V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SATE SOP KAMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

6.1. Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik. Berbagai jenis pekerjaan dijalani untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan.

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

USAHA RUMAH MAKAN. bisnis rumah makan, Sebelum anda menginvestasikan. waktu anda untuk belajar tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ina Kristiani, 2013

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alternatif yang sering dilakukan adalah dengan membuat suatu bisnis yaitu

ANALISIS HASIL PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya yang ada.

BAB IV STRATEGI ADAPTASI PEDAGANG KECIL DI PASAR KOGA KELURAHAN SIDODADI KECAMATAN KEDATON BANDAR LAMPUNG

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BISNIS RUMAH MAKAN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi / S1TI2M

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RESPONDEN

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. Kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara setelah Medan. Karena letak Kota

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan tabel gambaran umum responden pada penelitian ini: Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB VI PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkembang terutama di Indonesia, Pertumbuhan angkatan kerja saat ini lebih

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

Transkripsi:

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan jarak dari ibukota kurang lebih 6 kilometer. Kota Bogor memiliki luas wilayah sebesar 11.85 Ha yang terdiri dari enam kecamatan dengan 68 kelurahan. Hasil registrasi penduduk akhir tahun 27 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 95.132 jiwa, dengan kepadatan rata-rata 7 jiwa/ha. Kedudukan topografi Kota Bogor di tengah-tengah wilayah kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota Negara merupakan potensi yang strategis untuk pertumbuhan kegiatan ekonomi dan pemukiman. Adanya Kebun Raya Bogor merupakan tempat wisata serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan Puncak (Cianjur) juga merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang mendominasi karena merupakan salah satu sektor yang menyediakan lapangan pekerjaan utama bagi penduduk Kota Bogor. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan penyumbang terbesar PDRB Kota Bogor yaitu sebesar 3,4 persen dari total PDRB (BPS, 28). Sektor perdagangan, hotel dan restoran mencakup kegiatan subsektor perdagangan yang merupakan gabungan dari usaha sektor formal dan non formal. 5.2. Sejarah dan Perkembangan Usaha Bakso Bakso adalah makanan berupa bola daging, bakso merupakan produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang dilumatkan, dicampur dengan bahan-bahan lain, dibentuk bulatan-bulatan dan direbus. Bakso pada mulanya hanya dikenal dan dijual didaerah pemukiman orang Cina dan dijual di restoranrestoran Cina. Namun akhir-akhir ini setelah tahun 198, bakso mulai berkembang dan mulai popular di masyarakat selain di kota besar juga kota kecil, terutama di pelosok dan daerah wisata. Bakso dapat dijumpai di restoran mewah, hotel berbintang, warung makan sederhana, pedagang kaki lima, dan pedagang keliling. Konsumen berasal dari golongan elit sampai golongan berpenghasilan

rendah. Kondisi tersebut membuka peluang untuk bergerak dalam usaha bakso,baik yang bergerak dalam skala usaha kecil, tradisional maupun menengah bahkan skala besar. Usaha kecil, tradisional dan informal merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam perekonomian masyarakat khususnya di daerah kotamadya Bogor. Kegiatan usaha di sektor ini mempunyai partisipasi dalam membuka lapangan kerja baru, meningkatkan produktivitas dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat. Pedagang bakso sapi adalah salah satu bentuk usaha yang bersifat informal dan tradisional. Kajian mengenai kehidupan usaha bakso merupakan tinjauan kondisi dan situasi usaha yang bergerak dalam sektor informal, yang mencerminkan adanya keterikatan dan keterkaitan potensi dan aktivitas usaha sektor informal yang berlangsung secara dinamis. Usaha bakso sapi sudah lama dikenal masyarakat luas khususnya konsumen bakso. Pedagang bakso dalam melakukan aktivitas usahanya beroperasi di daerah-daerah yang dianggap strategis dan ramai dikunjungi konsumen. Daerah kotamadya Bogor yang ramai dijadikan berjualan pedagang bakso antara lain, terminal merdeka, sekitar lokasi taman topi, kawasan perdagangan warung jambu, sukasari, pasar baru bogor, ciawi dan beberapa daerah terminal lainnya serta daerah wisata dan pemukiman penduduk. 5.3. Karakteristik Usaha Bakso Sapi Karakteristik usaha bakso sapi di Kota Bogor dibedakan berdasarkan lokasi, investasi, populasi, produksi, pemasaran dan tenaga kerja. 1) Lokasi Lokasi usaha bakso di Kota Bogor di daerah yang dianggap strategis. Untuk pedagang bakso keliling mereka menyatakan tidak memiliki lokasi mangkal. Jika mereka berjualan mangkal ada beberapa hal yang perlu dihadapi yakni petugas serta kemungkinan-kemungkinan lain yang dihadapi oleh pedagang keliling. Alasan lain juga yaitu lebih bebas dalam berusaha dan tidak terikat dengan segala macam hal yang berkaitan dengan aturan. Selain itu alasan keterbatasan modal juga dikatakan oleh pedagang bakso keliling, dengan modal yang awalnya sangat sedikit sehingga mereka memilih untuk memulai

