HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 2 SEPTEMBER 2014 ISSN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENGARUH PEMUPUKAN P DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA NINDYTA AGUSTINA SIAGIAN A

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

Lampiran 1. Analisis Ragam Peubah Tinggi Tanaman Tebu Sumber Keragaman. db JK KT F Hitung Pr > F

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Tata Cara penelitian

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa tanah yang digunakan sebagai media tanam polybag memiliki kandungan C- organik, N-total, dan unsur P-tersedia yang tergolong sedang,sedangkan ketersediaan K dalam kondisi yang sangat tinggi. Derajat kemasaman (ph) pada tanah penelitian sebesar 5.6 dan tergolong agak masam.analisis sifat fisik tanah menunjukkan kandungan pasir 8.16 %, debu 20.6 %, dan liat 71.23 % (Lampiran1). Lubis (1992) menyebutkan bahwa kisaran ph tanah yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 5 5.5. Dengan demikian, ph tanahpada penelitian mendekati ph optimum pada pertumbuhan kelapa sawit. Penilaian status hara tersebut didasarkan pada kriteria penilaian status hara dari Puslitan tahun 1983. Kriteria penilaian status hara dapat dilihat pada Lampiran2. Data sekunder yang diperoleh dari BMKG (2012) menunjukkan bahwa kondisi suhu udara rata-rata selama penelitian antara 25.1-26.2 0 C, rentang suhu tersebut merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit. Curah hujan pada saat penelitian berkisar 272 548 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret.Hari hujan selama 6 bulan berkisar 21 28 hari dengan rata-rata 25 hari/bulan.lama penyinaran selama penelitian berkisar 28 61 % dan intensitas penyinaran matahari 224 457.7 cal/cm 2. Data iklim selama penelitian disajikan pada Lampiran3. Selama penelitian berlangsung ditemukan beberapa hama yang menyerang tanaman antara lain belalang (Valanga nigricornisburm.), ulat api(setora nitenswalk.),dan kutu daun Aphids. Serangan V. nigricornisterjadi saattanaman berumur 8-12 MST.Serangan mengakibatkan adanya bekas gigitan yang tidak merata pada daun (Lampiran12 a). Tingat serangan yang terjadi masih rendah, sehingga tidak semua tanaman mengalami kerusakan daun. AsalV.nigricornisyang

17 menyerang pada tanaman penelitian diduga berasal dari lahan sekitar pembibitan yang bergulma. Serangan hama lain yang terjadi pada tanaman saat penelitian adalah hamas. nitens. Serangan ini terjadi padasaat tanaman berumur 16 MST, tetapi S.nitensyang ditemukan masih dalam bentuk kokon atau larva dengan tingkat serangan yang masih rendah. LarvaS. nitens banyak menempel pada bagian belakang daun (Lampiran12 b). Kutu daun Aphids ditemukan saat awal pertumbuhan (0 MST). Kutu daun Aphidsmenempel pada bagian helaian daun, pucuk, dan leher akar (Lampiran12c). Selain ditemukan kutudaun Aphids, ditemukan juga semutdalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini dijelaskan oleh Lubis (1992) bahwa akar muda tanaman yang diserang oleh hama kutu daun Aphids akan bersimbiosis dengan semut. Tindakan pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan melakukan penyemprotan pestisida. Bahan aktif yang digunakan pada insektisida adalah deltamethrin, sedangkan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb80 %. Setelah aplikasi penyemprotan tingkat serangan hama pada pembibitan dapatteratasi. Pertumbuhan Morfologi Tanaman Tinggi bibit. Pertumbuhan tinggi bibit dari 0 MST hingga 24 MST dapat dilihat pada Gambar 1. Tinggi bibit meningkat dari 30.52 cm menjadi 87.62 cm dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 31 % per bulan. Rata-rata pertumbuhan tinggi bibit pada awal-awal bulan (0 MST 8 MST) masih kecil yaitu sebesar 14.3 % per bulan.tetapi, pada bulan-bulan berikutnya pertumbuhan tinggi tanaman meningkat pesat saat tanaman berumur 8 MST hingga 24 MST dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 21 % per bulan. Rata-rata pertumbuhan tinggi bibit dari 0 MST 24 MST disajikan pada Lampiran 10.

