BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Populasi Penduduk Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN URBAN COMPACTNESS DENGAN POLA PERGERAKAN PENDUDUK KAWASAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia. Peningkatan urbanisasi ini akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

INDONESIA MOST LIVEABLE CITY INDEX 2011

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

ADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

ANALISIS RUANG DAN PERENCANAAN PENATAAN RUANG BERKELANJUTAN DALAM KERANGKA KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

URBAN SPATIAL RESTRUCTURING: MODEL PERKAMPUNGAN TERINTEGRASI KAWASAN BALIREJO, YOGYAKARTA DENGAN PRINSIP SMART GROWTH (AMERIKA SERIKAT)

BAB I PENDAHULUAN. kasus kerusakan lingkungan dalam skala nasional seperti kasus PT Lapindo

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

HUBUNGAN URBAN COMPACTNESS DENGAN POLA PERGERAKAN PENDUDUK KAWASAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR. Oleh : Lisa Masitoh L2D

lib.archiplan.ugm.ac.id

PENYUNTING : Ir. Bernardus Djonoputro Ir. Irwan Prasetyo, PhD Ir. Teti Armiati Argo, PhD Ir. Djoko Muljanto Dhani Muttaqin, ST

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Most Livable City Index, Tantangan Menuju Kota Layak Huni

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perubahan sosial ekonomi dan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

EIU. (2015). A Summary of the Liveability Ranking and Overview Fiisabiilillah, Dika Fajri (2013). Yogyakarta sebagai Livable City. Bandung: Urban and

PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG : MEREDUKSI MOBILITAS PERKOTAAN

MLCI tahun 2011: menghadapi tantangan dekade kedua abad 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Wahyu Sugeng Imam Soeparno, SE., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kawasan yang pesat di perkotaan memberikan tantangan dan

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI MENUJU KOTA TOMOHON SEBAGAI COMPACT CITY ABSTRAK

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

Faktor-Faktor Pengaruh Ukuran Urban Compactness di Kota Denpasar, Bali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INDONESIA NEW URBAN ACTION

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota merupakan perubahan kota yang terjadi dari waktu ke waktu. Indonesia seperti halnya negara-negara lainnya, sedang mengalami pertumbuhan perkotaan yang pesat. Selama ini perkembangan kota-kota di Indonesia menunjukkan perubahan yang menyebabkan kepadatan penduduk maupun bangunan yang tidak dipungkiri menimbulkan permasalahan. Ditinjau dari laju pertumbuhannya, laju pertumbuhan penduduk perkotaan menunjukkan angka yang sangat pesat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk total. Pada kurun waktu 1980 1990 laju pertumbuhan penduduk perkotaan ini sebesar 5,38% per tahun jauh lebih besar dari laju pertumbuhan total yang hanya sebesar 1,98%. Sementara pada kurun waktu 1990 2000 sebesar 4,40% per tahun (Kustiwan, Nuryanto dan Kurniadi (2009)). Tingginya kepadatan penduduk menyebabkan bertambahnya kebutuhan ruang, sedangkan lahan yang tersedia bersifat tetap. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan ruang saat ini banyak dicanangkan pembangunan vertikal, membangun kota-kota baru dan perluasan wilayah ke daerah-daerah di sekitarnya. Fenomena perluasan wilayah ke daerah-daerah di sekitarnya dinamakan urban sprawl yang membawa dampak negatif bagi kota karena fenomena tersebut terjadi secara acak dan tidak terstruktur, sehingga berkembang tidak terkontrol. Hal ini justu menyebabkan permasalahan baru di wilayah perluasan tersebut. Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. United Nations General Assembly dalam Emas (2015:1) mendefinisikan bahwa: sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs (United Nations General Assembly dalam Emas (2015:1)) 1

