3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba"

Transkripsi

1 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Gereja Kristen Sumba dicetuskan secara resmi pada sidang sinode ke- II di Waikabubak pada tanggal 1-5 juli Gereja Kristen Sumba lahir dan berdiri sendiri pada tanggal 15 Januari 1947 sebagai hasil pekabaran injil dari Zending Gereformeed Kerken in Nederland (GKN) sejak tahun Sejak berdiri sendiri, GKS mengalami dinamika-dinamika salah satunya adalah pada tahun 2006, GKS mengalami masa-masa berbenah diri yang ditandai dengan Amandemen TAGER GKS terutama perubahan struktur organisasi secara menyeluruh dan penyempurnaan GBKU sebagai pedoman bersama dalam melakukan pelayanan. Perubahan struktur yang terjadi dilatarbelakangi oleh keinginan yang kuat untuk melakukan revitalisasi asas pemerintahan gerejawi GKS presbiterial sinodal secara seimbang dan proporsional. 2 Gereja Kristen Sumba memiliki visi dan misi yaitu: 1. Visi: Sumba yang damai sejahtera, di mana masyarakatnya hidup dalam kasih, kebersamaan, sukacita, mandiri, dan terpeliharanya keutuhan ciptaan Tuhan. 2. Misi: GKS membina, memperlengkapi dan memberdayakan pelayan serta warganya sebagai Tubuh Kristus agar mampu mewujudkan Sumba yang damai sejahtera, dimana masyarakatnya hidup dalam kasih, kebersamaan, sukacita, mandiri dan terpeliharanya keutuhan ciptaan. Bentuk organisasi Gereja Kristen Sumba adalah prebiterial-sinodal. Artinya pada satu sisi memberi peranan pada Majelis Jemaat dan Jemaat dan pada sisi lain menekankan kebersamaan antar Jemaat dalam GKS melalui klasis dan sinode. Dengan sistem inilah dibangun sistem organisasi dan kepemimpinan dalam GKS. Gereja Kristen Sumba merupakan gereja yang mewarisi tradisi reformed(calvinis). Kata presbiterial menunjukkan adanya otonomi gereja setempat yang di pimpin oleh majelis jemaat. Majelis jemaat menjadi pimpinan yang mengatur dan mengambil keputusan atas pelbagai hal keputusan jemaat lokal. Kata sinodal menjelaskan bahwa gerejagereja yang telah menggabungkan diri pada sinode harus tunduk pada sinode perihal yang umum dan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh gereja setempat. Jemaat mempunyai otonomi penuh yang membatasi ialah sinode. Sinode mempunyai kekuasaan tetapi terbatas yang membatasi ialah jemaat. 3 1 Oe.H. kapita, Sejarah pergumulan Injil di Sumba ( Sumba: Sinode GKS, 1962), hlm GBKU-GKS, Badan Pelaksana Majelis Sinode GKS, 2010, hlm 1. 3 Perjalanan pelayanan dari Parewatana ke Ramuk sidang sinode ke-41 GKS Ramuk Juli, 2014 hlm