18 Tinggi tanaman (cm) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 74.38 ± 4.0 87.62 ± 4.6 50.35 ± 3.4 61.39 ± 3.1 34.3 ± 2.6 39.26 ± 3.0 30.52 ± 2.4 0 4 8 12 16 20 24 Umur (MST) Gambar 1. Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada Umur 0 24MST Jumlah daun. Pertumbuhan jumlah daun dari 0 24 MST disajikan pada Tabel 3. Jumlah daun meningkat dari 4.2 hingga 13.7 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 37.70 % per bulan. Rata rata penambahan jumlah daun per bulan sebanyak dua daun, sehingga peningkatan jumlah daun di setiap bulannya cenderung stabil. Tabel3. Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada 0 24 MST Umur Jumlah Daun Rata rata Pertumbuhan (MST) (helai) (%) 0 4.2 ± 0.2-4 6.2 ± 0.3 47.6 8 7.6 ± 0.4 22.6 12 9.3 ± 0.3 22.4 16 11.2 ± 0.4 20.4 20 12.7 ± 0.5 13.4 24 13.7 ± 0.4 7.90 Diameter batang.pertumbuhan diameter batang bibit dapat dilihat pada Gambar 2. Diameter batang meningkat dari 1.03 cm menjadi 4.06 cm dengan ratarata pertumbuhan 49 % per bulan. Pertumbuhan diameter batangselama 6 bulan pengamatan tidak stabil. Peningkatan diameter batang lebih cenderung meningkat tajam pada saat 12 MST hingga 20 MST dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 58

19 % per bulan, lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan dari 0 12 MST sebesar 36 % per bulan. Selain itu, pertumbuhan diameter batang cenderung menurun pada 24 MST dengan rata-rata pertumbuhan 6.30 % (Lampiran 11). Diameter batang (cm) 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 3.82 ± 0.30 4.06 ± 0.20 1.77 ± 0.10 2.68 ± 0.20 1.26 ± 0.10 1.58 ± 0.20 1.03 ± 0.08 0 4 8 12 16 20 24 Umur (MST) Gambar2. Pertumbuhan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit pada 0 24MST Perkembangan Fisiologi Tanaman Pengamatan perkembangan fisiologi tanaman dilakukan pada peubah tingkat kehijauan daun pada umur tanaman 20 MST dan 24 MST.Tingkat kehijauan daun diukur berdasarkan jumlah kandungan klorofil pada daun. Hasil pengamatan menunjukkan peningkatkan jumlah klorofil daundari 0.0357 menjadi 0.0408 dengan rata-rata perkembangan 14.3 % (Tabel 4). Tabel4. Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit pada 20 MST dan 24 MST Umur Jumlah Klorofil Daun (mg/cm 2) Rata- rata Perkembangan (%) 20 0.0357± 4.1-24 0.0408± 3.2 14.3 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

20 Rekapitulasi hasil sidik ragam pada perlakuan dosis pupuk P dan K terhadap berbagai peubah tanaman yang diamati dapat dilihat pada Tabel5.Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa bibit yang digunakan pada penelitian ini sudah seragam, terlihat dari nilai koefisien keragaman yang kecil pada awal bulan sebelum aplikasi pemupukan (0 MST) dan terus seragam pada bulan bulan berikutnya. Hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 5, 6, 7, dan 8. Tabel5. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah Klorofil DaunSaat Umur 0 24 MST Umur (MST) Jenis Pupuk P K P x K Koefisien Keragaman Tinggi Tanaman 0 tn tn * 7.15 4 tn tn tn 6.61 8 tn tn tn 7.34 12 tn tn tn 6.61 16 tn tn tn 6.13 20 tn tn tn 6.00 24 tn tn tn 5.55 Jumlah Daun 0 tn tn tn 6.74 4 tn tn tn 5.05 8 tn tn tn 5.26 12 tn tn tn 3.48 16 tn tn tn 3.14 20 tn tn tn 3.90 24 tn tn tn 3.21 Diameter Batang 0 tn tn tn 9.16 4 tn tn tn 10.63 8 tn tn tn 11.94 12 tn tn tn 7.13 16 tn ** * 6.16 20 tn * ** 5.88 24 tn * tn 6.02 Jumlah Klorofil Daun 20 tn tn tn 7.41 24 tn tn tn 5.35 Keterangan : * =nyata pada taraf 5 %, ** = sangat nyata pada taraf 1%, tn =tidak nyata Pengaruh Pupuk Perlakuan terhadap Morfologi dan Fisiologi Tanaman

