BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB II LANDASAN TEORI. yang ada pada perusahaan ini. Pembahasan pada bagian ini dimulai dari landasan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

3 BAB III LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II LANDASAN TEORI

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Material Requirements Planning (MRP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8

BAB 2 LANDASAN TEORI

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan bahan baku (Bhattacharyya, 2011). target penjualan (made to stock) dan pesanan pelanggan (made to order) untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang dibangun, dikembangkan dengan bahasa pemrograman visual basic.net

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Implementasi sistem merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang telah

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM)

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 Landasan Teori

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT. Tarumatex. Kemudian yang menjadi variabel dependen atau variable terikat

BAB II LANDASAN TEORI. oleh manusia yang terdiri dari komponen komponen dalam organisasi untuk. menyampaikan suatu tujuan, yaitu menyajikan informasi.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

JSIKA Vol. 5, No. 7, Tahun 2016 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam jadwal produksi induk. Contoh dari depended inventory adalah

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODUL 7 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Yayah Sopiyah 1 Didiek Pramono 2. Abstrak. Kata kunci : Material, Persediaan, Teknik Lot Sizing, Biaya Persediaan Minimum.

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

A B S T R A K. Universitas Kristen Maranatha

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

BAB III ANALISIS SISTEM. produksi dan prosedur persediaan bahan baku pada Perusahaan Roti Morning

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi kapal beserta

Bab 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sekarang komputer bukan

BAB V IMPLEMENTASI DAN ANALISIS MODEL. 5.1 Implementasi Model MRP untuk Perencanaan Pengadaan Firebrick

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

Ekonomi & Bisnis Manajemen

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Sistem informasi merupakan suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan pengolah transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi. Menurut Mulyadi (2001:5), sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola terpadu untuk melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan. Sistem informasi dibutuhkan sebagai dasar manajemen dalam pengambilan keputusan terutama dalam perencanaan dan pengendalian. Tidak tersedianya informasi yang akurat, akan beresiko besar bagi menejemen dalam pengambilan suatu keputusan. 2.2. System Development Life Cycle System Development Life Cycle (SDLC) merupakan konsep siklus pengembangan perangkat lunak sistem informasi dengan menganalogikan siklus kehidupan manusia anatara lain, proses kelahiran, tumbuh kembang dan akhirnya wafat (Herlambang & Tanuwijaya, 2005). Salah satu model pengembangan perangkat lunak yang paling sering digunakan adalah model waterfall. Menurut Pressman (2012), model waterfall kadang dinamakan sebagai classic life cycle. Model ini memilikai tahapan-tahapan antaralain kemonikasi (commnunication), perencanaan (planning), pemodelan (modelling), kontruksi (construction), penyerahan sistem (deployment). Model waterfall ditunjukan pada gambar 2.1 di bawah ini. 7

8 Komunikasi Permulaan proyek Teknik untuk mendapatkan spesifikasi kebutuhan pengguna Perencanaan Pembuatan perkiraanperkiraan, penjadwalan, pelacakan Pemodelan Analisis dan perancangan Kontruksi Penulisan kode-kode program dan pengujian Penyerahan Sistem Penyerahan dukungan terhadap pengguna dan umpan balik Gambar 2.1 Pengembangan Model Waterfall (Pressman, 2012) Penjelasan-penjelasan model ini adalah sebagi berikut: a. Komunikasi Tahap pertama yang dilakukan adalah komunikasi dengan pihak terkait yaitu pengguna. Komunikasi ini bertujuan untuk pengumpulan informasi tentang kebutuhan penggua. Selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk mendapatkan spesifikasi kebutuhan pengguna. b. Perencanaan Hasil dari tahap komunikasi digunakan untuk merencanakan pengerjaan software yang akan dilakukan. Rencana tersebut meliputi tugas-tugas yanga kan dlakukan, resiko yang akan terjadi, sumberdaya yang dibutuhkan, hasil yang diinginkan, serta jadwal kerja. c. Pemodelan Tahap pemodelan akan merepresentasikan kebutuhan ke dalam sebuah perancangan software yang digunakan sebagai dasar untuk pengkodean. Perancangan ini berfokus pada rancangan struktur data, arsitektur, representasi interface dan alogaritma atau procedural.