usaha bakso dengan berkeliling. Kemudian setelah beberapa tahun kemudian usaha yang awalnya dirintis secara berkeliling kemudian dapat berkembang dengan perubahan cara berjualan menjadi mangkal. Pemilihan lokasi jualan pada pedagang bakso keliling biasanya tidak mengadakan diskusi atau membuat kesepakatan dengan pedagang keliling lainnya. masing-masing pedagang bebas menentukan lokasi jualannya. Pedagang bakso keliling biasanya berjualan dimulai dari pukul 11. wib sampai selesai biasanya pukul 18. wib. Bagi pedagang bakso mangkal di Kota Bogor lokasi yang dipilih bermacam-macam, ada yang bertempat di pinggir jalan raya, di depan toko, di dekat parkiran mall, dan di sekitar trotoar, di depan rumah sendiri dan ada yang menyewa tempat khusus untuk berjualan bakso. Para pedagang bakso memilih tempat berjualan kebanyakan di daerah yang ramai. Alasan pedagang bakso menjual bakso secara mangkal karena sudah tersedianya tempat usaha dikarenakan usaha ini sudah turun temurun dari keluarga serta dulunya pedagang bakso mangkal ini juga memiliki latar belakang sebagai pedagang bakso keliling. Selain itu jika melakukan penjualan bakso secara mangkal lebih ringan dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Bagi pedagang yang memiliki latar belakang sebagai penjual bakso secara keliling, pengalaman tersebut merupakan langkah awal untuk merintis usaha yang kemudian dapat mengembangkan usahanya sehingga menjadi pedagang bakso mangkal. Jam jualan lebih lama dibandingkan dengan pedagang bakso keliling. Pedagang bakso mangkal berjualan lebih pagi dibandingkan dengan pedagang keliling, pukul 9. wib hingga pukul 22. wib. 2) Investasi Menurut Wirahadikusumah dalam Wahyudin (1993) mengemukakan bahwa untuk melakukan kegiatan di sektor informal tidak dibutuhkan persyaratan yang ketat seperti keahlian, tingkat pendidikan, permodalan dan sebagainya seperti yang berlaku untuk jalur formal, yang penting memiliki kemauan dan sedikit keterampilan praktis, maka masyarakat dapat memulai usaha sektor informal. rupiah bukan berarti tidak perlu, tetapi dengan adanya hubungan kekeluargaan atau pinjaman, maka usaha ini bisa dilaksanakan. Modal awal yang diperlukan untuk mendirikan usaha bakso bagi pedagang

