Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri Tlahap cenderung bersifat konvensional ceramah yang berpusat pada guru.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas III SDN 2 Tudi Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. eksperimen dapat dideskripsikan sebagai berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Menjelaskan arti pecahan dan urutannya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Lokasi cukup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 mushola, 1 ruang perpustakaan, 1 lab

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan masing-masing pertemuan. tahap perencanaan antara lain:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran kooperatif model cooperative script yaitu siswa dibagi berpasangan pada saat pembelajaran dan diberi peran sebagai pendengar serta pembicara, untuk kemudian mereka melaksanakan peran yang ditentukan guna mencapai pembelajaran yang efektif. Pembagian siswa secara berpasangan ditentukan oleh guru matematika berdasarkan rata-rata kemampuan siswa, yaitu setiap pasangan terdiri dari satu siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih di banding pasangannya. Pengumuman pembagian pasangan dilakukan pada awal pembelajaran matematika pertemuan I siklus I. Jumlah seluruh siswa kelas V SDN Salatiga 08 adalah 40 siswa tetapi dalam penelitian kali ini data yang akan digunakan adalah data siswa selama pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2012 sampai 10 Maret 2012 dan 14 Maret 2012 sampai 17 Maret 2012. Pokok bahasan yang dipelajari adalah operasi hitung pecahan. Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus yakni siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan dan siklus kedua terdiri dari 2 pertemuan. Rincian pelaksanaan penelitian yang dilakukan di kelas V SDN Salatiga 08 pada materi operasi pecahan hitung pecahan dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 5. Berikut ini adalah uraian pelaksanaan penelitian yang dilakukan. 4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 4.1.1.1 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I a. Hasil observasi keterampilan guru Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan I No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 37

38 No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan A B C D 4 Penguasaan materi 10 5 Penggunaan metode 10 6 Penggunaan alat peraga 10 7 Managemen kelas 10 8 Pemakaran materi yang penting 10 9 Menciptakan suasana belajar aktif 13 pada siswa 10 Kesesuaian dengan indikator 12 11 Pengamatan terhadap kemajuan 10 siswa 12 Rangkuman 10 13 Pemberian tugas 13 Jumlah 0 62 80 0 Tingkat Keberhasilan 10,92 Kriteria Keterampilan Guru B Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Tabel 4.1. hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama pembelajaran matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang pengamat lain melaksanakan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x 35 menit. Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran materi operasi hitung pecahan. Kemudian guru menginformasikan bahwa pada hari ini akan diterapkan pembelajaran kooperatif model cooperative script. Guru menjelaskan proses pembelajaran menggunakan model cooperative script, siswa di minta untuk merangkum materi operasi hitung pecahan kemudian menyelesaikan soal yang telah diberikan. Setelah itu, siswa menjelaskan hasil yang diperoleh kepada pasangan masing-masing. Guru kemudian membagi siswa

39 berpasangan berdasarkan rata-rata kemampuan akademik masing-masing siswa yaitu siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih dipasangkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan akademik dibawahnya. Pada saat pengelompokan siswa, suasana kelas sangat ramai, siswa sangat sulit dikondisikan. Siswa duduk berdasarkan pasangan masing-masing dan sudah terkondisikan dengan baik, guru dibantu peneliti membagikan soal latihan pada setiap siswa. Kemudian guru meminta siswa untuk merangkum materi operasi hitung pecahan pada buku catatan masing-masing. Setelah itu guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal yang dibagikan. Guru memberitahukan kepada siswa pada saat merangkum, siswa bebas menambahkan ide-ide mereka atau mereka bebas menggunakan bahasa mereka sendiri yang terpenting adalah siswa menjadi lebih paham dengan materi operasi hitung pecahan. Guru juga memberitahukan kepada para siswa jika mereka merasa kesulitan, boleh bertanya kepada pasangannya atau bertanya kepada guru. Guru juga berkeliling untuk membimbing siswa yang merasa kesulitan, misalnya: guru membimbing siswa untuk mengingat-ingat materi. Setelah waktu untuk merangkum dan menyelesaikan soal habis, guru kemudian menentukan peran pembicara dan pendengar. Siswa yang mempunyai kemampuan lebih diberi kesempatan pertama untuk menjadi pembicara dan pasangannya menjadi pendengar. Siswa kemudian melaksanakan peran yang diperoleh, siswa yang berperan menjadi pembicara menjelaskan hasil rangkuman dan hasil jawabannya kepada pasangannya sedangkan siswa yang menjadi pendengar menyimak penjelasan dan boleh bertanya jika mengalami kesulitan. Siswa kelihatan sangat aktif bertanya kepada teman jika mereka merasa kesulitan, mereka merasa lebih nyaman jika bertanya kepada teman dibandingkan bertanya kepada guru dan mereka juga saling bertukar pendapat. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru meminta siswa untuk bertukar peran yaitu siswa yang menjadi pembicara berganti menjadi pendengar dan sebaliknya. Pertukaran peran hanya berlangsung ± 3 menit, hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu. Guru juga tidak sempat meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawabannya di depan kelas untuk di bahas bersama. Guru hanya bertanya jawaban yang diperoleh siswa secara umum. Setelah itu, bertanya kepada siswa apakah ada yang mempunyai jawaban yang berbeda dengan yang lainnya. Siswa