9 d. Kontruksi Pada tahap ini akan dilakukan pengkodean,yaitu penerjemahan desain dalam bahasa yang dapat dikenali oleh komputer. Setelah pengkodean selesai maka akan dilakukan pengujian yang bertujuan untuk nememukan kesalahan pada sistem serta memperbaikinya. e. Penyerahan Sistem Tahap ini merupakan tahapan akhir dari perancangan sistem. Sistem yang telah dibangun akan diserahkan ke pengguna dan akan dilakukan pemeliharaan secara berkala. 2.3. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2009:177), perencanaan kebutuhan material (material requirement planning) merupakan suatu metode penjadwalan untuk perencanaan pembelian dan perencanaan manufaktur order. Dalam struktur hirarki perencanaan prioritas di Manufacture Requirement Planning (MRP II), perencanaan kebutuhan material termasuk dalam tingkat perencanaan operasional level tiga (3), yang berada langsung di bawah perencanaan produksi dan Master Production Schedule (MPS). Dari MPS yang diturunkan dari Rencana Produksi, Sistem MRP mengidentifikasi item apa yang harus dipesan, berapa banyak kuantitasnya, dan kapan harus dipesan. Berikut Gambar 2.2 merupakan proses kerja dari MRP menurut Gaspersz (2009:178).

10 Perencanaan Kapasitas INPUT: 1. MPS 2. Bill of Materials 3. Item Master 4. Pesanan-pesanan 5. Kebutuhan PROSES: Material Requirement Planning OUTPUT 1. Primary Report 2. Action Report 3. Pegging Report Umpan Balik Gambar 2.2 Proses Kerja MRP (Gaspersz, 2009) 2.4. Input MRP Sebagai suatu sistem, menurut Gaspersz (2009:177), MRP membutuhakan lima inputan utama anatara lain: 1. Master Production Schedule (MPS) Merupakan perencanaan taktikal dan pernyataan definitif mengenai produk akhir apa saja yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa kuantitas yang diproduksi, pada waktu kapan dibutuhkan, dan bilamana produk tersebut akan diproduksi. 2. Bill of Material (BOM) Merupakan suatu daftar dari semua material, parts dan subassemblies, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk. BOM ini digunakan oleh MRP sebagai basis untuk menghitung berapa kuantitas material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu.

11 3. Item Master Merupakan suatu file yang berisikan informasi mengenai status material, parts, subassemblies serta produk-produk yang menunjukan kuantitas onhand. Secara detil Item Master juga berisi mengenai kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity), waktu tungggu yang direncanakan (planned lead time), ukuran lot (lot size), stok pengaman (safety stock), kriterial lot sizing serta berbagai informasi penting yang berkaitan dengan suatu item. 4. Pesanan-pesanan Merupakan order yang memberitahukan mengenai berapa banyak dari setiap item yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock-on-hand di masa mendatang. Dalam Sistem MRP pesanan ini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu released order dan planned order. Released order merupakan pesanan-pesanan yang secara resmi telah dikeluarkan untuk diproduksi ke pabrik atau ke pemasok eksternal. Sedangkan planned order merupakan pesanan-pesanan yang belum secara resmi dikeluarkan. Dalam hal ini pihak pabrik belum diminta untuk memproduksinya atau pihak pemasok eksternal. 5. Kebutuhan-kebutuhan Requirements akan memberikan informasi mengenai seberapa banyak item tersebut dibutuhkan, dalam hal ini akan mengurangi stock-on-hand di masa mendatang.

12 2.5. Istilah-Istilah dalam Proses MRP Sebelum menjelaskan mekanisme proses dari MRP, perlu adanya penjelasan istilah-istilah yang ada di dalam proses MRP. Menurut Gaspersz (2009), istilah-istilah tersebut antara lain: a. Leadtime Leadtime yang dimaksud dari suatu item dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) Leadtime Purcashing Merupakan waktu tunggu yang dibutuhkan sejak MRP mengeluarkan pensanan (purchases order) sampai item tersebut siap digunakan. b) Leadtime Manufakturing Merupakan waktu tunggu antara barang mulai diproduksi sampai barang tersebut siap digunakan. b. On Hand Inventory (OHI) Merupakan kuantitas dari item bahan baku secara fisik yang ada dalam gudang. c. Lot Size Merupakan kuantitas pesanan (order quantity) dari item yang memberitahukan MRP mengenai seberapa banyak kuantitas yang harus dipesan dengan menggunakan teknik lot sizing tertentu. d. Safety Stock Merupakan stok pengaman yang ditetapkan dalam perencanaan MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan dan penawana. Dalam MRP, safety