bakso mangkal berkisar antara Rp 2.. hingga Rp 7.. sedangkan modal awal yang dibutuhkan oleh pedagang keliling berkisar antara Rp 1.8. hingga Rp 5... Besarnya modal disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masing-masing pedagang bakso. Kemudian modal harian juga memiliki perbedaan untuk menjalankan usaha dari masing-masing pedagang. Sumber dana dan permodalan pada saat memulai usaha, pada pedagang bakso lebih banyak menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal pribadi maupun pinjaman dari kerabat atau keluarga sendiri. Usaha dagang bakso yang dijalankan pedagang mangkal sebagian besar menggunakan modal sendiri (73 %), dan sebagian lagi modal awal usaha berasal dari tabungan dan simpanan keluarga pedagang (2 %). Penggunaan modal sendiri ini menjadikan pedagang lebih leluasa mengembangkan usaha tanpa ada ikatan hutang dari pihak luar disamping itu untuk memulai usaha tersebut juga tidak memerlukan modal yang terlalu besar. Ada beberapa pedagang mangkal yang menggunakan modal pinjaman dan sistem bagi hasil dengan penanam modal (7 %). Biasanya peminjam modal merupakan anggota keluarga atau kerabat terdekat pedagang bakso.sedangkan usaha dagang bakso yang dijalankan pedagang keliling sebagian besar menggunakan modal sendiri (6 %), dan sebagian lagi modal awal usaha berasal dari tabungan dan simpanan keluarga pedagang (4 %). Adanya hubungan kekeluargaan maka usaha bisa dilaksanakan. Berdasarkan gambaran tersebut, dapat dikatakan bahwa lembaga perbankan belum begitu dikenal atau belum berperan di dalam kegiatan usaha pedagang bakso di Kota Bogor. Keadaan ini juga karena kegiatan usaha di sektor informal lainnya dianggap tidak mempunyai kejelasan usaha dan tidak mempunyai kemampuan untuk menjaminkan barang atau sesuatu terbatas, dan berbagai kelemahan lainnya sehingga menambah ketidakpastian, serta beratnya resiko yang harus ditanggung oleh pihak bank jika mereka beroperasi di lingkungan pedagang bakso. Usaha dagang bakso merupakan pekerjaan pokok sehari-hari yang dijalankan untuk menghidupi diri dan keluarga. Pekerjaan sebagai pedagang bakso mangkal biasanya dilakukan setelah mempunyai pengalaman berdagang bakso keliling. Pedagang bakso mangkal rata-rata berasal dari

keturunan pedagang bakso juga sehingga pekerjaan ini dilakukan secara turun temurun. Proses belajar membuat bakso diperoleh dari keluarga yang juga pedagang bakso. Cara berjualan juga masih tradisional menggunakan gerobak dan tenda walaupun telah memiliki tempat mangkal semi permanen bahkan yang sudah permanen. Pedagang bakso mangkal umumnya juga menggunakan gerobak untuk berjualan dilokasi mangkalnya. Pedagang bakso sapi mangkal yang telah sukses biasanya memiliki kios atau gerobak lebih dari satu. Tetapi rata-rata pedagang hanya memiliki satu kios untuk berjualan. 3) Produksi Aktivitas produksi dan operasi yang dilakukan oleh pedagang bakso yang diamati adalah mengolah bahan baku menjadi produk yang dikonsumsi oleh konsumen. Dalam menjalankan produksi tersebut pedagang membutuhkan bahan baku yang dibeli langsung dari pemasok. Bahan baku yang digunakan dalam usaha ini ada yang bersifat perishable atau mudah rusak, selalu dipasok setiap hari agar bahan baku tetap terjaga kesegarannya. Pedagang bakso langsung melakukan pembelian bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan untuk jualan, pembelian bahan-bahan dikukan pagi hari, dari pukul 5. wib hingga 6. wib pada pagi hari. Proses memproduksi bahan baku hingga menjadi produk yang siap untuk dijual membutuhkan waktu rata-rata 2 jam, yakni dimulai dari pukul 6. pagi hari hingga pukul 8. wib. Dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk yang akan siap dijual terhadap konsumen masih menggunakan proses yang manual serta tidak menggunakan alat yang modern. Memproduksi bahan-bahan yang ada masih secara tradisional dengan menggunakan alat-alat dapur yang sederhana (93%) sedangkan yang sudah melakukan produksi dengan bantuan alat modern masih sedikit (3%). Kapasitas produksi yangt dihasilkan dalam usaha bagi pedagang bakso mangkal rata-rata sebesar 5,3 kilogram per hari sedangkan bagi pedagang bakso keliling sebesar 1,5 kilogram perhari. 4) Pemasaran Pedagang bakso melakukan pemasaran produk hanya dengan proses yang sederhana tanpa ada melakukan promosi besar-besaran seperti lazimnya

