BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN SUMBER DAN KEBUTUHAN INFORMASI UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PETANI DALAM BERCOCOK TANAM PADI SAWAH DI DESA WAIMITAL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB VII KARAKTERISTIK INTERNAL, KARAKTERISTIK EKSTERNAL, DAN KARAKTERSTIK INOVASI PRIMA TANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Instrumentasi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Luas areal tanaman Luas areal serangan OPT (ha)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK

BAB VI PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP MEREK DAN LEAFLET

I. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

Lampiran 1. Peta Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ABSTRAK. Diarsi Eka Yani Pepi Rospina Pertiwi Argadatta Sigit Program Studi Agribisnis, Jurusan Biologi FMIPA-UT ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK PADA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) LADA DI UPT BUKIT KEMUNING LAMPUNG UTARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA RAMBAH TENGAH BARAT KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

III. METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

Transkripsi:

6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir merata pada ketiga rentang usia tersebut, tetapi pada rentang usia 50-59 tahun merupakan usia terbanyak yaitu 36,7 persen, seperti ditunjukkan pada Tabel 4 di bawah. Sementara itu dilihat dari jumlah penduduk desa Padahurip secara keseluruhan maka jumlah penduduk kategori usia II menempati jumlah terbesar jika dibandingkan dengan penduduk usia I dan usia III. Dengan demikian yang berprofesi sebagai petani terpusat pada penduduk yang berusia II dan usia III yaitu usia di atas 50 tahun. Hal ini terjadi karena penduduk yang tergolong usia I lebih memilih untuk berdagang di luar desa Padahurip dibandingkan dengan bertani di desanya. Bertani di mata genrasi muda penduduk desa masih dianggap kurang menjanjikan keuntungan jika dibandingkan dengan berdagang di kota. Oleh karena itu penduduk usia muda Desa Padahurip lebih memilih berjualan atau menjadi buruh bangunan di kota. Tabel 4. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur Umur (tahun) Jumlah Persentase (%) Usia I (< 50) 9 30,0 Usia II (50-59) 11 36,7 Usia III (> 59) 10 33,3 6.1.2. Tingkat Pendidikan Sebanyak 90 persen responden mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, yaitu hanya sampai tingkat sekolah dasar atau sederajat yaitu sekolah rakyat (SR). Hal ini menunjukkan bahwa bertani padi dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk oleh petani dengan kategori pendidikan formal rendah. Responden

berpendidikan menengah dan tinggi jumlahnya sangat sedikit yaitu hanya 10 persen. Sedangkan fakta ini bisa memberikan isyarat bahwa masyarakat di desa Padahurip dengan pendidikan formal yang tinggi enggan untuk mengambil profesi sebagai petani. Seperti dtunjukkan dalam Tabel 5. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) Rendah (SD/SR) 27 90,0 Menengah (SMP) 2 6,7 Tinggi (SMA) 1 3,3 Jika memperhatikan tingkat pendidikan responden di desa Padahurip ini maka dapat disimpulkan bahwa responden minimal telah mampu membaca dan menulis sebagai modal dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Menurut Soekartawi (2005) pendidikan mungkin bisa menciptakan dorongan mental untuk menerima inovasi yang menguntungkan dapat diciptakan. 6.1.3. Luas Lahan Sebagian besar responden (86,7 persen) termasuk kategori pemilik lahan cukup luas, yaitu antara 0,5 ha sampai dengan 1,9 ha. Responden yang memiliki lahan sempit berjumlah 3,3 persen. Sebagian besar responden menyatakan kurangnya modal untuk lebih mengintensifkan usahataninya dan kekurangan informasi tentang usahatani padi sebagai faktor pendukung dalam pengambilan keputusan strategisnya. Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Luas Lahan Luas Lahan Jumlah Persentase (%) Sempit (< 0,5 ha) 1 3,3 Cukup Luas (0,5 1,9 ha) 26 86,7 Luas (> 2 ha) 3 10,0 Kepemilikan lahan pertanian di Desa Padahurip masih tergolong rendah untuk ukuran usahatani komersial yang diharapkan mampu bersaing dengan

