BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan yang diinginkan. Karyawan sebagai sumber daya manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Marks and MacDermid (1996) menjelaskan work-life balance sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok untuk

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Menurut Achour (2011) kesejahteraan pada karyawan adalah seseorang

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dewasa ini, perusahaan semakin berorientasi pada pelanggan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal).

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Lingkungan dari keluarga dan kerja seringkali disimpulkan sebagai

HUBUNGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KEBAHAGIAAN PADA WANITA KARIR YANG BELUM MENIKAH

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dirasakan baik oleh perusahaan maupun karyawan (Giannikis dan

PERBEDAAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA DITINJAU DARI TAHAP-TAHAP PERNIKAHAN

Judul : Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Terhadap Komitmen Organisasional dan Turnover Intention

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi, agar bisa bertahan dan tetap berkembang. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan sumber daya manusia yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Peran organisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. jalannya suatu organisasi (Dewi, 2008). Mengelola dengan baik sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari ( Ryff, 1995). Ryff (1989) mengatakan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. manusia (Widyaningrum, 2015). Hasil penelitian oleh Mello (2011: Widyaningrum, 2015)

World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan dalam suatu organisasi merupakan aset terpenting dalam

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

I. PENDAHULUAN. yang sangat bernilai karena sumber daya manusialah yang mengelola seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun

BAB I PENDAHULUAN. Schmidt & Hayes, 2002). Kondisi ini menyebabkan sebagian besar waktu

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja ( job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan medis (McGuire, Hasskarl, Bode, Klingmann, & Zahn, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dinamika organisasi. Perusahaan yang menyadari bahwa sumber daya manusia adalah

BAB II RERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan di bidang pelayanan kesehatan semakin meningkat seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. ketat, kinerja perusahaan dituntut harus terus meningkat agar perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tingkat produktifitas maksimal. Persaingan yang ketat juga

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan terjadinya perubahan ini adalah globalisasi dalam bidang ekonomi serta

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan layanan layanan banking yang telah disediakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini, pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi terdiri dari sejumlah anggota yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang diperlukan oleh pihak internal dan eksternal.

BAB I PENDAHULUAN. Memasukin era globalisasi merupakan suatu tahap yang harus dilalui oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan telah menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dalam citra diri individu (Lodhal dan Kejner, 1965 dalam Khan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. BUMN Perkebunan di Indonesia yang memiliki 51 unit kerja tersebar di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja suatu perusahaan tidak dapat berhasil, dikarenakan setiap karyawan dalam

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi dan efektivitas dalam perusahaan (Soegianto & Sutanto, 2013). Salah

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian women-friendly HRM (Human Resource Management) dorongan organisasi, golongan kecil itu yang menguji bagaimana pekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan faktor-faktor tersebut jika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori penelitian terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Nilai dari sumber daya manusia akan tampak jelas ketika perusahaan. asset jika sumber daya manusianya berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil dalam melakukan tugas tugas yang semakin kompleks dan rumit. Hampir

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi industri-industri di Indonesia, hal ini memicu perusahan-perusahan di

BAB I PENDAHULUAN. untuk menarik para wisatawan agar mau berkunjung. Hal ini penting dilakukan

Abstrak. Kata kunci : Gaya kepemimpinan demokratis, iklim organisasi, kualitas kehidupan kerja.

TESIS. oleh : Ghita Sandra Amalia Alfian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. satu dengan yang lain dalam menyeimbangkan perekonomian masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Sumber Daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting yang dimiliki perusahaan.

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah lahan yang luas tersebut, pasti akan membutuhkan banyak tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menginginkan terciptanya kinerja yang tinggi dalam bidang pekerjaannya. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. PT Semen Indonesia pertama diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1957

BAB I PENDAHULUAN. karyawan ataupun pekerjaan yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan perekonomian dunia mendorong setiap organisasi untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan yang semakin global menuju keberhasilan yang diinginkan. Karyawan sebagai sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi sehingga pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan mendorong organisasi ke arah pencapaian tujuan. Keyes, Hysom dan Lupo (2000) menyatakan bahwa salah satu indikator keberhasilan sebuah organisasi adalah kebahagiaan dan kepuasan kerja para karyawan. PT. Perkebunan Nusantara III Medan sebagai salah satu perusahaan terbaik dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan sedang mempersiapkan persaingan yang lebih tinggi dalam memajukan usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Berdasarkan data terakhir, realisasi produksi TBS tahun 2015 mengalami peningkatan dari realisasi tahun 2014 sebesar 12,32% atau sebesar 226.646 ton. Pada akhir tahun 2014, jumlah aset sebesar 65,92 triliun rupiah dan pada akhir 2015 sebesar 109,72 triliun rupiah. Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan jumlah aset sebesar 66,45% atau sebesar 65,92 triliun rupiah. Realisasi pendapatan pada akhir tahun 2014 sebesar 39,50 triliun rupiah dan pada akhir 2015 sebesar 36,31 miliar rupiah. Hal ini 1

