BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data kedatangan pengguna TransJakarta dilakukan sejak tanggal 12 Maret 2012 hingga 29 Juni 2012. Data waktu kedatangan pengguna TransJakarta didapatkan dari hasil dokumentasi di halte TransJakarta pada seluruh koridor yang beroperasi hingga saat itu. Proses dokumentasi ini dilakukan pada hari kerja, yaitu senin jumat pada pukul 07:00 09:00 WIB. Peneliti mengumpulkan data di halte-halte yang tersebar pada seluruh koridor TransJakarta. Koridor TransJakarta yang ada sampai dengan bulan Januari 2012, telah mengoperasikan 11 (sebelas) koridor yang dimana rute tersebut melingkupi wilayah DKI Jakarta. Berikut ini daftar rute operasi 11 (sebelas) koridor TransJakarta: Tabel 4.1 Rute koridor TansJakarta. Spesifikasi Koridor Rute Panjang Jumlah Jarak Rute Halte Antar Halte Koridor 1 Blok M Kota 12.9 km 20 650 m Koridor 2 Pulo Gadung Harmoni 14 km 23 700 800 m Koridor 3 Kalideres Harmoni 19 km 13 700 800 m Koridor 4 Pulo Gadung Dukuh Atas 11.85 km 17 400 1600 m Koridor 5 Ancol Kp. Melayu 13.5 km 17 400 2250 m Koridor 6 Ragunan Dukuh Atas 13.3 km 18 400 1000 m Koridor 7 Kp. Rambutan Kp. Melayu 12.8 km 13 500 1500 m Koridor 8 Lebak Bulus Harmoni 26 km 21 500 1500 m Koridor 9 Pinang Ranti Pluit 28.8 km 24 500 1500 m Koridor 10 Tanjung Priok Cililitan 19.4 km 18 500 1000 m Koridor 11 Pulo Gebang Kp. Melayu 11.76 km 14 300 1000 m Sumber: TransJakarta Buku Profil 2012
21 Pada tabel 4.1 memperlihatkan keseluruhan koridor, rute, dan spesifikasi yang ada pada sistem transportasi TransJakarta. Pada proses pengumpulan data, peneliti melakukan pengukuran data setiap selang satu halte di setiap koridornya. Pengukuran data ini dilakukan dengan mendokumentasikan kedatangan pengguna TransJakarta yang berupa video, dengan durasi 2 jam di setiap halte yang diamati. Contoh data kedatangan pengguna TransJakarta di salah satu halte yang diamati, diperlihatkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Waktu kedatangan pengguna TransJakarta di halte Gelanggang Remaja pada koridor 7, pukul 07:00 09:00 WIB tanggal 11 Mei 2012. 7:02:12 7:14:35 7:25:42 7:32:18 7:46:15 8:02:24 8:20:34 8:34:49 7:03:11 7:14:58 7:28:43 7:32:37 7:48:08 8:02:26 8:22:52 8:35:04 7:03:30 7:15:57 7:28:46 7:35:21 7:48:18 8:05:26 8:23:03 8:37:57 7:04:17 7:20:13 7:28:48 7:37:12 7:49:39 8:05:45 8:23:13 8:45:10 7:04:37 7:20:20 7:29:18 7:37:21 7:53:00 8:06:00 8:25:14 8:45:24 7:05:22 7:20:23 7:29:35 7:37:31 7:54:17 8:10:38 8:25:15 8:46:00 7:05:49 7:21:05 7:30:28 7:37:40 7:55:43 8:10:41 8:26:20 8:48:34 7:05:50 7:22:04 7:30:38 7:39:42 7:56:20 8:13:00 8:28:29 8:49:31 7:07:25 7:22:09 7:30:42 7:40:01 7:56:22 8:13:06 8:28:34 8:54:19 7:07:44 7:22:22 7:30:53 7:41:57 7:57:33 8:13:11 8:28:46 8:55:57 7:09:22 7:22:31 7:31:54 7:43:15 8:00:53 8:14:26 8:30:02 8:56:31 7:11:35 7:23:44 7:32:00 7:44:37 8:01:43 8:17:18 8:30:54 8:58:02 7:12:24 7:24:16 7:32:07 7:45:10 8:01:55 8:17:21 8:30:56 8:59:46 7:13:38 7:25:37 7:32:11 7:45:59 8:02:21 8:18:36 8:30:57 8:59:52 4.2. Pengolahan dan Analisis Data Pada proses pengolahan data, waktu kedatangan yang didapat sebelumnya (sebagai contoh, lihat tabel 4.3) dijadikan acuan untuk melakukan perhitungan waktu kedatangan antar pengguna TransJakarta. Waktu kedatangan antar pengguna didefinisikan sebagai perbedaan waktu antar dua penumpang, atau secara matematika dapat ditulis:
