Bab IV Analisis Kelayakan Investasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Analisis Kelayakan Investasi"

Transkripsi

1 Bab IV Analisis Kelayakan Investasi 4.1 Analisis Biaya Biaya Investasi Biaya investasi mencakup modal awal yang diperlukan untuk mengaplikasikan sistem tata udara dan penyediaan kebutuhan air panas distrik di satu kawasan. Dalam analisis biaya investasi digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: Harga chiller Rp ,00/TR. Harga cooling tower Rp ,00/TR. Harga pompa Rp ,00/kW. Harga FCU Rp ,00/TR. Harga boiler Rp ,00/kW. Harga tangki penyimpan Rp ,00/m 3. Harga tangki tekan Rp ,00/m 3. Harga bangunan Rp ,00/m 2. Estimasi biaya investasi dibagi menjadi dua yaitu sistem tata udara distrik dan sistem air panas distrik. Biaya investasi sistem tata udara distrik dapat dilihat pada Tabel 4.1, sedangkan biaya investasi sistem air panas distrik pada Tabel 4.2. Tabel 4.1 Biaya Investasi Sistem Tata Udara Distrik Harga satuan Harga Total No Peralatan Jumlah 1 Chiller , ,00 2 Cooling tower , ,00 Pompa air dingin 3 Pompa primer , ,00 4 Pompa air kondensor , ,00 5 Pompa sekunder , ,00 6 Pompa sekunder , ,00 33

2 Tabel 4.1 (lanjutan) No Peralatan Harga satuan Harga Total Jumlah 7 Pompa sekunder , ,00 8 Pompa sekunder , ,00 9 Pompa sekunder , ,00 10 Pompa sekunder , ,00 FCU 11 FCU , ,00 12 FCU , ,00 13 FCU , ,00 14 FCU , ,00 15 FCU , ,00 16 FCU , ,00 17 FCU , ,00 18 FCU , ,00 19 FCU , ,00 20 Chilled water pipeline ,00 21 Bangunan , ,00 Total ,00 Tabel 4.2 Biaya Investasi Sistem Air Panas Distrik No Peralatan Harga satuan Harga Total Jumlah 1 Boiler , ,00 2 Penukar panas , ,00 Tangki air panas 3 Tangki tekan , ,00 4 Tangki tekan , ,00 5 Tangki tekan , ,00 6 Tangki tekan , ,00 7 Tangki tekan , ,00 8 Tangki tekan , ,00 9 Tangki tekan , ,00 10 Tangki air hangat , ,00 11 Tangki air panas , ,00 Pompa air panas 12 Pompa , ,00 13 Pompa , ,00 14 Pompa , ,00 34

3 Tabel 4.2 (lanjutan) No Peralatan Harga satuan Harga Total Jumlah 15 Pompa , ,00 16 Pompa , ,00 17 Pompa , ,00 18 Pompa , ,00 19 Pompa tangki air hangat , ,00 20 Pompa tangki air panas , ,00 21 Pompa boiler , ,00 22 Hot water pipeline ,00 23 Bangunan , ,00 Total ,00 Estimasi biaya investasi pipeline dapat dilihat pada Lampiran B Biaya Operasional dan Beban Listrik Perangkat peralatan penunjang sistem ini beroperasi dengan menggunakan pasokan listrik dari PLN. Daya listrik yang dipasang disesuaikan dengan kebutuhan perangkat sistem, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Kebutuhan Daya Listrik Sistem Energi Distrik Sistem Tata Udara Distrik Sistem Air Panas Distrik No Peralatan Daya Daya No Peralatan (kw) (kw) 1 Chiller Pompa Cooling tower Pompa 2 3,7 3 Pompa primer Pompa 3 3,7 4 Pompa air kondensor Pompa 4 3,7 5 Pompa sekunder Pompa 5 5,5 6 Pompa sekunder Pompa 6 7,5 7 Pompa sekunder Pompa 7 7,5 8 Pompa sekunder Pompa air hangat 4,17 9 Pompa sekunder Pompa air panas 4,17 10 Pompa sekunder Pompa boiler 1,5 Kebutuhan daya listrik 5390 Kebutuhan daya listrik 56,44 Total daya terpasang (kva) 5446,44 35

