BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Preferensi Konsumen Penduduk Bojonegoro sangat beragam dilihat dari kondisi sosial ekonominya antara lain tingkat pendidikan, umur, tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan membuat hal ini berpengaruh terhadap preferensi konsumen. Keputusan konsumen dalam membeli suatu produk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang melekat pada diri konsumen yaitu afeksi, kognisi dan perilaku konsumen. Selain itu juga dipengaruhi oleh lingkungan pemasaran dan stratregi pemasaran suatu produk. Dilihat dari faktor tingkat pendidikan konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro sangat beragam. Ini dapat dlihat pada tabel 14 di bawah ini. Tabel14. Tingkat pendidikan konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro Tingkat pendidikan Responden Prosentase (%) SD / MI 1 3,33 SMP / MTs 1 3,33 SMA/MA/SMK 2 6,67 SI 22 73,37 S2 4 13,3 JUMLAH Sumber : data primer diolah 2015 Berdasarkan tabel 16, konsumen buah jeruk keprok yang paling banyak adalah yang berpendidikan Sarjana Strata 1 yaitu sebesar 73,37% (22 responden), diikuti dengan yang berpendidikan Sarjana Strata 2 yaitu sebesar 13,3% (4 responden). Sedangkan konsumen yang berpendidikan SMA sebesar 6,67% (2 responden), dan yang berpendidikan SMP dan SD masing-masing sebesar 3,33% (masing-masing 1 responden). Dilihat dari faktor jenis pekerjaan, konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro sangat beragam. Ini dapat dilihat dari tabel 15.

2 Tabel 15. Jenis pekerjaan konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro Jenis pekerjaan Responden Prosentase (%) Swasta 14 46,67% Guru dan pegawai pem ,33% Jumlah Sumber : data primer diolah 2015 Berdasarkan jenis pekerjaan, konsumen buah jeruk keprok paling banyak berprofesi sebagai guru dan pegawai pemerintahan sebesar 53,337% ( 16 responden ). Sedangkan swasta menempati urutan kedua sebesar 46,67% ( 14 responden ). Berdasarkan kelompok umur, konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro sangat beragam. Ini dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Kelompok umur konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro Kelompok umur responden Prosentase (%) , ,34 Jumlah Sumber : data primer diolah 2015 Berdasarkan kelompok umur, dapat diketahui bahwa golongan umur tahun merupakan konsumen buah jeruk keprok yang lebih besar yaitu sebesar 33,33% ( 10 responden). Pada urutan kedua, konsumen pada kelompok umur tahun sebesar 23,34% ( 7 responden). Sedangkan kelompok konsumenyang paling kecil adalah kelompok umur tahun sebesar 13,33 % ( 4 responden). Dilihat dari tingkat pendapatan, konsumen buah jeruk keprok juga beragam. Ini dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Tingkat pendapatan konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro Tingkat pendapatan Responden Prosentase(%) < , ,67 Jumlah Sumber : data primer diolah 2015.

3 Berdasarkan tingkat pendapatan, dapat diketahui bahwa konsumen jeruk keprok di kabupaten Bojonegoro paling banyak yang berpendapatan diatas Rp ,00 setiap bulan. Sedangkan kelompok responden yang paling kecil yaitu yang berpendapatan kurang dari Rp tiap bulan sebesar 30% ( 9 responden). Berdasarkan jumlah anggota keluarga atau tanggungan dalam keluarga, hampir 90% konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro merupakan keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga berjumlah 4 (empat) orang. Sedangkan, jika dilihat dari keputusan dalam membeli buah jeruk keprok lebih didominasi oleh perempuan. Hal ini terlihat dari responden buah jeruk keprok di kabupaten Bojonegoro hampir 90% adalah perempuan. Dilihat dari faktor-faktor perilaku konsumen yang membedakan preferensi konsumen berdasarkan hasil analisis uji chi square, dapat diketahui bahwa ada keselarasan konsumen terhadap preferensi konsumen. Ini dapat dilihat pada tabel 18. perilaku Tabel 18. Nilai chi square faktor-faktor yang membedakan preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro Faktor-faktor preferensi Df Asymp. sig Chi square hitung Chi square tabel (α = 0,05) Jenis kelamin 1 0,283 1,154 3,84 Umur 3 0,173 4,978 7,81 Pendidikan 4 0,186 6,182 9,49 Pekerjaan 1 0,713 0,136 3,84 Pendapatan 2 0,022 7,632 5,99 Jumlah anggota keluarga 1 0,361 0,833 3,84 Sumber : data diolah, 2015 Berdasarkan tabel 18, nilai chi square hitung jenis kelamin sebesar 1,154. Nilai chi square tabel pada derajat kebebasan satu dan tingkat kepercayaan 95% untuk faktor jenis kelamin sebesar 3,84. Berdasarkan hasil analisis chi square, faktor preferensi konsumen untuk jenis kelamin, nilai chi square hitung lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai chi square tabel menyatakan faktor jenis kelamin tidak ada keselarasan (tidak berbeda) terhadap preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro. Nilai chi square hitung faktor umur sebesar 4,978. Nilai chi square ini jika dibandingkan dengan nilai chi square tabel pada derajat kebebasan 3 ( tiga ) dengan tingkat kepercayaan 95% sebesar 7,81. Faktor umur berdasarkan analisis chi square tidak ada