berarti bahwa terjadi penurunan pendapatan sebesar 8,32% atau sebesar 3,29 triliun rupiah. Ekuitas pada 2014 sebesar 13,29 triliun rupiah dan pada tahun 2015 sebesar 54,31 triliun rupiah. Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan ekuitas sebesar 308,67% atau sebesar 41,02 triliun rupiah. Liabilitas pada akhir tahun 2014 sebesar 52,63 triliun rupiah dan pada akhir tahun 2015 sebesar 55,41 triliun rupiah. Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan liabilitas sebesar 5,28% atau sebesar 52,63 triliun rupiah (ptpn3.co.id, 2015). Pada semester I- 2016, holding BUMN perkebunan memiliki hutang sebesar Rp 33,24 triliun. Hutang ini merupakan konsolidasi dari 13 PTPN di bawah PTPN III. Selain tingginya utang yang ditanggung oleh sang induk, PTPN III Holding mencatat kerugian sebesar Rp 823,43 miliar pada semester I-2016. Angka ini melompat dari rugi tahun 2015 yang mencapai Rp 613,27 miliar. Sedangkan pendapatan di semester I- 2016, holding BUMN kebun ini meraup 13,36 triliun (ptpn3.co.id, 2016) Hal ini berarti bahwa PT. Perkebunan Nusantara III Medan harus berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan keberhasilan organisasinya. Berkaitan dengan masalah tersebut, dikatakan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sektor terpenting yang perlu dibenahi karena dengan tenaga kerja yang terampil maka akan diperoleh performa kerja yang akan meningkatkan kepuasan karyawan dan produktivitas perusahaan (Mufunda, 2006; Sianturi, 2016). Bagi karyawan yang sudah menikah, kepuasan dalam pekerjaan berkontribusi terhadap kepuasan dalam keluarga demikian juga sebaliknya sehingga keduanya saling mempengaruhi (Amstad, Meier, Fasel, Elfering & Semmer, 2011). 2

Sejalan dengan itu, Maharshi dan Chaturvedi (2015) menyatakan bahwa karyawan baik pria maupun wanita harus lebih meningkatkan tanggung jawabnya tidak hanya di dalam lingkup pekerjaan, tetapi juga di dalam lingkup keluarga. Oleh karena itu, setiap organisasi sebaiknya meletakkan peran pekerjaan dan keluarga dalam kedudukan yang sama penting sehingga karyawan dapat menjalankan kedua perannya dengan seimbang (Thompson & Prottas, 2006; Sinha, 2012). Karyawan yang mampu menjaga keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dengan keluarganya cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik (Wang & Walumba 2007; Kim, 2014). Selain itu, karyawan yang mampu menyeimbangkan tuntutan peran di tempat kerja dan di rumah akan cenderung meningkatkan komitmennya terhadap organisasi (Birdi, Clegg, Patterson, Robinson, Stride, Wall & Wood, 2008). Dengan demikian, setiap karyawan sebaiknya berusaha untuk mengatur dan menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan keluarganya agar menjadi suatu konsep yang terintegrasi (Rothausen, 2009). Greenhaus, Collins dan Shaw (2003) menyebut konsep ini sebagai work-life balance atau work-family balance, yang berarti sejauh mana individu merasa terikat dan puas terhadap kehidupan pekerjaan dan kehidupan keluarganya. Organisasi yang memahami kondisi karyawannya yang sudah menikah akan memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan dan karir mereka di tempat kerja (Friedman & Greenhaus, 2000; Kanwar, Singh & Kodwani, 2009). Selanjutnya, Casper, Harris, Taylor-Bianco dan Wayne (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa karyawan dengan work-life balance yang tinggi 3

akan memiliki komitmen yang tinggi juga terhadap organisasi sehingga karyawan akan menjadi lebih loyal. Hal ini didukung oleh Beauregard dan Henry (2009; Hafeez, 2015) yang menjelaskan bahwa work-life balance dapat meningkatkan performa dan produktivitas karyawan serta menurunkan tingkat turnover di organisasi. Deivasigamani dan Shankar (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa karyawan yang mampu menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan keluarga akan cenderung memiliki kehidupan yang bahagia. Semakin mampu karyawan mengontrol setiap aspek kehidupannya, maka semakin mampu pula mereka menyeimbangkan kehidupan antara pekerjaan dan keluarga (Lazar, Osoian & Ratiu, 2010). Bannur & Boral (2012) menyatakan bahwa work-life balance meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa kepemilikan pada karyawan, membangun rasa percaya diri serta hubungan yang lebih baik dengan atasan, sehingga karyawan mampu menciptakan dampak positif terhadap produktivitas kerjanya. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa work-life balance memberikan prestasi dan kebahagiaan pada karyawan dalam menjalankan peran di tempat kerja dan keluarga sehingga karyawan dapat membangun sistem nilai yang kuat dalam organisasi. Lazar, Osoian dan Ratiu (2010) menyatakan bahwa budaya organisasi yang mendukung work-life balance merupakan sebuah proses untuk menciptakan suatu organisasi yang besar. Karyawan yang mampu menciptakan performa yang baik dalam pekerjaan dan keluarga akan memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi, 4