Salah satu bentuk kota yang berkelanjutan adalah terwujudnya bentuk kota yang kompak atau disebut dengan konsep compact city atau kota kompak (Priyoga, 2010) yang di dalamnya mengandung atribut liveable city. Compact city merupakan konsep yang dapat digunakan untuk mereduksi terjadinya urban sprawl (Roychansyah, 2006). Definisi compact city menurut Burton (2000) dalam dua tulisannya menekankan pada dimensi kepadatan yang tinggi. Jenks (2000) mendefinisikan compact city sebagai ruang dengan kepadatan penduduk dan bangunan dengan pemusatan fungsi-fungsi perkotaan yang bertujuan agar mudah diakses oleh masyarakat. Penerapan konsep compact city juga menambah penggunaan energi karena kegiatan terpusat, urban heat (suhu panas yang ditimbulkan kepadatan), polusi dan bising perkotaan, mengancam daya dukung ruang, serta penurunan ketersediaan dan kualitas air bersih. Selain itu, Roychansyah (2006:23) merumuskan kerugian dari compact city diantaranya harga lahan naik, berkurangnya perumahan layak, kondisi yang lebih overcrowded, kemacetan, polusi udara, dan berkurangnya ruang hunian. Berbagai hal tersebut tentu dapat berpengaruh pada tingkat daya hidup (livability) kota. Pada kondisi tersebut suatu kota yang kompak dapat pula berbanding terbalik dengan tingkat kenyaman kota. Kota merupakan ruang untuk manusia melakukan aktivitasnya baik ekonomi, sosial, budaya dan politik. Kota yang baik adalah kota yang dapat memberikan kenyamanan bagi manusia yang tinggal di dalamnya. Konsep kota yang nyaman dikenal dengan Livable City. Penelitian yang dilakukan IAP (Ikatan Ahli Perencanaan) menyebutkan terdapat beberapa kota-kota di Indonesia yang termasuk kota layak huni dalam Most Livable City Index pada tahun 2009 dan 2011. Kota Yogyakarta dinilai menjadi kota paling layak huni dengan indeks 65,34% (2009) dan 66,52% (2011). Kota Yogyakarta tumbuh dan berkembang sebagai pusat beragam kegiatan seperti pusat pendidikan, pusat pemerintahan dan pariwisata. Kelengkapan fasilitas yang ditawarkan Yogyakarta menjadikan kota ini dibanjiri pendatang setiap tahunnya yang berdampak pada penambahan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan penduduk setiap harinya. Peningkatan kepadatan penduduk mengalami kenaikan sebesar 1.3% dari tahun 2000 hingga 2013. Keterbatasan secara administratif membuat 2

Kota Yogyakarta tidak mampu menampung seluruh kebutuhan ruang yang menyebabkan tejadi perluasan ke daerah sekitarnya. Penelitian ini akan mengamati bagaimana hubungan tingkat kekompakan kota (urban compactness) dengan tingkat daya hidup (livability) di Kawasan Perkotaan Yogyakarta, yaitu Kota Yogyakarta yang meliputi 14 (empat belas) kecamatan dan wilayah yang berada di sekitarnya yaitu kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sleman yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan Kabupaten Bantul meliputi 3 (tiga) kecamatan. Dalam penelitian ini akan diketahui apakah suatu kota yang tingkat kompaknya tinggi, maka tingkat daya hidup (livability) kota tersebut cenderung rendah karena semakin kompak, maka kepadatan dan kegiatan semakin terpusat yang tidak menutup kemungkinan timbul permasalahan, misalnya penurunan kualitas lingkungan yang berpengaruh pada kenyamanan kota. Sebaliknya, daya hidup kota yang tinggi akan membawa pengaruh pada ruang yang semakin tidak kompak. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat dijadikan rekomendasi dalam pengembangan wilayah yang didasarkan pada konsep compact city dan livability. Konsep/Strategi Empiris Perkembangan Kota Kota Baru Penduduk dan Fisik Bangunan Inovasi melalui vertikalisasi Kebutuhan ruang meningkat, lahan terbatas Compact City a. Kenaikan kepadatan penduduk dan lingkungan b. Pengkonsentrasian kegiatan c. Intensifikasi transportasi umum d. Pertimbangan besaran dan akses kota e. Target kesejahteraan sosial-ekonomi Urban Sprawl Performa Kota Daya Hidup Daya Saing Daya Tangguh Gambar 1.1 Diagram Latar Belakang Sumber: Konstruksi Penulis, 2015 3

1.2 Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis Penelitian 1.2.1 Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana tingkat kekompakan kota (urban compactness) Kawasan Perkotaan Yogyakarta pada tahun 2013? b. Bagaimana tingkat daya hidup (livability) Kawasan Perkotaan Yogyakarta pada tahun 2013? c. Bagaimana hubungan tingkat kekompakan kota (urban compactness) terhadap tingkat daya hidup (livability) di Kawasan Perkotaan Yogyakarta? 1.2.2 Hipotesis Penelitian Kecamatan dengan tingkat kekompakan kota (urban compactness) yang tinggi memiliki tingkat daya hidup (livability) yang rendah, sebaliknya daya hidup yang tinggi, tingkat kekompakan kotanya rendah. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang menjadi latar belakang dilaksanakan penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah: a. Mengukur tingkat kekompakan kota (urban compactness) di Kawasan Perkotaan Yogyakarta dilihat dari indikator tingkat kekompakan kota (urban compactness) b. Mengukur tingkat daya hidup (livability) di Kawasan Perkotaan Yogyakarta dilihat dari indikator tingkat daya hidup (livability) c. Membuktikan adanya hubungan tingkat kekompakan kota (urban compactness) terhadap tingkat daya hidup (livability) di Kawasan Perkotaan Yogyakarta 1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat bagi ilmu pengetahuan Berkontribusi terhadap pengembangan bidang ilmu perencanaan wilayah dan kota dan dapat menjadi referensi untuk penelitian lain yang berkaitan 4