dilakukan oleh perusahaan pada umumnya. Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan. Pedagang bakso hanya mengandalkan informasi yang disebarkan dari mulut ke mulut dan hasil rekomendasi dari pelanggan yang sudah pernah mengkonsumsi dan kemudian menyebarkan informasi tersebut kepada rekan maupun teman serta keluarga. Promosi dari mulut ke mulut tidak dapat menjangkau wilayah yang luas dan tidak terlalu efektif. Distribusi yang dilakukan oleh pedagang bakso menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan untuk membuat produk bakso tersedia dan dapat diperoleh konsumen sasaran. Distribusi produk ini merupakan distribusi langsung kepada konsumen yang mendatangi tempat penjualan produk. Konsumen mendatangi langsung tempat pedagang menjual bakso tanpa melalui perantara pemasaran kerena produk ini ditujukan kepada konsumen perorangan. Akses yang mudah bagi konsumen merupakan keunggulan tersendiri bagi pedagang dalam distribusinya. Aksesibilitas yang baik memudahkan konsumen mencari dan menjangkau tempat penjualan sehingga distribusi produk kepada konsumen dapat berjalan dengan lancar sehingga pedagang bakso dalam menjalankan usahanya memilih wilayah atau lokasi yang strategis untuk melakukan penjualan bakso tersebut. dari 3 responden yang ada semua memilih tempat usaha atau lokasi yang digunakan untuk berjualan bakso ditempat yang stretegis (1%). Hal ini dengan pertimbangan agar konsumen yang akan membeli mudah untuk menjangkaunya. Harga yang berlaku pada usaha ini dimulai dengan harga terndah Rp 5. per porsi hingga Rp 12. per porsi. Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa. Penetapan harga untuk produk yang dihasilkan oleh pedagang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain rata-rata harga produk sejenis dan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan produksi. Keputusan penetapan harga sepenuhnya dilakukan oleh pedagang bakso, harga bersaig dengan kualitas produk yang unggul memrupakan kekuatan yang dimiliki oleh beberapa pedagang. Jika terjadi kenaikan harga bahan baku di pasar maka pedagang menetapkan tidak akan langsung menaikkan harga produk. Kenaikan harga produk akan dihindari selama kenaikan harga bahan baku tidak terlalu besar.

Kenaikan harga produk disesuaikan dengan peningkatan kualitas produk dan pelayanan. Keunggulan dalam kualitas, keunikan produk dan rasa yang dimiliki merupakan salah satu keunggulan yang menjadi sesuatu yang sulit untuk disaingi oleh pedagang lain. Kualitas produk dilihat dari bahan baku yang digunakan, penyajian yang dilakukan dan atribut yang ada pada produk tersebut seperti warna, rasa, bentuk dan lain-lain. Bahan baku yang digunakan oleh pedagang mangkal merupakan bahan baku dengan kualitas pilihan dan pengawasan terhadap bahan baku dilakukan dari awal pembelian bahan baku, pengolahan hingga penjualannya, sedangkan untuk pedagang keliling kualitas bahan baku tidak terlalu penting untuk diperhatikan karena keterbatasannya. 5) Tenaga Kerja Sebagian besar pedagang mangkal bekerja lebih dari 1 jam perhari dengan memakai tenaga kerja tetap atau bulanan. upah yang diberikan kepada tenaga kerja luar keluarga berkisar antara Rp 4.,- sampai dengan Rp 1.. perbulannya, sesuai dengan jenis pekerjaan dan jam kerja yang dilakukan. Pedagang keliling menggunakan tenaga kerja sendiri atau tenaga kerja keluarga dalam melakukan aktivitas usahanya. Tenaga kerja keluarga memperoleh imbalan tunai yang tidak tetap dan disesuaikan dengan tingkat pendapatan pedagang setiap satu bulan. Pedagang bakso sapi keliling hanya memiliki satu tempat usaha yaitu gerobak dorong, dan mulai berjualan lebih siang daripada pedagang bakso sapi yang mangkal. Pedagang bakso sapi mangkal mulai berjualan sekitar jam 9. wib pagi sampai dengan jam 21. wib malam hari. Pedagang bakso keliling mengandalkan profesi pedagang keliling sebagai pekerjaan utama, walaupun ada sebagian pedagang yang melakukan aktifitas usaha sebagai usaha sambilan. Cara pedagang belajar membuat bakso sebagian besar belajar dari teman sejawat yang berprofesi sebagai pedagang bakso, dari keluarga dan coba-coba. Tidak ada spesialisasi atau pembagian kerja dalam usaha ini jika pedagang mangkal., tetapi dalam melakukan pekerjaan selalu mencerminkan adanya pola interaksi yang terbuka. Namun masih tetap dalam jangkauan atau pengawasan pemilik sebagai pimpinan. Keluarga sering terlibat dalam proses pembuatan barang dagangan. Keterlibatan tersebut dimaksudkan untuk memberikan pelajaran

