BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin.

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. cukup memprihatinkan saya, yaitu suatu proses sistematis di mana GKJ telah, sedang

PENDAHULUAN. 1. Status PPA GKJ sebagai dokumen gerejawi

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

PROVIDENSIA DI MATA PETANI JAWA: STUDI ATAS PEMAHAMAN WARGA GKJTU NGADUMAN TERHADAP PROVIDENSIA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MAKNA DAN ARTI KATA EVANGELIS 1

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

By Daniel Ronda (untuk mata kuliah Sistem-Sistem Teologi) Sejarah Singkat

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

UKDW. Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

UKDW. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

Pendidikan Agama Kristen Protestan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Program Magister Theologi (M.Th)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEBUAH PENJELASAN TENTANG IMAN KRISTENzywu. Henri Veldhuis

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website:

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

SPIRITUALITAS CALVINIS 1

KANTOR SINODE GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) DI SALATIGA BABI PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen dimana terdapat

LIMa POKOK CALVINISME

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

REKONTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14 : DARI PERSPEKTIF POSKOLONIAL PEREMPUAN KRISTEN JAWA

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p

TATA GEREJA PEMBUKAAN

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

STUDI PERBANDINGAN ALIRAN KRISTEN: "KATOLIK ROMA"

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

SOLA GRATIA (HANYA OLEH ANUGERAH)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

Pengurapan Rohani Kristus di bawah tiga jabatan umum: Nabi, Imam dan Raja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Secara historis, Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) sedikit banyak terkait dengan buah pekerjaan Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland (ZGKN). ZGKN ini merupakan zending yang bersifat gerejawi (diselenggarakan oleh gereja) dan konfesional (berpegang pada konfesi tertentu). Ajaran yang dipegangnya bukan sekedar ajaran Kristen yang umum-umum saja melainkan ajaran khas Calvinis sebagaimana tertuang dalam Tiga Pasal Keesaan (Pengakuan Iman Gereja Belanda, Katekismus Heidelberg dan Kanon Sinode Dordrecht). Sifat konfesional dari ZGKN ini masih mewarnai GKJ sampai sekarang. Ini tampak antara lain dari fenomena bahwa GKJ masih memiliki pegangan ajaran yang resmi (ditetapkan melalui Sidang Sinode). Setiap orang yang akan ditahbiskan atau diteguhkan menjadi pendeta atau majelis gereja wajib menandatangani pegangan ajaran ini sebagai pernyataan persetujuan. 1 Saat ini, pegangan ajaran GKJ yang resmi adalah buku Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa (PPA GKJ) yang ditetapkan dalam Sidang Sinode Terbatas tahun 1996. 2 Memang, dalam Sidang Sinode Non Reguler tahun 2005 diresmikan edisi revisi dari PPA GKJ yang diberi nama Pokok-pokok Ajaran GKJ Edisi 2005, tetapi edisi revisi ini tidak menjadikan PPA GKJ tidak berlaku lagi. PPA GKJ tetap berlaku sebagai pegangan ajaran resmi GKJ yang menggantikan kedudukan Katekismus Heidelberg 3 atau dalam terjemahan bahasa Jawanya Piwulang Agami Kristen. 4 1 Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi 2005, (Salatiga: Sinode GKJ, 2005) halaman xi 2 Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, (Salatiga: Sinode GKJ, 1997) halaman 3 3 Sda, sampul belakang 4 Scn 1, halaman vii 1

