen lainnya. Kontanan juga bisa dilakukan pada blok yang rotasinya terlambat. Keterlambatan rotasi di Divisi III biasanya tidak melebihi dari 8 hari interval panen. Menurut Sunarko (2007), pada panen permulaan, biasanya interval panen 15 hari, selanjutnya 10 hari, dan terakhir 7 hari. Setiap hari seorang mandor panen harus memeriksa angka kerapatan panen pada areal yang akan dipanen besok. Angka kerapatan panen akan menjadi dugaan sebaran buah matang dan perkiraan tonase buah yang dapat diperoleh sehingga dapat dihitung jumlah tenaga panen dan transportasi yang dibutuhkan. Pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa angka kerapatan panen antara tahun tanam 1994 dengan tahun tanam 1997 tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf 5 persen. Artinya perbedaan tahun tanam dengan selisih tiga tahun tidak berpengaruh terhadap angka kerapatan panen, walaupun berdasarkan hasil ratarata perhitungan menunjukkan perbedaan hasil. Pada pengataman terhadap perbedaan lahan antara gambut dan mineral dengan tahun tanam 1998 tidak menunjukkan perbedaan nyata berdasarkan uji t- student pada taraf 5 persen. Artinya, perbedaan lahan tidak berpengaruh terhadap angka kerapatan panen walaupun berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan perbedaan. Penentuan dosis pupuk melalui kegiatan leaf sampling unit menjadi kegiatan penting agar setiap pohon mendapatkan unsur hara yang sesuai pada masing-masing areal.