petani lainnya. Terbatasnya kepemilikan lahan ini salah satunya diakibatkan karena sistem pembagian lahan yang turun temurun berdasarkan jumlah anggota keluarga, jadi makin panjang generasi dan makin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin kecil jumlah bagian lahan yang diterima generasi berikutnya. Disamping adanya sistem budaya petani setempat yang unik, hal lain yang terkait dengan kondisi lahan pertanian di Desa Padahurip adalah adanya beberapa lahan yang masih belum jelas kepemilikannya. Persengketaan yang sering terjadi adalah lahan yang berkepemilikan ganda dengan perhutani. 6.1.4. Keikutsertaan pada Pelatihan Mayoritas responden dalam penelitian ini pernah mengikuti pelatihan yang pernah diadakan di desa Padahurip. Responden yang pernah mengikuti pelatihan berjumlah 86,7 persen sedangkan yang belum pernah mengkuti pelatihan hanya 13,3 persen. Fakta ini dapat diartikan bahwa dengan adanya pelatihan dapat memberikan manfaat yang dirasakan oleh para petani dalam menunjang keberhasilan usahatani mereka sehingga mereka tertarik untuk mengikuti pelatihan. Selain alasan itu, rendahnya tingkat pendidikan formal petani di Desa Padahurip menjadi salah satu motivasi mereka untuk mengikuti pelatihan dengan harapan dapat menambah pengetahuan mereka di bidang pertanian. Tabel 7. Jumlah dan persentase responden dalam keikutsertaannya pada pelatihan Keikutsertaan Pelatihan Jumlah Persentase (100%) Pernah 26 86,7 Tidak pernah 4 13,3 Pelatihan yang pernah diikuti oleh responden adalah SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) dan SLPTT (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu) keduanya diselenggarakan oleh penyuluh pertanian dari dinas pertanian kabupaten dan pelaksana lapangan dari dinas pertanian kecamatan. SLPHT merupakan pelatihan yang paling awal diselenggarakan di desa Padahurip sekitar tahun 1990, kemudian sekitar tahun 2007 diselenggarakan SLPTT. Petani di desa Padahurip merespon positif dengan

hadirnya penyuluh di desanya, hal tersebut dapat dibuktikan dengan keikutsertaan petani dalam program penyuluhan seperti SLPHT dan SLPTT yang dominan. 6.2. Jenis Sumber Informasi Sumber informasi yang dikaji dalam penelitian ini berjumlah sembilan sumber yaitu penyuluh, suplier, orang tua/kerabat, teman, surat kabar, majalah pertanian, brosur, radio, dan televisi. Walaupun setelah melalui penelitian tidak semua sumber informasi tersebut dapat diakses dan digunakan atau dimanfaatkan oleh petani padi di lokasi penelitian yaitu desa Padahurip. Dari sembilan sumber informasi di atas, empat sumber informasi belum dapat diakses oleh petani setempat, yaitu surat kabar, majalah pertanian, radio, dan televisi. Surat kabar dan majalah pertanian tidak menjadi sumber informasi agribisnis bagi petani di desa Padahurip karena surat kabar dan majalah pertanian belum bisa diakses oleh petani setempat. Dari 30 responden dalam penelitian ini tidak ada yang menggunakan surat kabar dan majalah pertanian sebagai sumber informasinya. Hal ini sesuai dengan informasi monograf desa Padahurip yang menyatakan bahwa penduduk desa belum ada yang menggunakan atau berlangganan surat kabar dan majalah pertanian. Selain surat kabar dan majalah pertanian, sumber informasi lainnya yang belum dijadikan sumber informasi oleh petani di desa Padahurip adalah radio dan televisi. Radio belum dijadikan sumber informasi oleh petani karena belum ada stasiun radio pertanian atau stasiun radio yang menyajikan informasi pertanian yang dapat diakses oleh petani di desa Padahurip. Stasiun radio yang dapat diakses di desa Padahurip hanya stasiun radio dengan gelombang dan frekwensi yang kuat. Hal itu terjadi karena pengaruh dari kondisi geografis desa Padahurip yang dikelilingi oleh pegunungan dan bukit. Sama halnya dengan radio, televisi juga masih belum menjadi sumber informasi bagi petani di desa Padahurip karena rata-rata stasiun televisi yang dapat diakses hanya ada empat stasiun televisi, yaitu RCTI, TransTV, Indosiar, dan ANTV. Sementara stasiun televisi tersebut jarang sekali menyajikan informasi seputar pertanian, berbeda dengan TVRI dan beberapa stasiun televisi swasta lain seperti TPI yang memiliki program khsuus pertanian. Sedangkan