40 tidak menyampaikan pendapatnya karena mereka malu dan justru takut salah. Guru membahas beberapa soal dan kemudian menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka. b. Hasil observasi aktivitas siswa Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel dibawah ini: No. Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Aktivitas Yang Diamati Siklus I Pertemuan I Jumlah Siswa Skala Penilaian 1 Kehadiran siswa dalam mengikuti 40 11 pelajaran 2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 40 12 3 Siswa mencatat pelajaran 40 4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 40 5 Kerjasama dengan teman-teman dalam 40 satu kelompok 6 Siswa mengerjakan LKS 40 7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada 40 teman-temannya 8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 40 9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes 40 11 10 11 12 Hasil Jumlah 360 101 4040 Rata-Rata 40 11,22 448,89 Tingkat Keberhasilan 11,22 Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Berdasarkan tabel 4.2. hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada pertemuan ini ada empat kegiatan yang tidak terlaksana. Pada kegiatan pertemuan pertama siswa mengeluhkan belum memahami materi yang disampaikan. Hal tersebut juga menyebabkan beberapa siswa 9 12 13 440 480 440 400 440 480 360 480 520

41 menyelesaikan soal asal-asalan. Beberapa siswa saling bertukar pendapat dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Tetapi ada beberapa siswa pula yang kelihatan pasif. Siswa pun belum berani mengutarakan pendapatnya yang berbeda dengan teman lainnya karena takut salah, mereka masih cenderung menggunakan cara penyelesian yang sama dengan temannya. c. Paparan hasil belajar Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script pada siklus I pada pertemuan I. Angket di analisis setiap pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa. Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika bertujuan untuk mengetahui perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis berdasarkan hasil jawaban siswa oleh peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada aspek implementasi atau penerapan. Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika siswa masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan. Pada pertemuan pertama siklus I siswa masih bingung dengan model pembelajaran serta merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal operasi hitung pecahan. Dalam tes siswa mengerjakan soal tertulis yang dikerjakan secara individu. Dilihat dari indikator aspek yang ingin dicapai pada aspek (1) kemampuan menemukan fakta,dengan nilai rata-rata dari aitem masuk kategori baik (2) Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai ratarata aitem kategori baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai rata-rata aitem kategori baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rata aitem kategori baik.sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan setiap aspek adalah kategori baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan setiap aspek telah tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.3, sebagai berikut: Tabel 4.3 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pemecahan Masalah Matematika Siklus I Pertemuan I Aspek No. Soal Jumlah Siswa Skala Penilaian Jumlah

42 Aspek No. Jumlah Skala Jumlah Soal Siswa Penilaian Kemampuan menemukan fakta 1 40 14 560 2 40 14 560 3 40 12 480 Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide 1 40 14 560 2 40 14 560 3 40 12 480 Kemampuan menemukan penyelesaian masalah 1 40 12 480 2 40 14 560 Penerapan Pembelajaran 1 40 13 520 2 40 13 520 Jumlah total 400 132 5280 Rata-rata 40 13,2 528 Tingkat keberhasilan 13,2 Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan : Tabel 4.4 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan siswa pada siklus I pertemuan I No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas 65 23 57,5 2 Belum Tuntas > 65 17 42,5 Jumlah 40 100 Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika operasi hitung pecahan diperoleh data 57,5% siswa dalam kategori tuntas sedangkan 42,5% siswa dalam kualifikasi belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil rata-rata 63,52 belum memenuhi KKM sekolah adalah 65. Adapun data hasil tes siswa pada siklus I pertemuan I terlampir. Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan

43 dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut: 70 60 50 40 30 20 10 0 57,5 42,5 23 17 Jumlah Siswa % Tuntas Belum Tuntas Diagram 4.1 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus I Pertemuan I 4.1.1.2 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan II a. Hasil observasi keterampilan guru Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I pertemuan II dapat dilihat pada tabel 4.5. dibawah ini: Tabel 4.5 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan II No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 12 2 Motivasi 13 3 Revisi 14 4 Penguasaan materi 12 5 Penggunaan metode 12 6 Penggunaan alat peraga 13 7 Managemen kelas 12 8 Pemakaran materi yang penting 12 9 Menciptakan suasana belajar aktif 13 pada siswa 10 Kesesuaian dengan indikator 13 11 Pengamatan terhadap kemajuan 13 siswa 12 Rangkuman 11 13 Pemberian tugas 14 Jumlah 164 Tingkat Keberhasilan 12,61 Kriteria Keterampilan Guru B Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah

44 Tabel 4.5. hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama pembelajaran matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang pengamat lain melaksanakan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x 35 menit. Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran materi operasi hitung pecahan. Guru menjadi pembicara dan pasangannya menjadi pendengar. Siswa kemudian melaksanakan peran yang diperoleh, siswa yang berperan menjadi pembicara menjelaskan hasil rangkuman dan hasil jawabannya kepada pasangannya sedangkan siswa yang menjadi pendengar menyimak penjelasan dan boleh bertanya jika mengalami kesulitan. Guru berkeliling untuk mengawasi selama diskusi berlangsung. Siswa kelihatan sangat aktif bertanya kepada teman jika mereka merasa kesulitan, mereka merasa lebih nyaman jika bertanya kepada teman dibandingkan bertanya kepada guru. Rata-rata siswa bertanya kepada pasangannya tentang penyelesaian soal dari nomor 1 sampai nomor 7. Sambil berdiskusi mereka juga saling bertukar pendapat. Jika pasangan merasa ada yang tidak sama atau tidak cocok dengan hasil yang diperoleh pasangannya, mereka langsung mengungkapkannya dan menyelesaikan kembali soal tersebut. Pada pertemuan kali ini pertukaran peran tidak terjadi karena keterbatasan waktu. Guru langsung meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban di depan kelas. Ada empat siswa yang berani menyajikan jawaban ke depan kelas. Jawaban yang disajikan adalah nomor 1 sampai nomor 7. Setelah keempat siswa tersebut selesai menyajikan jawaban, guru bertanya kepada seluruh siswa apakah ada yang mempunyai jawaban yang berbeda. Seorang siswa berani mengungkapkan bahwa jawaban yang diperoleh berbeda dengan jawaban temannya. Kemudian guru meminta siswa tersebut untuk menyajikan hasil yang