21 Pengaruh P. Hasil uji F menunjukkan pemberian P tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua peubah tanaman yang diamati hingga akhir pengamatan.hal ini dapat dilihat berdasarkan peningkatan masingmasing nilai peubah yang diamati tidak ada perbedaan antar perlakuanseiring peningkatan dosis pupuk P yang diberikan (Tabel 6.) Tabel 6. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah Klorofil Daun terhadap Pemupukan P pada 0 24 MST Dosis Pupuk Umur (MST) (g/tanaman) 0 4 8 12 16 20 24 Tinggi Tanaman (cm) 0 30.74 33.80 38.72 50.33 60.85 73.75 86.04 3 30.53 34.77 39.11 51.00 61.48 74.80 88.05 6 30.77 35.03 39.83 49.92 61.73 74.27 87.92 12 30.03 33.62 39.37 50.13 61.50 74.72 88.46 Jumlah Daun (helai) 0 4.3 6.2 7.6 9.3 11.3 12.8 13.9 3 4.1 6.1 7.7 9.3 11.0 12.5 13.7 6 4.2 6.1 7.6 9.3 11.3 12.8 13.6 12 4.2 6.1 7.6 9.5 11.2 12.9 13.6 Diameter Batang (cm) 0 1.06 1.29 1.63 1.79 2.57 3.68 4.03 3 1.04 1.31 1.52 1.74 2.73 3.80 4.07 6 1.01 1.22 1.57 1.76 2.72 3.88 3.99 12 0.99 1.21 1.61 1.79 2.70 3.81 4.18 Jumlah Klorofil Daun (mg/cm 2 ) 0 - - - - - 0.0352 0.0407 3 - - - - - 0.0347 0.0403 6 - - - - - 0.0360 0.0409 12 - - - - - 0.0363 0.0414 Keterangan : (-) tidak diamati Pengaruh K. Perlakuan dosis pupuk K tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua peubah sampai akhir pengamatan kecuali pada diameter batang bibit saat berumur 24 MST. Secara keseluruhan pemberian taraf dosis pupuk K tidak menunjukkan perbedaan dalam peningkatan diameter batang bibit (Tabel 7). Tabel7. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, dan Jumlah Klorofil Daun terhadap Pemupukan K pada 0 24 MST

22 Umur (MST) 0 4 8 12 16 20 24 Tinggi Tanaman (cm) 0 29.79 33.45 38.87 49.28 60.53 73.31 85.86 9 30.63 33.58 37.51 49.35 60.14 73.91 86.79 18 31.25 35.52 40.10 51.27 62.42 75.12 88.61 36 30.40 34.67 40.55 51.49 62.46 75.11 89.13 Dosis Pupuk (g/tanaman) Helai Daun (helai) 0 4.2 6.2 7.5 9.3 11.3 12.6 13.6 9 4.3 6.1 7.4 9.2 11.0 12.7 13.6 18 4.1 6.1 7.8 9.4 11.3 12.8 13.8 36 4.1 6.1 7.6 9.5 11.2 12.8 13.8 Diameter Batang (cm) 0 1.03 1.26 1.58 1.77 2.56 3.65 3.94 9 1.02 1.23 1.50 1.73 2.63 3.89 4.25 18 1.06 1.28 1.61 1.78 2.79 3.87 4.01 36 0.10 1.25 1.62 1.78 2.75 3.87 4.06 Jumlah Klorofil Daun (mg/cm 2 ) 0 - - - - 0.0352 0.0407 9 - - - - 0.0347 0.0403 18 - - - - 0.0360 0.0409 36 - - - - 0.0363 0.0414 Keterangan : (-) tidak diamati Hasil uji lanjut Kontras Polynomial Ortogonal menunjukkan adanya respon diameter batang secara kuadratik terhadap taraf dosis K yang diberikan pada 24 MST. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Ky = - 0.0054x 2 + 0.0557x + 3.9973 dengan R 2 = 0.2816. Pemberian dosis hingga5 g K/tanaman meningkatkan diameter batang tanaman, sedangkan pemberian dosis K pada peningkatan taraf berikutnya cenderung menurunkan pertumbuhan diameter batang(gambar 3).