4 keselarasan (tidak berbeda) terhadap preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro. Nilai chi square hitung faktor pendidikan sebesar 6,812. Nilai chi square tabel untuk faktor pendidikan pada derajat kebebasan 4 dengan tingkat kepercayaan 95% sebesar 9,49. Nilai chi square hitung faktor pendidikan lebih kecil dari nilai chi square tabel sehingga faktor pendidikan tidak ada keselarasan (tidak berbeda) dalam preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro. Nilai chi square hitung faktor pekerjaan sebesar 0,136. Nilai chi square tabel faktor pekerjaan pada derajat kebebasan 1 (satu) dengan tingkat kepercayaan 95% sebesar 3,84. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai chi square hitung lebih kecil daripada nilai chi square tabel, ini menunjukkan bahwa faktor pekerjaan tidak ada keselarasan (tidak berbeda) terhadap preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro. Nilai chi square hitung faktor pendapatan sebesar 7,632. Nilai chi square tabel pada derajat kebebasan 2 (dua) dengan tingkat kepercayaan 95% sebesar 5,99. Berdasarkan hasil perhitungan nilai chi square hitung lebih besar daripada nilai chi square tabel, ini menunjukkan bahwa faktor pendapatan berbeda (goodnes of fit) terhadap preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro. Faktor pendapatan terdapat keselarasan (berbeda) dalam preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro karena harga buah jeruktermasuk dalam atribut yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli buah jeruk keprok. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dibeli oleh konsumen bergantung pada batasan pendapatan dan preferensi konsumen terhadap buah jeruk keprok. Nilai chi square hitung faktor jumlah keluarga sebesar 0,833. Nilai chi square tabel pada derajat kebebasan 1 dengan taraf kepercayaan 95% sebesar 3,84. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai chi square hitung lebih kecil daripada nilai chi square tabel, ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak berbeda (tidak selaras) terhadap preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro. Faktor-faktor yang membedakanpreferensi konsumen dalam membeli buah jeruk keprokjika dihubungkan dengan perilaku pembelian dalam satu bulan maka dapat dilihat konsumen yang suka dan tidak suka. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2009: 178) mengemukakan bahwa psikologi konsumen dan karakteristik

5 konsumen dalam perilaku konsumen akan mempengaruhikeputusan pembelian diantaranya adalah jumlah pembelian. Perilaku pembelian konsumen buah jeruk keprok berdasarkan kategori suka dan tidak sukadiperoleh dari perilaku pembelian konsumen buah jeruk keprok dalam satu bulan. Konsumen yang suka buah jeruk keprok biasanya akan membeli buah jeruk keprok dua kali dan lebih dari dua kali dalam satu bulan. Konsumen yang tidak suka buah jeruk keprok dilihat dari perilaku pembeliannya hanya membeli buah jeruk keprok satu kali dalam satu bulan dan dua bulan satu kali. Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan faktor pendapatan berbeda terhadap preferensi konsumen buah jeruk keprok. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel 19. Tabel 19. Faktor pendapatan berbeda terhadap preferensi konsumen buah jeruk keprok Pendapatan (Rp) Preferensi Total Tidak suka Suka < Sumber : data primer diolah, Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa konsumen yang suka buah jeruk keprok lebih banyak yang pendapatannya diatas Rp /bulan. Sementara konsumen yang tidak suka buah jeruk keprok adalah konsumen yang pendapatan per bulan kurang dari Rp Hal ini menunjukkan bahwa preferensi konsumen dibatasi oleh batasan anggaran atau pendapatan dan pilihan konsumen atas produk buah jeruk keprok. Berdasarkan hasil analisis fishbein diperoleh nilai kepercayaan(belief) dan evaluasi konsumen terhadap atribut buah jeruk keprok seperti tercantum pada tabel 20 dan tabel 21. Tabel 20. Nilai kepercayaan (belief/bi)) konsumen buah jeruk keprok Atribut buah jeruk keprok Nilai kepercayaan (belief /bi) Kesegaran 1,0333 Warna 0,7666 Aroma 0,6667 Ukuran 0,5666 Rasa 0,5333 Harga 0,16667 Sumber : data primer diolah Dilihat dari nilaikepercayaan(belief) konsumen buah jeruk keprok terhadap atribut buah jeruk keprok menunjukkan bahwa keyakinan tertinggi konsumen terhadap atribut buah

6 jeruk keprok dilihat dari kesegaran buah jeruk keprok yang memiliki nilai 1,0333. Sementara atribut harga mememiliki nilai kepercayaan yang paling rendah di antara atribut buah jeruk keprok yang lain yaitu mempunyai nilai 0, Hal ini menunjukkan bahwa konsumen mengganggap bahwa harga buah jeruk keprok standar. pada tabel 21. Berdasarkan nilai evaluasi konsumen terhadap atribut buah jeruk keprok dapat dilihat Tabel 21. Nilai evaluasi atribut buah jeruk keprok Atribut Nilai evaluasi Kesegaran 1,6667 Rasa 1,6 Aroma 0,7333 Ukuran 0,6 Warna 0,6 Harga 0,5333 Sumber : data diolah, 2015 Berdasarkan tabel 21, dilihat dari nilai evaluasi konsumen terhadap atribut buah jeruk keprok, konsumen lebih memmentingkan kesegaran dan rasa buah jeruk keprok sebagai pertimbangan utama sebelum membeli buah jeruk keprok. Hal ini terlihat dari nilai evaluasi kesegaran dan rasa yang memiliki nilai masing-masing 1,6667 dan 1,6. Sedangkan atribut harga memiliki nilai evaluasi yang paling kecil diantara atribut buah jeruk keprok yang lain, yaitu sebesar 0,5333. Hal ini menunjukkan bahwa atribut harga bukan sebagai pertimbangan utama konsumen dalam membeli buah jeruk keprok. Hal ini menunjukkan bahwa atribut yang dipentingkan konsumen dalam membeli buah jeruk keprok adalah buah jeruk keprok yang segar dengan rasa yang manis. Dilihat dari nilai sikap konsumen (At 0 ) berdasarkan analisis Fishbein, konsumen dalam membeli buah jeruk keprok dapat dilihat pada tabel 22. pilihan Tabel 22. Nilai sikap konsumen (At 0 ) berdasarkan analisis Fishbein atribut buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro Atribut Nilai sikap konsumen Harga 0,08 Warna 0,46 Rasa 0,85 Ukuran 0,34 Kesegaran 1,72 Aroma 0,49 Sumber : data primer diolah, 2015.