4 Dari Tabel 4.3 didapat daya yang terpasang sebesar 5446,44 kw, maka dikenakan golongan tarif I-3/TM dengan biaya beban Rp per bulan [7], sehingga biaya beban listrik per tahun untuk masing-masing sistem adalah: Sistem tata udara distrik : 5390kVA x Rp ,00/kVA/bulan x 12 bulan = Rp ,00 Sistem air panas distrik : 54,44 kva x Rp ,00/kVA/bulan x 12 bulan = Rp ,00 Pemakaian listrik dibagi atas dua zona waktu yaitu waktu beban puncak pada pukul dan luar waktu beban puncak.. Pada waktu beban puncak, harga listrik ditetapkan dua kali lipat dari harga listrik di luar waktu beban puncak. Pada sistem tata udara distrik, chiller, pompa primer dan pompa air kondensor beroperasi sesuai dengan beban pendinginan yang harus diatasi. Perhitungan konsumsi listrik per tahun ketiga peralatan tersebut dapat dilihat pada Lampiran B. Sementara itu, cooling tower dan pompa sekunder beroperasi sesuai dengan daya masing-masing selama 24 jam. Hasil perhitungan biaya operasional sistem tata udara distrik dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Biaya Operasional Listrik Sistem Tata Udara Distrik Konsumsi Listrik Biaya Listrik No Peralatan LWBP WBP LWBP WBP (kwh) (kwh) Rp.439,00/kWh Rp.878,00/kWh 1 Chiller , , , ,70 2 Cooling tower , ,00 3 Pompa primer , ,00 4 Pompa air kondensor , ,00 5 Pompa sekunder , ,00 6 Pompa sekunder , ,00 7 Pompa sekunder , ,00 8 Pompa sekunder , ,00 9 Pompa sekunder , ,00 10 Pompa sekunder , ,00 Jumlah , ,70 Biaya operasional listrik per tahun ,38 36

5 Pada sistem air panas distrik, semua pompa beroperasi selama tiga jam pada waktu beban puncak dan tiga jam pada luar waktu beban puncak, kecuali pompa air panas yang beroperasi masing-masing 45 menit pada waktu beban puncak dan luar beban puncak. Biaya operasional listrik sistem air panas distrik dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Biaya Operasional Listrik Sistem Air Panas Distrik Konsumsi Listrik Biaya Listrik No Peralatan LWBP WBP LWBP WBP (kwh) (kwh) Rp.439,00/kWh Rp.878,00/kWh 1 Pompa , ,00 2 Pompa ,5 4051, , ,00 3 Pompa ,5 4051, , ,00 4 Pompa ,5 4051, , ,00 5 Pompa ,5 6022, , ,00 6 Pompa ,5 8212, , ,00 7 Pompa ,5 8212, , ,00 8 Pompa air hangat 4566, , , ,70 9 Pompa air panas 1141, , , ,93 10 Pompa boiler 1642,5 1642, , ,00 Jumlah , ,63 Biaya operasional listrik per tahun , Biaya Operasional Bahan Bakar Boiler Boiler yang digunakan dalam sistem ini merupakan boiler dengan bahan bakar gas alam. Perhitungan konsumsi bahan bakar boiler untuk satu kali mandi adalah sebagai berikut: LHV gas alam = kkal/kg = 58070,172 Btu/kg Harga gas alam [8] = US$4,5/MMBtu = Rp ,00/MMBtu Rp.54150,00 Harga gas alam per kg = 58070,172Btu / kg 6 10 Btu = Rp.2482,50 Kapasitas pemanasan boiler = 5814 kw = ,66 kkal/h 1389,58kkal / h Kebutuhan bahan bakar = = 341,65kg / h 14642kkal / kg 37