23 Diameter Batang (cm) 4.16 4.14 4.12 4.10 4.08 4.06 4.04 4.02 4.00 3.98 0.00 2.50 5.00 7.50 10.00 12.50 Dosis K (g) K y = - 0.0054x 2 + 0.0557x + 3.9973 R 2 = 0.2816 Gambar 3. Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit terhadap Dosis Pupuk K pada Umur 24MST Kombinasi P dan K Hasil analisis statistik uji F menunjukkan bahwa interaksi P dan K tidak berbeda nyata pada semua peubah yang diamati kecuali peubah diameter batang pada umur16 MST dan berbeda sangat nyata pada 20 MST. Hasil uji regresidiperoleh dua persamaan regresi bergandapada saat tanaman berumur 16 MST yaitu PK y = 2.37 + 0.860 P + 0.138 K 0.0886 PK 0.603 P 2 0.0118 K 2, R 2 = 0.22 dan saat umur 20 MST PK y = 3.40 + 0.755 P + 0.108 K 0.0525 PK 0.284 P 2 0.00511 K 2, R 2 = 0.26. Optimasi Pemupukan Respon diameter batang tanaman terhadap pemupukan menghasilkan beberapa persamaan baik respon terhadap pupuk tunggal K maupun terhadap kombinasi kedua pupuk P dan K. Berdasarkan hasil persamaan-persamaan tersebut dapat ditentukan dosis optimum bagi masing-masing pupuk. Saat tanaman memasuki umur 16 MST, terdapat interaksi antara P dan K. Dosis kombinasi optimum P dan K berdasarkan dari persamaan regresi berganda yang diperolehadalah 0.64 g P/ tanaman dan 2.09 g K/tanaman. Tanaman pada umur 20 MST juga diperoleh suatu hubungan interaksi dengandosis kombinasi optimum 1.24 g P/ tanaman dan 5.43 g K/tanaman.Hasil persaman regresi

kuadratik yang berasal dari respon diameter batang terhadap K pada umur 24 MST diperoleh dosis optimum K sebesar 5.16 g K/tanaman (Tabel8). 24 Tabel8.Dosis Optimum P dan K berdasarkan Diameter Batang BibitKelapa Sawit Umur Dosis Optimum (g)/tanaman Persamaan (MST) P K 4 - - - 8 - - - 12 - - - 16 y = 2.37 + 0.860 P + 0.138 K 0.0886 PK 0.603 P 2 0.0118 K 2 0.64 2.09 20 y = 3.40 + 0.755 P + 0.108 K 0.0525 PK 0.284 P 2 0.00511 K 2 1.24 5.43 24 y = - 0.0525K 2 + 0.0557K + 3.9973-5.16 Pembahasan Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman selama enam bulan pengamatan menunjukkan pertumbuhan yang normal. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan di setiap bulannya. Bila diperhatikan berdasarkan bentuk grafik, masing-masing peubah tersebut mengikuti bentuk pola pertumbuhan sigmoid. Menurut Harjadi (1996) pengertian pertumbuhan adalah penambahan ukuran yang tidak dapat balik dan mencerminkan pertambahan protoplasma di dalam sel. Pertumbuhan sel tersebut terdiridari 3 fase yaitu lag phase, exponential phase, dan stationary phase. Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa pada permulaan pertumbuhan (lag phase) terjadi pertambahan ukuran sel yang kecil, setelah itu disusul dengan pertambahan pertumbuhan yang cepat sekali selama waktu tertentu (exponential phase), kemudian kecepatannya berkurang dan cenderung stabil (stationary phase), lalu pertumbuhan menjadi terhenti. Pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang di awal pertumbuhan cenderung lambat, lalu meningkat tajam pada bulan-bulan berikutnya. Selain itu, terdapat titik tertentu dimana pertumbuhan menurun dan dapat ditunjukkan pada pertumbuhan diameter batang saat umur 24 MST.