2 Berdasarkan data terakhir tahun 2014, Wilayah pelayanan GKS saat ini tersebar diseluruh wilayah pulau Sumba yang terbagi di empat kabupaten yang ada (Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya). Di Sumba Timur, jumlah seluruh warga jemaat adalah jiwa, terdiri dari 64 jemaat dan 14 Klasis dengan jumlah Pendeta Jemaat laki-laki sebanyak 41 orang, perempuan 40 orang, Vikaris 48 orang, Guru Injil 99 orang. Di Sumba Tengah, seluruh warga jemaat berjumlah jiwa, terdiri dari 26 Jemaat, 5 Klasis, dengan jumlah Pendeta lakilaki 17 orang, perempuan 12 orang, Vikaris 16 orang, Guru Injil 16 orang. Di Sumba Barat, seluruh warga jemaat berjumlah jiwa, terdiri dari 25 Jemaat, 4 Klasis dengan jumlah Pendeta laki-laki 11 orang, perempuan 21 orang, Vikaris 13 orang, Guru Injil 10 orang. Di Sumba Barat Daya, jumlah seluruh warga jemaat adalah jiwa, terdiri dari 51 Jemaat, 9 Klasis dengan jumlah Pendeta laki-laki 27 orang, perempuan 22 orang, Vikaris 18 orang dan Guru Injil 30 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan, saat ini pada tahun 2014, GKS terdiri dari jiwa warga jemaat, yang terbagi atas 166 jemaat, 32 Klasis dengan jumlah Pendeta sebanyak 192 orang, Guru Injil 155 orang, ditambah dengan 562 cabang dan 173 ranting pelayanan. 4 Pada sejumlah jemaat GKS yang lain masih terjadi kekuarangan pengerja gereja yang sangat kritis. Diantaranya adalah Klasis Nyura Lele WP jemaat Ombarade, memiliki jumlah warga jemaat sebanyak 5642 jiwa, 5 cabang pelayanan dan 1 ranting. Jemaat Ngambadeta (masih klasis NyuraLele WP) terdiri dari 5446 jiwa, 5 cabang dan 1 ranting. Jemaat Palla 4590 jiwa, 3 cabang 1 ranting. Jemaat Kori 5136 jiwa, 2 cabang 1 ranting. Secara keseluruhan, ada 17 jemaat GKS yang jumlah antara warga jemaat, cabang pelayanan dan pengerja gerejanya tercatat sangat berbanding jauh. Bahkan di antaranya ada 2 Jemaat GKS yang mengalami kekosongan pengerja gereja. Tidak ada Pendeta, Vikaris, dan Guru injil. Jemaat tersebut adalah Jemaat Waikarara dengan jumlah warga jemaat sebanyak 3114 memiliki 12 cabang pelayanan dan 3 ranting, serta Jemaat Kerenapu dengan jumlah warga jemaat sebanyak 1026 memiliki 2 cabang dan 2 ranting. beberapa jemaat diatas adalah jemaat yang hanya memiliki 1 pendeta tanpa vikaris maupun Guru Injil. 5 Data tahapan Vikariat pada tahun 2014 menunjukkan bahwa, saat ini GKS memiliki 98 orang Vikaris yang sedang menjalani tahapan Vikariat dari tahun ke -1 (tahap 1) sampai tahun ke-10 (tahap 10). Ditahap 1-2 sebanyak 47 orang, dan ditahap 3-10 sebanyak 51 orang. Para vikaris yang berada ditahap 1-2 adalah mereka yang masih sedang menjalani masa vikariat wajib 2 tahun di jemaat, dan mereka yang berada GKS), 2014, hlm 8. 4 Laporan Persidangan Sinode ke-41 di Ramuk- Perjalanan Pelayanan dari Parewatana ke Ramuk Data tahapan vikariat 5 Doc.IV.a/Sin.41/GKS 13

3 ditahap 3-10 adalah para vikaris yang telah layak untuk direkrut menjadi pendeta jemaat, dan sementara sedang menunggu untuk direkrut oleh jemaat hingga sekarang (tahun 2014) Prosedur Rekrutmen Vikaris GKS Rekrutmen pengerja gereja GKS berlangsung sejalan dengan sistem pemerintahan gereja yang berlaku di GKS yaitu presbiterial sinodal. Sebagai gereja yang menganut sistem presbiterial sinodal maka segala pengelolaan pengerja gereja diatur dan dibagi secara proporsional antara pihak sinode dan prebiter/jemaat. 7 Berdasarkan hal diatas, maka pendaftaran, seleksi dan penempatan serta perputaran (mutasi) pengerja gereja (vikaris) diatur oleh pihak sinode GKS, sedangkan pemberian kompensasi dan perekrutan yang lebih lanjut(rekrutmen calon pendeta) diatur oleh jemaat Pendaftaran dan Seleksi Untuk saat ini, mulai dari tahun 2009, GKS membuka pendaftaran pengerja gereja setiap tahun sekali tepatnya pada bulan Januari. Pendaftaran ini mewajibkan beberapa hal sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan yang telah diakui bersama di dalam Tata Gereja Kristen Sumba yaitu: Para lulusan Pendidikan Teologi yang berkeinginan menjadi pelayan GKS (vikaris) wajib menyampaikan surat lamaran kepada GKS melalui BPMS (Badan Pelaksana Majelis Sinode) GKS dengan mempedomani Tata gereja GKS pasal 33 ayat 2 yaitu : 1) wajib membawa fotocopy ijazah pendidikan teologia, fotocopy skripsi, surat keterangan kesehatan lengkap dari dokter, fotocopy akta baptisan kudus dan sidi. Bagi yang telah menikah, melampirkan surat keterangan nikah. 2) Tidak sedang berada dibawah disiplin gerejawi dan berusia maksimal 35 tahun. Setelah mendaftar, akan diadakan proses percakapan pastoral antara pihak BPMS Sinode GKS, dan akan ada penandatanganan surat pernyataan bersedia ditempatkan dimana saja oleh calon vikaris. Bersamaan dengan hal tersebut, calon vikaris akan di seleksi berdasarkan syarat-syarat yang sudah ada dalam ketentuan TAGER GKS, kemudian memberi kesempatan melakukan orientasi (magang) selama 3 (tiga) bulan di jemaat, dan kemudian diangkat dan dikukuhkan oleh BPMS Sinode GKS untuk memasuki tahapan vikariat. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak SA(inisial), pelaksanaan pembukaan pendaftaran calon pengerja gereja setiap tahunnya dilakukan dengan sangat terbuka tanpa adanya perencanaan dan analisis khusus terhadap terjaminnya GKS dalam jumlah yang tepat pada periode tertentu sebab tidak dapat dipastikan siapa saja yang akan kembali dan mendaftarkan dirinya untuk masuk dan melayani di GKS. 8 6 Doc.IV.c/Sin.41/GKS 7 Hasil Wawancara dengan bapak SA(insial) 11 Agustus 2014 pukul WITA 8 Hasil Wawancara dengan bapak SA(inisial) 11 Agustus 2014 pukul WITA 14