6 Biaya bahan bakar = 341,65kg / h 3 jam Rp.3144,50 / kg = Rp ,61 Biaya bahan bakar boiler per tahun adalah: Rp ,91 x 2 x 365 = Rp , Biaya Perawatan Biaya perawatan dibutuhkan untuk mempertahankan performa peralatan agar tetap beroperasi dengan baik. Asumsi biaya perawatan per tahun sebesar 2% dari biaya investasi, maka: Sistem tata udara distrik = 2% x Rp ,00 = Rp ,00 Sistem air panas distrik = 2% x Rp ,00 = Rp , Biaya Penyusutan Metode yang digunakan dalam menentukan besarnya biaya penyusutan per tahun adalah metode garis lurus, yaitu membagi biaya penyusutan secara merata per umur aset. Umumnya sistem energi distrik berumur 20 hingga 30 tahun. Dalam perhitungan, digunakan asumsi sistem berumur 20 tahun, sehingga biaya penyusutan per tahun adalah: Sistem tata udara distrik = Rp ,00 / 20 = Rp ,00 Sistem air panas distrik = Rp ,00 / 20 = Rp , Biaya Personil Dengan pengaplikasian sistem energi distrik maka dibutuhkan tenaga kerja untuk mengoperasikan kegiatan. Perkiraan biaya personil yang dibutuhkan dalam sistem energi distrik dapat dilihat pada Tabel

7 Tabel 4.6 Biaya Personil per Tahun No Posisi Jumlah Gaji/bulan Total Personil 1 General Manager , ,00 2 Manager , ,00 3 Teknisi Kelistrikan , ,00 4 Teknisi Boiler , ,00 5 Teknisi AC , ,00 6 Administrasi , ,00 7 Cleaning Service , ,00 Biaya personil/bulan ,00 Biaya personil/tahun (termasuk THR) ,00 Biaya personil untuk masing-masing sistem adalah: Sistem tata udara distrik : Rp ,00 Sistem air panas distrik : Rp , Biaya Komunikasi dan Administrasi Biaya komunikasi dan administrasi diperlukan untuk menunjang kelancaran sistem tata udara dan penyediaan air panas distrik. Diasumsikan biaya komunikasi dan administrasi sebesar Rp ,00 per bulan, sehingga biaya per tahun sebesar Rp ,00. Biaya untuk masing-masing sistem sebesar Rp ,00 per tahun Biaya Tahunan Dari estimasi masing-masing komponen biaya pada kedua sistem, didapatkan perhitungan biaya tahunan. Pada sistem tata udara distrik, biaya per tahun dikonversikan menjadi besaran biaya per kapasitas pendinginan agar dapat diperbandingkan dengan sistem konvensional. Kapasitas pendinginan maksimum sistem diketahui sebesar 6000 TR. 39

8 Perhitungan biaya tahunan sistem tata udara distrik dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Biaya Tahunan Sistem Tata Udara Distrik Komponen biaya Biaya per tahun Biaya per TR Biaya operasional ,38 443,03 Biaya beban listrik ,00 38,52 Biaya perawatan ,00 19,08 Biaya penyusutan ,00 47,71 Biaya personil ,00 9,58 Biaya komunikasi ,00 0,57 Total ,38 558,49 Dengan asumsi penggunaan efektif sistem tata udara oleh pelanggan selama 18 jam per hari, maka biaya pendinginan per TR per bulan sebesar: Rp. 558,49 x 18 jam/hari x 30 hari = Rp ,00 Pada sistem air panas distrik, biaya tahunan dikonversikan menjadi biaya pemanasan air per liter. Disebut biaya pemanasan karena komponen biaya tersebut belum memperhitungkan biaya operasional air bersih yang akan dijual. Kebutuhan air per hari untuk satu kawasan sebesar liter. Biaya tahunan sistem air panas distrik dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Biaya Tahunan Sistem Air Panas Distrik Komponen biaya Biaya pemanasan Biaya per tahun air per liter Biaya operasional ,94 0,42 Biaya beban listrik ,00 0,12 Biaya bahan bakar ,42 10,11 Biaya perawatan ,00 1,04 Biaya penyusutan ,50 2,61 Biaya personil ,00 2,32 Biaya komunikasi ,00 0,16 Total ,86 16,78 40