Walaupun PPA GKJ telah menggantikan kedudukan Katekismus Heidelberg, di dalam pengantar PPA GKJ dinyatakan bahwa ajaran keselamatan itu hanya karena anugerah (sola gratia) yang diterima dengan beriman (sola fide) yang menjadi inti Katekismus Heidelberg tetap dipelihara. Dengan kata lain, hendak dinyatakan bahwa soteriologi yang digariskan dalam PPA GKJ tetap berada dalam jalur reformasi abad ke-16 sebagaimana soteriologi yang digariskan dalam Katekismus Heidelberg atau Piwulang Agami Kristen. 5 Akan tetapi, karena perbedaan konteks, bisa saja soteriologi yang digariskan dalam PPA GKJ memang masih menggunakan formula-formula reformatoris tetapi dengan interpretasi yang berbeda. 6 Dalam interpretasi yang berbeda ini, bisa saja muncul pokok-pokok soteriologi yang asing atau bahkan ditolak dalam tradisi reformatoris, khususnya Calvinis. Sebaliknya, pokok-pokok soteriologi yang cukup dominan dalam tradisi Calvinis bisa saja memudar atau bahkan menghilang. Berdasarkan pengamatan sekilas, penulis melihat bahwa pada soteriologi yang digariskan dalam PPA GKJ interpretasi yang berbeda itu ada. Pokok-pokok soteriologi yang asing atau bahkan ditolak dalam tradisi Calvinis ada yang muncul. Sebaliknya, pokok-pokok soteriologi yang cukup dominan dalam tradisi reformatoris, khususnya Calvinis ada yang tidak muncul. Pokok soteriologi yang asing atau bahkan ditolak dalam tradisi Calvinis tetapi muncul pada soteriologi yang digariskan dalam PPA GKJ misalnya kebebasan (terserah kepada) manusia untuk beriman atau tidak beriman. 7 Sejauh pengetahuan penulis, tradisi Calvinis melihat bahwa kalau hal beriman atau tidak beriman dibiarkan terserah kepada manusia, maka tidak akan ada orang yang beriman. Iman pada akhirnya harus dilihat sebagai anugerah Allah melalui karya Roh Kudus semata. 8 Contoh lain dari pokok soteriologi yang asing atau bahkan ditolak dalam tradisi Calvinis tetapi muncul dalam soteriologi PPA GKJ adalah kemungkinan hilangnya keselamatan. 9 Tradisi Calvinis meyakini ketekunan orang-orang kudus. 10 Pokok soteriologi yang cukup dominan dalam tradisi Calvinis tetapi tidak muncul 5 Scn 2, halaman 4; bdk. Pokok-pokok Ajaran GKJ edisi 2005, Scn 1, halaman xiii 6 Bdk. E.G. Singgih, Dari Israel ke Asia, (Jakarta: BPK-GM, 1982) halaman 68 7 Pertanyaan dan jawaban nomor 65,66 8 Lihat misalnya Katekismus Heidelberg pertanyaan dan jawaban 65; bdk. H. Berkhof dan I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2001) halaman 171 9 Pertanyaan dan jawaban nomor 71-75 10 H. Berkhof, I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2001) halaman 171, 210 2

dalam soteriologi PPA GKJ misalnya kesatuan dengan Kristus. Dalam Katekismus Heidelberg, pokok ini muncul berulang-ulang dalam kaitan dengan iman, pembenaran, pembaruan hidup. 11 2. Rumusan Masalah Melihat interpretasi berbeda tadi, penulis menjadi tertarik untuk meneliti sejarah perkembangan soteriologi GKJ (sampai akhirnya menjadi seperti yang digariskan dalam PPA GKJ) dan kemudian untuk menyusun tinjauan teologis terhadapnya. Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana sejarah perkembangan soteriologi GKJ sampai akhirnya menjadi seperti yang digariskan dalam PPA GKJ? Apakah konteks yang melatarbelakangi terjadinya perkembangan itu? Apakah tinjauan teologis yang bisa diberikan sehubungan dengan perkembangan itu? B. Judul 1. Rumusan Judul Sesuai dengan rumusan masalah, penulis merumuskan judul: PERKEMBANGAN KONSEP SOTERIOLOGI GKJ Adapun periode perkembangan dibatasi dari tahun 1931 (berdirinya GKJ) hingga tahun 1996 (keluarnya PPA GKJ). Soteriologi GKJ yang akan diteliti juga dibatasi pada tataran pegangan ajaran yang pernah diberlakukan atau diujicobakan dalam lingkup Sinode GKJ. Kerangka soteriologi yang penulis gunakan dalam tulisan ini adalah kerangka soteriologi Calvinis (yang merupakan salah satu di antara berbagai soteriologi yang ada dalam Kekristenan) karena penulis melihat bahwa dalam kerangka inilah 11 Pertanyaan dan jawaban 21, 59, 64, 65 3