7 Dilihat dari nilai sikap konsumen (At 0 ) berdasarkan analisis Fishbein dapat diketahui bahwa pilihan konsumen yang paling utama dalam membeli buah jeruk keprok adalah kesegaran buah dengan nilai 1,72. Ini menunjukkan bahwa konsumen lebih suka atau lebih memilih membeli buah jeruk keprok yang masih segar karena ini berpengaruh terhadap kualitas buah jeruk keprok. Pilihan kedua konsumen dalam membeli buah jeruk keprok yaitu rasa buah jeruk keprok yang memiliki nilai sikap konsumen ( At 0 ) sebesar 0,85. Ini berarti bahwa konsumen lebih memilih buah jeruk keprok dengan rasa yang manis. Pilihan ketiga dan keempat konsumen dalam membeli buah jeruk keprok yaitu aroma dan warna yang menunjukkan nilai 0,49 dan 0,46. Ini menunjukkan bahwa konsumen lebih suka memilih buah jeruk keprok dengan aroma yang harum dan warna yang kekuningan (orange). Harga buah jeruk keprok memiliki nilai sikap konsumen sebesar 0,08 merupakan nilai paling kecil diantara atribut buah jeruk keprok yang lain. Ini menunjukkan bahwa konsumen tidak mempertimbangkan faktor harga dalam membeli buah jeruk keprok. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan konsumen terhadap buah jeruk keprok tidak mementingkan masalah harga buah jeruk keprok. Yang terpenting bagi konsumen adalah pemenuhan gizi keluarganya tercukupi dari kesegaran buah jeruk keprok yang dikonsumsi. Dillihat dari preferensi konsumen buah jeruk keprok dalam memilih buat jeruk keprok dapat diketahui bahwa pilihan utama konsumen dalam membeli buah jeruk keprok yaitu kesegaran buah jeruk keprok dan rasa buah jeruk keprok. Sedangkan faktor harga bukan sebagai pertimbangan utama konsumen dalam membeli buah jeruk keprok. Konsumen buah jeruk keprok yang sebagian besar kaum ibu, bekerja di luar rumah, tingkat pendidikan yang tinggi lebih mengutamakan mutu/kualitas buah sebagai konsumsi dalam keluarga. Konsumen beranggapan bahwa mutu/kualitas buah dapat dilihat dari kesegaran buah yang dikonsumsi. B. Strategi Pemasaran Buah Jeruk Keprok Strategi pemasaran yang diberlakukan pada suatu produk mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan konsumen dalam memilih atau membeli suatu produk. Pada penelitian ini, keputusan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi buah jeruk dilihat dari strategi pemasaran yang diterapkan oleh pedagang dan strategi tentang teknik budidaya yang harus dilakukan oleh petani jeruk keprok untuk memenuhi selera konsumen buah jeruk keprok.

8 Strategi pemasaran buah jeruk keprok dianalisis dengan menggunakan metode SWOT. Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman luar dan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Petunjuk umum yang sering diberikan untuk perumusan adalah memanfaatkan kesempatan dan kekuatan. Analisis ini diharapkan membuahkan rencana jangka panjang dengan cara mengatasi atau mengurangi ancaman dan kelemahan. Analisis ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek yaitu rencana perbaikan (short term improvement plan). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dan mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal. 1. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal a. Analisis Faktor Internal Analisis faktor internal digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam pemasaran buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro. 1) Penggunaan bibit unggul Petani jeruk keprok di Batu Malang menggunakan bibit unggul untuk budidaya jeruk keprok mereka. Bibit unggul yang digunakan adalah bibit unggul yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kota Batu atau dari penangkar bibit unggul buah jeruk keprok. Pengunaan bibit unggul ini berpengaruh terhadap buah jeruk keprok yang dihasilkan oleh petani. Pada dasarnya penggunaan bibit unggul akan menghasilkan buah yang bermutu. 2). Pemeliharaan yang intensif Petani buah jeruk keprok dalam melaksanakan budidaya buah jeruk keprok sangat memperhatikan proses pemeliharaan buah jeruk keprok. Pemeliharaan buah jeruk keprok berpengaruh terhadap hasil produksi dan kualitas buah jeruk keprok yang dihasilkan. Pemeliharaan yang dilakukan untuk mempertahankan produksi dan kualitas buah jeruk keprok adalah dengan pemangkasan, penyemprotan dan pemberian pupuk. Pemangkasan yang dilakukan berpengaruh terhadap jumlah produksi buah jeruk keprok. Penyemprotan dilakukan selama 10 hari sekali sampai satu bulan sebelum panen. Tujuan penyemprotan ini selain untuk pengendalian terhadap hama penyakit juga ditujukan agar buah jeruk keprok dapat di panen pada waktunya. Jika penyemprotan tidak rutin akan mengakibatkan gagal