9 4.2 Analisis Manfaat Perbandingan dengan Sistem Pendinginan Konvensional Untuk memenuhi kriteria kenyamanan yang berkaitan dengan sistem tata udara, biasanya digunakan AC yang dipasang pada tiap ruangan yang hendak dikondisikan. Dengan asumsi AC umum yang beredar di pasaran memiliki coefficient of performance (COP) sebesar 3, maka perhitungan biaya dengan sistem pendinginan konvensional adalah sebagai berikut: COP = Q W net dengan Q = output pendinginan yang diinginkan (kw) Wnet = input daya kerja (kw) Untuk beban pendinginan sebesar 1 TR maka daya AC yang diperlukan adalah: 3,517kW 1TR 1TR W net = = 1, 172kW 3 Dari data beban pendinginan maksimum per ruangan, diketahui bahwa pemasangan daya 1300 VA tidak mencukupi kebutuhan daya apabila semua ruangan hendak dikondisikan dengan AC biasa. Untuk memenuhi keinginan tersebut, paling tidak daya terpasang harus antara VA sampai VA, yang merupakan golongan tarif R-2/TR, atau di atas VA, yaitu golongan tarif R-3/TR [7]. Untuk menganalisis biaya sistem konvensional ini diambil asumsi harga listrik golongan tarif R-2/TR yang lebih murah yaitu Rp. 560,00/kWh. Untuk golongan tarif rumah tangga, tidak ada perbedaan tarif pada waktu beban puncak dan luar waktu beban puncak. Sementara itu, biaya perawatan AC per TR diasumsikan sebesar Rp ,00 per tiga bulan, sehingga biaya perawatan per tahun sebesar Rp ,00 [9] atau Rp ,00 per bulan. 41

10 Dengan asumsi penggunaan sistem AC efektif selama 18 jam per hari, maka biaya per TR per bulan = 1,172kW x 18 jam/hari x 30hari x Rp. 560,00/kWh + Rp ,00 = Rp ,80 Sebagai pembanding, apabila sistem konvensional diganti dengan sistem tata udara distrik, maka konsumen cukup memasang FCU pada ruangan yang ingin dikondisikan. Penggantian perangkat AC menjadi FCU akan menghemat konsumsi listrik karena untuk kapasitas pendinginan 1 TR, daya yang dibutuhkan FCU hanya sekitar 0,07 kw, yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. No. Tabel 4.9 Daya per Kapasitas Pendinginan FCU Tipe Daya Kapasitas Daya per kapasitas listrik (W) pendinginan (TR) pendinginan (kw/tr) 1 MWM007GW 30 0,49 0,06 2 MWM010GW 45 0,58 0,05 3 MWM015GW 45 0,67 0,07 4 MCM007BW 30 0,42 0,07 5 MCM015BW 45 0,72 0,06 6 MCM030DW 90 1,56 0,06 7 MCE025EW 75 1,36 0,06 8 MCK015CW 64 0,92 0,07 9 MCK040AW 105 2,12 0,05 Dengan pemasangan FCU, maka biaya per TR per bulan yang dikeluarkan konsumen untuk biaya listrik adalah: 0,07 kw x 18 jam/hari x 30 hari x Rp. 560,00/kWh = Rp ,00 Selisih biaya listrik yang dibayar konsumen jika beralih dari sistem konvensional ke sistem tata udara distrik adalah: Rp ,80 Rp ,00 = Rp ,80 Dari selisih biaya tersebut, dapat ditentukan harga jual energi. 42