45 diperoleh. Setelah selesai, guru bersama-sama siswa membahas hasil yang diperoleh. Kemudian guru melanjutkan membahas beberapa soal yang lain dan kemudian menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka. b. Hasil observasi aktivitas siswa Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel 4.6., dibawah ini. No. Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Aktivitas Yang Diamati Siklus I Pertemuan II Jumlah Siswa Skala Penilaian 1 Kehadiran siswa dalam mengikuti 40 14 pelajaran 2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 40 13 3 Siswa mencatat pelajaran 40 4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 40 5 Kerjasama dengan teman-teman dalam 40 satu kelompok 6 Siswa mengerjakan LKS 40 7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada 40 teman-temannya 8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 40 9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes 40 12 10 12 14 Hasil Jumlah 360 111 4440 Rata-Rata 40 12,33 493,33 Tingkat Keberhasilan 12,33 Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Berdasarkan tabel 4.6. hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada pertemuan ini siswa mengeluhkan soal yang diberikan terlalu banyak dan 11 12 13 560 520 480 400 480 560 440 480 520

46 sulit. Hal tersebut juga menyebabkan beberapa siswa lebih banyak bertanya kepada guru. Beberapa siswa saling bertukar pendapat dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika masih kurang. Oleh karena itu, kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika masih sangat perlu ditingkatkan. c. Paparan hasil belajar Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script pada siklus I pada pertemuan II. Angket di analisis setiap pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa. Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika bertujuan untuk mengetahui perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis berdasarkan hasil jawaban siswa oleh peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada aspek implementasi atau penerapan. Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika siswa masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan. Pada pertemuan kedua Siswa masih bingung dengan model pembelajaran serta merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal operasi hitung pecahan. Dalam tes siswa mengerjakan soal tertulis yang dikerjakan secara individu. Dilihat dari indikator aspek yang ingin dicapai pada aspek (1) kemampuan menemukan fakta,dengan nilai rata-rata aitem masuk kategori baik (2) Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai ratarata aitem kategori baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai rata-rata aitem kategori baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rata aitem kategori baik.sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan setiap aspek adalah kategori baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan setiap aspek telah tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.3, sebagai berikut: Tabel 4.7 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada Masalah Matematika Siklus I Pertemuan II Aspek No. Soal Jumlah Siswa Skala Penilaian Jumlah Pemecahan

47 Kemampuan fakta menemukan 1 40 15 600 2 40 15 600 3 40 12 480 Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide 1 40 15 600 2 40 15 600 3 40 12 480 Kemampuan menemukan penyelesaian masalah 1 40 15 600 2 40 15 600 Penerapan Pembelajaran 1 40 15 600 2 40 15 600 Jumlah total 400 144 5760 Rata-rata 40 14,4 576 Persentase keberhasilan 14,4 Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan : Tabel 4.8 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan siswa pada siklus I pertemuan II No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas 65 27 67,5 2 Belum Tuntas > 65 13 32,5 Jumlah 40 100 Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika operasi hitung pecahan diperoleh data 67,5% siswa dalam kategori tuntas sedangkan 32,5% siswa dalam kualifikasi belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil ratarata 60,84 belum memenuhi KKM sekolah adalah 65. Adapun data hasil tes siswa pada siklus I pertemuan II terlampir. Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut:

48 80 70 60 50 40 30 20 10 0 67,5 32,5 27 13 Jumlah Siswa % Tuntas Belum Tuntas Diagram 4.2 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus I Pertemuan II d. Refleksi Siklus I Pada siklus I terdapat 3 deskripsi yang dibuat yaitu deskripsi keterampilan/keahlian guru, deskripsi aktivitas siswa dan deskripsi hasil belajar siswa. Dari uraian deskripsi siklus I, dapat ditindak lanjuti sebagai berikut: 1. Keterlaksanaan pembelajaran. Untuk keterlaksanaan pembelajaran model cooperative script yang perlu diperbaiki yaitu perbaikan alokasi waktu pembelajaran. Hal tersebut berdasarkan beberapa indikator keterlaksanaan pembelajaran model cooperative script belum terlaksana, khususnya waktu untuk mempresentasikan hasil jawabannya. Dari pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung, pada pertemuan pertama dan kedua siswa belum sempat mempresentasikan hasil jawabannya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dan sulitnya mengkondisikan siswa. Pemahaman siswa tentang tujuan model pembelajaran cooperative script juga masih kurang, diskusi dengan pasangan juga belum efektif, beberapa siswa justru lebih memilih berdiskusi dengan temannya yang lain yang lebih mampu. Penguatan materi pra syarat juga masih perlu diperbaiki, beberapa siswa masih lupa dengan materi pra syarat yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Misal penguatan materi tentang operasi hitung pecahan, siswa masih kurang menguasai materi tersebut, hal tersebut tampak dari hasil jawaban siswa yang masih salah. Hanya beberapa siswa yang sudah menguasai materi tersebut. siswa masih cenderung meniru teman dalam penyelesaian masalah serta siswa terkadang mengevaluasi hasil jawaban yang diperoleh. Sedangkan berdasarkan