9 panen yaitu buah jeruk keprok tidak berbuah, atau jika ber buahpun, buah yang dihasilkan rusak.pemberian pupuk secara rutin juga berpengaruh terhadap kualitas buah jeruk keprok yang dihasilkan oleh petani. Pemberian pupuk dengan dosis yang tepat akan berpengaruh terhadap rasa buah jeruk keprok. Untuk memberi rasa manis pada buah jeruk keprok adalah dengan pemberian pupuk K (Kalium) yang lebih dominan. 3) Pelaku pemasaran Pelaku pemasaran dalam hal ini pedagang buah jeruk keprok berperan dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli buah jeruk keprok. Hal yang dilakukan pedagang buah untuk menarik minat pembeli adalah dengan menata (mendisplay) buah jeruk keprok, membersihkan buah dengan cara di lap dan melakukan pemisahan buah berdasarkan ukuran. Selain itu, strategi yang dilakukan pedagang buah jeruk keprok untuk menarik minat pembeli adalah dengan pembungkusan buah jeruk keprok dan pelayanan yang ramah kepada pembeli. 4) Peran pemerintah dalam budidaya hortikultura khususnya buah jeruk keprok. Peran pemerintah terhadap budidaya buah jeruk keprok sangat dirasakan manfaatnya oleh petani. Salah satu perpanjangan pemerintah terhadap budidaya buah jeruk keprok adalah melalui Balai Penelitian Tanaman Jeruk (Balitjetro) Kota Batu Malang. Selain itu, Dinas Pertanian Kota Batu Malang, juga bekerjasama dengan petani jeruk dalam hal penyediaan bibit unggul buah jeruk keprok. b) Analisis Faktor Eksternal Analisis faktor eksternal adalah analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh petani dan pedagang dalam budidaya dan pemasaran buah jeruk keprok. 1) Adanya serangan hama dan penyakit dan pemeliharaan yang tidak intensif. Serangan hama dan penyakit yang menyerang buah jeruk keprok menyebabkan buah yang dihasilkan rusak (kualitas buah turun). Selain itu, jika penyemprotan tidak teratur akan mengakibatkan gagal panen. 2) Adanya persaingan dengan buah jeruk impor

10 Buah jeruk lokal pada dasarnya bersaing dengan buah jeruk impor. Buah jeruk impor yang banyak dijual bebas di pasar juga memberikan peluang bagi konsumen untuk banyak melakukan pemilihan terhadap buah jeruk yang akan dikonsumsi. Pada dasarnya buah jeruk lokal dan buah jeruk impor bersaing terhadap harga, rasa dan kemasan (pembungkusan). 2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap pemasaran buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain : Tabel 23. Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pemasaran buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro Faktor internal Kekuatan Kelemahan Fasilitas pemerintah - Bantuan bibit unggul - Peran Balitjetro dan PPL dalam melakukan pendampingan kepada petani jeruk keprok Letak geografis - Kondisi geografis kota Batu Malang cocok untuk budidaya buah jeruk keprok Sumber Daya Manusia - Pelaku pemasaran buah - SDM khususnya petani masih rendah - Petani dalam proses budidaya buah jeruk keprok tidak jeruk keprok (pedagang) mempunyai peran dalam memasarkan buah jeruk keprok berdasarkan SOP Faktor eksternal Peluang Ancaman Kondisi sosial ekonomi - Adanya buah jeruk impor Teknik budidaya yang tepat diantara proses pemeliharaan Sumber : Analisis Data Primer (2015) a. Identifikasi Faktor Kekuatan 1) Bantuan bibit unggul - Penggunaan bibit unggul - Serangan hama dan penyakit Petani dalam budidaya buah jeruk keprok mendapat bantuan bibit unggul dari pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian Kota Batu Malang. Selain itu, petani juga mendapat bibit dari penangkar benih yang bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kota Batu Malang.