4 Penempatan dan perekrutan Vikaris menjadi Calon Pendeta GKS Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak CB (inisial), setelah menjalani masa seleksi, calon vikaris akan langsung mengikuti masa orientasi sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan oleh BPMS GKS dan kemudian akan diangkat dan ditempatkan di jemaat-jemaat. Pengangkatan dilakukan oleh BPMS GKS. Sebelum melaksanakan tugas, vikaris dikukuhkan dalam kebaktian jemaat dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan oleh sinode GKS. Penempatan vikaris di jemaat-jemaat dilakukan dan diatur oleh pihak sinode. Masa vikariat terbagi atas 3 tahap yaitu tahap 1 di jemaat pertama, tahap 2 di jemaat lain, dan tahap 3 dan seterusnya adalah tahap persiapan untuk di rekrut menjadi calon pendeta sesudah dinyatakan layak oleh BPMS GKS. Rekrutmen untuk menjadi calon pendeta GKS diatur dan ditentukan oleh jemaat sendiri. Perekrutan menjadi calon pendeta GKS hanya akan terjadi apabila ada salah satu jemaat yang akan mekar (Tata Gerja GKS bab II pasal 3 ayat 5 butir 5a dan 5b) dan jika ada jemaat yang sudah mekar, masih kekurangan pendeta serta berkeinginan merekrut pendeta tambahan ( Tata Gereja GKS pasal 31 ayat 6 butir 5c). 9 Vikaris yang berhak untuk direkrut menjadi calon pendeta adalah mereka yang sudah menjalani tahap vikariat mulai dari tahap ke-3 (tahun ke-3) dan sudah mendapat pengakuan kelayakan dipanggil menjadi Pendeta oleh BPMS GKS. 10 Bagi jemaat yang akan mekar, perekrutan calon pendeta sudah harus dilakukan sebelum pemekaran dilaksanakan. Pemekaran jemaat terjadi apabila jemaat tersebut telah memenuhi syarat-syarat dalam Tata Gereja GKS pasal 3 ayat 2 yaitu: harus terdiri dari 500 anggota sidi, otonom, mampu membiayai diri sendiri dan pendeta terpilih, harus mempunyai gedung gereja dan juga pastori layak huni untuk Pendeta. Prosedur perekrutan calon pendeta berdasarkan Tata Gereja GKS pasal 31 ayat 6 butir diantaranya adalah: Majelis jemaat mengadakan persidangan untuk menetapkan calon-calon pengerja gereja yang memenuhi syarat sesuai dengan Tata Gereja Pasal 31 ayat 3 butir 1-8. Lewat mekanisme uji kepatutan dan kelayakan, Majelis Jemaat menetapkan calon pendeta sekurang-kurangnya berjumlah 3 orang dan sebanyakbanyaknya berjumlah 5 orang. Setelah mendapat persetujuan klasis dan MS GKS cq BPMS. Caloncalon tersebut diumumkan kepada warga jemaat, dan pada waktu selanjutnya akan diadakan pemilihan secara langsung oleh jemaat, yang mendapat suara terbanyak adalah pemenang yang akan menjadi Pendeta di jemaat tersebut. Proses selanjutnya adalah, akan diadakan pemanggilan kepada calon terpilih, percakapan pemeriksaan dan pentahbisan. Bagi yang tidak terpilih akan terus 9 Hasil wawancara dengan bapak SA (inisial) 11 Agustus 2014 pukul 9.50 WITA 10 Hasil wawancara dengan bapak CB (insial) 10 Agustus 2014 pukul WITA 15

