BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

LAPORAN KINERJA 2016 BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014


I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 IKHTISAR EKSEKUTIF

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PENGANTAR. Ir. Suprapti

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

5. Pupuk dan benih belum enam tepat; 6. Lemahnya permodalan petani; 7. Fluktuatif harga komoditas Harus bisa

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK)

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

Laporan Tahunan KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2013

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

RENCANA KINERJA TAHUNAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013

PENGANTAR. Ir. Bambang Santosa, M.Sc

RENCANA KINERJA TAHUNAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017

I. PENDAHULUAN. mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa

LAPORAN KINERJA TA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR

Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS. DAA NIP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA


SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK)

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja KATA PENGANTAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Berbagai masukan dan saran perbaikan akan menjadi sangat penting agar laporan ini menjadi lebih baik.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2017 Direktur Alat dan Mesin Pertanian. Ir. Suprapti NIP

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian,

Click to edit Master subtitle style

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

LAPORAN KINERJA TA. 2014

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

DIREKTORAT USAHA BUDIDAYA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RUMUSAN TEMU TEKNIS PEMANFAATAN ALSINTAN HASIL PEREKAYASAAN DAN PENGEMBANGAN BALITBANGTAN SERPONG, 18 AGUSTUS 2016

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman pangan sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki posisi strategis dalam penyediaan kebutuhan, sumber lapangan kerja dan pendapatan, serta sumber devisa. Pembangunan tanaman pangan akan berhadapan dengan berbagai perubahan lingkungan strategis baik bersifat internal maupun eksternal antara lain globalisasi perdagangan yang semakin dinamis, perubahan iklim, tuntutan lingkungan yang berkelanjutan, keterbatasan sumber daya lahan, perubahan perilaku konsumen, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini, pembangunan harus dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, akuntabel, dan berkelanjutan sehingga pembangunan tersebut memberikan jaminan kehidupan yang cukup dan memperhatikan kebutuhan generasi berikutnya. Penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan upaya strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional, karena mempunyai peranan yang cukup besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, penanganan pascapanen memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen dan meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak langsung proses penanganan pascapanen mendukung program ketahanan pangan nasional. Secara langsung, penanganan proses pascapanen yang baik dan benar memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen, meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak langsung proses penanganan pascapanen mendukung program ketahanan pangan nasional. Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices (GHP) merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk industri yang berkualitas. Penanganan pascapanen secara GHP berpedoman pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman Penanganan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 1

Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman yang Baik (Good Handling Practices). Dalam rangka pengamanan produksi dan juga percepatan swasembada jagung tahun 2015 maka pada tahun 2015, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan mulai tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten/kota serta fasilitasi bantuan sarana pascapanen jagung pada 29 Provinsi, 93 kab/kota. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dalam pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen dalam kurun waktu setahun dilaporkan dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. LAKIP Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 disusun sebagai salah satu bentuk perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan untuk meningkatkan kinerjanya. Hal terpenting dalam LAKIP adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang seharusnya terjadi dengan kinerja yang diharapkan. LAKIP merupakan bagian terintegrasi dari SAKIP. yang merupakan perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan dan program. Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tahun 2015 merupakan bagian yang terintegrasi dengan penerapan anggaran berbasis kinerja (Performance-based Budgeting). Penerapan ini mengharuskan pemerintah untuk menyusun anggaran dengan mengacu pada target kinerja yang akan dicapai dan seluruh anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Diharapkan penerapan SAKIP ini dapat berfungsi secara optimal sehingga dapat dijadikan salah satu instrumen utama dalam pelaksanaan pembaharuan birokrasi Pemerintah untuk mempercepat terwujudnya penyelenggaraan Pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel dan bersih dari praktek-praktek penyimpangan. Oleh karena itu, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan di dalam mengimplementasikan sistem ini melalui Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2

penyusunan LAKIP dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh tingkat capaian kinerja, kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya pemecahannya dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. 1.2. Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria standar, norma, pedoman, kriteria, di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan didukung oleh 4 (Empat ) Sub Direktorat yaitu Sub Direktorat Padi, Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain, Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang, Sub Direktorat Aneka Umbi serta Subbag Tata Usaha sebagaimana pada Lampiran 1. Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Sub Direktorat sebagai berikut: a. Sub Direktorat Padi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pascapanen padi. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 3

Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Padi menyelenggarakan fungsi: 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi. b. Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen jagung dan serealia lain. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain. c. Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen kedelai dan aneka kacang. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 4

3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang. d. Sub Direktorat Aneka Umbi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen aneka umbi. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Aneka Umbi menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi. 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi. 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan, kriteria dibidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi. 1.3. Sumberdaya Manusia Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Jumlah pegawai Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun 2015 berjumlah 64 orang yang terdiri dari pegawai golongan II sebanyak 12 orang dan golongan III sebanyak 44 orang dan golongan IV sebanyak 8 orang. Jika dilihat dari tingkat pendidikan adalah SD SMA sebanyak 15 orang, Sarjana Muda/D3 sebanyak 7 orang, S1 sebanyak 29 orang, dan S2 sebanyak 13 orang. Jumlah pegawai tersebut tersebar di Sub Direktorat Padi 10 orang, Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain 11 orang, Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang 10 orang dan Sub Direktorat Aneka Umbi 11 orang dan Sub Tata Usaha 22 orang. Secara rinci, sebaran jumlah pegawai Lingkup Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan seperti pada Tabel Lampiran 11. Jumlah pegawai Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu berjumlah 64 orang. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 5