soteriologi GKJ berkembang. Dalam kerangka ini, cakupan pembahasan terbatas pada pokok-pokok soteriologi yang lazim dalam dogmatika Calvinis seperti Keberdosaan Manusia dan Ketidakmampuannya untuk Menyelamatkan Diri Sendiri, Kristus sebagai Pengantara, Penebus, Juruselamat, Sejarah Penyelamatan, Siapa yang Diselamatkan, Penerapan Keselamatan. 2. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul tadi dengan tiga alasan yaitu baru, menarik, dan bermanfaat. Baru karena belum ada tulisan mengenai sejarah GKJ yang dikhususkan pada perkembangan soteriologinya. Memang, sudah ada tulisan dari Y.M. Sumardi mengenai sejarah perkembangan ajaran GKJ secara umum, 12 tetapi dalam tulisan ini, pokok soteriologi tidak dikaji secara mendalam. Menarik karena terkait dengan ajaran GKJ yang dikenal ortodoks tetapi ternyata bisa mengalami perkembangan, dan karena tulisan mengenai perkembangan dogma gereja tertentu tergolong langka. Bermanfaat karena bisa memperkaya literatur sejarah dogma yang dibutuhkan baik oleh sekolahsekolah theologia maupun gereja-gereja (khususnya GKJ) dalam rangka mengupayakan teologi kontekstual yang tentunya tidak bisa mulai dari nol. C. Metode 1. Metode Penulisan Metode yang digunakan untuk penulisan adalah metode deskriptif-analitis dalam arti penulis mencoba untuk memaparkan, berdasarkan hasil penelitian, informasi-informasi yang penting (tidak bisa diabaikan) dan perlu (kena-mengena dengan topik skripsi ini) dengan disertai analisis. 12 Y.M. Sumardi, Sejarah Gereja Kristen Jawa. Mewujudkan Kemandirian Teologi (1945-1996), Yogyakarta: TPK, 2007 4

2. Metode Pengumpulan Bahan Metode yang digunakan untuk pengumpulan bahan adalah pertama-tama metode studi literatur dalam arti mempelajari dokumen-dokumen tertulis yang terkait dengan topik skripsi ini. Di samping itu, karena dokumen-dokumen tertulis tadi belum tentu bisa langsung berbicara, penulis menggunakan juga metode studi lapangan yaitu dengan mewawancarai tokoh-tokoh yang terkait dengan dokumen-dokumen tadi dan tokohtokoh yang kompeten sehubungan dengan topik skripsi ini. D. Sistematika BAB I. PENDAHULUAN Berisi permasalahan, judul, metode dan sistematika BAB II. SOTERIOLOGI GKJ PADA TAHUN 1931-1975 Berisi pembahasan soteriologi GKJ dari berdirinya (1931) sampai sebelum dikeluarkannya buku katekisasi sekaligus suplemen pegangan ajaran yang disusun oleh GKJ sendiri. Ini merupakan masa ketika GKJ masih berpegang pada Katekismus Heidelberg dan Damaring Gesang. BAB III SOTERIOLOGI GKJ PADA TAHUN 1975-1992 Berisi pembahasan soteriologi GKJ sejak di lingkungan GKJ secara sinodal diujicobakan buku Berkumpul di Sekitar Kristus yang dimaksudkan sebagai buku katekisasi sekaligus suplemen pegangan ajaran sampai akhirnya dibentuk Tim Pokok-pokok Ajaran GKJ yang ditugasi untuk menyusun pegangan ajaran yang baru sebagai pengganti Katekismus Heidelberg. BAB IV SOTERIOLOGI GKJ PADA TAHUN 1992-1996 Berisi pembahasan soteriologi GKJ sejak dibentuknya Tim Pokok-pokok Ajaran GKJ sampai keluar pegangan ajaran yang baru sebagai pengganti Katekismus Heidelberg yaitu Pokok-pokok Ajaran GKJ 1996. 5

BAB V. TINJAUAN TEOLOGIS Berisi tinjauan teologis dari penulis terhadap apa yang sudah diteliti dan diuraikan dalam pembahasan. BAB VI. KESIMPULAN Berisi kesimpulan dari semua yang sudah diuraikan. 6