sumber informasi yang digunakan oleh petani padi di desa Padahurip adalah brosur, penyuluh, suplier, orang tua/kerabat, dan teman. 6.2.1. Brosur Brosur merupakan salah satu sumber informasi yang diakses oleh petani di desa Padahurip. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden menunjukkan bahwa 23,3 persen responden memperoleh informasi agribisnis tanaman padinya dari brosur, sedangkan sisanya yaitu 76,7 persen menyatakan tidak memperoleh informasi melalui brosur, seperti ditunjukkan dalam Tabel 8. Brosur-brosur tersebut diperoleh petani melalui pembagian oleh perusahaan swasta, ikut membaca dirumah teman, dan diberi oleh penyuluh. Adapun menurut urutan persentase terbesarnya untuk memperoleh informasi dari brosur tersebut dilakukan petani dengan cara ikut membaca di rumah teman sesama petani. Sedangkan intensitas membaca brosur yang dilakukan oleh petani rata-rata satu jam dalam seminggu. Tabel 8. Jumlah dan persentase responden pengguna Brosur Responden Jumlah Persentase (%) Pengguna 7 23,3 Bukan pengguna 23 76,7 6.2.2. Penyuluh Pertanian Perhatian masyarakat petani di desa Padahurip terhadap penyuluh pertanian dalam kaitannya sebagai sumber informasi agribisnis untuk usahatani mereka cukup besar. Hal ini bisa diperhatikan dalam Tabel 9, responden pada penelitian ini 86,7 persen menyatakan bahwa mereka memperoleh informasi agribisnis tanaman padi mereka dari penyuluh. Informasi-informasi agribisnis tanaman padi dan informasi pendukung lainnya disampaikan penyuluh melalui dua kegiatan yaitu SLPHT dan SLPTT. Petani memilih penyuluh sebagai sumber informasinya karena penyuluh memiliki kelebihan dibandingkan dengan sumber informasi lainnya, seperti relatif lebih mudah mengaksesnya dan murah biaya untuk memperolehnya.

Informasi dari penyuluh pertanian lebih mudah untuk diakses karena penyuluh petanian di loksai penelitian ini yaitu desa Padahurip telah memiliki jadwal rutin bertemu dengan masyarakat petani di kelompok tani. Petani dan penyuluh dapat berinteraksi rata-rata 2 jam setiap minggunya. Dengan intensitas pertemuan yang relatif singkat tersebut tetapi petani merasa puas karena melalui penyuluh dapat dilakukan komunikasi dua arah. Disamping mudah diakses informasi dari penyuluh juga relatif lebih mudah dipahami karena ada kesempatan untuk berdiskusi dan bertanya. Penyuluh juga akan berusaha agar seefektif mungkin dalam melaksanakan tigasnya di lapangan. Akan lebih efektif jika penyuluh menciptakan situasi yang dapat meyakinkan petani mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman mereka, misalnya pupuk, pestisida, dan lain-lain (A.W. van den Ban, 1999). Tabel 9. Jumlah dan persentase responden pengguna Penyuluh Responden Jumlah Persentase (%) Pengguna 26 86,7 Bukan pengguna 4 13,3 Selain kemudahan dalam mengakses informasinya, penyuluh juga merupakan sumber informasi yang berbiaya relatif murah karena dalam proses transformasi informasinya tanpa harus mengeluarkan biaya kepada para penyuluh tersebut. Sehingga petani dapat dengan leluasa menggali informasi tentang usahatani padi dari penyuluh pada waktu yang telah ditentukan bersama tersebut. 6.2.3. Suplier Pada Tabel 10 berikut dapat kita perhatikan bahwa masih terdapat responden yang memanfaatkan suplier sebagai salah satu sumber informasi agribisnis mereka. Dari seluruh resonden yang berjumlah 30 orang, 20 persen dari mereka mendapakan informasi agribisnisnya dari suplier. Hal ini dapat diartikan bahwa responden lebih memilih komunikasi langsung secara personal untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkannya, dibandingkan dengan membaca atau yang lainnya.