1.4. Dukungan Keuangan Sesuai dengan DIPA Petikan Tahun Anggaran 2015 Nomor: SP DIPA 018.03.1.238251/2015 tanggal 14 November 2014, alokasi anggaran APBN Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun 2015 sebesar Rp. 71.498.554.000,- yang terdiri dari anggaran Pusat Rp. 6.548.500.000,-, Dekonsentrasi Rp. 6.990.500.000,-, dan Tugas Pembantuan Provinsi Rp. 57.959.554.000,-. Berdasarkan revisi ke-2 DIPA tanggal 6 Maret 2015 dan Revisi ke-2 POK TA. 2015 (APBN-P) tanggal 9 Maret 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan UPSUS peningkatan produksi, jagung, dan kedelai (alokasi dana APBN-P) sebesar Rp. 5.400.000.000,- sehingga total pagu Pusat Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 sebesar Rp.11.948.500.000,-. Adapun rincian perubahan pagu anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan setelah revisi DIPA sebagai berikut: 1) Pagu anggaran Dekonsentrasi semula Rp.6.990.500.000,- menjadi Rp.8.590.500.000,- atau naik 22,89%. 2) Pagu anggaran Tugas Pembantuan Provinsi tetap Rp.57.959.554.000,- atau tidak mengalami perubahan. Pada tahun 2015, kegiatan dukungan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P berada di DIPA PSP dan dikelola oleh satker PSP. Berdasarkan DIPA PSP, pagu anggaran Tugas Pembantuan Provinsi untuk kegiatan bantuan sarana pascapanen tanaman sebesar Rp. 844.675.625.000,- yang terdiri dari anggaran pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan sebesar Rp. 832.350.000000,- dan anggaran pembinaan sebesar Rp. 12.325.625.000,- Berdasarkan Revisi DIPA PSP tanggal 13 November 2015 terdapat perubahan Pagu Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Satker DIPA PSP. Pagu anggaran semula Rp 844.675.625.000,- menjadi Rp. 927.836.427.000,- atau naik 9,8%. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 6

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis 2.1.1. Visi Visi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dalam upaya mencapai tujuan penanganan pascapanen adalah : Terwujudnya penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik, mendukung peningkatan produksi yang berkelanjutan. 2.1.2. Misi Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, misi yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 2019 adalah: a. Meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan melalui penanganan pascapanen yang baik dan berkualitas. b. Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi pascapanen hasil tanaman pangan dalam rangka menurunkan tingkat susut hasil komoditas tanaman pangan. c. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen komoditas tanaman pangan dengan memperhatikan nilai budaya lokal. d. Mengembangkan sistem penyediaan sarana pascapanen secara efektif dan berkelanjutan. e. Mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait, serta masyarakat dalam meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan dari susut hasil secara berkelanjutan. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 7

2.1.3. Tujuan Sesuai dengan visi dan misi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan memfasilitasi penanganan pascapanen tanaman pangan pada wilayah budidaya tanaman pangan dalam rangka pengamanan produksi. Tujuan yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015-2019 adalah : 1. Menurunkan tingkat susut hasil (losses) tanaman pangan 2. Mempertahankan mutu hasil panen tanaman pangan 3. Mempertahankan dan memperpanjang masa simpan tanaman pangan 4. Meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan 5. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen tanaman pangan 6. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pascapanen 2.1.4. Sasaran Sesuai dengan tujuan tersebut diatas, maka sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut: A. Sasaran Program Program yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Produksi Tanaman Pangan. Sasaran strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2015 2019 yaitu : 1) Tercapainya produktivitas tanaman pangan. 2) Terlaksananya penggunaan benih unggul bersertifikat. 3) Terlaksananya luas areal tanaman pangan yang aman dari gangguan OPT dan DPI. 4) Terlaksananya penurunan kontribusi susut hasil tanaman pangan. B. Sasaran Kegiatan Pada tahun 2015, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menetapkan 1 (satu) sasaran strategis. Sasaran strategis yang dimaksud adalah penurunan susut hasil tanaman pangan. Target jumlah bantuan sarana pascapanen tanaman pangan yang dibutuhkan untuk menurunkan kehilangan hasil produksi 0,02% yaitu 212 unit. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 8

Tabel 1. Angka Dasar Susut Pascapanen Tanaman Pangan Komoditas Angka Dasar Susut (%) Tahun (%) 2015 2016 2017 2018 2019 Padi 10,43 10,39 10,21 9,96 9,66 9,28 Jagung 4,81 4,50 4,33 4,18 4,04 3,91 Kedelai 14,70 14,27 13,62 12,82 11,74 10,4 Ubi Kayu 11,58-11,49 11,42 11,34 11,27 2.1.5. Kebijakan Salah satu arah kebijakan pemantapan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi pangan pokok dilakukan dengan peningkatan kapasitas produksi padi dalam negeri, yang salah satunya dicapai melalui peningkatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi nasional dan pola penanganan pascapanen dalam mengurangi susut panen dan kehilangan hasil. Salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah Kebijakan Pengembangan Penanganan Pascapanen Sesuai Kebutuhan Lapangan. Penanganan pascapanen tanaman pangan memegang peranan penting dan merupakan bagian integral sebagai pendukung pembangunan pertanian secara keseluruhan. Keberhasilan penanganan pascapanen tanaman pangan bukan hanya meningkatkan produksi tanaman pangan dan pendapatan petani, tetapi juga dapat meningkatkan mutu produksi guna mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka arah kebijakan yang dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 2019 antara lain : 1. Menurunkan susut hasil dan mempertahankan mutu tanaman pangan untuk menyelamatkan produksi, meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk, sehingga meningkatkan pendapatan petani dan mewujudkan program ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional. 2. Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices (GHP) dalam penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk industri. 3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan pascapanen tanaman pangan. 4. Fasilitasi dan optimalisasi pemanfaatan sarana pascapanen tanaman pangan. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 9