25 Pertumbuhan yang normal untuk masing-masing peubah selama enam bulan diduga karena adanya pengaruh penambahan pupuk organik (kompos pupuk kandang) dan kecukupan air. Awal pertumbuhan menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang lambat, hal ini karena pupuk organikmembutuhkan perombakan di dalam tanah sebelum dapat digunakan langsung oleh tanaman. Selain itu, bibit merupakan hasil pemindahan dari pembibitan awaldan sekaligus ditanam pada media tanam yang berbeda, sehingga butuh penyesuaian awal bagi bibit kelapa sawit terhadap media tumbuhnya. Curah hujan selama penelitian berkisar 272 548 mm/bulan dengan ratarata hari hujan sebanyak 25 hari/bulan. Kondisi cuaca tersebut sudah menjamin kecukupan air bagi pertumbuhan bibit kelapa sawit selama penelitian berlangsung.menurut Lubis (1992) air merupakan kebutuhan utama dalam pembibitan karena sangat diperlukan dalam proses fisiologis. Bila dibandingkan dengan standar bibit yang dikeluarkan oleh PT Dami Mas sebagai produsen benih kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian, kondisi bibit pada penelitian masih di bawah standar (Tabel 1).Standar tinggi tanaman PT Dami Mas 19 % lebih besar dibandingkan dengan tinggi tanaman yang diperoleh pada penelitian, untuk jumlah daun 37.2 % lebih besar dibandingkan dengan penelitian, sedangkan standar diameter batang tanaman PT Dami Mas 87 % lebih besar dibandingkan diameter batang tanaman pada penelitian.sehingga secara keseluruhan bibit kelapa sawit PT Dami Mas48 % lebih besar dibandingkan dengan bibit pada penelitian.hal ini diduga karena adanya perbedaan dalam aplikasi pemberian baik waktu, jenis maupun jumlah pupuk yang digunakan. Tingkat kehijauan daun diukur menggunakan alat SPAD 502 Plus Chlorophyllmeter. Prinsip alat ini adalah mencatat tingkat kehijauan daun dan jumlah relatif molekul klorofil yang ada di daun dalam satu nilai berdasarkan jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh daun (Konica Minolta, 1989). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah klorofil. Peningkatantingkat kehijauan daun menunjukkan peningkatan jumlah klorofil pada daun. Dengan demikian, semakin banyak jumlah klorofil pada daun, maka laju fotosintesis

26 semakin meningkat. Fotosintesis yang berjalan semakin baik akan berdampak pada pertumbuhan tanaman yang akan semakin baik juga. Perlakuan dosis P terhadap semua peubah tanaman tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Selain itu secara penampakan di lapang masing-masing perlakuan cenderung memiliki keragaan yang tidak jauh berbeda. Hal tersebut diduga karena ketersediaan P dalam tanah tergolong sedang sehingga pemberian pupuk P tidak begitu berpengaruh. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soepartini et al. (1994) bahwa makin rendah kandungan P dalam tanah, maka makin banyak diperlukan pupuk. Sedangkan semakin tinggi P dalam tanah, maka tanah tersebut semakin tidak memerlukan pupuk SP-36. Di sini menunjukkan bahwa ketersedian P di dalam tanah sudah mencukupi kebutuhan tanaman. Beberapa penelitian mengenai pemupukan P dari penelitian yang sudah ada kebanyakan tidak berpengaruh nyata. Terdapat dugaan yang dikemukakan oleh Wachjar et al. (2002) bahwa pupuk P pada berbagai dosis tidak berbeda nyata karena adanya keterbatasan gerakan ion fosfat dalam tanah dan gerakan P di titik penempatan pupuk umumya juga terbatas. Selain itu, yang menjadi kendala dalam pemupukan adalah karakteristik unsur P itu sendiri yaitu kemampuan daya larut dalam tanah rendah. Kendala yang dialami saat penelitian adalah tidak adanya pengamatan terhadap akar, dimana akar merupakan indikasi dari pengaruh pemupukan P. Hal ini disebabkan bibit kelapa sawit masih digunakan sampai penanaman di lapang. Fungsi utama P adalah membantu dalam pembentukan akar tanaman. Di sisi lain, pertumbuhan akar pada bibit kelapa sawit sangat menentukan kelanjutan pertumbuhan tanaman kelapa sawit ketika sudah ditanam di lapang. Sehingga, pada penelitian ini belum sepenuhnya dapat dikatakan bahwa pemupukan P tidak memberikan pengaruh yang nyata. Dengan demikian, masih dibutuhkan penelitian lanjutan untuk membuktikan pengaruh pemberian pupuk P terhadap pertumbuhan akar bibit kelapa sawit. Pemberian pupuk K hanya berpengaruh secara kuadratik terhadap diameter batang di akhir pengamatan (24 MST) dan selebihnya tidak. Hal tersebut diduga terdapat kesamaan dengan P yaitu ketersediaan K yang sangat tinggi