13 stock menjadi tambahan dari item yang telah direncanakan untuk berada dalam gudang. e. Gross Requirement Merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk dalam kebutuhan yang diantisipasi pada periode tertentu. f. Net Requirement Merupakana kebutuhan bersih yang didapat dari hasil perhitungan proses netting. g. Planned Order Receipts (POR) Merupakann kuantitas pesanan yang akan diterima yang telah direncanan oleh MRP pada periode tertentu untuk memenuhi kebutuhan bersih (net requirement). Jika lot sizing menggunakan teknik lot for lot, maka kuantitas dalam POR akan sama dengan kuantitas net requirement. Apabila teknik lot sizing dimodifikasi menggunakan teknik lain, kuantitas dalam POR dapat melebihi net requirement. h. Planned Order Releases (PORel) Merupakan kuantitas panned order yang dikeluarkan dalam periode tertentu agar item yang dipesanan dapat tersedia pada saat dibutuhkan. 2.6. Mekanisme Proses MRP Menurut Indrajit (2001:51), proses merupakan suatu tahap atau cara yang harus dilakukan untuk merubah input menjadi output. Adapun proses tahap-tahap dari proses MRP menurut Tanuwijaya & Setyawan (2012), sebagai berikut:

14 a. Netting Merupakan suatu proses penentuan jumlah kebutuhan bersih untuk setiap periode, yang didapat dari kebutuhan kotor inventory yang tersedia dan penerimaan yang akan terjadi. NR = GR - (SR+OHI)...(2.1) Dimana: NR = Kebutuhan bersih GR = Kebutuhan kotor SR = Pesanan terjadwal OHI = Jumlah persediaan awal b. Lot Sizing Merupakan proses menentukan besaran ukuran pesanan yang optimal untuk sebuah item, berdasarkan NR (Net Requirement) yang telah dihasilkan dari proses netting. Hal ini bertujuan untuk menentukan besaran jumlah bahan baku yaitu POR (besarnya jumlah item yang harus dipesan). c. Offsetting Sebuah proses dimana penentuan atau penetapan kapan suatu pemesanan harus dilakukan, dengan katalain menentukan PORel. Proses ini dilakukan dengan memperhitungkan leadtime pemesanan bahan baku dan pembuatan barang. PORel = PORlt...(2.2) Dimana: PORt = Planned Order Realeases PORlt = Planned Oder Receipt pada periode t - leadtime

15 d. Explosion Proses perhitungan kebutuhan tiap item atau komponen pada level yang lebih rendah dari struktur produk yang tersedia. Level dan struktur tersebut didapat dari BOM. 2.7. Output MRP Menurut Gaspersz (2009:191), sistem MRP dapat menghasil dua jenis laporan yaitu MRP primary (order) report dan MRP action report. Berikut penjelasan dari laporan-laporan tersebut: a. MRP Primary (Order) Report Laporan ini merupakan output utama dari MRP atau biasanya disebut sebagai laporan rencana kebutuhan bahan baku. Biasanya format yang digunakan adalah format horizontal dengan waktu dalam buckets (biasanya dalam periode mingguan), atau dapat juga berformat vertical dengan waktu dalam tanggal (bucketless format). Adapun contoh buckets terlihat pada gambar 2.3.

16 MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Lot Size: 1000 Safety Stock: 0 Lead Time : 3 weeks Time Periodes (Weeks) On Hand:550 1 2 3 4 5 Gross Requirements 250 500 200 350 400 Scheduled Receipts 1000 Project On-Hand 300 800 600 250-150 Project Available 300 800 600 250 850 Net Requirements 150 Planned Order Receipts 1000 Planned Order Release 1000 Gambar 2.3 Horizontal MRP (Gasperz, 2009:186) b. MRP Action Report Laporan yang sering disebut juga sebagai MRP Exception Report ini memberikan informasi jeda perencana mengenai item-item yang perlu mendapatkan perlakuan segera, dan memberikan rekomendasi mengenai tindakan-tindakan yang perlu diambil. Informasi tersebut berkaitan dengan: a) Pengeluaran suatu pesanan b) Reschedule in (expedite) c) Reschedule out (de-expedite) d) Pembatalan suatu pesanan MRP Action Report memberikan informasi dalam memprioritaskan item yang perlu diperhatikan, sedangkan untuk item yang tidak perlu diperhatikan maka tidak akan tampil dalam laporan ini.

17 MRP ACTION REPORT Planner: Vincent Gaspersz Run Date: 15 July 1998 Date from Item Description Action Order Quantity B21 Mountain Bike B23 Release/Expedite Release P2469 P2475 200 200 Date to 7/15. 7/15. 8/8. Mountain Bike- Special Reschedule W3321 100 7/31. 8/22. S445 Spoke Expedite S8293 1000 8/15. 8/28. S446 Seat-Vinyl Cancel S7321 50 8/12. Gambar 2.4 MRP Actions Report (Gasperz, 2009:193) 2.8. Teknik Lot Sizing Teknik lot sizing menurut Gaspersz (2009) adalah suatu teknik atau metode yang dipakai untuk memberitahukan MRP mengenai keputusan berapa banyak kuantitas yang harus dipesan (lot size). Keputusan jumlah yang dipesan harus dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan. Berikut ini merupakan macam-macam teknik yang dapat digunakan dalam menentukan lot size, yaitu: A. Lot For Lot Dalam penelitian ini teknik lot sizing yang digunakan adalah teknik lot for lot. Teknik lot for lot merupakan teknik menentukan ukuran lot yang secara tepat menghasilkan apa yang diperlukan untuk memenuhi rencana kebutuhan bahan baku (Heizer & Render, 2010: 217). Teknik ini bertujuan untum meminimalisasikan biaya penyimpanan karena kuantitas yang harus dipesan akan sama dengan rencana kebutuhan bersih yang dihasilkan dalam proses MRP. Teknik ini cocok diterapkan pada UD Eka mengingat