Tabel 10. Jumlah dan persentase responden pengguna Suplier Responden Jumlah Persentase (%) Pengguna 6 20,0 Bukan pengguna 24 80,0 Responden biasanya bertemu sekaligus berkomunikasi dengan suplier di toko sarana produksi pertanian, dan di warung. Sedangkan frekwensi interaksinya dalam rentang sepekan responden berkomunikasi sekaligus mendapatkan informasi dari suplier rata-rata selama 1 jam. Petani di Desa Padahurip memang masih menggunakan informasi dari suplier tersebut sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusannya, karena menganggap bahwa suplier memiliki informasi-informasi terkini karena sering ke kota. 6.2.4. Orang Tua Pada Tabel 11 ditunjukkan bahwa petani di desa Padahurip masih menjadikan orang tua mereka sebagai sumber informasi agribisnis mereka, bahkan masih cukup dominan sampai 73,3 persen. Artinya dalam setiap pengambilan keputusan strategis mereka terkait dengan usahatani padinya masih memerlukan bantuan informasi dari orang tuanya. Hal ini terjadi karena mereka menganggap bahwa orang tua memiliki pengalaman bertani yang lebih lama dibandingkan mereka sehingga pendapat dan informasinya dianggap cukup akurat utuk dijadikan salah satu pertimbangannya. Tabel 11. Persentase responden pengguna sumber informasi Orang Tua Responden Jumlah Persentase (%) Pengguna 22 73,3 Bukan pengguna 8 26,7 Petani di Desa Padahurip yang didominasi oleh petani golongan tua yaitu petani dengan usia di atas 50 tahun memiliki kecenderungan untuk mencari informasi dari sumber yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan mencari ke sumber lain yang mereka rasa sulit. Orang tua cenderung tidak terlalu suka

dengan resiko atau tantangan dibandingkan dengan anak muda, itulah yang terjadi dengan petani di Desa Padahurip. 6.2.5. Teman Pada Tabel 12 di bawah dapat dijelaskan bahwa teman sesama petani yang berada di desa Padahurip masih menjadi salah satu sumber informasi bagi petani, bahkan mencapai 83 persen dari responden petani mendapatkan informasinya dari teman sesama petani. Hal ini bisa diartikan bahwa komunikasi antar petani masih berjalan normal, antar petani tidak menggap sebagai kompetitor tetapi sebagai saudara, sehingga diatara mereka masih terbuka dalam berkomunikasi termasuk dalam hal usahataninya. Komunikasi antar petani yang terbuka seperti inilah yang membuat penguasaan informasi agribisnis antar mereka sama. Tabel 12. Persentase responden pengguna sumber informasi Teman Responden Jumlah Persentase (%) Pengguna 25 83,3 Bukan pengguna 5 16,7 Sumber-sumber informasi yang telah dibahas sebelumnya yang merupakan sumber informasi petani di desa Padahurip adalah brosur, penyuluh, suplier, orang tua, dan teman. Diantara sumber-sumber informasi tersebut ada sumber informasi selalu diakses oleh petani untuk setiap informasi yang dibutuhkannya, seperti ditunjukkan pada Tabel 13 dibawah. Tabel 13. Sumber Informasi dan Informasi yang Diakses Petani Pemilihan Teknis Hama dan Informasi Informasi Benih (%) Penanaman(%) Penyakit (%) Pasar (%) Sumber Informasi Penyuluh 56,7 53,3 56,3 16,7 Suplier 6,7 10,0 - - Orang Tua 3,3 16,7-53,3 Teman 23,3 20,0 43,7 30,0 Brosur 10,0 - - -