kepada keluarga ataupun anak-anaknya tentang pekerjaan orang tuanya serta member bekal pengetahuan dan keterampilan serta sikap berusaha. Hal tersebut bukan berarti bahwa anak-anaknya kelak akan harus menjadi pedagang lagi, justru sebagian besar mereka mengharapkan memperoleh pekerjaan yang lebih baik, lebih bermanfaat bagi diri dan hidupnya dan tidak sama seperti mereka saat ini. Pelayanan terhadap konsumen merupakan interaksi antara pedagang dengan pembeli ini merupakan kekuatan tersendiri bagi para pedagang bakso. Keterbatasan sumberdaya bagi pedagang bakso telah merupakan hal yang sangat umum. Keterbatasan tersebut bukan sematamata dalam hal dana, peralatan fisik namun juga dalam hal informasi. Keterbatasan dalam informasi disini adalah kurangnya wawasan yang dimiliki guna membekali gambaran tentang kegiatan usaha yang akan dilakukan. Dalam kegiatan usaha bakso di Kota Bogor yang dilakukan terkesan asal jalam dan belum sampai pada tingkat pembeli merasa puas. 5.4. Karakteristik Pribadi pedagang bakso yang diamati adalah pedagang bakso mangkal (menetap/kios) dan pedagang bakso keliling. Karakteristik pribadi pedagang bakso yang diamati meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan yang dimiliki, asal daerah pedagang bakso, jumlah tanggungan dan lama usaha. 5.4.1. Jenis Kelamin Pedagang bakso sapi yang mangkal di Kota Bogor umumnya adalah lakilaki yaitu sebanyak 87 persen atau 13 orang responden walaupun usaha yang dilakukan juga dibantu oleh istri dan anggota pedagang lainnya. Pedagang bakso sapi yang berjenis kelamin perempuan hanya 2 orang (13%) saja dari total responden pedagang bakso sapi mangkal yang ada, sebab pedagang bakso wanita jarang sekali ditemui di lapang. Sedangkan pedagang bakso sapi yang keliling di Kota Bogor umumnya adalah laki-laki yaitu sebanyak 1 persen. Pedagang bakso keliling dilakukan oleh kaum laki-laki walaupun kaum perempuan juga berperan dalam memproduksi bakso tetapi ini dikerjakan di rumah. Hal tersebut dikarenakan cara penjualan bakso tersebut dengan cara berkeliling dan mendorong gerobak dengan jarak yang cukup luas. Hasil tabulasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Tahun 29. Jenis Kelamin Pedagang Bakso Mangkal 13 87 2 13 Pedagang Bakso Keliling 15 1 a. Laki-laki b. Perempuan 15 1 15 1 5.4.2. Umur Umur responden berkisar antara 2 tahun sampai 6 tahun. terbanyak adalah yang masuk pada kisaran umur 3 sampai 45 tahun, yaitu sebanyak 9 orang (6%) dari 15 responden yang ada pada responden pedagang bakso yang mangkal. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang bakso umumnya berusia produktif. Sedangkan pedagang bakso keliling umumnya berusia lebih muda dibandingkan dengan pedagang bakso mangkal yaitu berkisar antara 2 sampai 4 tahun. Jika di kategorikan berdasarkan cirri khas perkembangan karier menurut Hurlock maka para pedagang bakso masuk ke kriteria usia dewasa awal. Dimana masa tersebut sangat terkait dengan tugas dan perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pedagang keliling merupakan pedagang yang baru mulai belajar berdagang bakso. Ketika seseorang masuk dalam usia dewasa awal, ia memiliki tugas pokok, yaitu memilih bidang usaha yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis yang dimilikinya sehingga kesehatan mental dan fisiknya tetap terjaga. Hasil tabulasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Umur Pada Tahun 29. Umur (Tahun) a. < 2 b. 2-3 c. 3-45 d. > 45 Pedagang Bakso Mangkal 1 7 9 6 5 33 Pedagang Bakso Keliling 2 13 12 8 1 7 15 1 15 1