5 menjalani masa vikariat, pada jemaat-jemaat yang berbeda sesuai dengan roda penempatan yang diatur oleh BPMS GKS hingga terbuka kesempatan untuk dicalonkan kembali oleh sebuah jemaat Kendala-kendala dalam Rekrutmen Vikaris GKS Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak CB (inisial), beliau mengatakan bahwa sistem rekrutmen pengerja gereja GKS dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kendala yaitu: pertama kendala dana. Perekrutan yang ada mengharuskan tersedianya dana dalam jumlah yang banyak, baik dana untuk pemekaran jemaat, maupun dan jemaat dalam rangka membiayai pendeta. Dana menjadi persoalan manakala kemampuan jemaat berbeda-beda dan cenderung tidak ada pemberdayaan ekonomi jemaat. Memang dari pihak sinode telah ada upaya-upaya yang dilakukan seperti dengan membentuk Lembaga Kemandirian Dana (LKD). LKD berjalan dengan masih belum maksimal dan masih terbilang jauh dari harapan. Ada juga program sadar yang dicanangkan hanya masih juga belum berjalan seperti yang diharapkan. 12 Hal di atas dikuatkan oleh hasil wawancara dengan bapak SA (inisial) 13 yang mengemukakan kendala yang kedua yaitu, pengembangan ekonomi jemaat, pelatihan dan peningkatan kualitas pendidikan dan ketrampilan bagi para pengerja gereja masih sangat jarang dilakukan baik dari pihak pengerja gereja sendiri maupun dari pihak sinode. Selanjutnya diakui bahwa, kendala yang ketiga berasal dari pengerja gereja (vikaris). Beberapa vikaris menolak untuk ditempatkan dijemaat-jemaat desa, tidak mampu membangun relasi yang baik, dan selain itu, vikaris sudah menikah. Persoalan sudah menikah menjadi kendala tertentu bagi jemaat, sebab harus menyediakan tempat untuk vikaris dan keluarganya. Dapat dikatakan, fakta ini masuk dalam bahan pertimbangan jemaat dalam memilih calon pendetanya. Kemudian, banyaknya vikaris yang sedang menunggu bahkan hingga tahapan balasan tahun dianggap merupakan resiko dari pencalonan yang ada. Kendala keempat, adalah kendala dari jemaat. Jemaat GKS adalah masyarakat Sumba yang sangat kental dengan budaya dan sistem kekeluargannya yang kuat. Hal ini merupakan kendala tersendiri bagi para vikaris ketika dicalonkan menjadi pendeta oleh sebuah jemaat. Terkadang (bahkan diakui pada umumnya) jemaat akan lebih memilih calon pendeta yang memiliki hubungan keluarga untuk menjadi pendetanya. Selain itu, adanya fenomena jemaat induk yang berat melepaskan jemaat cabang untuk mekar, sebab dana pada jemaat induk biasanya bersumber dari dana-dana jemaat cabang. Selain itu, kendala berikutnya adalah, masih kurang terjadinya perekrutan pendeta tambahan oleh jemaat, meskipun jumlah warga jemaat sudah sangat berbanding jauh dengan jumlah pengerja gereja yang ada. 11 Tata Gereja GKS, Sekretariat Sinode GKS, 2006, hlm Hasil wawancara dengan bapak CB (inisial), 10 Agustus 2014 pukul WITA 13 Hasil wawancara dengan bapak SA(inisial), 11 Agustus 2014 pukul 9.50 WITA 16