11 4.2.2 Perbandingan dengan Sistem Pemanas Air Konvensional Sistem pemanas air yang digunakan sebagai pembanding dan umum digunakan adalah pemanas air elektrik (electrical water heater). Dengan perhitungan kasar bahwa sistem tidak mempergunakan pompa, biaya listrik untuk memanaskan satu liter air dari temperatur ruang 25 o C hingga temperatur air panas 60 o C adalah: Massa air = 1 liter x 1kg/liter = 1 kg Cp air = 4200 Joule/kgK T = 35 o C Efisiensi pemanas air = 95% Energi listrik yang dibutuhkan = 1 kg x 4200 J/kgK x 35 o C / 95% = Joule = 0,043 kwh Biaya pemanasan air per liter = 0,043 kwh x Rp. 560,00/kWh = Rp. 24,08 Karena perhitungan yang dilakukan merupakan asumsi terburuk yang belum memperhitungkan komponen penunjang lain, maka biaya pemanasan air panas per liter yang didapat dari hasil perhitungan merupakan biaya minimal yang diperlukan untuk memanaskan satu liter air dengan sistem konvensional Penentuan Tarif Jual Energi Sistem tata udara distrik pada dasarnya menjual energi pendinginan ke tiap ruangan yang dikondisikan oleh FCU. Sistem penjualan yang diterapkan adalah sistem berlangganan FCU dengan bayaran tetap setiap bulannya untuk pemakaian unlimited. Harga berlangganan untuk masing-masing FCU berbeda disesuaikan dengan kapasitas pendinginan FCU tersebut. Dari sub pasal sebelumnya, didapat biaya per TR per bulan untuk sistem tata udara distrik sebesar Rp ,00, sedangkan penghematan sistem konvensional sebesar Rp ,80, sehingga harga jual energinya: Rp ,00 < harga jual pendinginan < Rp ,80 43

12 Ditentukan seandainya tarif jual energi Rp ,00 per bulan per TR, maka tarif berlangganan untuk masing-masing FCU dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.10 Tarif Berlangganan FCU No. Tipe FCU Kapasitas Pendinginan (TR) Tarif Berlangganan per Bulan 1 MWM007GW 0, ,00 2 MWM010GW 0, ,00 3 MWM015GW 0, ,00 4 MCM007BW 0, ,00 5 MCM015BW 0, ,00 6 MCM030DW 1, ,00 7 MCE025EW 1, ,00 8 MCK015CW 0, ,00 9 MCK040AW 2, ,00 Sementara itu, pada sistem air panas distrik, yang dijual adalah air panas per liter. Diasumsikan sistem air panas distrik ini memiliki sistem penyediaan air bersih sendiri sehingga harga air bersih yang digunakan akan sama dengan harga air yang dibeli konsumen dari PDAM yaitu Rp.3,00 per liter atau Rp ,00 per m 3. Dari sub pasal sebelumnya, didapat biaya pemanasan air per liter dengan sistem air panas distrik sebesar Rp. 16,78, sedangkan dengan sistem konvensional minimal Rp. 24,08, sehingga harga jual pemanasan air per liter: Rp. 16,78 < harga jual pemanasan < Rp. 24,08 Ditentukan seandainya harga jual pemanasan air per liter sebesar Rp. 23,00, maka harga jual air panas per liter adalah: Rp. 23,00 + Rp. 3,00 = Rp. 26,00 44