5. Pengembangan manajemen pascapanen berbasis kawasan produksi tanaman pangan. 2.1.6. Strategi Pencapaian sasaran Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan akan ditempuh melalui berbagai strategi yang mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan di atas dan strategi yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian. Strategi yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah Peningkatan Produktivitas, Perluasan Areal Tanam, Pengamanan Produksi dan Penguatan Kelembagaan dan Pembiayaan. Dalam pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal sebagai peluang dan ancaman maka strategi pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan yang dilaksanakan antara lain : 1. Pendekatan Wilayah Setiap wilayah menghasilkan komoditas tanaman pangan pada sentra yang berbeda. Hal ini memungkinkan pembangunan kawasan-kawasan ekonomi berbasis agribisnis dan agroindustri yang terintegrasi antara daerah pedesaan, perkotaan, sentra-sentra industri pangan, pelabuhan, dan pasar serta juga memungkinkan dilaksanakannya pengembangan sistem dan kelembagaan pascapanen seperti Brigade Panen dan Pascapanen serta Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). 2. Pendekatan Sumber Daya Manusia (SDM) Permasalahan sumberdaya manusia merupakan hal yang mendasar, dengan masih terbatasnya tingkat pengetahuan dan tenaga terampil. Oleh sebab itu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sumberdaya manusia dilaksanakan melalui pemberian penyuluhan, pembinaan, bimbingan teknis, pendampingan, pengawasan dan pelatihan. 3. Pendekatan Sarana dan Teknologi Penerapan teknologi pascapanen saat ini belum merata di masyarakat pertanian, antara lain disebabkan penyebaran informasi teknologi pascapanen masih belum dilakukan secara intensif. Oleh sebab itu perlu dioptimalkan penyuluhan dan penyampaian sumber informasi kepada Gapoktan/Poktan dan juga mensosiali-sasikan mekanisasi/penyebaran sarana atau teknologi pascapanen secara tepat sasaran sesuai kebutuhan (spesifik lokasi). Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 10

4. Pendekatan Daya Saing Penanganan pra panen dan pascapanen yang baik dan benar akan diperoleh mutu hasil panen yang dapat bersaing sesuai permintaan pasar. Untuk itu diperlukan kemitraan yang baik antara petani dan pelaku usaha yang difasilitasi oleh pemerintah. Dalam konteks strategi ini maka Pengembangan Manajemen Pascapanen berbasis kawasan produksi tanaman pangan harus menjadi fokus perhatian. Investasi pemerintah harus didorong untuk mengaktualisasikan fungsi pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan pertanian, khususnya dibidang pascapanen. Diharapkan dengan menerapkan strategi ini maka tujuan dalam pananganan pascapanen tanaman pangan dapat tercapai. 2.2. Perjanjian Kinerja Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan Program/Kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanjian Kinerja dimanfaatkan untuk memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja organisasi, melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), serta menilai keberhasilan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menetapkan kinerja yang akan dicapai pada tahun 2015. Perjanjian kinerja ini merupakan tolak ukur keberhasilan organisasi yang akan menjadi penilaian dalam evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2015. Mengacu Renstra 2015-2019, Perjanjian Kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 untuk melaksanakan program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pada tahun 2015, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menetapkan 1 (satu) sasaran strategis dengan 1 (satu) indikator kinerja. Sasaran strategis yang dimaksud adalah penurunan susut hasil tanaman pangan dengan indikator kinerja berupa jumlah bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dengan menurunnya kehilangan hasil produksi 0,02%. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 11

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Gambaran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 dapat diketahui dari hasil pengukuran kinerja kegiatan dan evaluasi kinerja yaitu dengan membandingkan antara target dengan capaian. Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran keberhasilan tahun 2015 ditetapkan berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring, yaitu: (1) sangat berhasil (capaian > 100%); (2) berhasil (capaian 80-100%); (3) cukup berhasil (capaian 60-79%); dan (4) kurang berhasil (capaian <60%) terhadap target yang telah ditetapkan. Pengukuran capaian sasaran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dan realisasi. Realisasi indikator kinerja sasaran mengamankan kehilangan/susut hasil produksi dihitung melalui hasil perhitungan perkalian kapasitas kerja sarana pascapanen yang terealisasi dengan kemampuan penyelamatan hasil per jenis sarana pascapanen. Persentase kontribusi susut diperoleh dari penyelamatan produksi dibandingkan terhadap total produksi pada tahun yang bersangkutan. 3.2. Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2015 Berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan telah menetapkan pencapaian 1 (satu) target indikator kinerja utama sasaran strategis tahun 2015 sebagaimana tercantum pada Perjanjian Kinerja tahun 2015 (dalam proses). Capaian kinerja utama sasaran strategis tersebut merupakan penurunan susut hasil tanaman pangan yang bersumber dari DIPA Ditjen Tanaman Pangan sebagaimana Tabel 2 berikut. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 12

Tabel 2. Capaian Strategis Direkorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (unit) Realisasi (unit) Capaian Kinerja (%) (1) (2) (3) (4) (5) Penurunan susut hasil tanaman pangan Jumlah bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dengan menurunnya kehilangan hasil produksi 0,02% 212 209 98.58% Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada tahun 2015 telah dialokasikan melalui dana APBN (Satker Tanaman Pangan) dengan rincian sebagai berikut : 1. Reguler a. Corn Sheller per unit senilai Rp. 33.000.000,- (tiga puluh tiga juta rupiah) sebanyak 271 unit dialokasikan di 28 Provinsi, 80 Kabupaten b. Flat Bed Dryer + bangunan per unit senilai Rp. 359.000.000,- (tiga ratus lima puluh sembilan juta rupiah) sebanyak 96 unit dialokasikan di 21 Provinsi, 35 Kabupaten. Flat bed dryer senilai Rp. 210.000.000,- (dua ratus sepuluh juta rupiah) sedangkan bangunan senilai Rp 149.000.000,- (seratus empat puluh sembilan juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan. c. Corn Combine Harvester per unit senilai Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebanyak 15 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. 2. Model Jagung dalam Kawasan Dalam mendukung kegiatan pengembangan kawasan tanaman pangan tahun 2015, Direktorat Budidaya Serealia telah menetapkan kawasan jagung di 7 Propinsi, pada 7 Kabupaten. Adapun jenis bantuan sarana yang diberikan untuk mendukung kawasan ini sebagai berikut : a. Corn Sheller per unit senilai Rp. 33.000.000,- (tiga puluh tiga juta rupiah) sebanyak 42 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 13