6 ini. 14 Kedua, sistem yang ada saat ini di GKS di pandang sudah berjalan dengan baik, tetapi tidak 3.4 Pandangan para Vikaris terhadap Sistem Rekrutmen di GKS ` Berdasarkan hasil wawancara, sistem rekrutmen pengerja gereja yang berlaku di GKS menurut para vikaris merupakan pergumulan tersendiri. Berikut ini adalah beberapa pandangan atau pendapat para pengerja gereja (vikaris) tentang sistem rekrutmen yang berlaku di GKS: Pertama, sistem dan prosedur yang ada di pandang membuat para vikaris jenuh karena harus menunggu dalam waktu yang lama sistem yang berlaku membuat kami merasa jenuh karena harus menunggu dalam waktu yang sangat lama. Saya bahkan sudah pernah berhenti, tetapi karena SK sudah dikeluarkan saya kembali masuk dan melayani. Saya bahkan sudah 10 tahun lebih menjadi vikaris hingga saat menjamin kesejahteraan hidup para vikaris sistem ini sebenarnya bagus, tetapi tidak menjamin kesejahteraan vikaris karena penggajian didasarkan pada kemampuan jemaat. Hal ini tidak akan adil bagi mereka yang ditempatkan di jemaat kecil. 15 Ketiga, pengelolaan penempatan yang dilakukan oleh pihak sinode di pandang tidak konsisten penempatan vikaris harusnya diatur dengan roda yang bagus, kadang kami di tempatkan dalam klasis yang sama di wilayah yang itu-itu saja, belum lagi kalau sudah ada jemaat yang datang sendiri meminta vikaris mana yang mereka inginkan. Pada sisi lain, banyak vikaris yang ditempatkan dan dimutasikan hanya di desa terus, begitupun sebaliknya. 16 Keempat, sistem rekrutmen calon pendeta GKS di pandang lebih banyak ditentukan oleh sistem kekeluargaan Jadi, siapa yang memiliki keluarga yang banyak, dialah yang akan terpilih, sekalipun yang lain juga memiliki kemampuan dan kualitas yang sama baiknya dalam melayani jemaat. 17 Kelima, sistem rekrutmen di pandang melemahkan komitmen para vikaris memang melayani Tuhan adalah komitmen dan pilihan, tetapi secara manusia sistem rekrutmen yang berlaku menimbulkan keragu-raguan dalam diri. Apakah memang tidak berkualitas, ataukah memang kurang 14 Hasil wawancara dengan vikaris BS (inisial) 14 Agustus 2014 pukul WITA 15 Hasil wawancara dengan vikaris SF (inisial) 19 Agustus 2014 pukul WITA 16 Hasil wawancara dengan vikaris SR(inisial) 16 Agustus 2014 pukul WITA 17 Hasil wawancara dengan vikaris PT (inisial) 15 Agustus 2014 pukul WITA 17

7 pandai berelasi, atau mungkin tidak ditakdirkan Tuhan untuk menjadi pendeta, padahal itu yang menjadi tujuan Hasil wawancara dengan vikaris BS(inisial) 14 Agustus 2014 pukul WITA 18

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

2. Teori. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia di dalam Organisasi

2. Teori. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia di dalam Organisasi 2. Teori 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia di dalam Organisasi Manusia adalah sumber daya yang sangat penting dalam organisasi. Keberhasilan sebuah organisasi baik besar maupun kecil sangat ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE (1) Logo GKJ adalah hasil keputusan Sidang Sinode XIX GKJ tahun 1989 di Manahan, Surakarta. (gambar dan makna Logo terlampir).

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website:

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website: GKIm Jemaat Ka Im Tong - Bandung Jl. HOS Cokroaminoto No. 63 Bandung 40172 Telp. (022) 6011677, 6014982, 6120373, 6120374 Fax. (022) 6120372 GKIm Jemaat Hosanna Jl. Dr. Djundjunan No. 141 Bandung 40162

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN SELEKSI TAHUN AKADEMIK 2017/2018

PETUNJUK PELAKSANAAN SELEKSI TAHUN AKADEMIK 2017/2018 PETUNJUK PELAKSANAAN SELEKSI TAHUN AKADEMIK 2017/2018 1. Pengumuman / Warta Jemaat Setelah menerima surat dan poster seleksi, kami mohon informasi ini dapat diwartakan segera dan diumumkan kepada anggota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam mempertahankan eksistensi sebuah organisasi keagamaan (gereja) bukanlah tanpa perjuangan. Perjuangan tersebut sangat memerlukan daya agar tetap bertahan (survive) ditengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan iman anak tentunya bukanlah hal yang dapat dianggap sepele. Banyak pihak bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan iman bagi anak-anak kecil

Lebih terperinci

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147 IV. PERAN MAJELIS JEMAAT SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PEMBERDAYAAN WARGA JEMAAT 4.1 Pemberdayaan sebagai Pembangunan Gereja Dalam Tata Gereja GKI Pemberdayaan berarti memampukan, memberi kesempatan, dan mengijinkan,