22 di mana, adalah perbedaan waktu kedatangan penumpang ke- dan waktu kedatangan penumpang ke-. Data-data yang diperoleh, akhirnya digunakan untuk mengetahui pola sebaran kedatangan penumpang dengan membuat stairs diagram (counting function), diagram batang (histogram), boxplot, dan qq-plot. Tabel 4.3 merupakan tabel pengolahan data kedatangan pengguna TransJakarta pada halte Gelanggang Remaja di Koridor 7, mulai pukul 07.00 09.00 WIB. Kolom pertama tabel ini menunjukan urutan dan penomoran pengguna TransJakarta yang tiba di halte. Pada kolom kedua dituliskan waktu kedatangan setiap pengguna TransJakarta. Sedangkan kolom ketiga menampilkan selang waktu antar pengguna TransJakarta. Kolom keempat merupakan data perdetik selang kedatangan antar pengguna TransJakarta yang diperoleh dari kolom ke-3. Pada tabel 4.3, rata-rata dari waktu antar-kedatangan ( ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: di mana adalah jumlah penumpang yang datang ke halte tersebut selama durasi pengamatan. waktu: Selanjutnya dapat dihitung laju kedatangan penumpang per unit
23 Tabel 4.3 Pengolahan data pengguna TransJakarta di halte Gelanggang Remaja, koridor 7, pukul 07:00 09:00 WIB tanggal 11 Mei 2012. Passanger Arrival Interarrival Time Number Time (hh:mm:ss) (mm:ss.0) (ss.0) 1 7:02:12 00:00.0 0.0 2 7:03:11 00:59.0 59.0 3 7:03:30 00:19.0 19.0 4 7:04:17 00:47.0 47.0 5 7:04:37 00:20.0 20.0 6 7:05:22 00:45.0 45.0 7 7:05:49 00:27.0 27.0 8 7:05:50 00:01.0 1.0 9 7:07:25 01:35.0 95.0 10 7:07:44 00:19.0 19.0 - - - - - - - - - - - - - - - - 104 8:46:00 00:36.0 36.0 105 8:48:34 02:34.0 154.0 106 8:49:31 00:57.0 57.0 107 8:54:19 04:48.0 288.0 108 8:55:57 01:38.0 98.0 109 8:56:31 00:34.0 34.0 110 8:58:02 01:31.0 91.0 111 8:59:46 01:44.0 104.0 112 8:59:52 00:06.0 6.0 Average (second) 01:03.6 63.6 Rate (Passengers/second) 0.0157 Rate (Passengers/minute) 0.9433
24 4.2.1. Sebaran Waktu Kedatangan Pengguna TransJakarta Sebaran waktu kedatangan pengguna TransJakarta dapat digambarkan dengan counting function. Counting function merupakan sebuah fungsi yang mengakumulasikan sebuah bilangan asli yang memiliki nilai lebih besar dari 0. Pada gambar 4.1 digambarkan sebaran waktu kedatangan pengguna TransJakarta di halte Gelanggang Remaja di mana sumbu x merupakan waktu kedatangan pengguna TransJakarta dan sumbu y merupakan jumlah pengguna TransJakarta. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa waktu kedatangan pengguna TransJakarta mengikuti pola distribusi Poisson. Dimana waktu kedatangan setiap pengguna TransJakarta, tidak terjadi dalam satu waktu yang bersamaan dan memiliki laju kedatangan yang konstan. Selain itu, waktu kedatangan setiap pengguna TransJakarta bersifat independen karena waktu dari salah satu kedatangan pengguna tidak mempengaruhi waktu kedatangan pengguna lainnya. Gambar 4.1 Stairs Diagram (counting function) halte Gelanggang Remaja.