b. Vertical Dryer Jagung + Crusher +bangunan per unit senilai Rp. 958.000.000,- (sembilan ratus lima puluh delapan juta rupiah) sebanyak 29 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Vertical dryer seharga Rp. 685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan Crusher seharga Rp. 23.000.000,- (dua puluh tiga juta rupiah) serta bangunan seharga Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan. c. Corn Combine Harvester per unit senilai Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebanyak 8 unit dialokasikan di 7 Provinsi 7 Kabupaten. Tabel 3. Capaian Realisasi Input Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Tahun 2015 NO Jenis Sarana Target Realisasi % (unit) unit APBN 1 Corn Sheller 132 132 100.00 2 Flat Bed Dryer 35 33 94.29 3 Corn Combine Harvester 15 14 93.33 4 Vertical Dryer Jagung 29 29 100.00 5 Power Thresher Multiguna 1 1 100.00 Total 212 209 98.58 REVISI DIPA APBN-P 1 Combine Harvester Kecil 3,056 3,056 100.00 3.3. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2015 2 Vertical Dryer Padi (kap 3,5-6 ton) +Bangunan/Rehab Prediksi Realisasi s/d Desember 2015 BASTB 166 166 100.00 3.3.1. Capaian Sasaran Strategis Penurunan Susut Hasil Tanaman Pangan 3 Corn Sheller 2,088 2,088 100.00 4 Vertical Dryer Jagung (kap 3,5-6 ton) +Bangunan/Rehab 207 207 100.00 5 Power Thresher Multiguna 1,836 1,646 89.65 Pencapaian sasaran kinerja penurunan susut hasil tanaman pangan diukur dengan tercapainya indikator kinerja jumlah bantuan sarana pascapanen dengan menurunnya kehilangan hasil produksi 0,02%. Hasil pengukuran 6terhadap Combine indikator Harvester kinerja Besar sasaran 125 ini sangat 125 berhasil 100.00 karena tercapainya realisasi 7 Flat Bed bantuan Dryer 98,58% dari target 6 212 unit 6 dan 100.00 tercapainya penurunan kehilangan 8 Corn Combine hasil produksi Harvestersebesar 0,02% 11 sesuai 11 indikator 100.00 kinerja Total 7,495 7,305 97.46 yang tercantum pada Perjanjian Kinerja (PK). Sasaran penurunan susut hasil tanaman pangan pada Indikator kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun 2015 berada dibawah sasaran susut hasil pada Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2015 2019. Hal ini sebabkan alokasi bantuan lebih sedikit dibandingkan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 14

kebutuhan sarana pascapanen untuk mencapai sasaran susut hasil pada tahun 2015. Tabel 4. Perbandingan Alokasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 dengan Kebutuhan Sarana Pascapanen dalam Renstra Jenis Sarana Alokasi Kebutuhan Bantuan (Renstra) Alokasi Bantuan 2015 (APBN) Cornsheller 2.132 132 FBD 35 35 VD jagung 349 29 Corn combine H 15 15 Penurunan susut hasil (%) 0,31 0,02 Rincian target penurunan susut hasil tanaman pangan dan kebutuhan biaya investasi sesuai Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2015-2019 terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Kebutuhan Biaya Investasi Sarana Pascapanen Untuk Mencapai Target Susut Hasil Tahun 2015 Komoditas Target Penurunan (%) Sasaran Produksi (Ton) Prediksi Harga (Rp) Pengamanan Produksi (Ton) Kebutuhan Biaya Investasi (Rp) Padi 0.043 73,400,000 4,200 31,359 522,950,000,000 Jagung 0.31 20,313,731 3,650 62,973 416,203,300,000 Kedelai 0.43 1,500,000 7,000 6,480 45,000,000,000 *) Sumber data sasaran produksi: Direktorat Serealia dan Direktorat AKABI Ditjen Tanaman Pangan Berdasarkan realisasi bantuan sarana pascapanen yang telah disalurkan ke poktan/gapoktan, angka susut hasil kontribusi bantuan sarana pascapanen jagung tahun 2015 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014 karena menurunnya fasilitasi bantuan sarana pascapanen jagung pada tahun 2015. Perbandingan alokasi bantuan sarana pascapanen dan capaian penurunan susut tahun 2014 dan tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 6. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 15