Lebih terperinci

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK 3.1 Sejarah dan Perkembangan GKI Palsigunung Depok Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan buah penyatuan dari GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 01/BPMS-BNKP/2007 tentang BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BANUA NIHA KERISO PROTESTAN

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 01/BPMS-BNKP/2007 tentang BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BANUA NIHA KERISO PROTESTAN PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 01/BPMS-BNKP/2007 tentang BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja? LAMPIRAN INSTRUMENT PERTANYAAN KEPADA PENDETA JEMAAT 1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 2. Apa itu TIM DOA? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah

Lebih terperinci

FORMULIR PENDAFTARAN PROGRAM STRATA-2 (M.Th) S T T I A

FORMULIR PENDAFTARAN PROGRAM STRATA-2 (M.Th) S T T I A FORMULIR PENDAFTARAN PROGRAM STRATA-2 (M.Th) S T T I A Perpanjangan Ijin Penyelenggara (kedua) Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama R.I. Nomor : DJ.IV/Kep/HK.00.5/481/2016 SYARAT- SYARAT PENDAFTARAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia yang ditata dalam empat tatanan dasar. Tatanan dasar itu berupa tatanan pengakuan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo Sekitar tahun 1963 setelah keluarga dalam jemaat menjadi ± 10 keluarga, maka dipilihlah anggota Majelis jemaat, lalu dimintakan

Lebih terperinci

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota GKPS adalah orang-orang yang terdaftar di jemaat GKPS terdiri dari: a. Anggota Baptis b. Anggota Sidi c. Anggota Siasat d. Anggota Persiapan. Pasal

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9

PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9 PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9 PERTANYAAN YANG PERLU DIPIKIRKAN Bagaimanakah orang-orang yang dipilih dalam organisasi GMAHK itu menjalankan wewenangnya? SUATU PELAYANAN YANG

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Jakarta, 22 Agustus 2017 Nomor Lamp Perihal : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Kepada Yth. : Seluruh Majelis Jemaat GPIB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

BAB IV LAPORAN PENELITIAN BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Sekolah Tinggi Teologia Baptis Indonesia (STBI) Semarang merupakan institusi pendidikan perguruan tinggi yang didirikan untuk melengkapi orang-orang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang menunjukan bahwa Sinode GPM terdapat 32 klasis dengan jumlah keseluruhan jemaat

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020 PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020 I. Dasar Pelaksanaan Tata Gereja GPIB tahun 2015 1. Tata Dasar, Bab IV ttg Penatalayanan Gereja 2. Peraturan

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai jemaat dewasa di GKJ, pasti mengenal tentang istilah pamerdi. 1 Jemaat awam menganggap bahwa pamerdi adalah semacam perlakuan khusus yang diberikan kepada

Lebih terperinci

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL

TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL Sinode Gereja Kristen Immanuel BANDUNG 2017 DAFTAR ISI Halaman I. 1 PEMBUKAAN Pembukaan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi

Lebih terperinci

TATA GEREJA (GKKA INDONESIA)

TATA GEREJA (GKKA INDONESIA) TATA GEREJA GEREJA KEBANGUNAN KALAM ALLAH INDONESIA (GKKA INDONESIA) Hasil Sidang Raya XII SINODE GKKA INDONESIA (Keputusan No.15/SRXII/GKKAI/KDI/VIII/2015) Page 1 of 67 STRUKTUR TAGER GKKA INDONESIA Bagian

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian 1:26; I Petrus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan BAB V PENUTUP Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil kemudian menjadi dasar penyusunan implikasi baik dari aspek teoritis maupun praktis. 5.1

Lebih terperinci

III. KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT PASURUAN A. Kota Pasuruan. Kota Pasuruan secara geografis berbatasan dengan:

III. KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT PASURUAN A. Kota Pasuruan. Kota Pasuruan secara geografis berbatasan dengan: III. KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT PASURUAN A. Kota Pasuruan Kota Pasuruan (RKPD Kota Pasuruan tahun 2015) termasuk salah satu kota yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kota pasuruan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Upaya Majelis Sinode GMIT untuk merumuskan pedomanan penilaian kinerja bagi pendeta GMIT, adalah bagian dari tanggungjawab Majelis Sinode, untuk menata GMIT dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor: 08/BPMS-BNKP/2009 tentang BADAN PENGAWAS PENATALAYANAN