11 2) Peran Balitjetro dan PPL dalam melakukan pendampingan kepada petani jeruk keprok. Petani dalam mengusahakan budidaya buah jeruk keprok pada dasarnya mendapat bimbingan dari Balitjetro dan PPL Dinas Pertanian. Walaupun pada dasarnya, petani tidak mengetahui SOP buah jeruk keprok. Karena pada dasarnya petani dalam mengusahakan buah jeruk berdasarkan peran dari petani yang lain dalam mengusahakan buah jeruk keprok. 3) Kondisi geografis kota Batu Malang cocok untuk budidaya buah jeruk keprok. Dilihat dari kondisi geografis kota Batu Malang sangat cocok untuk budidaya buah jeruk keprok. Selain sentra poduksi apel, kota Batu Malang juga sebagai salah satu sentra produksi buah jeruk keprok. Jeruk keprok yang menjadi ciri khas Kota Batu Malang adalah buah jeruk keprok Batu 55. 4) Pelaku pemasaran (pedagang) buah jeruk keprok berperan dalam pemasaran buah jeruk keprok. Pelaku pemasaran buah jeruk keprok dalam hal ini pedagang mempunyai peran yang besar dalam pemasaran buah jeruk keprok. Salah satu hal ynag dilkaukan oleh pedagang untuk pemasaran buah jeruk keprok adalah dengan mendisplay (menata) buah, membersihkan buah dan pelayanan yang ramah kepada pelanggan b. Identifikasi faktor Kelemahan 1) SDM petani masih rendah Rata- rata SDM petani masih relatif rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata petani yang berpendidikan SMP dan SMA. Tetapi walaupun berpendidikan rendah, petani jeruk keprok Batu Malang memiliki pengalaman yang tinggi. Petani pada awalnya adalah petani apel. Karena hasil panen apel tidak memuaskan menyebabkan petani beralih membudidayakan buah jeruk keprok. Walaupun, beralih ke membudidayakan buah jeruk, budidaya buah apel tetap diteruskan walaupun tidak sebanyak yang dulu. Rata-rata petani jeruk keprok dalam membudidayakan buah jeruk keprok, cara menanamnya dengan menaman di sela-sela pohon apel. Pohon apel yang masih produktif, tidak dimusnahkan oleh petani. 2) Petani dalam membudidayakan buah jeruk keprok tidak berdasarkan SOP. Hampir semua petani jeruk keprok Batu dalam membudidayakan buah jeruk keprok tidak berdasarkan SOP. Hal ini karena petani tidak tahu SOP buah jeruk keprok. Selain itu, standar yang diberikan oleh pemerintah terhadap

12 penggunaan lahan dan standar buah jeruk yang bermutu tidak berimplikasi positif terhadap harga buah jeruk keprok. c. Identifikasi faktor Peluang 1) Penggunaan bibit unggul Petani dalam membudidayakan buah jeruk keprok menggunakan bibit unggul yaitu jenis Keprok Tejakula, Keprok Madura, dan Keprok Batu 55. Bibit unggul yang diperoleh petani berasal dari penangkar bibit dan dari Dinas Pertanian Kota Batu. d. Identifikasi Faktor Ancaman 1) Adanya serangan hama dan penyakit Serangan hama dan penyakit yang menyerang buah jeruk menyebabkan petani gagal panen. Kalaupun panen, hasil produksinya tidak sesuai dengan yang diharapkan, atau mutu buah jelek. 2) Adamya buah impor yang tersedia di pasaran Buah impor yang selalu tersedia di pasar juga menjadi ancaman bagi pemasaran buah jeruk keprok. Buah impor yang bersaing dari sisi harga, rasa dan kemasan memberikan pilihan bagi konsumen dalam mengkonsumsi buah jeruk keprok. 3. Alternatif Strategi Untuk merumuskan alternatif strategi yang diperlukan dalam pemasaran buah jeruk keprok digunakan dengan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu usaha. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi kekuatan,kelemahan, ancaman dan peluang. Matrik SWOT adalah aplikasi bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan atau peluang yang ada, bagaimana mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan atau dari peluang yang ada. Selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada dan bagaimana cara kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Matrik SWOT menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S O, strategi W - O, strategi W T dan strategi S T.

13 Tabel 24. Alternatif strategi Matriks SWOT Pemasaran Buah Jeruk Keprok di Kabupaten Boonegoro Peluang (O) 1. Penggunaan bibit unggul Ancaman (T) 1. Adanya buah jeruk impor 2. Serangan hama penyakit Sumber : data diolah, 2015 Kekuatan (S) 1.bantuan bibit unggul 2.peran Balitjetro dan PPL dalam melakukan pendampingan kepada petani jeruk keprok 3.kerjasama yang saling menguntungkan antara petani dan pedagang 1.mengoptimalkan penggunaan bibit unggul dengan memperhatikan teknis budidaya yang tepat 2.mengoptimalkan hubungan yang saling menguntungkan antara petani dan pedagang dalam pemasaran buah jeruk keprok 1.penggunaan bibit unggul untuk memperoleh kualitas buah jeruk keprok yang baik Kelemahan (W) 1.SDM khususnya petani masih rendah 2.Petani dalam proses budidaya buah jeruk keprok tidak berdasarkan SOP 1.peningkatan pengetahuan petani dalam membudidayakan buah jeruk keprok 2.pengoptimalan peran pemerintah terhadap petani 1.peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam membudidayakan buah jeruk keprok Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam pemasaran buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro, maka diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan, antara lain : a) Strategi S O Strategi S O atau strategi kekuatan peluang adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi S-O yang dirumuskan adalah : 1. Mengoptimalkan penggunaan bibit unggul dengan memperhatikan teknis budidaya yang tepat. 2. Mengoptimalkan hubungan yang saling menguntungkan antara petani dan pedagang dalam pemasaran buah jeruk keprok. b) Strategi W O

14 Strategi W O atau strategi kelemahan peluang adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi W O yang dapat dirumuskan adalah : 1. Peningkatan pengetahuan petani dalam membudidayakan buah jeruk keprok 2. Pengoptimalan peran pemerintah terhadap petani. c) Strategi S T Strategi S T atau strategi kekuatan ancaman adalah strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi S- T yang dapat dirumuskan adalah : 1. Pengunaan bibit unggul untuk memperoleh kualitas buah jeruk keprok yang baik. d) Strategi W T Strategi W T atau strategi kelemahan ancaman adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan internal dan menghindari nacaman eksternal. Alternatif strategi W T yang dapat dirumuskan adalah : 1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam membudidayakan buah jeruk keprok