13 4.2.4 Analisis Laba per Tahun Setelah harga jual ditentukan, besarnya penghasilan per tahun dapat diperhitungkan. Penghasilan tersebut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan sistem, sehingga didapat laba kotor per tahun. Laba kotor ini akan menjadi objek untuk pajak. Besarnya pajak yang dikenakan untuk badan usaha [10] yaitu: Rp. 0 s.d Rp ,00 dikenai tarif 10%. Rp ,00 s.d Rp ,00 dikenai tarif 15%. Rp ,00 ke atas dikenai tarif 30%. Setelah dipotong pajak, didapat laba bersih yang menentukan aliran kas tahunan dan analisis kelayakan investasi. Perhitungan laba bersih sistem tata udara dan air panas distrik dapat dilihat pada Tabel 4.11 Tabel 4.11 Laba Bersih Sistem Tata Udara dan Air Panas Distrik Sistem Tata Udara Distrik Tipe FCU Jumlah Income MWM007GW ,00 MWM010GW ,00 MWM015GW ,00 MCM007BW ,00 MCM015BW ,00 MCM030DW ,00 MCE025EW ,00 MCK015CW ,00 MCK040AW ,00 Total income per tahun ,00 Total biaya per tahun ,38 Laba kotor per tahun ,62 Sistem Air Panas Distrik Total income per tahun ,00 Total biaya per tahun ,86 Laba kotor per tahun ,14 Sistem Tata Udara dan Air Panas Distrik Total laba kotor per tahun ,76 Pajak ,73 Laba bersih setelah pajak ,03 45

14 4.3 Analisis Kelayakan Investasi Dalam analisis kelayakan investasi, digunakan beberapa asumsi yaitu: Suku bunga diskonto (BI Rate) sebesar 8,5%. Laju inflasi per tahun sebesar 6,5%. Dari analisis biaya diperoleh estimasi biaya investasi total untuk sistem tata udara dan air panas distrik sebesar Rp ,00. Dengan laba bersih sebesar Rp ,45 per tahun dan umur sistem 20 tahun, analisis kelayakan investasinya disajikan pada Tabel Tabel 4.12 Analisis Kelayakan Investasi Sistem Berumur 20 Tahun Tahun Arus kas Sisa investasi NPV IRR PI , , , ,81-73% 0, , , ,21-31% 0, , , ,03-6% 0, , , ,32 8% 0, , , ,85 16% 1, , , ,90 21% 1, , , ,45 25% 1, , , ,53 27% 1, , , ,01 29% 2, , , ,56 30% 2, , , ,84 31% 2, , , ,31 32% 2, , , ,13 32% 2, , , ,68 33% 2, , , ,16 33% 3, , , ,72 33% 3, , , ,53 33% 3, , , ,31 33% 3, , , ,73 33% 3, , , ,03 33% 3,986 46

15 Dengan cara yang sama dengan memperhitungkan biaya penyusutan yang bertambah, analisis kelayakan investasi sistem bila berumur 15 tahun dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan untuk sistem berumur 10 tahun pada Tabel Tabel 4.13 Analisis Kelayakan Sistem Berumur 15 Tahun Tahun Arus kas Sisa investasi NPV IRR PI , , , ,05-74% 0, , , ,46-33% 0, , , ,03-8% 0, , , ,27 6% 0, , , ,33 14% 1, , , ,83 20% 1, , , ,59 23% 1, , , ,90 26% 1, , , ,91 27% 1, , , ,31 29% 2, , , ,44 30% 2, , , ,00 30% 2, , , ,07 31% 2, , , ,88 31% 2, , , ,57 32% 3,010 Tabel 4.14 Analisis Kelayakan Sistem Berumur 10 Tahun Tahun Arus kas Sisa investasi NPV IRR PI , , , ,52-76% 0, , , ,96-36% 0, , , ,02-12% 0, , , ,18 2% 0, , , ,29 11% 1, , , ,68 16% 1, , , ,87 20% 1, , , ,64 23% 1, , , ,69 24% 1, , , ,83 26% 1,940 47