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor: 08/BPMS-BNKP/2009 tentang BADAN PENGAWAS PENATALAYANAN PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor: 08/BPMS-BNKP/2009 tentang BADAN PENGAWAS PENATALAYANAN Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROGRAM PELAYANAN DI RESORT 1. Pengantar Persidangan Majelis Sinode BNKP ke-56 telah terlaksana dengan baik pada tanggal 3-8 Juli 2012 bertempat di Jemaat BNKP Onolimbu, Resort

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Secara historis, Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) sedikit banyak terkait dengan buah pekerjaan Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland

Lebih terperinci

Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring. dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali

Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring. dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali BAB V Kesimpulan Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali Gereja Protestan berdiri di Ambon pada abad ke-17 hingga lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK 2. BAB I : KETENTUAN UMUM a. Pasal 1 : Pengertian b. Pasal 2 : Maksud dan tujuan c. Pasal 3 : Lingkup peraturan pokok kepegawaian di GKJW Jemaat Waru. d. Pasal 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan Gereja X Bandung di Wilayah Jawa Barat tidak terlepas dari sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

LeIP. Peraturan Lembaga Manajemen Kepegawaian. Peraturan LeIP Tentang Manajemen Kepegawaian. 1. Kategorisasi Pegawai

LeIP. Peraturan Lembaga Manajemen Kepegawaian. Peraturan LeIP Tentang Manajemen Kepegawaian. 1. Kategorisasi Pegawai Peraturan Tentang 1. Kategorisasi Pegawai 1.1. Pegawai dibagi dalam kategori sebagai berikut : a. Pegawai Tetap b. Pegawai Tidak Tetap 1.2. Pegawai Tetap adalah pegawai yang diangkat Lembaga untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kajian 1.1.1. Kemandirian Gereja, Antara Impian dan Kenyataan Hingga dewasa ini pada kenyataannya kita masih menemukan adanya gereja gereja yang belum dapat secara

Lebih terperinci

TATA DASAR TATA DASAR

TATA DASAR TATA DASAR TATA DASAR PEMBUKAAN TUHAN itu Allah yang Esa (Ul. 6:4),pencipta alam semesta beserta segenap isinya dan yang menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-nya (Kej. 1). Semua manusia telah menyalahgunakan

Lebih terperinci

TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX TATA GEREJA. Gereja Kristen Immanuel. Edisi SR XX. Sinode Gereja Kristen Immanuel

TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX TATA GEREJA. Gereja Kristen Immanuel. Edisi SR XX. Sinode Gereja Kristen Immanuel Sinode Gereja Kristen Immanuel Kompleks Istana Mekar Wangi Jl. Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung 40237 Telp. 022-87804653; Website: www.sinodegkim.com TATA GEREJA Gereja Kristen Immanuel Edisi SR XX

Lebih terperinci

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum GSJPDI Kristus Gembala Baik. bawah naungan organisasi Gereja Sidang Jemaat Pentakosta Di Indonesia

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum GSJPDI Kristus Gembala Baik. bawah naungan organisasi Gereja Sidang Jemaat Pentakosta Di Indonesia BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum GSJPDI Kristus Gembala Baik Gereja Kristus Gembala Baik adalah salah satu gereja yang berada di bawah naungan organisasi Gereja Sidang Jemaat Pentakosta Di Indonesia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA 2.1. Manajemen Asset Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan menyelesaikan persoalan bersama-sama dengan orang lain dimana memahami bahwa setiap aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat yang didapat dari penelitian ini. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP)

BAB I PENDAHULUAN. Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) mulai disebut sebagai suatu gereja mandiri yaitu melalui sidang sinode umum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 tentang J E M A A T Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian

Lebih terperinci

SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN

SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN Jemaat GPM Imanuel adalah salah satu Jemaat yang berada di Klasis Kota Ambon, dengan memiliki status kemajemukan dalam berbagai hal oleh karena itu perkembangan

Lebih terperinci

TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP)

TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) MUKADIMAH Tuhan, Allah Yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi, telah menyatakan kasih- Nya yang begitu besar kepada dunia ini, dengan mengaruniakan Anak-Nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang yang menulis dan meneliti tentang sumber daya manusia. Cardoso (2003) mengatakan salah satu sumber daya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROGRAM PELAYANAN DI JEMAAT 1. Pengantar Persidangan Majelis Sinode BNKP ke-56 telah terlaksana dengan baik pada tanggal 3-8 Juli 2012 bertempat di Jemaat BNKP Onolimbu, Resort