49 pengamatan yang dilakukan peneliti diketahui bahwa sebagian besar siswa belum aktif dalam berdiskusi, mereka hanya mendengarkan penjelasan serta pendapat dari temannya yang lebih mampu. Berdasarkan pada hasil observasi kemampuan guru dalam pembelajaran terjadi peningkatan persentase keberhasilan dari 10,92 menjadi 12,61 dalam kriteria baik. Diharapkan guru dalam penguasaan materi, penggunaan metode, penggunaan alat peraga, managemen kelas dan pemakaran materi yang penting masih perlu lebih ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, dilakukan tindak lanjut pada siklus II. 13 12,5 12 11,5 11 10,5 10 10,92 12,61 11,76 Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata Diagram 4.3 Peningkatan kemampuan guru pada siklus Tabel 4.9 Tingkat Keberhasilan Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus I Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria Pertemuan I 10,92 B Pertemuan II 12,61 B Rata-rata 11,76 B Keterangan: Kriteria dan skor tingkat keberhasilan; A (16-20) : amat baik, B (11-15) : baik, C (6-10) : cukup, D (1-5) : rendah. 2. Aktivitas siswa Secara klasikal, aktifitas siswa mengikuti pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah mengalami peningkatan dengan presentase keberhasilan 11,22 menjadi 12,33 termasuk dalam kategori baik. Sedangkan kreativitas siswa juga mengalami peningkatan dari 13,2 menjadi 14,4 Oleh karena itu, dilakukan tindak lanjut pada siklus II.

50 14,5 14,4 14 13,8 13,5 13,2 13 12,5 Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata Diagram 4.4 Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus I Tabel 4.10 Tingkat Keberhasilan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus I. Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria Pertemuan I 13,2 B Pertemuan II 14,4 B Rata-rata 13,8 B Keterangan: Kriteria dan skor tingkat keberhasilan; A (16-20) : amat baik, B (11-15) : baik, C (6-10) : cukup, D (1-5) : rendah. 3. Hasil belajar 70 60 50 40 30 20 10 0 63,5260,84 27 23 17 13 Tuntas Belum Tuntas Nilai Rata-rata pertemuan I Pertemuan II Diagram 4.5 Analisis Keberhasilan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Berdasarkan diagram 4.5 maka dapat disimpulkan bahwa persentase rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan pada siklus I sebesar 62,5% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 62,18. Mengacu pada indikator keberhasilan

51 penelitian, untuk variabel belajar belum dapat tercapai pada siklus I. Indikator keberhasilan menetapkan sebesar 100% siswa mengalami ketuntasan dalam belajar. Sedangkan pada siklus I hanya tercapai 62,5%, oleh karena itu ditindak lanjuti pada siklus II. 4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif model cooperative script siklus II dilakukan perbaikan perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I untuk mencapai kreativitas pemecahan masalah matematika yang lebih baik. Perbaikan perbaikan pembelajaran yang dilakukan, sebagai berikut: 1. Perbaikan dalam hal keterlaksanaan pembelajaran model cooperative script, antara lain: a. Perbaikan alokasi waktu sehingga indikator keterlaksanaan pembelajaran terlaksana dengan baik khususnya untuk mempresentasikan hasil jawabannya. b. Pemahaman tentang pembelajaran model cooperative script, karena masih ada beberapa siswa yang justru berdiskusi dengan siswa lain yang selain pasangannya. c. Penguatan materi pra syarat pada saat apersepsi. 2. Perbaikan dalam hal aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika, antara lain: a. Perbaikan pada aspek kemampuan menemukan fakta yang masih rendah khususnya untuk indikator mengingat materi sebelumnya yang relevan dengan pemecahan masalah dan mengorganisir poin-poin penting dengan mengarahkan siswa mengingat materi sebelumnya dan mengorganisir poin-poin penting. b. Perbaikan pada aspek kemampuan menemukan gagasan khususnya pada indikator melarang siswa meniru pekerjaan teman dengan peringatan tegas. c. Perbaikan pada aspek kemampuan menemukan solusi dengan selalu membimbing siswa yang merasa kesulitan dalam memecahkan masalah. 4.1.2.1 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan I a. Hasil observasi keterampilan guru Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini:

52 Tabel 4.11 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan I No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 14 2 Motivasi 16 3 Revisi 16 4 Penguasaan materi 16 5 Penggunaan metode 16 6 Penggunaan alat peraga 14 7 Managemen kelas 16 8 Pemakaran materi yang penting 14 9 Menciptakan suasana belajar aktif 16 pada siswa 10 Kesesuaian dengan indikator 16 11 Pengamatan terhadap kemajuan 14 siswa 12 Rangkuman 13 13 Pemberian tugas 16 Jumlah 128 69 Tingkat Keberhasilan 15,15 Kriteria Keterampilan Guru B Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Tabel 4.11 hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script. Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan tindakan yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Guru mempersiapkan alat pembelajaran yaitu guru menghapus white board. Kemudian guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran dengan menenangkan siswa yang ramai dan mengatur agar siswa duduk di tempat duduknya, guru juga mengecek kerapian dan kelengkapan pakaian siswa. Setelah siswa terkondisikan dengan baik kemudian guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian guru melakukan presensi dan ternyata siswa yang hadir adalah 40 orang.