Tabel 6. Perbandingan Realisasi Penurunan Susut Hasil Tanaman Pangan Tahun 2014 dan Tahun 2015 Indikator Kinerja 2014 Angka Susut 2015 Target Realisasi % Hasil (%) Target Realisasi % Angka Susut Hasil (%) Jumlah bantuan sarana pascapanen 1. Padi 502 449 89.44 0.090 2. Jagung 274 207 75.55 0.125 212 209 98.58 0.020 3. Kedelai 130 101 77.69 0.113 Keterangan: Tahun 2014, bantuan yang disalurkan berupa paket sarana dan unit, sedangkan pada tahun 2015, bantuan yang disalurkan berupa unit. 3.4.2. Analisa Capaian Sasaran Strategis Penurunan Susut Hasil Tanaman Pangan Upaya penurunan susut hasil jagung dalam rangka mengamankan tercapainya produksi jagung tahun 2015 ditargetkan mampu menurunkan susut hasil jagung pada saat proses panen dan pascapanen sebesar 0,31% (Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, 2015). Untuk mencapai target tersebut diperlukan dukungan anggaran sebesar Rp.416.736.000.000,- namun dukungan anggaran APBN untuk fasilitasi sarana pascapanen jagung tahun 2015 hanya sebesar Rp.52.231.554.000,- atau 12,53% dari kebutuhan anggaran. Berdasarkan data realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen, kontribusi penurunan susut hasil jagung tahun 2015 yang berasal dari bantuan sarana panen dan pascapanen yang difasilitasi APBN tahun 2015 sebesar 0,02% atau mencapai 6,45% dari target susut hasil tahun 2015 sesuai Renstra. Hal ini karena fasilitasi bantuan sarana pascapanen jagung tahun 2015 dibawah prediksi kebutuhan sarana pascapanen jagung sebagaimana yang tercantum pada Renstra. Rincian kontribusi setiap alat terdapat pada Tabel Lampiran 9. Berdasarkan data realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen jagung sampai dengan Bulan Desember 2015 (Tabel 4), kontribusi penurunan susut hasil jagung yang berasal dari fasilitasi APBN 2015 sebesar 0,02 % atau mencapai 100% % dari sasaran strategis tahun 2015 sebagaimana yang tercantum pada PK. Hal ini disebabkan realisasi penyaluran sarana pascapanen jagung mencapai 98% dari target 212 unit. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 16

Tabel 7. Rincian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Dibandingkan Target Pada PK Tahun 2015 Target Realisasi Uraian Satuan % Capaian (unit) (unit) Corn Sheller Unit 132 132 100,00 Flat Bed Dryer Unit 35 33 94,29 Vertical Dryer Unit 29 29 100,00 Corn Combine Harvester Unit 15 14 93,33 Power Thresher Multiguna (PTM) Jumlah Unit 1 1 100,00 212 209 98,58 Capaian penurunan susut hasil tanaman pangan 0,02% atau berada sasaran pada Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2015 yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,31%. Hal ini disebabkan alokasi sarana pascapanen jagung yang bersumber dari APBN lebih sedikit dibandingkan kebutuhan sarana pascapanen jagung pada tahun 2015. Berdasarkan data realisasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan tahun 2015 diketahui bahwa realisasi sarana Flat Bed Dryer dan Corn Combine Harvester mencapai 93-94% dibandingkan kebutuhan sarana pascapanen, sedangkan realisasi corn sheller dan vertical dryer jagung hanya 6 8%. Tabel 8. Rincian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung dibandingkan Target pada Renstra Tahun 2015 Uraian Satuan Target Realisasi (unit) (unit) % Capaian Corn Sheller Unit 2,132 132 6.19 Flat Bed Dryer Unit 35 33 94.29 Vertical Dryer Unit 349 29 8.31 Corn Combine Harvester Unit 15 14 93.33 Angka susut hasil jagung tahun 2015 mencapai 0,02% atau lebih rendah dibandingkan dengan capaian penurunan susut hasil pada tahun 2014 sebesar 0,125 %. Hal ini disebabkan adanya penurunan realisasi bantuan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 17

Corn Sheller, Power Thresher Multiguna (PTM), Corn Combine Harvester dan Vertical Dryer. Tabel 9. Perbandingan Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Tahun 2014 dan 2015. Uraian Satuan Realisasi 2014 Realisasi 2015 (unit) (unit) % Capaian Corn Sheller unit 250 132 53 Flat Bed Dryer unit 7 33 471 PTM unit 158 1 1 Vertical Dryer unit - 29 - Corn Combine Harvester unit - 14 - Kontribusi Penyelamatan (%) 0.125 0.020 16.00 Penurunan susut hasil sebesar 0,02% diperkirakan dapat mengamankan produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 3.967 ton atau senilai Rp.10,71 Milyar (asumsi harga jagung pipilan kering Rp. 2.700/kg). Tabel 10. Capaian Penurunan Susut Hasil Jagung dari Fasilitasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Tahun 2015. Uraian Target % Capaian 2015 Realisasi *) 2015 Terhadap Target Produksi Jagung (Ton PK) 20.313.731 19.833.289 97,63 Penurunan Susut Hasil (%) 0,31 0,020 6,45 Pengamanan Produksi (Ton PK) 62.973 3.967 6,30 *) Aram II BPS 3.3.1.4. Capaian Kinerja Lainnya A. Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN-P (DIPA PSP) Pada tahun 2015, bantuan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P terdapat pada DIPA PSP dengan jumlah pagu anggaran Rp.927.836.427.000,-yang terdiri dari anggaran fasilitasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan Rp.915.168.402.000,- dan anggaran pembinan sebesar Rp. 12.668.025.000,- yang dialokasikan di TP Provinsi. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 18