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I

BAB I BAB I PENDAHULUAN 11. LATAR BELAKANG Kepemimpinan yang baik merupakan salah satu syarat bagi pertumbuhan, kestabilan, dan kemajuan kelompok apa pun. Ini berlaku bagi kelompok berskala raksasa, seperti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat. BAB IV ANALISA GPIB adalah sebuah gereja yang berasaskan dengan sistem presbiterial sinodal. Cara penatalayanan dengan sistem presbiterial sinodal selalu menekankan: 1. Penetapan kebijakan oleh presbiter

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka berikut ini penulis mencoba memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan beberapa saran, yaitu : 5.1 KESIMPULAN GKJ (Gereja

Lebih terperinci

TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN

TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN TATA GEREJA GBKP I. PEMBUKAAN [1] Allah adalah Pencipta langit dan bumi serta segala isinya, termasuk manusia yang diciptakan menurut gambar- Nya. Allah menciptakan segalanya baik namun dosa manusia menyebabkan

Lebih terperinci

Pedoman Pemendetaan Di GKSBS. Diterbitkan Oleh: Majelis Pekerja Sinode GKSBS Jl. Yos Sudarso 15 Polos METRO - LAMPUNG. Pedoman Pemendetaan Di GKSBS 1

Pedoman Pemendetaan Di GKSBS. Diterbitkan Oleh: Majelis Pekerja Sinode GKSBS Jl. Yos Sudarso 15 Polos METRO - LAMPUNG. Pedoman Pemendetaan Di GKSBS 1 Pedoman Pemendetaan Di GKSBS Diterbitkan Oleh: Majelis Pekerja Sinode GKSBS Jl. Yos Sudarso 15 Polos METRO - LAMPUNG Pedoman Pemendetaan Di GKSBS 1 REKRUTMEN BAKAL CALON PENDETA 1. Pendaftaran Bakal Calon

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

Perencanaan Strategis Panitia Ad.hoc Tata Gereja GKSBS

Perencanaan Strategis Panitia Ad.hoc Tata Gereja GKSBS SINODE GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN PANITIA AD HOC AMANDEMEN TATA GEREJA Jl. Yos Sudarso 15 Polos, Metro Pusat - LAMPUNG 34111 Telp. (0725) 42598, email : sinode@gksbs.org website : www.gksbs.org

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan internet saat ini memberikan banyak kemudahan bagi para penggunanya. Internet memungkinkan penggunanya mendapatkan informasi yang diinginkan dengan cepat,

Lebih terperinci

Bab 4 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DI SUMBA. penulis selama melakukan penelitian didialogkan dengan teori yang ada.

Bab 4 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DI SUMBA. penulis selama melakukan penelitian didialogkan dengan teori yang ada. Bab 4 KEPEDULIAN GKS TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP DI SUMBA 4.1 Pendahuluan Pada bab ini, penulis akan menyampaikan analisa berdasarkan temuan-temuan penulis selama melakukan penelitian didialogkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

KETETAPAN MAJELIS SINODE BNKP NOMOR : II/TAP.MS-BNKP/2007 Tentang PENGESAHAN DAN PENETAPAN TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN

KETETAPAN MAJELIS SINODE BNKP NOMOR : II/TAP.MS-BNKP/2007 Tentang PENGESAHAN DAN PENETAPAN TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Menimbang KETETAPAN MAJELIS SINODE BNKP NOMOR : II/TAP.MS-BNKP/2007 Tentang PENGESAHAN DAN PENETAPAN TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja MAJELIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan, salah satunya adalah agama. Setiap agama di Indonesia memiliki pemuka agama. Peranan pemuka agama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rekomendasi yang relevan dengan penelitian ini.

BAB V PENUTUP. rekomendasi yang relevan dengan penelitian ini. BAB V PENUTUP Deskripsi dan analisis yang telah dilakukan dalam tesis ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana pelayanan pastoral BNKP menggumuli dan menanggapi berbagai dinamika perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) merupakan organisasi agama (Religious Organization) yang resmi terbentuk dengan badan hukum 214 LN. No 8 Tgl 11 Agustus 1949

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual. Oleh karena itu, dia harus dapat menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah 1 Bab I Pendahuluan A. Permasalahan A.1 Latar Belakang Masalah Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) memiliki simbol eksistensi/keberadaan sebagai sebuah organisasi Gereja yang dituangkan dalam sesanti/ semboyan

Lebih terperinci