MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian TAP MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum TAP MPR Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002 [Pasal 6 angka 3] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Murnanda Utama 2. Deva Septana ACARA Perbaikan Permohonan (II) Kamis, 18 September 2014, Pukul 14.00 14.14 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Maria Farida Indrati (Ketua) 2) Aswanto (Anggota) 3) Muhammad Alim (Anggota) Dewi Nurul Savitri Panitera Pengganti
Pihak yang Hadir: A. Kuasa Pemohon Perkara Nomor 75/PUU-XII/2014: 1. Imam Syahtria B. Pemohon Perkara Nomor 75/PUU-XII/2014: 1. Murnanda Utama 2. Endang Kusumo 3. Nurhadi Iskandar
SIDANG DIBUKA PUKUL 14.00 WIB 1. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Sidang dalam Perkara Nomor 75/PUU-XII/2014 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Selamat siang para Pemohon. Sidang hari ini adalah sidang pemeriksaan perbaikan permohonan terhadap pengujian TAP MPR Nomor 1 MPR Tahun 2003 tentang peninjauan terhadap materi dan status hukum TAP MPR Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, khususnya Pasal 6 angka 30 dan pengujian TAP MPRS Nomor 33 MPRS 67 tentang pencabutan kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno, ya. Ya, saya mohon kepada Pemohon siapa yang hadir di sini untuk dijelaskan. 2. PEMOHON: MURNANDA UTAMA Terima kasih, Yang Mulia Majelis Hakim. Dalam hal ini kami mohon apa menyampaikan bahwa Kuasa Hukum kami Imam Satria dalam keadaan sakit dan sedang diopname. Yang kedua, saya perkenalkan diri saya sendiri Murnanda Utama selaku Ketua Yayasan Maharya Pati. Di sebelah kanan saya Bapak Endang Kusumo selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Maharya Pati. Dan di sebelah kiri saya Bapak Nurhadi Iskandar selaku Pembina Yayasan Maharya Pati. Terima kasih. 3. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Ya saya Kuasa Hukum Anda tidak hadir dan juga Kuasa Hu Surat Kuasanya belum. Apakah Anda mau tetap dengan Kuasa Hukum atau Anda mau maju sendiri? 4. PEMOHON: MURNANDA UTAMA Maju sendiri. KETUK PALU 3X 5. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Maju sendiri. Jadi, tidak pakai Kuasa Hukum ya?
6. PEMOHON: MURNANDA UTAMA Siap. 7. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Oke, terima kasih. Saya telah menerima kami telah menerima perbaikan permohonan Anda dan mohon dijelaskan secara ringkas apa yang diperbaiki dalam permohonan ini. 8. PEMOHON: MURNANDA UTAMA Terima kasih, Yang Mulia Majelis. Di sini kami menyampaikan untuk yang pertama masalah Pemohon, ini ditandatangani hanya oleh Pemohon. Permohonan sudah disesuaikan dengan PMK Pasal 5 Tahun 2005. Kemudian, menyangkut kedudukan hukum dan kepentingan konstitusional Pemohon, dalam perbaikan yang pertama, ada penambahan konfigurasi personil, historis, dan rekam jejak Pemohon. Selanjutnya, pelimpahan aset, amanah, serta visi misi yang diemban Yayasan Maharya Pati, ini halaman 4 poin 7 dan halaman 5 poin 8. Selanjutnya yang kedua, potensi kerugian konstitusional Pemohon diuraikan lebih terinci disertai latar belakang dan alasannya, halaman 7 poin 11. Yang ketiga, perubahan atau penataan struktur penjelasan kedudukan dan kepentingan konstitusional Pemohon, ini halaman 5 poin 10 sampai 12, halaman 10 poin 12 dan 13. Selanjutnya kewenangan Mahkamah Konstitusi. Pertama, masalah keterbatasan kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Dalam perbaikan, kami menyampaikan bahwa Mahkamah Konstitusi sebagai Majelis Kehormatan hikmah atas konstitusi yang merupakan hukum tertinggi di negara ini dan dilengkapi dengan pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi yang menyatakan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai hukum tertinggi dan Mahkamah Konstitusi sebagai pengawal konstitusi dan penafsir teringgi Undang-Undang Dasar Tahun 1945 berwenang mengadili persoalan ketatanegaraan demi terwujudnya negara hukum yang demokratis. Hal ini tertuang halaman 21 poin 18, kemudian halaman 14 poin 1 PUU Nomor 49 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Selanjutnya halaman 22 poin 19 PUU Nomor 66 Tahun 2004 tentang konstitusionalitas Pasal 50 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Selanjutnya yang Nomor 2, ini dilengkapi dengan penegasan bahwa TAP MPR yang masih berlaku dan termasuk dalam hirarki perundang-undangan terbatas pada ketetapan-ketetapan MPR, MPRS yang masuk dalam Pasal 2 dan Pasal 4 ketetapan Nomor 1 MPR Tahun