dimana hal ini ditandai dengan penurunan tingkat absensi karyawan dan peningkatan produktivitas kerja. Hal ini dapat mengurangi biaya training dalam organisasi, meningkatkan retensi terhadap karyawan yang berharga serta meningkatkan komitmen loyalitas terhadap organisasi. Kumarasamy, Pangil dan Isa (2015) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi work-life balance adalah organizational support (dukungan organisasi). Dalam hal ini, dukungan organisasi sangat penting karena ketersediaan dukungan terhadap karyawan dalam menjalankan perannya di tempat kerja dan keluarga akan membuat karyawan merasa bahwa organisasi memperhatikan kesejahteraan mereka (McCarthy, Cleveland, Hunter, Darcy & Grady, 2013; Kumarasamy, Pangil & Isa, 2015). Secara khusus, Rhoades dan Eisenberger (2002) menjelaskan hal ini sebagai persepsi dukungan organisasi, yaitu persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi mereka dan peduli terhadap kesejahteraan mereka. Persepsi dukungan organisasi didasari oleh keyakinan karyawan bahwa organisasi memberikan penghargaan dan kepedulian terhadap kesejahteraan mereka (Eisenberger, Huntington, Hutchison & Sowa, 1986). Perlakuan dari organisasi memiliki pengaruh besar terhadap persepsi karyawan yang pada akhirnya mempengaruhi berbagai aspek dalam perilaku organisasi (Eisenberger, Huntington, Hutchison & Sowa, 1986). Sejalan dengan itu, Maningo-Salinas (2010) menyatakan bahwa pada dasarnya, setiap karyawan ingin merasakan penghargaan dari organisasi terhadap kontribusinya di tempat kerja yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan usaha yang ditampilkan selama mereka bekerja. 5

Kumarasamy, dkk (2015) menunjukkan bahwa dukungan organisasi dapat membantu karyawan untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dan keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Wadsworth dan Owens (2007) bahwa semakin banyak dukungan yang diperoleh karyawan dari atasan dan rekan kerjanya, maka semakin mampu karyawan menampilkan perilaku positif dalam pekerjaan dan keluarga. Di sisi lain, Stinglhamber (2014) menyatakan bahwa semakin karyawan merasa didukung dan dihargai dalam organisasi, maka karyawan akan semakin mampu melakukan pekerjaan dengan semangat dan dedikasi yang tinggi. Dengan demikian, persepsi dukungan organisasi secara tidak langsung memberi kepuasan kepada karyawan dan secara emosional membuat karyawan tetap bertahan di organisasi (Imran, Ali & Islam, 2014). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh persepsi dukungan organisasi terhadap work-life balance. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah terdapat pengaruh persepsi dukungan organisasi terhadap work-life balance? 2. Apakah terdapat pengaruh aspek-aspek persepsi dukungan organisasi terhadap work-life balance? 3. Bagaimana gambaran work-life balance pada karyawan? 4. Bagaimana gambaran persepsi dukungan organisasi pada karyawan? 6

C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh persepsi dukungan organisasi terhadap work-life balance. 2. Mengetahui pengaruh aspek-aspek persepsi dukungan organisasi terhadap work-life balance. 3. Mengetahui gambaran work-life balance pada karyawan. 4. Mengetahui gambaran persepsi dukungan organisasi pada karyawan. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi disiplin ilmu Psikologi khususnya bidang Industri dan Organisasi mengenai persepsi dukungan organisasi dan work-life balance pada karyawan. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi organisasi untuk mengetahui informasi mengenai pengaruh persepsi dukungan organisasi terhadap work-life balance pada karyawan di PT. Perkebunan Nusantara III Medan. Bagi peneliti lain, hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya pengetahuan mengenai persepsi dukungan organisasi dan work-life balance. 7

E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori Bab ini menjelaskan landasan teori yang mendasari masalah objek penelitian. Memuat landasan teori mengenai persepsi dukungan organisasi, worklife balance serta hipotesis sementara terhadap masalah penelitian yang menjelaskan pengaruh persepsi dukungan organisasi terhadap work-life balance. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji validitas dan reliabilitas alat ukur, dan metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan Bab ini menjelaskan analisis data yang berisikan gambaran umum subjek penelitian, hasil uji asumsi, hasil utama penelitian, hasil tambahan penelitian, nilai empirik dan nilai hipotetik, kategorisasi skor work-life balance, kategorisasi skor persepsi dukungan organisasi dan pembahasan. 8

Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini membahas kesimpulan penelitian dan saran penelitian berupa saran metodologis dan saran praktis. 9