53 Guru menginformasikan siswa bahwa pada hari ini akan dibahas materi mengenai operasi hitung pecahan yaitu mengubah pecahan biasa ke dalam persen dan desimal. Pada saat apersepsi guru benar-benar mengupayakan siswa agar mereka bisa ingat dan mampu menguasai materi tersebut. Guru bertanya kepada siswa mengenai cara mengubah pecahan biasa ke dalam persen dan desimal. Beberapa siswa mampu menjelaskan penyelesaian dari soal tersebut. Karena ada beberapa siswa yang ramai dan tidak memperhatikan penjelasan guru, maka guru meminta siswa tersebut untuk menyelesaikan soal di depan kelas. Siswa rata-rata masih merasa kesulitan pada materi ini. Guru menginformasikan bahwa pada hari ini masih diterapkan pembelajaran dengan model cooperative script. Guru menjelaskan proses pembelajaran model cooperative script, siswa diminta untuk mempelajari LKS yang akan diberikan dan menyelesaikan soal yang ada pada LKS sesuai dengan waktu yang ditentukan. Setelah itu, siswa menjelaskan hasil yang diperoleh kepada pasangan masing-masing secara bergantian sebagai pendengar dan pembicara. Guru kemudian membagi siswa berpasangan berdasarkan pasangan sebelumnya. Selama pembelajaran matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang pengamat lain melaksanakan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x 35 menit. Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran materi operasi hitung pecahan. Kemudian guru menginformasikan bahwa pada hari ini akan diterapkan pembelajaran kooperatif model cooperative script. Guru menjelaskan proses pembelajaran menggunakan model cooperative script, siswa di minta untuk merangkum materi operasi hitung pecahan kemudian menyelesaikan soal yang telah diberikan. Setelah itu, siswa menjelaskan hasil yang diperoleh kepada pasangan masing-masing. Guru kemudian membagi siswa berpasangan berdasarkan rata-rata kemampuan akademik masing-masing siswa yaitu siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih dipasangkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan akademik dibawahnya. Pada saat pengelompokan siswa, suasana kelas sangat ramai, siswa sangat sulit dikondisikan.

54 Setelah siswa duduk berdasarkan pasangan masing-masing dan sudah terkondisikan dengan baik, Guru dibantu peneliti membagikan LKS pada setiap siswa. Kemudian guru meminta siswa mempelajari LKS dan menyelesaikan latihan soal pada LKS dalam waktu ± 20 menit. Selama mempelajari LKS, siswa yang mengalami kesulitan bertanya pada pasangan atau pada guru. Guru berkeliling kelas memantau siswa. Siswa tidak mengeluh dengan soal yang diberikan. Siswa menyelesaikan soal secara berpasangan. Walaupun masih ada beberapa siswa yang menyelesaikan secara individu. Siswa serius dan tenang dalam menyelesaikan soal, mereka tidak mengobrol selain berdiskusi menyelesaikan soal. Siswa menyelesaikan secara bersama dengan pasangannya masing-masing sedang guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Setelah waktu mempelajari LKS dan menyelesaikan soal sudah habis, guru kemudian menentukan peran pembicara dan pendengar. Siswa kemudian melaksanakan peran yang diperoleh, siswa yang berperan menjadi pembicara menjelaskan hasil jawaban kepada pasangannya sedangkan siswa yang menjadi pendengar menyimak penjelasan dan boleh bertanya jika mengalami kesulitan. Guru berkeliling untuk mengawasi selama diskusi berlangsung. Siswa kelihatan sangat aktif bertanya kepada teman jika mereka merasa kesulitan, mereka merasa lebih nyaman jika bertanya kepada teman dibandingkan bertanya kepada guru. Mereka juga saling bertukar pendapat. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru meminta siswa untuk bertukar peran, yaitu siswa yang menjadi pembicara berganti menjadi pendengar, dan sebaliknya. Setelah itu, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban di depan kelas untuk dibahas bersama. Siswa justru berebut ingin menyajikan jawaban, akhirnya guru menunjuk 4 siswa untuk menyajikan jawabannya di depan kelas. Setelah itu, guru bertanya kepada siswa apakah ada yang mempunyai jawaban yang berbeda dengan yang lainnya. Beberapa siswa berani mengungkapkan bahwa hasil yang diperoleh berbeda dengan temannya. Akhirnya guru menunjuk seorang siswa untuk menuliskan jawaban yang berbeda di depan kelas. Guru bersama dengan siswa membahas hasil jawaban yang diperoleh dan kemudian menyuruh siswa untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka. b. Hasil observasi aktivitas siswa

55 Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan I dapat dilihat pada tabel 4.12 dibawah ini: No. Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Aktivitas Yang Diamati Siklus II Pertemuan I 1 Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran 2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 3 Siswa mencatat pelajaran 4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 5 Kerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok 6 Siswa mengerjakan LKS 7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada teman-temannya 8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes Jumlah Siswa Skala Penilaian 40 15 40 14 40 13 40 11 40 13 40 15 40 12 40 13 40 14 Hasil Jumlah 360 120 4800 Rata-Rata 40 13,33 533,33 Tingkat Keberhasilan 13,33 Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Berdasarkan tabel 4.12 hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada kegiatan pertemuan pertama siklus II ini siswa tidak mengeluhkan soal yang diberikan. Beberapa siswa mencatat halhal yang penting pada buku catatan masing-masing. Siswa menyelesaikan soal bersama dengan pasangannya. Siswa serius dan tenang dalam menyelesaikan soal. Siswa saling bertukar pendapat dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal. Ada 4 siswa yang mempresentasikan hasil jawabannya. Siswa juga mengevaluasi jawaban yang diperoleh karena waktu yang ditentukan masih tersisa. Dari uraian diatas, diketahui bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika siswa lebih baik dibanding siklus I. 600 560 520 440 520 600 480 520 560