Tabel 13 juga dapat dijelaskan bahwa penyuluh sebagai salah satu sumber informasi yang digunakan oleh petani di desa Padahurip merupakan sumber informasi dominan yang dimanfaatkan oleh patani. Hal itu dapat dilihat dari persentase informasi yang diakses dari penyuluh terutama pada informasi pemilihan benih, teknis penanaman, dan hama dan penyakit dengan persentase melebihi 50 persen. Seperti telah dijelaskan sebelumnya petani lebih memilih penyuluh sebagai sumber informasinya karena penyuluh memiliki kelebihan dibandingkan sumber informasi lainnya seperti kemudahan akses, kelengkapan informasi, dan murah biayanya. Petani di Desa Padahurip lebih banyak menggunakan penyuluh pertanian sebagai sumber informasinya karena informasi yang berasal dari penyuluh pertanian dianggap petani lebih mudah untuk dipahami dibandingkan dengan informasi dari sumber lainnya. Selain hal itu dilihat dari segi biayapun informasi dari penyuluh petani menganggap sangat murah karena tidak harus mengeluarkan biaya dalam setiap pertemuan dengan penyuluh pertanian. 6.3. Informasi Agribisnis yang Dibutuhkan Petani Padi Responden dalam penggunaan dan melakukan interaksinya dengan sumber-sumber informasi tentu memiliki motivasi dan tujuan. Motivasi dan tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan dan informasi agribisnis tentang berbagai hal yang berhubungan dengan usahatani padi mereka. Dalam melakukan hubungannya tersebut ternyata responden memiliki kebutuhan informasi agribisnis yang berbeda pada setiap sumber informasi yang diaksesnya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap petani di Desa Padahurip ternyata dari lima sumber informasi yang telah dibahas sebelumnya maka petani memiliki lima kebutuhan informasi agribisnis spesifik yang berbeda. Adapun informasi-informasi agribisnis secara umum yang dibutuhkan oleh petani di desa Padahurip sebagai responden adalah pemilihan benih, teknis penanaman, hama dan penyakit, dan informasi pasar. Seperti halnya sumber informasi ada yang dominan digunakan oleh petani yaitu penyuluh pertanian. Kontens informasi agribisnis yang berasal dari sumber-sumber informasi ada yang lebih dibutuhkan oleh petani padi yaitu informasi pasar dan harga karena

keterbatasan informasi tersebut. Informasi pasar merupakan informasi yang sangat berharga untuk menentukan keputusan-keputusan strategis petani sebelum melakukan usahataninya. Pada Tabel 13 di atas informasi tentang pasar diakses petani melalui tiga sumber informasi, yaitu dari penyuluh pertanian, orang tua, dan dari teman sesama petani. Petani di Desa Padahurip benar-benar sangat memerlukan informasi pasar hasil pertanian mereka karena selama ini mereka belum memiliki informasi pilihan lain yang terkait dengan pasar yang bisa dijadikan perbandingan. Oleh karena itu kondisi demikian sering dimanfaatkan pedagang pengumpul hasil produksi petani untuk menekan harga beli terhadap petani karena keterbatasan informasi yang dimiliki oleh petani setempat. Harapan petani di Desa Padahurip adalah adanya informasi yang lengkap tentang kondisi pasar terutama terkait dengan harga padi sebagai komoditas produksi mereka. 6.4. Hubungan Karakteristik Individu dengan Sumber Informasi Karakteristik individu adalah sifat-sifat yang melekat pada diri petani yang mencakup usia, pendidikan, luas lahan, dan keikutsertan pada pelatihan. Karakteristik individu pada sub bab ini dihubungkan dengan sumber informasi terhadap brosur, penyuluh, suplier, orang tua, dan teman. Hasil pengolahan data dengan menggunakan aplikasi SPSS 13.0 menghasilkan hubungan karakteristik individu dengan sumber informasi agribisnis dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hubungan antara karakteristik individu dengan sumber informasi Sumber informasi Karakter Individu Brosur Penyuluh Suplier Orang tua Teman Usia 0,420* 0,234 0,128-0,310 0,093 Pendidikan -0,324-0,131-0,129 0,042-0,149 Luas lahan 0,061-0,044-0,213 0,176-0,050 Keikutsertaan dalam pelatihan Ket 0,216 1,000** 0,196-0,015-0,175 *: terdapat hubungan nyata pada taraf nyata 0,05 dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman **: terdapat hubungan nyata pada taraf nyata 0,01 dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman

Tabel 14 menggambarkan bahwa karakteristik individu yang berhubungan nyata dengan sumber informasi hanya usia dan keikutsertaan dalam pelatihan. Karakteristik yang lainnya, yaitu pendidikan dan luas lahan tidak berhubungan secara nyata dengan sumber informasi. Usia berhubungan nyata secara positif dengan sumber informasi brosur, artinya adalah semakin bertambah usia petani semakin bertambah pula intensitas penggunaan brosur sebagai sumber informasinya. Walaupun hubungan antara usia dengan sumber informasi brosur lemah, tetapi masih merupakan hal penting untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan spesifik di Desa Padahurip. Petani yang berada di Desa Padahurip didominasi oleh usia II dan usia III yaitu usia di atas 50 tahun yang mencapai 70 persen, sedangkan petani yang di bawah 50 tahun hanya 30 persen seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Intensitas waktu rata-rata yang petani gunakan untuk membaca brosur adalah satu jam dalam seminggu. Petani biasanya memperoleh brosur dari tokotoko penyedia sarana produksi pertanian, dari produsen-produsen benih setempat, dan pembagian dari penyuluh pertanian. 6.4.1. Hubungan Usia dengan Sumber Informasi Tabel 14 memperlihatkan bahwa pada usia petani yang beragam sumber informasi yang digunakan oleh petani cenderung sama. Hal ini berarti bahwa usia petani tidak berhubungan dengan sumber informasi yang berupa penyuluh, suplier, orang tua dan teman. Selain itu, dari hasil uji korelasi rank Spearman pada Tabel 14 tersebut juga memperlihatkan bahwa usia petani dengan sumber informasi brosur berhubungan positif secara nyata. Semakin tua usia petani semakin tinggi pula intensitas pengguanaan brosur sebagai sumber informasi mereka. Begitu juga sebaliknya semakin muda usia petani maka akan semakin rendah pula intensitas pengguanaan brosur sebagai sumber informasinya dan akan cenderung untuk menggunakan sumber informasi lain selain brosur. Petani golongan tua cenderung menggunakan brosur karena brosur telah tersedia dan dibagikan langsung oleh produsen atau perusahaan-perusahaan swasta penyedia sarana pertanian. Petani yang tergolong muda intensitas penggunaan brosurnya rendah atau cenderung memilih selain brosur karena mereka masih semangat untuk mencari sumber informasi lain.

6.4.2. Hubungan Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Sumber Informasi Keikutsertaan petani pada pelatihan berhubungan positif secara nyata dengan sumber informasi penyuluh. Hal ini berarti bahwa petani yang pernah mengikuti pelatihan pertanian maka akan menggunakan penyuluh sebagai sumber informasinya. Keterangan tersebut bisa dilihat pada hasil uji korelasi rank Spearman pasa Tabel 14. Hubungan antara keikutsertaan dalam pelatihan dengan penyuluh merupakan hubungan nyata positif yang sangat kuat, hal ini jelas terjadi karena dalam penyampaian informasi yang dilakukan oleh penyuluh biasanya dengan sistem pelatihan dan sekolah lapangan terbuka yang dikenal dengan program SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) dan SLPTT (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu). Petani di Desa Padahurip lebih memilih penyuluh sebagai sumber informasi dengan pelatihan-pelatihan di dalamnya karena melalui pelatihan yang diselenggarakan penyuluh dirasakan sangat eektif oleh petani setempat. Petani di sana juga sebagaian besar mengakses penyuluh sebagai sumber informasinya yaitu 86,7 persen menggunakannya. Alasan lebih banyak mengunakan penyuluh adalah kemudahan mengakses informasi dan juga tanpa dipungut biaya serta lebih mudah untuk dipahami karena memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah. 6.5. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kebutuhan Informasi Karakteristik individu pada sub bab ini dihubungkan dengan informasi agribisnis yang dibutuhkan oleh petani. Informasi agribisnis yang dibutuhkan oleh petani terdiri atas informasi pemilihan benih, teknis penanaman, hama dan penyakit, dan informasi pasar. Hasil pengolahan data dengan menggunakan aplikasi SPSS 13.0 menghasilkan hubungan karakteristik individu dengan kebutuhan informasi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 menggambarkan bahwa karakteristik individu yang berhubungan nyata secara positif dengan kebutuhan informasi adalah usia dan keikutsertaan pada pelatihan. Jika dianalisis kekuatan hubungannya, keikutsertaan dalam pelatihan memiliki hubungan yang yang cukup kuat dengan informasi pemilihan benih dan informasi teknis penanaman, sedangkan usia dengan teknis penanaman dan keikutsertaan dalam pelatihan dengan informasi pasar memiliki hubungan

