BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. novel Eomma-reul Buthakhae (2008). Terdapat enam kalimat bermajas metonimia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

2015 ANALISIS MAKNA VERBA TORU SEBAGAI POLISEMI (KAJIAN SEMANTIK)

BAB V PENUTUP Wujud Pengungkapan Aspek Keselesaian secara Gramatikal dalam

BAB III KESIMPULAN. karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya.

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

Penerjemahan Majas Personifikasi Dalam Novel Sekai No Chuushin De Ai Wo Sakebu Karya Katayama Kyoichi

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara tertentu. Pada awalnya majas lebih sering digunakan didalam karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB V PENUTUP. menjawab pertanyaan dalam rumusan-rumusan masalah terdahulu di 1.2. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik menggunakan kata maupun gerakan. Setiap negara pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada bab ini peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan dari pembahasan tersebut.

BAB 2 KONSEP IDIOM DAN PENERJEMAHAN

BAB IV KESIMPULAN. merupakan salah satu bentuk bacaan untuk anak-anak. Buku semacam ini dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia mempunyai cara berbeda-beda untuk mengungkap

EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini penulis bermaksud melakukan penelitian kontrastif, yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

STRATEGI DAN PROSEDUR PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG DALAM KOMIK DORAEMON TEEMA BETSU KESSAKU SEN EDISI 1 17

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah sastra atau karya sastra

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya metafora dan simile sebagai yang paling populer pada hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

Tubagus Chaeru Nugraha, 2008

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembelajaran bahasa asing. Terjemahan semantik atau semantic

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. juga bahasa asal novel yang berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ROAD MAP PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian Arifin yang berjudul Analisis

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

Penerjemahan Metafora

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjemahan sebagai berikut: Translation is the superordinate term for converting the

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kridalaksana

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY

2015 ANALISIS MAKNA KANYOUKU DALAM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN KATA MIZU

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

ANALISIS STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM LAGU ANAK PELANGI-PELANGI DAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRISNYA, RAINBOWS

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hangeul adalah alfabet asli Korea Selatan. Penemu atau pencipta hangeul adalah

Scientific News Magazine Edisi April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa di dunia yang memiliki ciri dan

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah dari penelitian, identifikasi masalah dari latar belakang yang

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL

KATA, MAKNA DAN PENERJEMAHAN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

Transkripsi:

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk dengan total 208 kalimat. Metode penerjemahan ini didominasi oleh jikyubeop ( 직유법 ) atau simile dengan jumlah 49 kalimat. Prinsip jikyubeop ( 직유법 ) atau simile adalah majas yang hampir sama dengan penggunaan bentuk verba yang menggambarkan keadaan nyata, dengan kata lain terdiri dari makna sebenarnya dan kiasan. Bentuk dari kiasan itu sendiri juga cukup sederhana sehingga mudah untuk mencari padanan dalam Bsa dan menerapkan metode penerjemahan sama makna dan bentuk. metode tersebut adalah euiseongbeop ( 의성법 ) atau onomatope dengan jumlah 0 kalimat. Hal ini dikarenakan euiseongbeop ( 의성법 ) atau onomatope merupakan majas yang membandingkan sesuatu dengan suara. Pengucapan dari suara tersebut mayoritas (khususnya yang ada pada novel Bsu pada penelitian ini) sulit ditemukan padanannya dalam Bsa sehingga penerjemah tidak ada pilihan selain menggunakan metode penerjemahan lain agar kalimat hasil terjemahan mudah dipahami oleh pembaca novel terjemahan. 80

81 Metode penerjemahan kedua yang paling banyak digunakan oleh penerjemah adalah metode penerjemahan dengan penghapusan sebanyak 60 kalimat. Metode penerjemahan ini pun didominasi oleh euithaebeop ( 의태법 ) atau mimesis dengan jumlah 22 kalimat. Euithaebeop ( 의태법 ) atau mimesis merupakan majas yang membandingkan gerakan. Sama halnya dengan euiseongbeop ( 의성법 ) atau onomatope, pengucapan dari gerakan pada Bsu cukup sulit ditemukan padanannya dalam Bsa sehingga penerjemah melakukan penghapusan baik sebagian atau keseluruhan majas. metode tersebut adalah hwanyubeop ( 환유법 ) atau metonimia, jeyubeop ( 제유법 ) atau sinekdoke dan sangjingbeop ( 상징법 ) atau simbolik dengan jumlah yang sama yakni 0 kalimat. Hal ini disebabkan oleh (1) hwanyubeop ( 환유법 ) atau metonimia merupakan majas yang mengkiaskan makna sebenarnya sebagai subtitusi dari hal lain menggunakan kata yang memiliki hubungan yang dekat sehingga mayoritas kalimat yang mengandung jenis majas ini dapat diterjemahkan dengan metode lain tanpa harus menghapusnya, (2) jeyubeop ( 제유법 ) atau sinekdoke memiliki prinsip saling menukar antara hal yang bersifat khusus ke umum, umum ke khusus, kecil ke besar, dan besar ke kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa morfem dalam majas jenis ini masih bisa diterjemahkan dengan metode lain karena banyak memiliki kesamaan atau hampir mendekati sepadan dengan kosa kata yang ada dalam Bsa tanpa harus menghapusnya, dan (3) sangjingbeop ( 상징법 ) atau simbolik merupakan majas yang melambangkan suatu hal dan biasanya menggunakan kata benda yang mudah untuk dipahami dalam