25 Proses pengolahan data selanjutnya adalah pembuatan diagram batang (histogram). Histogram ini digunakan untuk memperlihatkan bagaimana sebaran kedatangan antar pengguna (interarrival time) TransJakarta per halte. Gambar 4.2 menunjukan sebuah histogram pada halte Gelanggang Remaja. Pada gambar 4.2, sebaran selang waktu kedatangan antar pengguna TransJakarta pada halte bergerak menurun dari kiri ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran interarrival time pengguna TransJakarta pada halte tersebut bergerak mengikuti distribusi eksponensial. Gambar 4.2 Diagram batang (histogram) Gelanggang Remaja. Setelah diamati, keseluruhan histogram yang telah dibuat umumnya memiliki bentuk yang cukup identik dengan gambar 4.2, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran interarrival time pengguna TransJakarta mengikuti pola distribusi eksponensial. Namun, terdapat beberapa halte yang tidak mengikuti pola distribusi eksponensial. Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya data yang diperoleh. Kurangnya data terjadi karena jumlah
26 kedatangan pengguna TransJakarta pada halte relatif sedikit, sehingga diagram batang yang dihasilkan tidak mengikuti pola distribusi eksponensial. Keseluruhan histogram pada setiap halte yang diteliti dapat dilihat pada bagian lampiran. Pada paragraf sebelumnya telah ditarik kesimpulan bahwa sebaran interarrival time pengguna TransJakarta mengikuti pola distribusi eksponensial, hal ini dapat dibuktikan secara visualisasi dengan membuat grafik qq-plot. Grafik qq-plot dari seluruh halte yang diteliti dapat dilihat pada bagian lampiran. Salah satu grafik qq-plot dapat dilihat pada gambar 4.3. Pada gambar 4.3 ditujukan untuk membuktikan suatu sebaran data aktual terhadap salah satu dari berbagai teori distribusi yang ada, dalam kasus ini akan dibuktikan apakah sebaran interarrival time pengguna TransJakarta mengikuti pola distribusi eksponensial. Pada gambar 4.3, terdapat dua garis yang menjadi objek perbandingan, yaitu kumpulan tanda silang berwarna biru yang mewakili sebaran interarrival time pengguna TransJakarta dan garis lurus gradien berwarna merah mewakili distribusi eksponensial. Sebaran interarrival time pengguna TransJakarta dikatakan mengikuti pola distribusi eksponensial apabila kumpulan garis berwarna biru tersebar sepanjang garis lurus berwarna merah, atau secara umum suatu data dikatakan mengikuti suatu pola distribusi apabila data tersebut tersebar sepanjang garis lurus yang mewakili pola distribusi yang dimaksud. Dari gambar 4.3, terlihat bahwa sebaran interarrival time pengguna TransJakarta mengikuti pola distribusi eksponensial. Hal ini terlihat bahwa kumpulan garis yang berwarna biru tersebar sepanjang garis lurus berwarna merah walaupun terdapat sebuah garis biru yang jauh dari garis lurus berwarna merah tersebut. Namun secara umum, terlihat jelas bahwa garis yang berwarna biru tersebut tersebar mengikuti garis lurus berwarna merah sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran interarrival time pengguna TransJakarta memang mengikuti pola distribusi eksponensial.
27 Gambar 4.3 QQ-Plot halte Gelanggang Remaja. Selain analisis counting function histogram, dan qq-plot, pada penelitian ini juga perlu adanya analisis boxplot atau diagram kotak. Diagram kotak atau boxplot menyajikan distribusi kedatangan penumpang secara grafis. Seperti pada gambar 4.4 yang menggambarkankan distribusi secara grafis pada halte koridor 7.