2003, sehingga ketetapan-ketetapan lainnya diakategorikan sebagai peraturan perundang-undangan yang setara dengan produk hukum lembaga lainnya yang sejajar atau paling tinggi sejajar dengan undangundang. Asumsi-asumsi dihilangkan, ini halam 17 poin 10, halaman 18 sampai dengan halaman 21 poin 14 sampai dengan poin 17. Selanjutnya, siapa yang berwenang untuk menguji ketetapan MPR? Ini sesuai dengan mandat yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Nah, di sini dalam perbaikan dilengkapi dengan tidak ada lembaga yang secara eksplisit diberi mandat oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 atau berwenang menguji ketetapan MPR, sehingga berpotensi terjadinya kevakuman kontrol hukum di sini, nah ini halaman 15 poin 4 dan halaman 21 poin 17. Selanjutnya yang kedua, dilengkapi dengan pertimbangan hukum bahwa MK yang menyatakan salah satu tujuan pembentukan Mahkamah Konstitusi dengan kewenangan judicial review adalah membenahi hukum. Untuk maksud tersebut, Hakim Konstitusi berkewajiban untuk menggali, mengikuti, serta memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat guna pembentukan hukum yang baru melalui putusan-putusan Mahkamah Konstitusi untuk menjaga agar tidak terjadi kekosongan hukum di sini. Nah, ini dalam halaman 23 poin 20, PUU Nomor 48/PUU-IX/2011. Selanjutnya ketiga, masalah perkara dan petitum. Pokok perkara dan alasan pengujian. Dalam hal ini kami mengajukan perbaikan untuk pokok perkara dan alasan tetap dan tidak sama dengan PUU Nomor 24/PUU-XI/2013 tentang: a. Aturan ketetapan pasal yang diujikan relatif sama. b. Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang merupakan acuan bagi pengujian perkara itu berbeda. c. Alasan pengajuan berbeda untuk kepentingan bangsa dan negara. Halaman 5 poin 8 dan halaman 9 poin 11.5. Dua paragraf terakhir. Alasan permohonan, di sini dalam perbaikan kami menguraikan lebih rinci pada bagian kedudukan hukum dan kepentingan konstitusional Pemohon, halaman 5 poin 8 dan halaman 9 poin 11.5. Untuk petitum, perbaikan yang kami sampaikan memahami bahwa pencabutan Tap Nomor 33/MPRS/1967 dapat menimbulkan kegaduhan hukum dan berdampak terhadap legalitas pemerintah setelah tahun 1967. Maka permohonan petitum yang diajukan dibatasi hanya terhadap Bab 2, Pasal 6 Ketetapan MPRS Nomor 33/MPRS/1967 atau hanya sebatas yang terkait dengan pemulihan nama baik dan hak konstitusional Dr. Ir. Soekarno melalui putusan sebagai berikut. 1. Putusan Mahkamah Konstitusi bahwa Pasal 6 angka 30 Tap Nomor 1 MPR Tahun 2003 sebatas Bab 2, Pasal 6 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan oleh karenanya tidak mempunyai kekuatan hukum.
2. Putusan Mahkamah Konstitusi bahwa Bab 2, Pasal 6 Tap MPRS Nomor 33 harus diselesaikan oleh lembaga kepresidenan. Ini halaman 34, poin 2, 3, dan 4. Untuk sementara sekian dulu. Terima kasih, Yang Mulia Majelis. 9. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Terima kasih, saya terima. Tapi petitum nomor 4 itu bukan kewenangan kami dan kita tidak bisa memerintahkan kepada pemerintah ataupun lembaga yang lain, ya. Kalau yang 1, petitum nomor 1, 2, 3, masih tetap ya, tapi nomor 4 itu kita tidak mungkin melaksanakan itu. Saya melihat dari alat bukti yang Anda ajukan, alat buktinya nomor 1 sampai alat bukti P-12, eh P-11. P-1 itu Surat Kuasanya enggak jadi, ya? Enggak jadi. Ya, P-1 sampai P-11 saya sahkan. KETUK PALU 1X Ada yang akan dikemukakan sebelum saya tutup sidang ini? 10. PEMOHON: MURNANDA UTAMA Majelis Hakim Yang Mulia, di sini kembali kami mengemukakan bahwa Majelis Mahkamah Konstitusi ini merupakan Majelis Kehormatan Hikmah. Hikmah itu sendiri adalah amanat dari Sila Keempat Pancasila, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah. Hikmah itu sendiri adalah Tuhan Yang Maha Kuasa yang memberikan. Nah, dalam hal ini terhadap status hukum Bung Karno, terhadap pendiri negara ini, kami mohon supaya Majelis Hakim Konstitusi ini, Majelis Kehormatan Hikmah ini benar-benar dapat memberi hikmah terhadap perjalanan bangsa dan negara ini. Kami selaku anak bangsa sangat merindukan kehadiran hikmah itu. Kami tidak ingin Majelis Hakim di Mahkamah Kehormatan Hikmah ini terbelenggu oleh kepentingan-kepentingan politikus, tetapi lebih mengutamakan kepentingan negara dan bangsa demi kepentingan anak cucu di masa yang akan datang. Sekian, Majelis Hakim.
11. KETUA: MARIA FARIDA INDRATI Ya, terima kasih. Saya rasa sidang sudah selesai dan maka sidang ini saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL 14.14 WIB Jakarta, 18 September 2014 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP. 19730601 200604 1 004 Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.