dengan tingkat kekompakan kota (urban compactness) dan tingkat daya hidup (livability). b. Manfaat bagi pemerintah Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam menyusun rencana pengembangan wilayah dengan berpedoman pada konsep compact city dengan melihat kecenderungan hubungannya dengan tingkat daya hidup, sehingga pemerintah dapat tetap mengendalikan pembangunan agar tercipta ruang yang nyaman untuk dihuni. c. Manfaat bagi masyarakat Menjadi bahan untuk memperkaya ilmu pengetahuan masyarakat terkait konsep-konsep dalam perencanaan wilayah dan kota dan bagaimana hubungan atau keterkaitan suatu konsep dengan konsep lainnya, dalam penelitian ini khususnya dapat mengetahui hubungan dan metode yang digunakan dalam menemukan hubungan antara tingkat kekompakan kota (urban compactness) dengan tingkat daya hidup (livability). 1.5 Batasan Penelitian Peneliti menetapkan batasan-batasan khusus supaya penelitian yang dilakukan memiliki cakupan yang fokus dengan arah penelitian yang lebih jelas. Batasan-batasan tersebut diantaranya: 1.5.2 Fokus Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat tingkat kekompakan kota (urban compactness) dengan tingkat daya hidup (livability) dengan studi kasus di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode penghitungan dari masing-masing indikator daya hidup (livability) dan tingkat kekompakan kota (urban compactness) terhadap standar atau nilai ideal. Kemudian untuk mengetahui hubungan keduanya, digunakan metode korelasi analisis menggunakan SPSS sebagai alat untuk uji hipotesis. 5

1.5.3 Lokus Penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat tingkat kekompakan kota (urban compactness) dengan tingkat daya hidup (livability) Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Lokasi yang dipilih yaitu di Kawasan Perkotaan Yogyakarta, yaitu Kota Yogyakarta yang meliputi 14 (empat belas) kecamatan dan wilayah yang berada di sekitarnya yaitu kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sleman yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan Kabupaten Bantul meliputi 3 (tiga) kecamatan. Analisis data dilakukan dengan melihat tingkat daya hidup (livability) dan kekompakan kota di kecamatan dengan menyamakan karakteristiknya saat dilakukan analisis. Namun, pada dua variabel tingkat kekompakan kota, disesuaikan dengan karakteristik kecamatan. Kemudian diketahui bagaimana hubungan tingkat kekompakan kota (urban compactness) terhadap tingkat daya hidup (livability) di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Gambar 1.2 Peta Kawasan Perkotaan Yogyakarta Sumber: Penulis, 2016 6

1.5.4 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan menggunakan data-data tahun 2013. 1.6 Keaslian Penelitian 1. Peremajaan Kota dengan Konsep Compact City di Kawasan Seturan (Fitri Suma Absari Skripsi PWK UGM 2014) Kawasan Seturan berkembang karena adanya fasilitas pendidikan yang mulai terbangun pada tahun 2000an, sehingga berkembang pula kawasan komersial dan perumahan. Namun, perkembangan tersebut belum diimbangi dengan penataan ruang yang baik. Skripsi ini memunculkan peremajaan ruang Kawasan Seturan dengan menggunakan konsep compact city. Metode yang dilakukan diawali dengan survei primer kemudian analisis data secara kualitiatif. Desain yang dibuat menghasilkan perubahan spasial kawasan dari kegiatan-kegiatan komersial, perumahan dan perkantoran yang terpusat di satu area yaitu Jalan Seturan Raya. Dilakukan pula penambahan fasilitas umum berupa rumah sakit, pembangunan vertikal Hotel Seturan, pelebaran Jalan Seturan, penambahan fasilitas pejalan kaki, pengadaan bus umum, pembukaan jalan-jalan baru serta penambahan ruang terbuka hijau (RTH). 2. Pengaruh Urban Compactness terhadap Jarak Tempuh Pergerakan Penduduk (Lanthika Atianta Skripsi PWK UGM 2014) Pertambahan penduduk di Yogyakarta yang semakin tinggi, tidak mampu menyelesaikan permasalahan pergerakan penduduk ke pusat kota, maka permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penerapan konsep compact city. Skripsi ini bertujuan untuk menemukan keterkaitan antara tingkat kekompakan kota (urban compactness) dan jarak tempuh pergerakan penduduk di kota Yogyakarta, menghitung presentase pergerakan yang dapat direduksi oleh urban compactness di Kota Yogyakarta, mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh dalam mereduksi pergerakan penduduk Kota Yogyakarta. 7