15

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan secara sengaja atau purposive di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Batu Malang pada bulan Maret sampai September 2015.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DAN STRATEGI PEMASARAN BUAH JERUK KEPROK DI KABUPATEN BOJONEGORO

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DAN STRATEGI PEMASARAN BUAH JERUK KEPROK DI KABUPATEN BOJONEGORO SEPA : Vol. 12 No.2 Februari 2016 : 120 132 ISSN : 1829-9946 ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN DAN STRATEGI PEMASARAN BUAH JERUK KEPROK DI KABUPATEN BOJONEGORO Deviana Diah Probowati 1, Suprapti Supardi 2,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Komoditas Jeruk Keprok Jeruk (Citrus sp) merupakan salah satu genus dari family Rutaceae yang mempunyai nilai ekonomi paling tinggi. Keragaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Konsumen Emping Jagung KWT Tri Manunggal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Konsumen Emping Jagung KWT Tri Manunggal V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Konsumen Emping Jagung KWT Tri Manunggal Profil konsumen merupakan gambaran identitas yang dapat menonjolkan karakteristik dari seseorang yang membedakan dirinya dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan kosumen, menyebabkan setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan kosumen, menyebabkan setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini dan seiring dengan semakin banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan khususnya di bidang jasa boga,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia adalah tanaman buah-buahan. Permintaan produk buah-buahan di pasar dunia cenderung (trend) terus

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia adalah tanaman buah-buahan. Permintaan produk buah-buahan di pasar dunia cenderung (trend) terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan produk hortikultura merupakan salah satu aspek pembangunan pertanian. Tanaman yang termasuk dalam tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran, buah-buahan,

Lebih terperinci

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM A. Strategi Seperti diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa pengembangan agribisnis jeruk pada lima tahun mendatang diarahkan untuk: (1) mencukupi kebutuhan konsumsi dalam

Lebih terperinci

yang terbagi Pasar Johar (Bangunan Induk) m 2 Menyediakan : Kain, souvenir pernikahan, peralatan rumah tangga grosir dan satuan

yang terbagi Pasar Johar (Bangunan Induk) m 2 Menyediakan : Kain, souvenir pernikahan, peralatan rumah tangga grosir dan satuan 13 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Johar Lokasi Wilayah Penelitian ini dilakukan di kompleks Johar Semarang yang terletak di jalan KH. Agus Salim, Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER Kuesioner sebagai alat ukur dalam rangka mengumpulkan data harus mampu menghasilkan data yang valid dan reliabel. Untuk itu dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tersebar luas di wilayahnya. Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris dan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan bisnis ritel di indonesia khususnya swalayan menunjukkan angka yang cukup signifikan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Permintaan konsumen terhadap buah jeruk ini tidak dapat dipenuhi oleh produksi jeruk dalam negeri sehingga dipenuhi oleh jeruk impor.

Permintaan konsumen terhadap buah jeruk ini tidak dapat dipenuhi oleh produksi jeruk dalam negeri sehingga dipenuhi oleh jeruk impor. PENDAHULUAN Pemberlakuan pasar bebas dapat menjadi peluang sekaligus juga ancaman bagi perdagangan komoditas kita, termasuk komoditas pertanian. Selain itu, saat ini muncul fenomena global yang menunjukkan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Penilaian Sikap Perilaku Konsumen Pada Karakteristik Produk

Sistem Informasi Penilaian Sikap Perilaku Konsumen Pada Karakteristik Produk Sistem Informasi Penilaian Sikap Perilaku Konsumen Pada Karakteristik Produk Oleh : Fuad Danang Sutikno 04203121 Latar Belakang Permasalahan Perusahaan harus melakukan perubahan! Mengapa? Karena konsep

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa PENDAHULUAN Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam pembangunan nasional di Indonesia selain sebagai penyumbang devisa terbesar, juga menyediakan pangan bagi seluruh penduduk. Sektor pertanian

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENAWARAN APEL

VII ANALISIS PENAWARAN APEL VII ANALISIS PENAWARAN APEL 7.1 Analisis Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Pada penelitian ini penawaran apel di Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dijelaskan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vi viii x xii BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN UKDW. buah apel impor telah mendominasi di mall-mall, pasar tradisional, kios buah di

Bab I PENDAHULUAN UKDW. buah apel impor telah mendominasi di mall-mall, pasar tradisional, kios buah di Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dominasi buah apel impor di Pasar Buah Gamping menunjukkan bahwa buah apel impor telah mendominasi di mall-mall, pasar tradisional, kios buah di Daerah Istemawa Yogyakarta.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN.. x

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN.. x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI.. iii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN.. x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 1.2. Rumusan Masalah 5 1.3. Tujuan Penelitian.. 6 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Botani Tanaman Jeruk Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan jenis tanaman buah-buahan yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. Luas lahan sayuran di Tanggamus adalah 6.385 ha yang didominasi oleh tanaman cabai 1.961

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI. Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI. Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menganalisis

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis karena kebutuhan dan keinginan konsumen yang pada

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis karena kebutuhan dan keinginan konsumen yang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan jaman yang semakin maju dan modern, ketatnya persaingan dalam dunia industri menuntut setiap perusahaan untuk peka dalam mengantisipasi segala kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau instansi kepada konsumen. dibidang kesehatan banyak bermunculan di kota-kota di Indonesia, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau instansi kepada konsumen. dibidang kesehatan banyak bermunculan di kota-kota di Indonesia, baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam masa pertumbumbuhan dan kondisi masyarakat sekarang ini, faktor yang akan berperan penting bagi perusahaan atau instansi dapat dinilai baik oleh konsumen adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Sayuran Organik Codex Alimentarius Comission (2001) dalam Sutanto (2002) mendefinisikan pertanian organik sebagai suatu metodologi pertanian spesifik bebas bahan kimia dengan

