Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar Merangkai alat Pengelasan Digerinda permukaan yang kasar b a
b a Pengecatan Pengujian alat tidak Layak? ya Pengukuran parameter Analisa data Selesai
Lampiran 2. Data Hasil Pengamatan Data Hasil Pembakaran dengan Proses Pirolisis Percobaan I II III Rataan Volume (L) 12 12,1 12,5 12,2 Lama Pembakaran (jam) 5 5 5 5 Data Berat Asap Cair yang Dihasilkan Ulangan Berat Asap Cair Yang Dihasilkan (kg) I 12,12 II 12,221 III 12,625 Rataan 12,322 Catatan : berat 1 liter asap cair sama dengan 1,01 Kg Data Laju Kenaikan Suhu Pada Saat Proses Pirolisis Waktu Kenaikan Suhu (menit) Suhu ( 0 C) 30 0 C 50 0 C 100 0 C 150 0 C 200 0 C 250 0 C 300 0 C 350 0 C 400 0 C I II III 0 0 0 13 12 12 23 23 20 58 57 57 118 119 119 168 166 166 230 228 227 260 262 270 292 296 - Rataan 0 12,67 22 57,33 8,67 166,67 228.33 264 294 Catatan : 1. Pada perulangan ke-3, proses pirolisis tidak mencapai suhu 400 0 C, hanya mencapai suhu 352 0 C 2. pada proses pirolisis, asap cair dihasilkan pada suhu 75 0 C dengan waktu pemanasan 16 menit Data Volume Tar yang Tertampung Ulangan Tar yang tertampung (Liter) I 1,5 II 1,3 III 1,3 Rataan 1,36 Data Berat Arang dari Sisa Pembakaran Ulangan Berat Arang yang Dihasilkan (kg) I 8,8 II 8,5 III 7,9 Rataan 8,4
Lampiran 3. Kapasitas Efektif Alat dan Rendemen 1. Kapasitas efektif alat Volume Asap Cair( L) KA = waktu( jam) 12, 2L KA = 5 jam KA = 2,44 L / jam. 2. Rendemen Berat Asap Cair yang Dihasilkan Re nd = x100% Berat Bahan yang Digunakan 12,322kg Re nd = 30kg x100% Re nd = 41,073 %
Lampiran 4. Perhitungan Massa Jenis Asap Cair Rumus untuk menentukan massa jenis adalah : Dimana : ρ adalah massa jenis, m adalah massa, V adalah volume. 1 liter asap cair memiliki berat sebesar 1,01 Kg, sehingga dapat kita hitung massa jenis asap cair adalah sebagai berikut : = 1,01 Kg/ L = 1,01 gr/ ml
Lampiran 5. Analisis Ekonomi Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada out put yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan. Pengukuran Biaya produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok). BT Biaya pokok = + BTT C...(1) x dimana : BT = total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam) x C = total jam kerja per tahun (jam/tahun) = kapasitas alat (jam/satuan produksi I. Unsur Produksi 1. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp. 4.700.000 2. Umur ekonomi (n) = 7 tahun
3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 470.000 4 Jam kerja = 5 jam/hari 5. Produksi/hari = 12,2 L 6. Biaya operator = Rp. 25.000/ hari 7. Biaya listrik = Rp. 6,68/ jam 8. Biaya bahan bakar = Rp. 4.000/ jam 9. Biaya perbaikan = Rp. 34,863/ jam 10. Bunga modal dan asuransi = Rp. 456.571,429/ tahun 11. Biaya sewa gedung = Rp. 47.000/ tahun 12. Pajak = Rp. 94.000 / tahun 13. Jam kerja alat per tahun = 1495 jam / tahun ( asumsi 299 hari efektif berdasarkan tahun 2011) II. Perhitungan Biaya Produksi Biaya Tetap (BT) Biaya penyusutan D = ( P S ) n... (2) dimana : D P S n = Biaya penyusutan (Rp/tahun) = Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp) = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp) = Umur ekonomi (tahun)