82 Bsu dan kebetulan juga mudah ditemukan padanannya dalam Bsa sehingga tidak perlu mengalami penghapusan. Metode penerjemahan ketiga adalah metode penerjemahan dengan parafrasa sebanyak 49 kalimat. Metode penerjemahan ini didominasi oleh jikyubeop ( 직유법 ) atau simile dengan jumlah 13 kalimat. Jikyubeop ( 직유법 ) atau simile merupakan majas yang banyak menggunakan bentuk verba yang terdiri dari makna asli dan kiasan. Namun tidak semua bentuk verba Bsu tersebut memiliki keidentikan dengan Bsa dalam tataran kata melainkan juga perlu penguraian kembali agar makna yang terkandung dapat tersampaikan dengan baik. metode tersebut adalah hwalyubeop ( 활유법 ) atau prosopopeia dan jeyubeop ( 제유법 ) atau sinekdoke dengan jumlah yang sama yakni 1 kalimat. Hal ini disebabkan karena kedua majas menggunakan kata benda yang mayoritas memiliki padanan morfem atau mendekati sama dengan morfem dalam Bsa sehingga kedua jenis majas lebih sering diterjemahkan menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk serta jarang ditemukan kasus penggunaan metode penerjemahan lain pada kedua jenis majas tersebut. Metode penerjemahan terakhir adalah metode penerjemahan sama makna tetapi beda bentuk (dalam tataran kata) dengan jumlah 44 kalimat. Metode penerjemahan ini didominasi oleh jikyubeop ( 직유법 ) atau simile dengan total 12 kalimat. Sama dengan penjelasan sebelumnya, jikyubeop ( 직유법 ) atau simile banyak menggunakan bentuk verba yang mengkiaskan sesuatu secara langsung sehingga mudah ditemukan padanan kata atau kata yang hampir sama dalam Bsa.

83 Metode ini banyak digunakan dalam menerjemahkan jikyubeop ( 직유법 ) atau simile untuk mencari transfer makna yang sama namun menggunakan pemilihan kata yang agak berbeda. metode tersebut adalah jeyubeop ( 제유법 ) atau sinekdoke dan euiseongbeop ( 의성법 ) atau onomatope dengan jumlah yang sama yakni 1 kalimat. Hal ini juga dikarenakan (1) Kata benda dalam Bsu yang digunakan dalam jeyubeop ( 제유법 ) atau sinekdoke banyak memiliki kesepadanan dengan kata benda dalam Bsa. Dengan kata lain, jeyubeop ( 제유법 ) atau sinekdoke banyak diterjemahkan dengan metode penerjemahan sama makna dan bentuk, dan (2) euiseongbeop ( 의성법 ) atau onomatope karena merupakan majas yang mengkiaskan sesuatu dengan suara maka sulit ditemukan kesepadanan makna dan bentuk leksikal dengan morfem dalam Bsa sehingga mayoritas mengalami penghapusan. Namun, tidak menutup kemungkinan beberapa pengucapan suara dalam Bsu bisa diterjemahkan menggunakan metode lain dengan mencari pilihan kata yang mengandung makna yang sama meskipun hanya ada 1 kalimat. Sesuai dengan pemaparan diatas, disimpulkan bahwa (1) pengklasifikasian biyubeop ( 비유법 ) atau majas perbandingan dalam Bsu mayoritas hampir sama dengan pengklasifikasian majas perbandingan dalam Bsa. Seluruh jenis-jenis majas yang dijelaskan oleh Mun Deoksu dalam buku karya Jang Haneul (2010) ada pada novel Eomma, Na Tto Olke, (2) penerjemah telah menggunakan keempat metode penerjemahan bahasa figuratif oleh Mona Baker (1992). Hal ini mengindikasikan bahwa penerjemah telah menerjemahkan seluruh majas dengan

84 mementingkan transfer makna sehingga makna majas tersampaikan dengan baik dan pembaca mampu mengerti maksud dari kalimat-kalimat bermajas tersebut, hanya saja terdapat sedikit kekurangan dalam menerjemahkan beberapa kata jika dilihat dari segi kajian linguistik Korea, (3) jikyubeop ( 직유법 ) atau simile paling banyak diterjemahkan menggunakan 3 metode yakni penerjemahan sama makna dan bentuk, penerjemahan sama makna tetapi beda bentuk dan penerjemahan dengan parafrasa. Hal ini mengindikasikan bahwa jikyubeop ( 직유법 ) atau simile dalam Bsu memiliki banyak kesepadanan kata dalam Bsa, (4) euiseongbeop ( 의성법 ) atau onomatope paling sedikit diterjemahkan menggunakan metode sama makna dan bentuk serta penerjemahan sama makna tetapi beda bentuk. Hal ini mengindikasikan bahwa penerjemah kesulitan menemukan padanan kata dalam Bsa sehingga harus diparafrasakan atau mengalami penghapusan. 4.2 Saran Melalui penelitian ini, penulis hanya meneliti pengelompokkan metode penerjemahan bahasa figuratif yang telah dilakukan oleh penerjemah dan ada atau tidaknya pengaruh terhadap perubahan makna sebagai dampak dari penggunaan metode-metode penerjemahan yang telah dijelaskan pada bab 2 dan bab 3. Ke depannya, akan lebih baik jika dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih memperdalam bahasa penelitian, salah satunya dengan meneliti diksi atau pemilihan kata yang digunakan penerjemah dan penelitian mengenai penerjemahan jenis majas lain yang ada di dalam novel 엄마, 나또올게 (Eomma, Na Tto Olke).