5.4.3. Tingkat Pendidikan Dilihat dari segi pendidikan formalnya, sebagian besar pedagang bakso sapi mangkal adalah tamatan SMP (53%). Pendidikan tertinggi adalah tamatan SMA sebanyak 4%. Sedangkan pedagang bakso keliling memiliki pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 27% dan Sekolah Menengah Pertama 4%. Pendidikan tertinggi adalah tamatan SMP sebanyak 4%. Pedagang bakso tidak memerlukan pendidikan khusus untuk melakukan usaha karena pekerjaan tersebut akan dilakukan dengan belajar dengan sendirinya, baik proses produksi maupun kegiatan pemasaran yang mereka jalankan. Semua responden tidak pernah mengikuti pendidikan non formal dan semua pedagang bakso mangkal sudah berkeluarga, memulai usaha dagang bakso sejak usia muda sehingga setelah berkeluarga usaha ini dijadikan mata pencaharian pokok. Hasil tabulasi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Tahun 29. Tingkat Pendidikan Pedagang Bakso Mangkal Pedagang Bakso Keliling a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA 1 8 6 7 53 4 4 6 5 27 4 33 15 1 15 1 5.4.4. Tanggungan Keluarga tanggungan keluarga responden dapat dibagi dalam tiga kelompok yakni <3 orang, 3 sampai 5 orang dan > 5 orang. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga pedagang bakso sapi mangkal berkisar antara 3 sampai 5 orang (54%) yang terdiri dari sepasang suami isteri dan sejumlah anak. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga para pedagang bakso keliling rata-rata dibawah tiga orang yaitu sebanyak 12 responden (8%), Hal tersebut terkait dengan pelaku usaha ini masih cenderung berusia muda. tanggungan pelaku usaha bakso dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran Pedagang Bakso Berdasarkan Tanggungan Keluarga Pada Tahun 29. Tanggungan Keluarga <3 3 5 > 5 Pedagang Bakso Mangkal 3 2 8 54 4 26 Pedagang Bakso Keliling 12 8 3 2 15 15 1 1 5.4.5. Pengalaman Usaha responden Pengalaman usaha responden sebagai pedagang bakso sapi mangkal berkisar antara satu sampai tiga puluh tahun. Sebagian besar responden mempunyai pengalaman usaha berkisar antara -5 tahun yaitu sebanyak 6 responden (4%). Sedangkan pengalaman usaha responden sebagai pedagang bakso sapi keliling lebih sedikit disbanding dengan pelaku usaha bakso mangkal. Pengalaman usaha bakso keliling yang telah dijalankannya berkisar dari 1-5 tahun yaitu sebanyak 1 responden (67%). Data sebaran responden pelaku usaha bakso berdasarkan lama usaha yang dijalankan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Lama Usaha Pada Tahun 29. Lama Usaha ( Tahun) a. 5 b. 6 1 c. 11 15 d. 16 2 e. > 2 Pedagang Bakso Mangkal 6 4 2 3 4 26 14 2 Pedagang Bakso Keliling 1 67 2 13 2 13 1 7 15 1 15 1 5.4.6. Asal Daerah Pedagang bakso sapi mangkal umumnya berasal dari daerah Jawa Tengah (6%). Sebagian besar pedagang bakso keliling yang ditemui di Kotamadya Bogor berasal dari daerah sekitar Bogor (6%). Usaha dagang bakso yang mereka jalankan merupakan pekerjaan pokok karena sulitnya memperoleh lapangan kerja di daerah perkotaan, walaupun para pedagang bakso tersebut harus bersaing

dengan pedagang bakso sapi dari luar daerah bogor yang sama-sama berprofesi sebagai pedagang bakso. Beberapa pedagang mengemukakan bahwa kegiatan di sektor ini tidak memiliki persyaratan yang ketat seperti keahlian, tingkat pendidikan, dan sebagainya seperti yang berlaku untuk jalur formal, yang penting memiliki kemauan dan sedikit keterampilan praktis, maka pelaku usaha tersebut dapat memulai usaha ini.sebaran responden pedagang bakso keliling berdasarkan asal daerah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sebaran Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Asal Daerah Pada Tahun 29. Asal Daerah Pedagang Bakso Mangkal Pedagang Bakso Keliling a. Jawa Barat b. Jawa Tengah c. Jawa Timur 3 9 3 2 6 2 9 5 1 6 33 7 15 1 15 1 VI HASIL DAN PEMBAHASAN