4. Pengaruh Urban Compactness Terhadap Transformasi Spasial di Wilayah Peri Urban Kota Yogyakata (Indah Tiara Kusumawati Skripsi PWK UGM 2015) Compact city merupakan konsep untuk mengatasi urban sprawl. Fenomena urban sprawl ini memicu terjadinya transformasi spasial yang dapat terjadi di wilayah peri urban, termasuk Kota Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa konsep compact city memiliki pengaruh terhadap transformasi spasial di wilayah peri urban. Metode yang digunakan adalah SEM (Staructural Equational Modelling) dengan tingkat kepercayaan 95% dan menggunakan dua sampel, yaitu model 1 (kecamatan tepi yang diuji dengan kecamatan wilayah peri urban) dan model 2 (kecamatan inti yang diuji dengan kecamatan wilayah peri urban). 5. Hubungan Tingkat Daya Hidup (Livability) dengan Tingkat Daya Saing (Competitiveness) Kota-Kota di Pulau Jawa (Rijawanda Rafimadina Skripsi PWK UGM 2015) Fenomena urbanisasi menghasilkan berbagai permasalahan yang timbul di perkotaan, sehingga diperlukan konsep pembangunan berkelanjutan untuk mengatasinya. Menurut World Bank Institue terdapat 4 (empat) parameter pencapaian Kota Berkelanjutan: livability; competitiveness; bank ability; dan good governance and management. Skripsi ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara kota-kota yang memiliki daya saing (competitiveness) dan daya hidup (livability). Analisis data yang dilakukan yaitu dengan metode skoring untuk mengetahui tingkat daya hidup (livability) dan tingkat daya saing (competitiveness) kemudian analisis menggunakan Pearson s Correlation Coefisien untuk melihat hubungannya. 8

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama dan Tahun Jenis Penelitian Judul Fokus Lokus Metode Penelitian 1. Fitri Suma Absari (2014) Skripsi PWK UGM Peremajaan Kota dengan Konsep Compact City di Kawasan Seturan Peremajaan ruang Kawasan Seturan dengan menggunakan konsep compact city. Kawasan Seturan Deduktifkualitatif 2. Lanthika Atianta (2014) Skripsi PWK UGM Pengaruh Urban Compactness terhadap Jarak Tempuh Pergerakan Penduduk Menemukan keterkaitan antara tingkat kekompakan kota (urban compactness) dan jarak tempuh pergerakan penduduk di kota Yogyakarta, Kecamatan Danurejan dan Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta Deduktifkuantitatif 3. Indah Tiara Kusumawati (2015) Skripsi PWK UGM Pengaruh Urban Compactness Terhadap Transformasi Spasial di Wilayah Peri Urban Kota Yogyakata Membuktikan bahwa konsep compact city memiliki pengaruh terhadap transformasi spasial di wilayah peri urban. Kawasan Perkotaan Yogyakarta Deduktifkuantitatif 4. Rijawanda Rafimadina (2015) Skripsi PWK UGM Hubungan Tingkat daya hidup (Livability) dengan Tingkat Daya Saing (Competitiven ess) Kota- Kota di Pulau Jawa Menemukan hubungan antara kotakota yang memiliki daya saing (competitivenes s) dan daya hidup (livability). Kota-kota di Pulau Jawa Deduktifkuantitatif Sumber: Penulis, 2015 9

1.7 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian menjelaskan hubungan tingkat kekompakan kota (urban compactness) dengan tingkat daya hidup (livability) di Kawasan Perkotaan Yogyakarta, menggunakan alur penulisan sebagai berikut: 1. Bab 1, Pendahuluan, berisi tentang rasionalisasi pemilihan tema compact city sebagai objek penelitian dan alasan yang melatarbelakangi penelitian menjadi layak dilakukan. 2. Bab 2, Tinjauan Pustaka, berisi teori-teori pendukung yang memiliki keterkaitan dengan topik seperti teori mengenai compact city, tingkat kekompakan kota (urban compactness), daya hidup (livability) dan hubungan tingkat kekompakan kota (urban compactness) dengan tingkat daya hidup. 3. Bab 3, Metode Penelitian, berisi tentang penjabaran metode yang digunakan untuk menghasilkan penelitian, yang didalamnya terdapat indikator compact city untuk menganalisis tingkat kekompakan kota (urban compactness) dan indikator tingkat daya hidup (livability) untuk menganalisis tingkat daya hidup. 4. Bab 4, Gambaran Wilayah, berisi tentang deskripsi wilayah yang menjadi studi kasus dengan menjelaskan kondisi eksisting yang berkaitan dengan fokus penelitian. 5. Bab 5, Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi mengenai temuan-temuan yang merupakan hasil analisis yang menjadi jawaban dari pertanyaan penelitian. 6. Bab 6, Kesimpulan dan Saran, berisi mengenai rangkuman dari penelitian yang telah dilakukan dan rekomendasi berupa saran, sehingga manfaat penelitian ini dapat terlihat. 10