18 terbatasnya ketersediaan tempat dalam gudang dimana gudang bahan baku dengan barang jadi dalam satu tempat. B. Economic Order Quantity (EOQ) Economic Order Quantity merupakan suatu teknik mengenai berapa banyak kuantitas yang harus dipesan dengan jumlah pesanan yang paling ekonomis. Teknik ini didasarkan pada asumsi laju pemakaian barang dan juga waktu pemesanaan sampai dengan kedatangan barang bersifat konstan. Selan itu diasumsikan persediaan bersifat terus menerut dengan permintaan yang stabil. Kelebihan dari teknik ini adalah kemudahan dalam memasukkan parameter biaya dan teknik. Namun teknik ini memiliki kelemahan yaitu mengabaikan kemungkinan permintaan yang akan dating pada MRP. C. Fix Order Quantity (FOQ) Teknik FOQ ini menggunakan konsep jumlah pesanan (lot sizing) akan tetap, dengan asumsi menghitung pesanan pada periode tertentu. FOQ memiliki kelebihan memunculkan kemungkinan-kemungkinan permintaan yang ada di masa mendatang dengan keterbatasan fasilitas seperti kemampuan gudang, transportasi, dan supplier. Namun teknik ini juga memiliki kelemahan dalam merespon tanggapan permintaan dibandingkan dengan teknik lot for lot. D. Period Order Quantity (POQ) Teknik POQ menggunakan konsep jumlah pesanan yang ekonomis yang dilandasi dari teknik EOQ dengan jumlah permintaan yang berbeda pada beberapa periodenya. Rata-rata permintaan dalam EOQ digunakan

19 untuk mendapat rata-rata jumlah barang dalam sekali pesan. Selanjutnya angka tersebut akan dibagi dengan jumlah permintaan tiap periodenya, sehingga akan didapat jumlah periode waktu yang akan dicakup dalam setiap kali melakukan pemesanan. Teknik ini memiliki kelebihan dalam menunjukan jumlah perbandingan biaya anatara periode pemesanan dengan jumlah pesanan pada tiap unitnya. Sama halnya dengan EQO, teknik ini memiliki kekurangan dalam merespon perubahan permintaan yang akan datang. 2.9. Pengadaan Bahan Baku Pengadaan bahan baku merupakan proses menyediakan sejumlah bahan baku sesuai kebutuhan produksi. Bahan baku harus tersedia dalam jumlah cukup dengan standar mutu yang telah ditetapkan (Supriyanto & Masruchah, 2008). Menurut Supriyanto & Masruchah (2008), aktivitas pengadaan bahan baku melalui beberapa tahapan proses, sebagai berikut: 1. Proses Perencanaan Pengadaan Merupakan perhitungan jumlah pemesanan bahan baku dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang terkait untuk menghindari kesalahan jumlah pembelian. 2. Proses Administrasi Pengadaan Proses ini meliputi proses perhitungan jumlah pesanan, proses dokumentasi penyerahan dan proses administrasi pembayaran. 3. Proses Produksi di Supplier Sama halnya dengan proses produksi di perusahaan pembeli, perusahaan supplier memiliki tahapan yang sama dalam mempersiapkan produksinya.

20 Oleh karena itu fungsi pengadaan harus memperhatikan waktu tunggu (leadtime) yang cukup dari pesanan dibuat sampai pesanan diterima. 4. Proses Penyerahan Agar proses penyerahan dapat dilkukan tepat waktu fungsi persediaan harus memikirkan secara cermat penjadwalan pengiriman dari semua supplier secara simultan. 5. Proses Penerimaan dan Penyimpanan Merupakan batas peralihan tanggung jawab bahan baku dari perusahaan supplier. 6. Proses Penyerahan ke Lini Produksi Merupakan tahap terakhir dari perjalanan material untuk dilakukan proses produksi untuk menjadi bentuk jadi. Dalam proses ini metode yang biasa digunakan adalah FIFO System (First In First Out).