56 c. Paparan hasil belajar Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script pada siklus II pada pertemuan I. Angket di analisis setiap pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa. Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika bertujuan untuk mengetahui perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis berdasarkan hasil jawaban siswa oleh peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada aspek implementasi atau penerapan. Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika siswa masih rendah sehingga masih perlu ditingkatkan. Pada pertemuan pertama siklus II indikator yang ingin dicapai mulai nampak peningkatannya adalah Dilihat dari indikator aspek yang ingin dicapai pada aspek (1) kemampuan menemukan fakta,dengan nilai rata-rata aitem masuk kategori amat baik (2) Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai rata-rata aitem kategori amat baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai rata-rata aitem kategori baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rata kategori baik.sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan setiap aspek adalah kategori baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan setiap aspek telah tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.13 sebagai berikut. Tabel 4.13 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pemecahan Masalah Matematika Siklus II Pertemuan I Aspek No. Jumlah Skala Jumlah Soal Siswa Penilaian Kemampuan menemukan fakta 1 40 16 640 2 40 16 640 3 40 15 600 Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide 1 40 16 640 2 40 16 640 3 40 15 600

57 Kemampuan menemukan penyelesaian masalah 1 40 15 600 2 40 16 640 Penerapan Pembelajaran 1 40 15 600 2 40 15 600 Jumlah total 400 155 6200 Rata-rata 40 15,5 620 Tingkat keberhasilan 15,5 Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan : Tabel 4.14 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan siswa pada siklus II pertemuan I No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas 65 33 82,5 2 Belum Tuntas > 65 7 17,5 Jumlah 40 100 Pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika operasi hitung pecahan diperoleh data 82,5% siswa dalam kategori tuntas sedangkan 17,5% siswa dalam kualifikasi belum tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil ratarata 80 telah memenuhi KKM sekolah yakni 65. Adapun data hasil tes siswa pada siklus II pertemuan I terlampir. Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut: 100 80 60 40 20 0 82,5 33 17,5 7 Jumlah Siswa % Tuntas Belum Tuntas

58 Diagram 4.6 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus II Pertemuan I 4.1.2.2 Deskripsi Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan II a. Hasil observasi keterampilan guru Hasil observasi keterampilan guru pada siklus II pertemuan II dapat dilihat pada tabel 4.15 dibawah ini: Tabel 4.15 Hasil Observasi Kemampuan Guru dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan II No Aspek yang diamati Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 16 2 Motivasi 17 3 Revisi 17 4 Penguasaan materi 18 5 Penggunaan metode 17 6 Penggunaan alat peraga 15 7 Managemen kelas 18 8 Pemakaran materi yang penting 14 9 Menciptakan suasana belajar aktif 18 pada siswa 10 Kesesuaian dengan indikator 17 11 Pengamatan terhadap kemajuan 15 siswa 12 Rangkuman 14 13 Pemberian tugas 16 Jumlah 154 58 Tingkat Keberhasilan 16,31 Kriteria Keterampilan Guru A Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan nilai tingkat kemampuan dibagi dengan jumlah aspek yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Tabel 4.15 hasil observasi kemampuan kegiatan belajar mengajar guru dalam mengelola pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat diketahui bahwa untuk kegiatan pra pembelajaran guru melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama pembelajaran matematika berlangsung peneliti dibantu 1 orang pengamat lain melaksanakan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Kegiatan siklus II

59 dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 2 x 35 menit. Pada keterampilan guru membuka pembelajaran dengan apersepsi, Guru dibantu peneliti membagikan latihan soal pada setiap siswa. Guru meminta siswa mempelajari materi operasi hitung pecahan yakni menentukan persentase sederhana dari kuantitas atau banyak barang tertentu, mengubah pecahan biasa ke dalam persen dan desimal serta membandingkan dua jenis pecahan yang berbeda (dari desimal, persen, biasa) atau sebaliknya. Kemudian meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal yang telah dibagikan. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi mereka bertanya dan berdiskusi dengan pasangan atau bertanya pada guru dan peneliti. Setelah siswa selesai mempelajari materi, langsung mengerjakan soal yang diberikan. Ada salah seorang siswa justru langsung mengerjakan latihan soal tanpa mempelajari materi, setelah ditanya dia menjawab sudah membaca materi tersebut di rumah. Guru akhirnya mengizinkan dia untuk langsung mengerjakan latihan soal yang diberikan. Setelah waktu menyelesaikan soal sudah habis, guru kemudian menentukan peran pembicara dan pendengar. Siswa kemudian melaksanakan peran yang diperoleh, siswa yang berperan menjadi pembicara menjelaskan hasil jawaban kepada pasangan sedangkan siswa yang menjadi pendengar menyimak penjelasan dan boleh bertanya jika mengalami kesulitan. Guru berkeliling untuk mengawasi selama diskusi berlangsung. Siswa kelihatan sangat aktif bertanya kepada teman jika mereka kesulitan dan juga saling bertukar pendapat. Sesekali mereka juga bertanya kepada guru jika merasa kesulitan dan mendapatkan jawaban yang berbeda dengan pasangannya. Setelah waktu yang ditentukan habis, guru meminta siswa untuk bertukar peran, yaitu siswa yang menjadi pembicara berganti menjadi pendengar, dan sebaliknya. Setelah itu, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban di depan kelas untuk di bahas bersama. Ada salah seorang siswa yang berani menyajikan jawaban di depan kelas. Dia juga menjelaskan secara rinci jawaban yang diperoleh. Setelah selesai, guru bertanya kepada siswa apakah ada yang mempunyai jawaban yang berbeda dengan hasil jawaban siswa tersebut. Seorang siswa mengungkapkan pendapat bahwa jawaban yang diperoleh sama hanya saja berbeda