yang lemah. Karakteristik individu yang lainnya yaitu pendidikan dan luas lahan tidak berhubungan nyata dengan kebutuhan informasi. Tabel 15. Hubungan antara karakteristik individu dengan kebutuhan informasi yang diakses petani Karakter Individu Jenis Kebutuhan Informasi Pemilihan Benih Teknis Penanaman Hama &Penyakit Info Pasar Usia 0,341 0,397* 0,103 0,032 Pendidikan 0,003-0,011 0,111-0,104 Luas lahan -0,326-0,322-0,232-0,304 Keikutsertaan dalam pelatihan Ket 0,530** 0,595** -0,364 0,433* *: terdapat hubungan nyata pada taraf nyata 0,05 dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman **: terdapat hubungan nyata pada taraf nyata 0,01 dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman 6.5.1. Hubungan antara Usia dengan Kebutuhan Informasi Hasil uji korelasi rank Spearman pada Tabel 15 memperlihatkan bahwa usia petani berhubungan positif secara nyata dengan kebutuhan informasi teknis penanaman. Berarti semakin tinggi (tua) usia petani maka kebutuhan informasi akan teknis penanaman semakin tinggi. Petani yang lebih tua cenderung banyak pertimbangan dan hati-hati dengan aktivitas bertaninya hal ini juga berpengaruh pada teknis penanaman padi mereka. Petani yang berusia tua cenderung banyak pertimbangan dalam hal teknis penanaman padi mereka, pada beberapa kasus mereka masih tergantung pula dengan beberapa kepercayaan dan mitos-mitos pertanian. Petani yang tergolong petani usia muda tidak terlalu membutuhkan informasi teknis penanaman, karena mereka cenderung ingin mencoba pengalaman baru. Petani di Desa Padahurip secara umum memang didominasi oleh petani dengan usia di atas 50 tahun, seperti dapat kita lihat pada Tabel 4. Sedangkan informasi teknis penanaman 53,3 persen mereka peroleh dari sumber informasi penyuluh pertanian. Oleh karena itu kualitas dan kuantitas penyuluh di

Desa Padahurip perlu ditingkatkan agar dapat mengakomodir kebutuhan informasi petani setempat. 6.5.2. Hubungan antara Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Kebutuhan Informasi Hasil uji korelasi rank Spearman pada Tabel 15 memperlihatkan bahwa keikutsertaan petani dalam pelatihan berhubungan positif secara nyata dengan tiga kebtuhan informasi yaitu pemilihan benih, teknis penanaman, dan informasi pasar. Hal ini berarti bahwa petani mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas pertanian adalah untuk mendapatkan informasi tentang pemilihan benih, teknis penanaman, dan informasi pasar. Informasi pemilihan benih dan teknis penanaman berhubungan kuat dengan keikutsertaan pada pelatihan, karena dua hal ini yang lebih sering disampaikan dalam setiap pelatihan yang diselenggarakan oleh penyuluh pertanian. Sedangkan informasi pasar tidak terlalu tidak terlalu dominan disampaikan dalam pelatihan, oleh karena itu petani masih sering mengakses informasi pasar dari orang tua atau tean sesama petani. Keterbatasan informasi yang petani dapatkan yang membuat mereka tertarik untuk ikut dalam setiap pelatihan yang diadakan oleh penyuluh pertanian di Desa Padahurip. Petani beranggapan bahwa informasi yang relatif lebih akurat mengenai pemilihan benih, teknis penanaman, dan informasi pasar akan mereka peroleh melalui pelatihan yang mereka ikuti. Walaupun pendidikan formal petani di Desa Padahurip hanya rata-rata lulusan sekolah dasar, tetapi kemauan mereka untuk menambah pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan usahatani padi cukup tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan formal petani di Desa Padahurip menjadi salah satu motivasi positif bagi petani untukterus mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh penyuluh pertanian setempat.