28 Gambar 4.4 Boxplot Koridor 7. Pada gambar 4.4 dapat terlihat distribusi kedatangan pengguna TransJakarta di koridor 7. Distribusi kedatangan pengguna TransJakarta pada boxplot, dihitung dari interarrival time pengguna dan diurutkan dari interarrival time terkecil, hingga interarrival time terbesar. Dari boxplot yang ditampilkan, terdapat beberapa ukuran statistik yang dapat dibaca, seperti nilai minimum (interarrival time terkecil), kuartil terendah, median, kuartil tertinggi, nilai maksimum, dan nilai ekstrim dari nilai interarrival time. Dari gambar 4.4 terlihat bahwa halte yang ramai memiliki median yang kurang lebih sama. Sedangkan halte yang cenderung sepi, memiliki median yang berbeda. Pada halte ramai, seperti Kampung Rambutan (1), Flyover Raya Bogor (2), Cililitan(4), Cawang UKI (5), dan Kampung Melayu (7) memiliki beberapa nilai yang ekstrim, berbeda dengan data lainnya yang cenderung memiliki interarrival time sama. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti pengguna TransJakarta memiliki jadwal diatas pukul 09:00 WIB, pengguna mengalami kemacetan ketika menuju halte TransJakarta, dan lain-lain. Pada halte Pasar Induk Kramat Jati (3) dan
29 Gelanggang Remaja (6), terlihat bahwa pengguna TransJakarta memiliki interarrival time yang relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat pada gambar boxplot yang menunjukan nilai kuartil 1 yang menunjukan nilai lebih dari 0 dan kuartil 3 memiliki nilai yang menunjukan angka 200 untuk halte Pasar Induk Kramat Jati. Sedangkan untuk halte Gelanggang Remaja, nilai kuartil 1 menunjukan angka 0 dan nilai kuartil 3 mendekati angka 100. 4.3. Analisis Permintaan TransJakarta Pada gambar 4.6 akan ditampilkan keseluruhan peta TransJakarta beserta dengan laju kedatangan pada setiap halte yang diteliti. Tingkat laju kedatangan pengguna TransJakarta pada gambar diperlihatkan dengan warna yang berbeda sesuai dengan tingkat laju kedatangan. Warna hijau, biru, kuning, orange, dan merah menunjukan tingkat tingkat laju kedatangan mulai dari tingkat terendah hingga tingkat terkecil. Dari gambar 4.6 terlihat bahwa halte-halte yang terletak pada titik awal keberangkatan, memiliki laju kedatangan pengguna TransJakarta yang sangat tinggi, dengan nilai laju kedatangan lebih besar dari 8 pengguna per menit. Namun pada beberapa halte kebrangkatan seperti halte Tanjung Priok, Walikota Jakarta Timur, Kampung Rambutan, Ancol, dan Pluit memiliki laju kedatangan kurang daru 8 pengguna per menit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kebiasaan para penduduk sekitar yang memilih menggunakan kendaraan pribadi, tempat tujuan yang tidak dilalui oleh TransJakarta, dan juga halte yang terletak dekat dengan area rekreasi, sehingga halte memiliki laju kedatangan yang rendah pada hari kerja. Sedangkan pada halte keberangkatan, seperti halte Kalideres, Lebak Bulus, Blok M, Ragunan, Stasiun Kota, PGC, Pinang Ranti, dan Pulogadung memiliki tingkat laju kedatangan pengguna TransJakarta yang tingi, yaitu lebih besar dari 8 pengguna per menit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti letak halte keberangkatan yang dekat dengan pemukinan penduduk, tempat tujuan keberangkatan pengguna yang dilalui oleh TransJakarta, dan jalur TransJakarta yang melewati pusat perkantoran. Pada halte transit seperti halte Grogol, Dukuh Atas, Hamoni dan Sentral Senen memiliki laju pengguna TransJakarta yang tidak begitu ramai, sekitar 2 sampai 4 pengguna per menit. Hal ini dikarenakan laju kedatanga pengguna
30 dihitung berdasarankan jumlah pengguna yang membeli tiket. Disamping pengguna yang membeli tiket, terdapat banyak pengguna TransJakarta yang tiba dari koridor lain, dan datang pada halte-halte transit untuk pindah ke koridor lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa halte transit merupakan halte yang penuh dengan pengguna TransJakarta. Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa koridor 1 merupakan koridor tersibuk. Hal ini terbukti dari setiap halte yang diteliti, hanya halte Monumen Nasional yang memiliki laju kedatangan pegguna TransJakarta kurang dari 2 pengguna per menit. Data ini juga diperkuat dengan hasil penelitian dari ITDP sebelum pembuatan TransJakarta yang dibuktikan lewat Gambar 4.5 (ITDP, 2005) Gambar 4.5 Peta Distribusi Pengguna Kendaraan Umum di Jakarta Pada Gambar 4.5 dapat digambarkan bagaimana ramainya penumpang atau pengguna kendaraan umum sepanjang Blok M-Stasiun Kota (Garis merah). Dengan gambar ini, dapat dibuktikan bahwa koridor 1 memang koridor tersibuk. Sedangkan untuk koridor tersepi, pada gambar 4.6 terlihat bahwa koridor 11 merupakan halte tersepi. Karena terlihat pada koridor 11 memiliki rata-rata laju kedatangan kurang dari 2 pengguna per menit di setiap halte yang diteliti.