D = Rp. 604.285.714/ tahun Bunga modal dan asuransi Bunga modal pada bulan Februari 15%, Asuransi 2% Bunga modal dan asuransi i I = ( P)( n +1) 2n.. (3) = Rp. 456.571,429 / tahun Biaya sewa gedung = 1 %. P.. (4) = 1% x Rp 4.700.000 = Rp. 47.000/ tahun Pajak = 2 %. P..(5) = 2% x Rp 4.700.000 = Rp. 94.000/ tahun Total Biaya Tetap (BT) = Rp. 1.201.857,143/ tahun Biaya Tidak Tetap (BTT) Biaya perbaikan alat (reparasi) = (6) =
= Rp. 34,863/ jam Biaya listrik Pompa Air 20 W ; 20 W = 0,02 kw Biaya listrik = 0,02 kw x Rp. 334/kWH = Rp. 6,68/ H (Rp. 6,68/ jam) Biaya Bahan Bakar = Rp. 4.000/ jam Biaya operator = Rp. 5.000/ jam Total Biaya Tidak Tetap (BTT) = Rp. 9.041,543/ jam Biaya Pembuatan Asap Cair Biaya Pokok = = Rp. 4.034,669/L
Lampiran 6. Break Event Point Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.... (7) Biaya tetap (F) = Rp. 1.201.857,143 /tahun Biaya tidak tetap (V) = Rp. 9.041,543/jam (1 jam = 2,44 L) = Rp. 3.705,55 / L Penerimaan dari tiap L produksi = (15% x (BT+BTT)) + (BT+BTT) = (0,15 x (Rp. 329,475/ L + Rp. 3.705,55/ L)) + (Rp. 329,475/ L + Rp. 3.705,55/ L) = Rp. 4.640,279/ L Alat akan mencapai break event point jika alat telah menghasilkan Asap Cair sebanyak N = F R ( V ) = 1.285,781 L/tahun
Lampiran 7. Net Present Value NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor (Pudjosumarto, 1998). Secara singkat rumusnya : CIF COF 0.. (8) dimana : CIF = cash inflow COF = cash outflow Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan (dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai ahir x (P/F, i, n)...(9) Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n)...(10) Kriteria NPV yaitu : NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan; NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan; NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.
Berdasarkan persamaan nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: CIF COF 0 Investasi : Rp. 4.700.000 Pendapatan : Rp. 16.926.809,74 Nilai akhir : Rp. 470.000 Pembiayaan : Rp. 13.517.106,79/ tahun Suku bunga bank : Rp 15% Suku bunga coba-coba : Rp 20% Umur alat : 7 tahun Cash in Flow 15% 1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 15%,7) : Rp. 16.926.809,74 x 4,160 : Rp. 70.415.528,52 2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 15%,7) : Rp 470.000 x 0,3759 : Rp. 176.673 Jumlah CIF : Rp. 70.592.201,52
Cash out Flow 15% 1. Investasi : Rp. 4.700.000 2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 15%, 7) : Rp. 13.517.106,79 x 4,160 = Rp. 56.231.164,52 Jumlah COF : Rp. 60.931.164,25 NPV 15% = CIF COF = Rp. 70.592.201,52 Rp. 60.931.164,25 = Rp. 9.661.037,27 Cash in Flow 20% 1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 20%,7) : Rp. 16.926.809,74 x 3,605 : Rp. 61.021.149,11 2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 20%,7) : Rp.470.000 x 0,2791 : Rp. 131.177 Jumlah CIF : Rp. 61.152.326,11
Cash out Flow 20% 1. Investasi : Rp. 4.700.000 2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 20%, 7) : Rp. 13.517.106,79 x 3,605 = Rp. 48.729.169,98 Jumlah COF : Rp. 53.429.169,98 NPV 20% = CIF COF = Rp. 61.152.326,11 Rp. 53.429.169,98 = Rp. 7.723.156,13 Jadi besarnya NPV 15% adalah Rp. 9.661.037,27 dan NPV 20% adalah Rp. 7.723.156,13. Jadi nilai NPV dari alat ini 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan.