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KOPI TUBRUK DAN KOPI INSTAN DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN

PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KOPI TUBRUK DAN KOPI INSTAN DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KOPI TUBRUK DAN KOPI INSTAN DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN Laila Yuni Rukhbaniyah, Dyah Panuntun Utami dan Istiko Agus Wicaksono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

POSITIONING JAMBU AIR CAMPLONG : SEBUAH KAJIAN PREFERENSI KONSUMEN

POSITIONING JAMBU AIR CAMPLONG : SEBUAH KAJIAN PREFERENSI KONSUMEN ISSN: 087-8 POSITIONING JAMBU AIR CAMPLONG : SEBUAH KAJIAN PREFERENSI KONSUMEN Kustiawati Ningsih Program Studi Agribisnis, Universitas Islam Madura ABSTRAK Positioning (penetapan posisi) merupakan tindakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH JERUK LOKAL DAN BUAH JERUK IMPOR DI KABUPATEN KUDUS

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH JERUK LOKAL DAN BUAH JERUK IMPOR DI KABUPATEN KUDUS NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH JERUK LOKAL DAN BUAH JERUK IMPOR DI KABUPATEN KUDUS Program Studi Agribisnis Oleh : ISNI YUNIAR RISKA H0808113 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Karo terletak pada jajaran Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 2 0 50 3 0 19 Lintang Utara dan 97 0 55-98

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting dalam menyediakan pangan bagi seluruh

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK PEMBAHASAN UMUM Temuan yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya memperlihatkan bahwa dalam menghadapi permasalahan PBK di Kabupaten Kolaka, pengendalian yang dilakukan masih menumpu pada pestisida sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK Sri Lestari1), Moh. Rifai22) FKIP, Universitas PGRI Madiun email: lestari_sri1986@yaho.co.id 1,2 Abstrak Pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH JERUK LOKAL DAN BUAH JERUK (SUNKIS) IMPOR KOTA PALU

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH JERUK LOKAL DAN BUAH JERUK (SUNKIS) IMPOR KOTA PALU e-j. Agrotekbis 4 (4) : 479-484, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH JERUK LOKAL DAN BUAH JERUK (SUNKIS) IMPOR KOTA PALU Analysis Of Consumer Preferences on Local and

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF SEGMENTASI PASAR. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

ANALISIS DESKRIPTIF SEGMENTASI PASAR. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. ANALISIS DESKRIPTIF SEGMENTASI PASAR Pasar bisa dibagi-bagi ke dalam kriteria-kriteria tertentu yang biasa disebut dengan segmen pasar. Menurut Bagyono (2003) segmen pasar adalah kelompok konsumen yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan akan konsumsi buah-buahan di Indonesia semakin meningkat. Suhendra (2011) mengatakan bahwa setiap tahun konsumsi buah di Indonesia terus tumbuh

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT

DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT Kasus Pada Usaha Kecil Keripik Belut di Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta TAHUN 2015 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Keripik Buah Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar menjadi kelompokkelompok pembeli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karakteristik

Lebih terperinci

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN Nenny Wahyuni, SP. 1 (nennywahyuni@ymail.com) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan. 26 III. METODE PENELITIAN A. dan 1. Umur Umur merupakan usia dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Umur diukur dalam satuan tahun. Umur diklasifikasikan menjadi tiga kelas sesuai

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Philip Kotler Perencanaan Strategi

Philip Kotler Perencanaan Strategi Philip Kotler mengemukakan tentang pengertian strategi yaitu suatu rencana permainan untuk mencapai sasaran yang dinginkan dari suatu unit bisnis.tetapi kesimpulan dari pengertian strategi adalah suatu

Lebih terperinci

II. PENGUKURAN KINERJA

II. PENGUKURAN KINERJA Kota Prabumulih 2 II. PENGUKURAN KINERJA Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan merumuskan 3 misi utama dalam mencapai visi organisasi, setiap misi mempunyai 3 sasaran yang mengacu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sejak tahun Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sejak tahun Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880. Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan produktivitas buah-buahan nasional di Indonesia memiliki urgensi penting karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, konsumsi buah,

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai karakter sendiri sendiri, hal ini dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai karakter sendiri sendiri, hal ini dapat dilihat dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia mempunyai karakter sendiri sendiri, hal ini dapat dilihat dari perilaku pembelian mereka terhadap suatu produk. Di satu pihak seseorang menyukai

Lebih terperinci

Analisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Kaki Naga (Studi Kasus di CV. Bening Jati Anugrah, Kabupaten Bogor)

Analisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Kaki Naga (Studi Kasus di CV. Bening Jati Anugrah, Kabupaten Bogor) Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 216 (66-74) Analisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Kaki Naga (Studi Kasus di CV. Bening Jati Anugrah, Kabupaten Bogor) Esa Khoirinnisa,

Lebih terperinci

No. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha) 1 47 SD SD SMA SD SMP SD S SMP 0.

No. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha) 1 47 SD SD SMA SD SMP SD S SMP 0. Lampiran 1. Karakteristik Petani No. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha) 1 47 SD 0.5 2 65 SD 0.4 3 48 SMA 0.5 4 53 SD 0.4 5 49 SMP 0.5 6 51 SD 0.5 7 37 S1 0.64 8 62 SMP 0.4 9 51 SMP 0.5 10 52 SMA 0.5

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu perhatian masyarakat sehubungan dengan meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan adalah usaha untuk mengkonsumsi lebih banyak lagi sayuran dan buah buahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting. Pemasaran sendiri berarti kegiatan manusia yang berusaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis A. Karakteristik Petani V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, luas lahan dan pengalaman bertani. Jumlah responden

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung) ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung) Evan Adiyoga, Sondi Kuswaryan, Linda Herlina (evagelion_el90@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF E. GUMBIRA SA ID & SETIADI DJOHAR.

RINGKASAN EKSEKUTIF E. GUMBIRA SA ID & SETIADI DJOHAR. RINGKASAN EKSEKUTIF DEWI RAMDIANI, 2007.Perancangan Pengukuran Kinerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pengembangan Benih Kentang (BPBK) dengan Pendekatan Balanced Scorecard. DIbawah bimbingan

Lebih terperinci

TINGKAT PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN MANGGIS DI KELOMPOK TANI TUNAS HARAPAN KELURAHAN LIMAU MANIS, KECAMATAN PAUH, KOTA PADANG

TINGKAT PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN MANGGIS DI KELOMPOK TANI TUNAS HARAPAN KELURAHAN LIMAU MANIS, KECAMATAN PAUH, KOTA PADANG TINGKAT PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN MANGGIS DI KELOMPOK TANI TUNAS HARAPAN KELURAHAN LIMAU MANIS, KECAMATAN PAUH, KOTA PADANG OLEH NILA SARI 07 115 036 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. iklim sub tropis. Di Indonesia, apel diperkenalkan oleh orang Belanda dan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. iklim sub tropis. Di Indonesia, apel diperkenalkan oleh orang Belanda dan A. Tinjauan Pustaka 1. Komoditi Apel II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI Apel (Malus domestica Borkh) merupakan tanaman buah yang tumbuh di iklim sub tropis. Di Indonesia, apel diperkenalkan oleh orang Belanda

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia akhir-akhir ini telah berkembang dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin banyak berdirinya perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan pertanian yang potensial. Lahan pertanian tersebut memiliki potensi untuk ditanami beberapa tanaman pangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian, sejak dulu merupakan sektor ekonomi yang utama di negara negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sayur dan buah merupakan komoditas pertanian yang sangat berpotensi dalam memajukan dan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, komoditas sayur dan buah Indonesia

Lebih terperinci

I. GAMBARAN UMUM SL PHT

I. GAMBARAN UMUM SL PHT HASIL MONITORING PUG PADA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2012 SL PHT PADA KELOMPOK TANI BUNGA MEKAR KABUPATEN BANDUNG BARAT DAN KELOMPOK TANI PASIR KELIKI KABUPATEN SUMEDANG I. GAMBARAN UMUM SL

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman yang disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama, penyakit maupun gulma menjadi bagian dari budidaya pertanian sejak manusia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISA DATA. subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah konsumen yang pernah

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISA DATA. subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah konsumen yang pernah BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Subyek Penelitian Pembahasan dalam uraian ini adalah tentang gambaran subyek penelitian, dimana subyek penelitian ini menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PEMILIHAN MINUMAN BERENERGI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PEMILIHAN MINUMAN BERENERGI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PEMILIHAN MINUMAN BERENERGI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta A. Metode Dasar III. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode dasar deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Sejak dahulu susu dikenal sebagai bahan pangan yang paling sempurna

I. PENDAHULUAN Sejak dahulu susu dikenal sebagai bahan pangan yang paling sempurna I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sejak dahulu susu dikenal sebagai bahan pangan yang paling sempurna karena zat gizi lengkap yang dikandungnya dan sifatnya yang mudah dicerna. Kelemahan susu adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian adalah pengunjung pasar modern Hypermart, Carrefour,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian adalah pengunjung pasar modern Hypermart, Carrefour, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden Responden penelitian adalah pengunjung pasar modern Hypermart, Carrefour, dan Gelael yang membeli buah Jambu Air, masyarakat yang pernah membeli

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang gambaran umum tempat penelitian mengenai sejarah bedirinya KSO. sistem promosi yang dilakukan. hubungan KSO dengan NOSC dan pelanggan.

Lebih terperinci

III. AKUNTABILITAS KEUANGAN

III. AKUNTABILITAS KEUANGAN 8 III. AKUNTABILITAS KEUANGAN Total alokasi dana Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan yang tercantum dalam Perubahan Anggaran Tahun 205 adalah.44.987.2 dengan realisasi 4.33.59.7,00..

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur (2012),

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur (2012), 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Pekalongan Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur (2012), Kecamatan Pekalongan mempunyai luas wilayah 10.012,81 Ha atau

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN TELUR AYAM DI UD SATWA TANI KOTA TERNATE

STRATEGI PEMASARAN TELUR AYAM DI UD SATWA TANI KOTA TERNATE STRATEGI PEMASARAN TELUR AYAM DI UD SATWA TANI KOTA TERNATE Haryati La Kamisi Dosen Fakultas Pertanian UMMU-Ternate, e-mail : - ABSTRAK Analisis lingkungan internal mencakup kekuatan (Strengths) dan kelemahan

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci