FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMENUHAN HAK-HAK REPRODUKSI DALAM BER-KELUARGA BERENCANA PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR YANG BEKERJA DI RUMAH SAKIT UMUM MATERNA MEDAN TAHUN 2013 Julia Alistawaty Purba 1, Erna Mutiara 2, Heru Santosa 2 1 Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2 Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT The fullfillment of reroductive rights in family lanning among women of reroductive age coules includes the fullfillment of the rights in the number of children, birth interval, and the selection of contracetive. Indonesian oulation census in 2010 and the Indonesian Demograhy Health Survey (IDHS) reliminary reort in 2012 indicated the existence of gas in this fullfillment. This study aimed to analyze the factors influenced the fullfillment of reroductive rights in family lanning among women of reroductive age coules who worked at Materna general hositals in 2013. The design of the study was cross sectional study. The oulation of this study were the women of reroductive age coules and samles consisted of 61 eole. The results showed that only 28(45.9%) resondents were fullfilled their reroductive rights in family lanning. There were relationshi between knowledge ( = 0.030), attitude ( = 0.0001), income level ( = 0.023), husband's suort ( = 0.013), social suort ( = 0.001) with the fullfillment of reroductive rights in family lanning excet status of women in the family ( = 0.274). Simultaneously variables that significantly influenced on the fullfillment of women's reroductive rights in family lanning were the attitude ( = 0.017) and social suort ( = 0.029). It is exected that the women of reroductive age coules worked at the Materna general hosital should be more increase the concern and the resonsibility along with her husband and family in order to imlement the reroductive function. Key word : Reroductive Rights in Family Planning, Women of Reroductive Age Coules, Materna Pendahuluan Saat ini kesehatan reroduksi mendaat erhatian khusus secara (International Conference of Poulation and Develoment, ICPD) di Kairo, Mesir ada tahun 1994. Hal enting dalam konferensi tersebut adalah diseakatinya erubahan aradigma dalam engelolaan global sejak dibahas dalam Konferensi Internasional tentang Keendudukan dan Pembangunan masalah keendudukan dan embangunan dari endekatan engendalian oulasi dan enurunan fertilitas menjadi endekatan yang terfokus ada kesehatan reroduksi serta uaya 1
(Hanim, 2013). Akan tetai belum terenuhinya hak reroduksi ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, dan Angka Kematian Bawah Lima Tahun, selain itu jumlah enduduk yang terus melaju daat kita lihat dalam hasil encacahan Sensus Penduduk 2010 jumlah enduduk Indonesia adalah sebesar 237.556.363 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 eremuan. Beberaa hasil enelitian seerti Suyoto (2003) di Kabuaten Bengkulu Utara menggambarkan engetahuan masyarakat suku Rejang tentang hakhak reroduksi wanita masih ada tingkat sedang sebanyak 41,7%, sika baik sebanyak 76%, dan tindakan kurang baik sebanyak 39,6%, dari 90 resonden 53,1% memiliki jumlah anak 3-4 orang dan 57,3% memunyai jarak kelahiran dibawah 3 tahun. Selanjutnya enelitian yang dilakukan Hia (2010) tentang hak kesehatan reroduksi wanita di Kabuaten Nias Barat menyatakan bahwa enentuan jumlah dan jarak anak tidak daat ditentukan oleh wanita tetai tergantung suami dan mertua. Kemudian enelitian oleh Naibaho (2012) yaitu engetahuan resonden (ibu asangan usia subur yang datang berkunjung ke Rumah Sakit TK II DAM I/BB untuk memeriksakan kehamilan, melahirkan, dan mengunjungi klinik KB) mayoritas dengan engetahuan baik sebesar 56,7%, sika mayoritas dengan sika baik sebesar 60,0%, nilai atau aturan baik sebesar 58,9%, keercayaan baik sebesar 66,7%, menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan memilih elayanan kesehatan mayoritas dengan kategori terenuhi 51,1%, terdaat engaruh sosio budaya (engetahuan, sika dan nilai atau aturan) terhada emenuhan jumlah anak, jarak kelahiran dan mendaat elayanan kesehatan dan tidak terdaat engaruh sosio budaya (keercayaan) terhada emenuhan jumlah anak, jarak kelahiran dan mendaat elayanan kesehatan. Banyak enelitian tentang wanita ada masyarakat umum terkhusus ibu rumah tangga tetai belum ada yang meneliti ada wanita yang bekerja di unit elayanan kesehatan seerti Rumah Sakit mauun Puskesmas, adahal ara wanita ini diharakan mamu untuk menerakan hak-hak reroduksinya sendiri sebelum mereka memberikan elayanan kesehatan keada orang lain terkhusus kesehatan reroduksi. Karena asek yang diangga enting tentang kesehatan eremuan adalah kesehatan reroduksinya yang didalamnya terkandung hak reroduksi antara lain : hak semua asangan dan individu untuk memutuskan dan bertanggungjawab terhada jumlah, jarak serta hak akan elayanan kesehatan reroduksi agar eremuan daat memunyai engalaman kehiduan seksual yang sehat, terbebas dari enyakit, dari tindak kekerasan, dari ketidakmamuan, ketakutan, kesakitan, atau dari kematian yang berhubungan dengan reroduksi dan seksualitasnya (Sadli, 2002). Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi emenuhan hakhak wanita asangan usia subur yang 2
bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2013. Manfaat enelitian 1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi egawai Rumah Sakit Umum Materna Medan yang sekaligus sebagai tenaga kesehatan untuk meningkatkan romosi tentang kesehatan reroduksi dan hak-hak wanita terutama tentang menentukan jumlah anak, jarak kelahiran dan emilihan alat kontrasesi. 2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam merumuskan kebijakan kesehatan reroduksi dalam uaya eningkatan dalam ber-kb ada wanita asangan usia subur. 3. Sebagai bahan informasi dan masukkan bagi eneliti berikutnya yang meneliti berkaitan dengan hak-hak wanita asangan usia subur. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskritif analitik dengan rancangan enelitian cross sectional. Poulasi adalah seluruh egawai wanita asangan usia subur yang bekerja di Rumah Sakit Umum Materna Medan dan dijadikan samel yaitu sebanyak 61 orang. Hasil dan Pembahasan Faktor-faktor yang memengaruhi dalam ber-kb ada wanita asangan usia subur terdiri dari variabel engetahuan, sika, tingkat endaatan, status wanita dalam keluarga, dukungan suami dan dukungan sosial. Tabel 1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Jumlah Pengetahuan Terenuhi Tidak Terenuhi Baik 18 60,0 12 40,0 30 100,0 0,030 Tidak Baik 10 32,3 21 67,7 31 100,0 Dari Tabel 1 menunjukkan ada hubungan engetahuan dengan dalam ber-kb ada wanita PUS ( = 0,030). Hal ini dikarenakan oleh engetahuan yang tergolong masih rendah tentang adanya hak dalam enentuan jumlah anak, jarak anak dan emilihan alat kontrasesi ada resonden sendiri. 3
Tabel 2. Hubungan Sika dengan Pemenuhan Hak-hak Reroduksi dalam ber-kb ada Wanita PUS Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Sika Tidak Terenuhi Jumlah Terenuhi Baik 27 58,7 19 41,3 46 100,0 0,0001 Tidak baik 1 6,7 14 93,3 15 100,0 Dari Tabel 2 menunjukkan ada hubungan sika dengan emenuhan hak-hak reroduksi dalam ber-kb ada wanita PUS ( = 0,0001). Persetujuan sika sebagai tanda bahwa adanya enerimaan dari resonden (reson) tetai masih tertutu tentang emenuhan hak-hak dalam ber-kb. Tabel 3. Hubungan Tingkat Pendaatan dengan Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Tingkat Jumlah Terenuhi Tidak Pendaatan Terenuhi Baik 26 53,1 23 46,9 49 100,0 0,023 Kurang 2 16,7 10 83,3 12 100,0 Dari Tabel 3 menunjukkan ada hubungan tingkat endaatan dengan dalam ber-kb ada wanita PUS ( = 0,023). Hal ini sejalan dengan enelitian yang dilakukan oleh Pardosi (2005) yang memeroleh hubungan bermakna antara tingkat endaatan dengan tingkat kemandirian aksetor KB Aktif dalam emanfaatan rogram KB Mandiri. Tabel 4. Hubungan Status Wanita dalam Keluarga dengan Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Status Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Wanita Jumlah Dalam Terenuhi Tidak Terenuhi Keluarga Baik 27 45,0 33 55,0 60 100,0 0,274 Tidak Baik 1 100 0 0,0 1 100,0 Dari Tabel 4 menunjukkan tidak ada hubungan status wanita dalam keluarga dengan emenuhan hak-hak wanita PUS ( = 0,274). Hal ini tidak sejalan dengan enelitian yang dilakukan oleh Atikah (2012) yang memeroleh adanya ola relasi gender yang masih timang dikarenakan eremuan masih 4
dijadikan objek dalam rogram KB, resonden tidak mendaatkan hak untuk berendaat tentang kehiduan reroduksi. Tabel 5. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Pemenuhan Hak-hak Reroduksi dalam ber-kb Dukungan Suami ada Wanita PUS Jumlah Terenuhi Tidak Terenuhi Mendukung 27 52,9 24 47,1 51 100,0 Tidak Mendukung 1 10,0 9 90,0 10 100,0 0,013 Dari Tabel 5 menunjukkan ada hubungan dukungan suami dengan dalam ber-kb ada wanita PUS ( = 0,013). Orang yang secara langsung ikut terlibat adalah asangan sehingga dukungan suami meruakan hal yang seharusnya didaat oleh resonden dalam hal ini istri, agar didalam engambilan keutusan daat dilakukan secara bersama-sama. Sesuai dengan wawancara awal yang menyatakan bahwa masih terdaat keluhan suami terhada enggunaan alat kontrasesi IUD, sehingga walauun ada awalnya mereka seakat untuk memilih IUD sebagai alat kontrasesi tetai dalam erjalanannya masih ada suami yang mengeluhkannya. Dalam hal ini beberaa suami mengeluhkan ketidak nyamanan dalam berhubungan seksual dengan istri. Tabel 6. Hubungan Dukungan Sosial dengan Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Dukungan Jumlah Sosial Terenuhi Tidak Terenuhi Mendukung 27 57,4 20 42,6 47 100,0 Tidak Mendukung 1 7,1 13 92,9 14 100,0 0,001 Dari Tabel 6 menunjukkan ada hubungan dukungan sosial dengan dalam ber-kb ada wanita PUS ( = 0,001). Dukungan orang sekitar seerti keluarga/lingkungan/teman sekerja adalah sebagai masukkan yang berarti bagi resonden dalam emenuhan hak-hak ber-kb. Adanya adat istiadat seerti mengharuskan jenis kelamin tertentu menjadi salah satu enghambat didalam emenuhan hak-hak ber-kb.selain itu sebagai ekerja, adanya ertanggungan biaya ersalinan lebih dari 2 orang anak menjadikan erencanaan yang ada awalnya telah diseakati bersama 5
dengan suami menjadi tidak terlaksana karena adanya fasilitas yang mendukung. Untuk melihat seberaa besar engaruh variabel indeenden terhada variabel deenden maka naja digunakan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda. Tabel 7. Hasil Uji Analisis Multivariat dengan Regresi Logistik Berganda Variabel B Sig Ex(B) 95% CI for Ex (OR) (B) Sika 2,692 0,017 14,76 1,62-134,65 Dukungan Sosial 2,486 0,029 12,02 1,28-112,56 Konstanta -0,939 0,012 0,39 Dari Tabel 7 daat dihitung nilai robabilitas wanita PUS yang dalam ber-kb terenuhi yaitu sebagai berikut : sehingga daat dibuat ramalan tentang robabilitas wanita PUS yang dalam ber-kb terenuhi. Pengaruh Pengetahuan terhada Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Tidak ada engaruh engetahuan terhada emenuhan hak-hak wanita PUS ( = 0,289). Hal ini tidak sejalan dengan enelitian yang dilakukan oleh Naibaho (2012) yang mengatakan engetahuan berengaruh terhada wanita. Faktor engetahuan bukan berarti tidak enting dalam, mungkin variabel lain yang lebih dominan berengaruh terhada emenuhan jumlah anak, jarak kelahiran dan emilihan alat kontrasesi. Dalam enelitian ini banyak resonden sebenarnya tahu beraa jumlah anak ideal akan tetai karena jumlah anaknya sendiri lebih dari 2 orang, maka mereka berendaat jika jumlah anak ideal itu meruakan jumlah anak yang dimilikinya. Pengaruh Sika terhada Pemenuhan Hak-hak Reroduksi Ada engaruh sika terhada dalam ber-kb ada wanita PUS ( = 0,017). Dari hasil enelitian didaat nilai Ex (B) = 14,76 yang daat diartikan bahwa resonden yang bersika tidak baik memunyai kemungkinan terenuhi hak-hak reroduksi dalam ber-kb14 kali lebih kecil dari ada yang bersika baik. Daat disimulkan bahwa resonden yang bersika baik memiliki kemungkinan lebih besar terenuhi hak-hak reroduksi dalam ber-kb jika dibandingkan dengan resonden yang berengetahuan tidak baik. Hal ini sejalan dengan enelitian yang dilakukan oleh Naibaho (2012) yang mengatakan sika berengaruh terhada wanita. 6
Pengaruh Tingkat Pendaatan terhada Pemenuhan Hak-hak Reroduksi dalam ber-kb ada Wanita PUS Tidak ada engaruh tingkat endaatan terhada emenuhan hakhak wanita PUS ( = 0,175). Dalam hal ini faktor lain mungkin lebih dominan sehingga untuk tingkat endaatan tidak ada engaruh terhada emenuhan hak-hak dalam ber-kb ada wanita PUS. Pengaruh Status Wanita dalam Keluarga Terhada Pemenuhan Hak-hak Reroduksi dalam ber- KB ada Wanita PUS Untuk variabel status wanita dalam keluarga tidak daat dilanjutkan kedalam analisis multivariat karena nilai > 0,25, karena tidak memenuhi syarat otensial untuk masuk dalam model analisis multivariat. Pengaruh Dukungan Suami terhada Pemenuhan Hak-hak Reroduksi dalam ber-kb ada Wanita PUS Tidak ada engaruh dukungan suami terhada emenuhan hak-hak wanita PUS ( = 0,066). Hal ini tidak sejalan dengan enelitian yang dilakukan oleh Manurung (2012) yang memeroleh dukungan suami memunyai kontribusi cuku besar sebagai endukung sekaligus menyarankan istri dalam menjatuhkan ilihan kontrasesi. Pengaruh Dukungan Sosial terhada Pemenuhan Hak-hak Reroduksi dalam ber-kb ada Wanita PUS Ada engaruh dukungan sosial terhada emenuhan hak-hak wanita PUS ( = 0,029). Dari hasil enelitian didaat nilai Ex (B) = 12,02 yang daat diartikan bahwa sosial resonden yang tidak mendukung memunyai kemungkinan terenuhi hak-hak reroduksi dalam ber-kb 12,02 kali lebih kecil dari ada sosial resonden yang mendukung. Daat disimulkan bahwa sosial resonden yang mendukung memiliki kemungkinan lebih besar terenuhi hak-hak reroduksi dalam ber-kb jika dibandingkan dengan sosial resonden yang tidak mendukung. Berdasarkan hasil akhir analisis multivariat regresi logistik ganda dieroleh variabel yang aling berengaruh signifikan terhada dalam ber-kb ada wanita PUS adalah variabel sika dan dukungan sosial. Dengan model ersamaan regresi dieroleh, maka ramalan tentang robabilitas wanita PUS yang dalam ber-kb terenuhidaat dihitung jika wanita PUS memiliki nilai variabel rediktor sebagai berikut : 1. Bila wanita PUS yang bersika baik dan dukungan sosial mendukung maka 98,58 % kemungkinan akan terenuhi hak-hak reroduksi dalam ber- KB. 2. Sebaliknya wanita PUS yang bersika tidak baik dan dukungan sosial tidak mendukung maka hanya 28,11 % kemungkinan akan terenuhi hak-hak reroduksi dalam ber- KB. Resonden yang memunyai sika yang baik dan mendaat dukungan sosial akan terenuhi hak-hak reroduksi dalam ber-kb karena 7
dengan endaat yang terbuka dan dukungan dari lingkungan kerja/keluarga/teman maka akan memiliki jaringan sosial yang kuat yang memungkinkan eremuan mamu melakukan tawar menawar dalam berbagai tindakan yang merugikan dalam hal ini tentang dalam ber-kb. Hal ini sesuai dengan enelitian yang dilakukan Hia (2010) yang menyatakan bahwa enentuan jumlah dan jarak anak tidak seenuhnya ditentukan sendiri oleh eremuan. Peremuan dituntut untuk memberikan enerus keturunan bagi keluarga suaminya. Peremuan memunyai fungsi roduksi dan reroduksi dalam keluarganya. Kesimulan dan Saran Kesimulan Dari 61 resonden hanya 28 orang (45,9%) yang emenuhan hakhak reroduksi dalam ber-kb (menentukan jumlah 2 orang anak, jarak anak 2 tahun dan emilihan alat kontrasesi yang diseakati bersama dengan suami) ada wanita PUS terenuhi. Dari 6 variabel sebanyak 5 variabel memunyai hubungan yang bermakna yaitu : engetahuan, sika, tingkat endaatan, dukungan suami, dukungan sosial dengan emenuhan hak-hak reroduksi dalam ber-kb ada wanita PUS. Variabel yang berengaruh aling signifikan adalah variabel sika dan variabel dukungan sosial terhada emenuhan hak-hak wanita PUS. Saran 1. Seluruh egawai wanita PUS yang bekerja di RSU Materna Medan agar menerima endaat, mereson, menghargai, dan bertanggungjawab bersama suami beserta keluarga terhada hak-hak reroduksi dalam ber- KB ada wanita sehingga daat melaksanakan fungsi reroduksi secara sehat dan aman. 2. Keada ihak RSU Materna Medan agar membuat eraturan mengenai hal ertanggungan biaya hanya 2 orang anak saja. 3. Keada Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya bidang KB, emberdayaan eremuan membuat kebijakan kesehatan reroduksi wanita dalam uaya romosi eningkatan emenuhan hak-hak reroduksi dalam ber- KB ada wanita PUS. Daftar Pustaka Atikah, P, 2012. Pola Relasi Gender dan Hak Reroduksi Wanita ada Keluarga dalam Melaksanakan Program KB. Srisi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Hanim, dkk, 2013. Konseling, Informasi dan Edukasi Kesehatan Reroduksi. Manual Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hia, R, S, 2010. Hak Kesehatan Reroduksi Peremuan di Kecamatan Mandrehe Kabuaten Nias Barat Tahun 2010. Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Manurung, P, M, 2012. Analisis Faktor yang Memengaruhi Aksetor KB dalam 8
Memilih Alat Kontrasesi IUD di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabuaten Deli Serdang Tahun 2012. Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Naibaho, E, 2012. Pengaruh Sosial Budaya terhada Pemenuhan Hak-Hak Reroduksi Wanita ada Pasangan Usia Subur di Rumah Sakit Tingkat II DAM I/BB di Kota Medan Tahun 2012. Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Pardosi, T, I, 2005. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kemandirian Aksetor KB Aktif dalam Pemanfaatan Program KB Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kodya Medan Tahun 2005. Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Sadli, 2002. Peremuan dan Hak Kesehatan Reroduksi. YLKI, Forum Kesehatan Peremuan dan Ford Foundation. Suyoto, 2003. Gambaran Pengetahuan, Sika dan Tindakan Suami Masyarakat Suku Rejang tentang Hak-Hak Reroduksi Wanita di Desa Karang Anyar I Kecamatan Arga Makmur Kabuaten Bengkulu Utara Tahun 2003. Skrisi Fakultas Kesehatan Masyarakat 9