Lampiran 8. Internal Rate Of Return Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:...(11) Dan..(12) dimana : p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p Y = NPV awal pada q (Purba, 1997). Suku bunga bank paling atraktif (p) = 15% Suku bunga coba-coba ( > dari p) (q) = 20 % = 44,93 %
Lampiaran 9. Prinsip Kerja Alat Pada alat pirolisis terjadi proses penguraian senyawa-senyawa organik pada bahan. Penguraian ini disebabkan oleh proses pemanasan tanpa berhubungan langsung dengan udara luar dengan suhu 300-500 0 C. Untuk mencapai suhu 300-500 0 C dilakukan pemanasan reaktor selama 5 jam sehingga akan diperoleh destilat berupa asap cair setelah melalui proses pengembunan pada kondensor yang dilengkapi dengan pipa spiral (anonimus, 2010). Pada proses pemanasan yang terjadi pada reaktor pirolisis, asap yang dihasilkan akan mengalir menuju kondensor melalui pipa yang mengubungkan reaktor pirolisis dengan kondensor. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tekanan yang disebabkan perbedaan temperatur antara reaktor pirolisis dan kondensor. Sebagaimana yang kita ketahui pada reaktor pirolisis terjadi proses pemanasan sehingga temperatur naik, sedangkan pada kondensor temperaturnya akan lebih rendah karena dialiri oleh air, maka akan terjadi perpindahan fluida berupa asap karena sifat fluida mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan yang lebih rendah.
Lampiran 10. Perawatan Alat Setelah digunakan, alat harus dibersihkan kembali. Bagian dalam reaktor alat pirolisis harus dikosongkan dari sisa pembakaran. Pada bagian kondensor, air harus dikosongkan hingga bersih dan kering untuk menghindari terjadinya proses korosi atau pengeroposan pada alat. Bagian penampung tar atau bagian penampung fraksi berat harus dikosongkan dari sisa tar yang masih tertinggal agar alat tetap dalam keadaan bersih. Lakukan perawatan rutin setelah menggunakan alat agar alat tetap bisa digunakan dengan baik.
Lampiran 11. Keselamatan Kerja Keselamatan kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja. Pada alat pirolisis ini hendaknya perlu diperhatikan penggunaan kompor dan tabung gas sebagai sumber panas. Kompor dan tabung gas harus benar-benar dalam keadaan bagus, periksa kondisi tabung gas apakah dalam keadaan baik untuk menghindari bahaya ledakan akibat kebocoran pada tabung gas. Pergunakan regulator dan selang gas yang masih layak pakai agar terhindar dari bahaya kebakaran. Keselamatan operator juga perlu diperhatikan. Dianjurkan kepada operator untuk menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak fisik langsung antara kulit dengan komponen alat pirolis karena temperatur alat pada saat beroperasi bisa mencapai suhu 400 0 C.
Lampiran 12. Spesifikasi alat pirolisis 1. Reaktor Pirolisis Dimensi Diameter Tinggi : 50 cm : 90 cm 2. Kondensor Dimensi Diameter Tinggi Diameter pipa : 50 cm : 60 cm : ½ inchi Banyak ulir pipa : 10 ulir 3. Pipa penghubung Dimensi Diameter Panjang : ½ inchi : 100 cm 4. Tabung penampung fraksi berat Dimensi Diameter Tinggi : 10 cm : 15 cm Tebal plat Kapasitas efektif : 3 mm : 2,44 L/jam Rendemen : 41,073 %
Lampiran 13. Gambar Teknik Alat
Lampiran 14. Gambar Gambar 1. Tempurung Kelapa Gambar 2. Komponen Alat Pirolisis
Gambar 3. Reaktor pirolisis (pirolisator) Gambar 4. Kondensor
Gambar 5. Tabung Penampung Tar Gambar 6. Pipa penghubung Gambar 7. Wadah Penampung
Gambar 8. Thermometer Asap Cair dari Bahan Tempurung Kelapa Gambar 9. Asap Cair Hasil Olahan dari Tempurung Kelapa
Gambar 10. Arang Sisa Pembakaran TAR Tempurung Kelapa Gambar 11. TAR