27 menyebabkan pemberian pupuk tidak berpengaruh.pemberian dosis pupuk K sebesar 5 g K/tanaman meningkatkan diameter batang tanaman, tetapi pada peningkatan dosis selanjutnya cenderung menurun, yang berarti peningkatan dosis berikutnya sudah menurunkan pertumbuhan tanaman karena sudah melebihi kebutuhan optimum K pada tanaman.pemberian K yang berlebih akan menurunkan serapan hara Ca dan Mg yang pada akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Safuan et al., 2011). Pengaruh interaksi P dan K terhadap diameter batang pada 16 dan 20 MST dapat diperoleh perimbangan kombinasi pupuk P dan K yang optimum. Unsurunsur hara yang berperan dalam menunjangnya pertumbuhan tanaman tidak dapat bekerja secara sendiri. Masing-masing unsur memerlukan keterlibatan unsurunsur lain dalam membantu peranannya. Hubungan P dan K saling terkait dalam penyerapan hara. Ispandi dan Munip (2004) menjelaskan bahwa P berperan dalam membantu penyerapan unsur hara lain di dalam tanah termasuk hara K. Ketersedian hara P yang cukup akan membantu dalam penyerapan hara K dalam tanah. Dibb (1998) mengemukakan salah satu peran K bagi tanaman adalah memproduksi ATP. Hal ini terkait dengan salah satu peran P yaitu sebagai penyimpan energi. Dengan demikian, semakin tinggi ATP yang diproduksi oleh K, maka semakin tinggi penyimpanan energi yang dapat dilakukan oleh P. Penentuan optimasi pemupukan dapat memberikan gambaran secara kasar dan cepat terhadap penentuan rekomendasi pupuk (Alviana dan Susila, 2009). Berdasarkan persamaan regresi kuadratik dapat diperoleh dosis optimum untuk K, sedangkan dari persamaan regresi berganda dapat diperoleh dosis kombinasi optimum untuk P dan K. Dengan demikian, untuk mencari dosis optimum dapat dilakukan dengan cara mengetahui bentuk respon tanaman terhadap kedua pemupukan tersebut. Dosis optimum P dan K diharapkan diperoleh pada setiap bulannya. Tetapi, pada penelitian ini tidak diperoleh dosis optimum yang diinginkan. Hal ini karena dosis optimum P dan Kdapat ditentukan hanya pada bulan-bulan tertentu saja. Sehingga, penentuan dosis optimum pada pembibitan utama kelapa sawit belum tercapai. Namun, dosis optimum yang diperoleh dari penelitian ini dapat

28 menjadi acuan untuk penentuan dosis optimum selanjutnya. Bila dosis optimum ditentukan pada kondisi media tanam tanpa penambahan pupuk organik, maka dosis optimum yang diperoleh akan lebih besar daripada dosis optimum yang diperoleh pada penelitian ini. Secara umum penambahan pupuk organik yang diberikan pada penelitian ini memberikan pengaruh dominan terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit selama penelitian. Fungsi pupuk organik dijelaskan oleh Sugiyanta et al. (2008) bahwa fungsi pupuk organik adalah sebagai kunci mekanistik untuk suplai unsur hara. Bahan organik yang diberikan dalam tanah akan membantu dalam menambah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sepanjang siklus hidupnya.