Jenis bantuan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P Tahun 2015 telah dianggarkan dalam DIPA Tugas Pembantuan Provinsi pada masingmasing Satker Dinas Pertanian Provinsi sebagai berikut : a. Combine Harvester Kecil senilai Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah) sebanyak 2.790 unit dialokasikan di 32 Provinsi 350 Kabupaten; b. Vertical Dryer Padi senilai Rp. 935.000.000,- (sembilan ratus tiga puluh lima juta rupiah) sebanyak 170 unit dengan rincian: paket sarana dryer senilai Rp. 685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan yang dialokasikan di 22 Provinsi 112 Kabupaten; c. Corn Sheller senilai Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) sebanyak 2.000 unit dialokasikan di 31 Provinsi 264 Kabupaten; d. Vertical Dryer Jagung senilai Rp.935.000.000,- (sembilan ratus tiga puluh lima juta rupiah) sebanyak 220 unit dengan rincian : paket sarana dryer senilai Rp.685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan yang dialokasikan di 21 Provinsi 109 Kabupaten; e. Power Thresher Multiguna senilai Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) sebanyak 1.500 unit dialokasikan di 30 Provinsi 253 Kabupaten; f. Sarana pengering/dryer, sebelum didistribusikan terlebih dahulu disiapkan bangunan/rehabilitasi bangunan dryer sesuai dengan anggaran yang tersedia. Bangunan/rehabilitasi bangunan untuk sarana pengeringan/ Vertical Dryer ukuran p x l x t lebih kurang 12 x 8 x 9.5 meter atau disesuaikan dengan dimensi sarana pengering serta kelengkapannya. Berdasarkan prediksi realisasi bantuan sarana pascapanen diketahui bahwa dari alokasi 7.495 unit bantuan, akan terealisasi 7.304 atau mencapai 97,45%. Bantuan yang tidak dapat terealisasi yaitu 1 unit Vertical Dryer Padi di Sumatera Selatan, 42 unit PTM di Kaltara dan 148 unit PTM di Sulawesi Selatan. Rincian jenis alat dan realisasi dapat dilihat pada Tabel 11. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 19

Tabel 11. Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN-P (DIPA PSP) Bantuan yang telah tersalur ini turut memiliki kontribusi dalam penurunan susut hasil tanaman pangan pada tahun 2015 dan diperhitungkan dalam perhitungan capaian target susut hasil tanamanan pangan sebagaimana yang tercantum pada Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2015 2019. Kontribusi penurunan susut hasil padi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Padi APBN-P Tahun 2015 Uraian Target % Capaian 2015 Realisasi *) 2015 Terhadap Target Produksi Padi (Ton GKG) 73,400,000 74,991,788 102.17 Penurunan Susut Hasil (%) 0.043 0.054 124.88 Pengamanan Produksi (Ton GKG 31,562 40,271 127.59 *) Aram II BPS Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 20

Berdasarkan data kontribusi pada Tabel 12, diketahui bahwa bantuan sarana pascapanen padi APBN-P Tahun 2015 diprediksi menurunkan susut hasil padi sebesar 0,054% atau mencapai 124,88% dari Target Susut 0,043%. Penurunan susut hasil sebesar 0,054% diperkirakan dapat mengamankan produksi padi pada tahun 2015 sebesar 40.271 ton atau senilai Rp.212,866 Milyar (asumsi harga gabah kering giling di tingkat penggilingan Rp. 5.300/kg). Tabel 13. Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung APBN-P Tahun 2015 Uraian Target % Capaian 2015 Realisasi *) 2015 Terhadap Target Produksi Jagung (Ton PK) 20,313,731 19,833,289 97.63 Penurunan Susut Hasil (%) 0.31 0.308 99.35 Pengamanan Produksi (Ton PK) 62,973 61,087 97.00 *) Aram II BPS Berdasarkan data kontribusi pada Tabel 13, diketahui bahwa bantuan sarana pascapanen jagung APBN-P Tahun 2015 diprediksi menurunkan susut hasil jagung sebesar 0,308% atau mencapai 99,35% dari target susut hasil jagung 0,31%. Penurunan susut hasil sebesar 0,308% diperkirakan dapat mengamankan produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 61.087 ton atau senilai Rp.833,3 Milyar (asumsi harga jagung pipil kering di tingkat petani Rp. 2.700/kg). Tabel 14. Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Kedelai APBN-P Tahun 2015 Uraian Target % Capaian 2015 Realisasi *) 2015 Terhadap Target Produksi Kedelai (Ton BK) 1,500,000 982,967 65.53 Penurunan Susut Hasil (%) 0.430 0.723 168.14 Pengamanan Produksi (Ton BK) 6,450 7,107 110.18 *) Aram II BPS Berdasarkan data kontribusi pada Tabel 14, diketahui bahwa bantuan sarana pascapanen kedelai APBN-P Tahun 2015 diprediksi menurunkan susut hasil kedelai sebesar 0,81% atau mencapai 168,14% dari target susut hasil kedelai 0,43%. Penurunan susut hasil kedelai sebesar 0,723% diperkirakan dapat mengamankan produksi kedelai pada tahun 2015 sebesar 7.107 ton atau senilai Rp.54,72 Milyar (asumsi harga kedelai di tingkat petani Rp. 7.700/kg). Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 21

B. Kegiatan Pendukung Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Selain pencapaian kinerja penurunan angka susut hasil sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya terdapat kegiatan pendukung penanganan pascapanen lainnya melalui bahan informasi, pembinaan, sosialisasi, dan bimbingan teknis yang difokuskan pada perubahan sikap dan prilaku petani pada saat melakukan proses panen dan pascapanen. Kegiatan pendampingan untuk mendukung penanganan pascapanen padi, jagung, kedelai dan aneka umbi dilakukan dalam bentuk penyebaran bahan informasi, pembinaan, bimbingan teknis, gerakan penanganan pascapanen padi, jagung dan kedelai, sosialisasi Good Handling Practices (GHP) Ubikayu serta pengukuran susut hasil pascapanen jagung, kedelai dan ubikayu. Capaian realisasi kegiatan subdit padi, jagung, kedelai dan aneka umbi secara fisik mencapai 100%, namun realisasi keuangan tidak mencapai 100%. Disamping kegiatan pendampingan, diperlukan data pendukung seperti pemutakhiran database sarana pascapanen tanaman pangan sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui peta penyebaran sarana di petani/kelompok tani. Kegiatan pemutakhiran database dilakukan baik di tingkat pusat dan daerah melalui dana dekonsentrasi. Hal ini penting untuk penentuan kelompok tani penerima dalam pengalokasian sarana pascapanen di masa datang dalam rangka peningkatan produksi di suatu wilayah. Dukungan kegiatan penanganan pascapanen melalui dana APBD tahun 2015 sangat membantu pencapaian angka penurunan susut di lapangan. Namun belum diperoleh laporan evaluasi dari daerah mengenai dukungan ini. 3.4. Akuntabilitas Keuangan Kinerja serapan anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 secara keseluruhan dapat dikategorikan kurang berhasil (< 60%), dengan total realisasi serapan mencapai Rp.44.888.631.747,- atau 57,18% dari Pagu anggaran Rp.78.498.554.000,-. Bila dirinci menurut Satker pengelola sebagai berikut : 1) Serapan anggaran Satker Pusat hingga 4 Desember 2015 sebesar Rp.6.744.056.898,- (56,44% dari pagu Rp.11.948.500.000,-), 2) Dinas Provinsi (Dekon) sebesar Rp.5.529.753.192,- (64,37% dari pagu Rp.8.590.500.000,-), 3) Dinas Provinsi (Tugas Pembantuan) sebesar Rp.32.614.821.657,- (56,27% dari pagu Rp.57.959.554.000,-). Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dan analisis serta evaluasi akuntabilitas kinerja keuangan, bahwa output kegiatan telah terlaksana dengan kategori Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 22

kurang berhasil dan capaian sasaran belum sesuai rencana. Apabila dibandingkan alokasi anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2014 sebesar Rp. 161.100.496.000, anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 yaitu sebesar Rp.78.498.554.000,- atau mengalami penurunan jumlah anggaran sebesar Rp.82.601.942.000,- (51,27%). Tabel 15. Realisasi Serapan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Menurut Satuan Kerja Tahun 2015 s/d 4 Desember 2015 No Satuan Kerja Pagu Realisasi (Rp) (Rp) % I. DIPA TANAMAN PANGAN 1 Pusat - Ditjen TP Pusat 11,948,500,000 6,744,056,898 56.44 2 Dekonsentrasi - Dinas Prop 8,590,500,000 5,529,753,192 64.37 3 Tugas Pembantuan - Dinas Prop 57,959,554,000 32,081,234,657 55.35 Jumlah 78,498,554,000 44,355,044,747 56.50 3.5. Hambatan dan Kendala Beberapa hambatan dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015, meliputi aspek administrasi, teknis, SDM, kelembagaan, dan pembiayaan, antara lain: 1) Aspek Administrasi a. Penetapan CPCL 1. Proses Revisi CP/CL ( utamanya penerima dryer) 2. Penetapan CP/CL tidak sesuai Pedoman Teknis ( Penetapan PPK dan Pengesahan KPA) b. Jenis dan Produsen Sarana Pascapanen 1. Sebagian Sarana Pascpanen masih import, butuh waktu (Corn combine harvester & combine harvester kecil) 2. Produsen sarana pascapanen sebagian produsen kecil/menengah, sehingga pembelian melalui pesanan/perlu dirakit dulu Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 23

c. Pengadaan Sarana Pascapanen 1. Menunggu antrian di ULP karena prioritas kegiatan APBD & terbatasnya SDM di Pokja Daerah 2. Masih Proses kontrak dengan penyedia barang (utamanya bangunan & dryer padi/jagung) 3. Proses lelang bangunan menunggu proses hibah/hak guna pakai lahan dari pemilik lahan ke poktan/gapoktan (Dinamis) 4. Tidak semua perusahan memproses uang muka/dp (+ 30%) karena proses pencairan lebih lama minimal 2x pekerjaan dalam penyiapan dokumen. Produsen lebih memilih percepatan distribusi barang secara langsung 5. Kurang koordinasi di Dinas Pertanian Provinsi (satker APBN-P di Bidang PSP dengan Bidang Tanaman Pangan/ Pelaksana Kegiatan) d. Distribusi dan Pencairan SP2D 1. Proses pencairan uang muka dari BASTB menjadi SP2D memerlukan waktu cukup lama (> 3 minggu), karena administrasi secara on line dari satker daerah ke KPPN ternyata tidak mudah. 2. Belum tersosialisasinya penggunaan aplikasi e-faktur pajak dalam proses pembayaran (diberlakukannya Peraturan Dirjen Pajak No.Per-16/PJ/2014 tgl 20 Juni 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik yang diberlakukan mulai 1 Juli 2015 untuk wilayah Jawa-Bali-Madura) 2) Aspek Teknis a) Sosialisasi kepada kelompok penerima bantuan belum optimal dirasakan masih kurang, sehingga kelompok penerima bantuan belum memahami bantuan sarana pascapanen karena minimnya dana sosialisasi dan kurangnya koordinasi Kabupaten dengan provinsi disebabkan jarak yang terlalu jauh. b) Calon penerima bantuan belum memenuhi syarat sesuai ketentuan pada pedoman teknis dan adanya intervensi dari banyak pihak yang menyebabkan CPCL sering berubah-ubah. c) Tim teknis memerlukan waktu melakukan survey ke produsen yang memiliki spesifikasi sesuai dengan Pedoman Teknis dan memiliki test report. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 24

d) Masih terbatasnya ketersediaan bengkel alsin dan suku cadang di lokasi penerima bantuan sehingga petani kesulitan saat alsin mengalami kerusakan. e) Kapasitas bantuan belum disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di lokasi bantuan dan kemampuan poktan/gapoktan. f) Pemberian bantuan belum disertai bimbingan teknis dari petugas lapang g) Petugas pengelola data tingkat Kabupaten belum tertib mengirim data ke provinsi sehingga petugas mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam merekap data. 3) Aspek SDM, Kelembagaan, dan Pembiayaan a) Terbatasnya SDM dan pengetahuan SDM yang menangani seleksi CPCL. b) Gapoktan/Poktan penerima bantuan sarana pascapanen belum memahami dalam penyusunan RUKK, sehingga diperlukan pendampingan dari petugas Kabupaten c) Masih ada Kabupaten/Kota yang terlambat dalam melakukan CPCL disebabkan tidak adanya dana pendampingan dari APBD d) Sering terjadi mutasi/alih tugas pegawai yang menangani program pascapanen di daerah yang berpengaruh pada kinerja satker. e) Dinas Provinsi kurang aktif memantau pelaksanaan kegiatan pengadaan sarana di ULP dan pencairan anggaran di bendahara f) Kurangnya koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dengan pelaksana kegiatan karena dana kegiatan berada pada satker bidang Tanaman Pangan, sedangkan pelaksanaan kegiatan pascapanen ditangani pada bidang Binus/P2HP. g) Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten terhadap upaya penanganan pascapanen tanaman pangan, sehingga masih tergantung dari dukungan dan bantuan dari Pemerintah Pusat. h) Lemahnya manajemen administrasi poktan/ gapoktan, sehingga pengelolaan sarana tersebut melalui sistem penyewaan sarana pascapanen belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. i) Ketersediaan tenaga teknisi dan operator yang cukup profesional dalam mengoperasikan sarana pascapanen belum mencukupi. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 25

j) Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki sarana pascapanen yang rusak. k) Poktan penerima bantuan belum memahami cara penggunaan sarana yang diterimanya sehingga menyebabkan losses saat proses penanganan pascapanen. 3.6. Upaya dan Tindaklanjut 1. Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi (melalui surat, telepon, SMS/ WA, Email, Kunjungan lapang ke Provinsi/Kabupaten) dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan dan segera menindaklanjuti kendala pelaksanaan kegiatan di lapangan. 2. Dinas perlu melakukan pendataan kebutuhan dan ketersediaan alsin serta mempunyai basisdata informasi jenis sarana pascapanen yang sesuai dengan kondisi di wilayahnya masing-masing. 3. Dalam pengadaan bantuan sarana pascapanen di tahun yang akan datang harus disertai dengan biaya pengadaan/lelang yang dialokasikan pada Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota. 4. Dinas Pertanian Provinsi berkoordinasi dengan Kabupaten/kota dan menyarankan agar Pedoman Teknis lebih dipahami oleh petugas yang identifikasi CPCL. 5. Dinas Pertanian Provinsi harus segera mempersiapkan kelengkapan administrasi dan teknis kegiatan pengadaan sarana pascapanen, serta harus aktif berkoordinasi dengan pihak ULP, untuk memastikan terselenggara tepat waktu. 6. Kepala Dinas Pertanian Provinsi harus memastikan, mengawal dan menjembatani koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dan pelaksana kegiatan. 7. Pengajuan kelengkapan lelang ke ULP diharapkan dilakukan di awal tahun anggaran, sehingga jika terjadi gagal lelang atau permasalahan dalam pelelangan, sehingga masih tersedia waktu yang cukup untuk proses lelang ulang. 8. Aparat Dinas Pertanian Provinsi pelaksana kegiatan bantuan sarana pascapanen harus memahami dengan baik semua petunjuk yang terdapat dalam buku pedoman teknis penanganan pascapanen tanaman pangan Tahun 2015. 9. Alat/sarana pascapanen yang akan dibeli harus memiliki SNI atau minimal test report yang dikeluarkan oleh lembaga uji yang tersebar di 15 provinsi. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 26

10. Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan penanganan pascapanen tanaman pangan. 11. Melakukan teguran secara tertulis kepada pelaksana di daerah yang tidak memenuhi Pedoman Teknis Pascapanen. 12. Pelatihan pengoperasian perawatan dan perbaikan sarana perlu difasilitasi oleh produsen/pabrikan tempat pembelian sarana tersebut dan dilakukan saat droping sarana, saat panen dan pascapanen atau mengirimkan teknisi dan operator ke produsen/pabrikan untuk mengikuti pelatihan dan adanya jaminan purna jual untuk pembelian alsin tersebut. 13. Mengintensifkan koordinasi baik melalui telpon, sms dan e-mail ke tingkat kabupaten/provinsi dalam percepatan pengiriman laporan. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 27

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015, sebagian besar kegiatan berhasil dilaksanakan sesuai penetapan kinerja dan indikator kinerja. Terlaksananya seluruh kegiatan di Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sangat mendukung pelaksanaan kegiatan teknis lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kegiatan yang belum mencapai target akan dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan kebijakan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan ke depan. Pencapaian kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 terkendala oleh lambatnya serapan anggaran, kurang tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan Pusat, belum tersosialisasinya peraturan baru di KPPN, terlambat disosialisasikan dana Tugas Pembantuan untuk Kabupaten yang dialokasikan di Provinsi dan lambatnya proses pengerjaan bangunan dryer. Hal ini menyebabkan capaian kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan secara keseluruhan menjadi tidak optimal. 4.2.Saran Dalam rangka memantapkan penerapan sistem akuntabilitas kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada masa mendatang, perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM pelaksana kegiatan baik di pusat maupun di daerah, sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Analisis efisiensi dan efektivitas terhadap pemanfaatan anggaran masih sulit diukur karena tidak adanya tolak ukur yang pasti tentang batasan efektif atau efisiensinya sebuah kegiatan. Untuk itu, ke depan perlu dilakukan perumusan efektivitas dan efisiensi kegiatan. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 28

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 29