60 cara. Guru pun meminta siswa tersebut menyajikan jawaban di depan kelas. Kemudian guru dan siswa membahas bersama jawaban tersebut dan meminta siswa untuk mengumpulkan hasil jawaban mereka karena waktu pelajaran matematika sudah habis b. Hasil observasi aktivitas siswa Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel 4.16 dibawah ini: No. Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Aktivitas Yang Diamati Siklus II Pertemuan II 1 Kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran 2 Siswa mendengarkan guru menerangkan 3 Siswa mencatat pelajaran 4 Siswa berani menjawab tanpa ditunjuk 5 Kerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompok 6 Siswa mengerjakan LKS 7 Kemampuan tutur menjelaskan kepada teman-temannya 8 Ketepatan mengumpulkan hasil diskusi 9 Siswa mengerjakan soal latihan/ tes Jumlah Siswa Skala Penilaian 40 15 40 15 40 14 40 13 40 15 40 16 40 15 40 15 40 15 Hasil Jumlah 360 133 5320 Rata-Rata 40 14,78 591,11 Persentase Keberhasilan 14,78 Keterangan: Tingkat keberhasilan : hasil total dari aktifitas yang diamati dibagi dengan jumlah total siswa dari aktifitas yang diamati Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Berdasarkan tabel 4.16 hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada kegiatan pertemuan kedua siklus II ini siswa tidak mengeluhkan soal yang 600 600 560 520 600 640 600 600 600

61 diberikan. Siswa mencatat hal-hal yang penting. siswa menyelesaikan soal bersama dengan pasangannya. Siswa serius dan tenang dalam menyelesaikan soal. Siswa saling bertukar pendapat dan bekerja sama dalam menyelesaikan soal. Ada seorang siswa yang mempresentasikan hasil jawabannya. Kemudian ada siswa yang menyampaikan pendapat saat presentasi dengan cara menanggapi jawaban yang telah dituliskan. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa kreativitas pemecahan masalah matematika sudah lebih baik jika dibandingkan pada siklus I. c. Paparan hasil belajar Dalam tindakan ini peneliti menggunakan angket untuk mengukur kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika melalui pembelajaran kooperatif model cooperative script pada siklus II pada pertemuan II. Angket di analisis setiap pertemuan oleh peneliti berdasarkan hasil jawaban siswa. Angket kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika bertujuan untuk mengetahui perkembangan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika selama tindakan berlangsung. Hasil analisis angket kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika, dianalisis berdasarkan hasil jawaban siswa oleh peneliti. Siswa yang melaksanakan indikator dari aspek kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah masih rendah, kecuali pada aspek implementasi atau penerapan. Dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika siswa tinggi. Pada pertemuan kedua indikator yaitu siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika sudah kreatif. Dalam tes siswa mengerjakan soal tertulis yang dikerjakan secara individu. Dilihat indikator setiap aspek yang ingin dicapai pada aspek (1) kemampuan menemukan fakta,telah meningkat dengan nilai rata-rata aitem masuk kategori amat baik (2) Kemampuan menemukan masalah dan gagasan/ide,dengan nilai rata-rata aitem kategori amat baik (3) kemampuan menemukan penyelesaian masalah, dengan nilai rata-rata aitem kategori amat baik (4) penerapan pembelajaran,dengan nilai rata-rataa item kategori amat baik. sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai keseluruhan rata-rata tingkat keberhasilan setiap aspek adalah kategori amat baik. adapun untuk melihat lebih jelasnya dari keseluruhan setiap aspek telah tercantum dalam soal tes evaluasi dengan hasil terlihat pada tabel 4.17 sebagai berikut: Tabel 4.17 Aspek Penilaian Kreativitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pemecahan Masalah Matematika Siklus II Pertemuan II

62 Aspek No. Jumlah Skala Jumlah Soal Siswa Penilaian Kemampuan menemukan fakta 1 40 17 680 2 40 17 680 3 40 17 680 Kemampuan menemukan 1 40 17 680 masalah dan gagasan/ide 2 40 17 680 3 40 17 680 Kemampuan menemukan 1 40 17 680 penyelesaian masalah 2 40 17 680 Penerapan Pembelajaran 1 40 17 680 2 40 17 680 Jumlah total 400 170 6800 Rata-rata 40 17 680 Tingkat keberhasilan 17 Keterangan: Tingkat keberhasilan : penjumlahan total dari hasil perkalian jumlah siswa dan nilai tiap item soal dibagi dengan jumlah total siswa Patokan kriteria dan penskoran : A (16-20) kategori amat baik, B (11-15) kategori baik, C (6-10) kategori cukup, D (1-5) kategori rendah Berikut adalah hasil tes tertulis siswa dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan : Tabel 4.18 Ketuntasan hasil belajar matematika materi operasi hitung pecahan siswa pada siklus II pertemuan II No. Kategori Jumlah Siswa % 1 Tuntas 65 40 100 2 Belum Tuntas > 65 0 0 Jumlah 40 100 Pada tabel 4.18 menunjukkan bahwa persentase hasil belajar matematika operasi hitung pecahan diperoleh data 100% siswa dalam kategori tuntas. Hal ini diperkuat lagi dengan hasil rata-rata 94,57 telah memenuhi KKM sekolah yakni 65. Adapun data hasil tes siswa pada siklus II pertemuan II terlampir. Data hasil belajar dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut: 120 100 80 60 40 20 0 100 40 0 0 Jumlah Siswa % Tuntas Belum Tuntas Diagram 4.7 Analisis Keberhasilan Belajar Siklus II Pertemuan II

63 d. Refleksi Siklus II Pada siklus II terdapat 3 deskripsi yang dibuat yaitu deskripsi keterampilan/keahlian guru, deskripsi aktivitas siswa dan deskripsi hasil belajar siswa. Dari uraian deskripsi siklus II, dapat ditindak lanjuti sebagai berikut: 1. Keterlaksanaan pembelajaran. Berdasarkan pada hasil observasi kemampuan guru dalam pembelajaran terjadi peningkatan persentase keberhasilan dari 15,15 menjadi 16,31 dalam kriteria amat baik. Guru dalam penguasaan materi, penggunaan metode, penggunaan alat peraga, managemen kelas dan pemakaran materi yang penting telah berhasil ditingkatkan. 16,4 16,31 16,2 16 15,73 15,8 15,6 15,4 15,15 15,2 15 14,8 14,6 14,4 Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata Diagram 4.8 Peningkatan kemampuan guru pada siklus II Tabel 4.19 Tingkat Keberhasilan Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus II Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria Pertemuan I 15,15 B Pertemuan II 16,31 A Rata-rata 15,73 A

64 2. Aktivitas siswa Secara klasikal, aktifitas siswa mengikuti pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah mengalami peningkatan dengan presentase keberhasilan 13,33 menjadi 14,78 termasuk dalam kategori baik. Sedangkan kreativitas siswa juga mengalami peningkatan dari 15,5 menjadi 17 amat baik. 17,5 17 16,5 16 15,5 15 14,5 15,5 Diagram 4.9 Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus II Tabel 4.20 Tingkat Keberhasilan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran pada Siklus II. Pertemuan Tingkat Keberhasilan Kriteria Pertemuan I 15,5 B Pertemuan II 17 A Rata-rata 16,25 A 17 16,25 Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata 3. Hasil belajar 100 80 80 94,57 60 40 33 40 20 0 7 Ketuntasan Belum Tuntas Nilai Rata-rata 0 Pertemuan I Pertemuan II Diagram 4.10 Analisis Hasil Belajar Siswa pada Siklus II Berdasarkan diagram 4.10 maka dapat disimpulkan bawa terdapat kenaikan dari siklus II pertemuan I ke pertemuan II. Jika, di rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan pada siklus II sebesar 91,25% dengan nilai rata-rata kelas sebesar

65 87,28. Mengacu pada indikator keberhasilan penelitian, menetapkan sebesar 100% siswa mengalami ketuntasan dalam belajar. Dalam siklus II dinyatakan bahwa tingkat kreativitas dan prestasi belajar siswa tuntas, maka penelitian dihentikan. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berikut adalah pembahasan hasil penelitian mengenai pembelajaran dengan model cooperative script yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Salatiga 08 dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran maupun dari lembar observasi, angket serta tanya jawab dengan siswa dan guru. Selama proses pembelajaran siswa dibagi berpasangan. pasangan tersebut bersifat permanen, artinya selama proses pembelajaran berlangsung siswa mempunyai yang tetap kecuali pasangannya tidak hadir maka di ganti dengan siswa lain. Dilihat dari proses pembelajaran, sebagian besar siswa telah mengikuti pelajaran dengan baik. Hal ini didukung oleh pendapat guru yang mengatakan bahwa siswa serius mengikuti proses pembelajaran dan siswa juga merasa bahwa mereka senang dengan adanya pembelajaran dengan model cooperative script. Siswa belajar di kelas dengan berdiskusi bersama pasangan, setiap pasangan terdiri dari seorang siswa yang mempunyai kemampuan akademis lebih di banding dengan pasangannya. Hal ini dilakukan karena pengelompokan secara heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung serta memudahkan dalam pengelolaan kelas. Jika dalam sebuah kelompok belajar anggota terdiri dari siswa dengan kemampuan yang berbeda, maka siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dapat memberikan bimbingan kepada siswa yang mempunyai kemampuan lebih rendah. Hasil tanya jawab dengan siswa diketahui bahwa siswa merasa senang belajar secara berpasangan, hal tersebut dikarenakan siswa lebih leluasa bertanya kepada pasangan jika merasa kesulitan, mereka juga merasa lebih nyaman dan tidak malu jika bertanya kepada teman dari pada bertanya kepada guru. Dengan demikian dampak pembelajaran dengan model cooperative script telah dirasakan siswa yaitu siswa merasa bersama-sama dalam menghadapi suatu masalah, saling bertukar pendapat dan saling melengkapi. Ada perasaan bahwa siswa lebih terdorong untuk menyelesaikan masalah bersama dengan pasangannya, selain itu siswa juga berusaha semampunya untuk menggunakan cara-cara yang tidak terpaku dengan buku. Mereka juga berusaha