16 Payback period ditandai dengan nilai sisa investasi yang positif, menandakan sisa investasi sudah tertutupi oleh aliran kas tahunan. Sedangkan break even point ditandai dengan nilai NPV positif, IRR di atas suku bunga diskonto, dan PI di atas satu. Perbandingan kelayakan investasi untuk berbagai umur sistem disajikan pada Tabel Tabel 4.15 Kelayakan Investasi Pada Berbagai Umur Sistem Umur Sistem NPV (tahun terakhir) IRR (tahun terakhir) PI (tahun terakhir) Payback period Break even point 20 tahun Rp ,03 33% 3,986 Tahun ke-4 Tahun ke-5 15 tahun Rp ,57 32% 3,010 Tahun ke-4 Tahun ke-5 10 tahun Rp ,83 26% 1,940 Tahun ke-4 Tahun ke-5 48

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 1998 TANGGAL 4 MEI 1998 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK No. Golongan Batas Daya Keterangan Tarif 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk dunia yang pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan energi seiring berjalannya waktu. Energi digunakan untuk membangkitkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK No. GOLONGAN BATAS DAYA KETERANGAN 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah) 2. S-2/TR 250 VA s.d 200 kva Tarif S-2

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya yang sebelumnya tentang kajian managemen konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung perkantoran PT. PHE

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1998 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 1998 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik sangat

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 24 BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 4.1. Metodologi Dalam penelitian ini, mencakup pemilihan sistem kogenerasi dan evaluasi nilai ekonomi. Pemilihan sistem kogenerasi yang diimplementasikan mempertimbangkan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dari sudut pandang enjinering, pengoperasian sebuah hotel tidak terlepas dari kebutuhan akan sumber daya energi antara lain untuk penerangan dan pengoperasian alat-alat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, energi merupakan salah satu hal yang sangat penting dan selalu dibutuhkan dalam jumlah yang tidak sedikit. Jumlah populasi manusia yang semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2001 TENTANG Menimbang : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN

NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN LAMPIRAN I NO. GOLONGAN TARIF BATAS DAYA KETERANGAN 1 S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah). 2 S-2/TR 250 VA s.d 200 Tarif S-2 yaitu tarif untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi kelayakan pengembangan pabrik lampu neon electronic (Ne) Sukoharjo Solo. Disusun oleh : NIM. I

BAB I PENDAHULUAN. Studi kelayakan pengembangan pabrik lampu neon electronic (Ne) Sukoharjo Solo. Disusun oleh : NIM. I Studi kelayakan pengembangan pabrik lampu neon electronic (Ne) Sukoharjo Solo Disusun oleh : Nina Lutfia NIM. I0398041 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tarif Dasar Listrik (TDL) di Indonesia

Lebih terperinci

TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL

TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN PELAYANAN SOSIAL LAMPIRAN I DASAR LISTRI UNTU EPERLUAN PELAYANAN SOSIAL PRA BAYAR BATAS DAYA BIAYA PEMAAIAN DAN BIAYA kvarh (Rp/kVArh) 1. S-1/TR 220 VA - Abonemen per bulan (Rp) :14.800-2. S-2/TR 450 VA 10.000 Blok I :

Lebih terperinci

KEPPRES 104/2003, HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA

KEPPRES 104/2003, HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 104/2003, HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA *51348 (KEPPRES) NOMOR 104 TAHUN 2003 (104/2003)

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. No.314, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. berpengaruh terhadap biaya listrik, dengan langkah langkah sebagai berikut :

BAB IV ANALISA DATA. berpengaruh terhadap biaya listrik, dengan langkah langkah sebagai berikut : BAB IV ANALISA DATA Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menganalisa perhitungan efisiensi chiller dan kapasitas yang diperlukan pada sistem pendinginan terhadap chiller di gedung Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA State of the art penelitian Residential Air Conditioning (RAC) didisain untuk memindahkan kalor dari dalam ruangan (indoor) dan membuangnya ke bagian luar ruangan atau ke lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG HARGA SATUAN LISTRIK/TARIF TENAGA LISTRIK YANG DIHASILKAN SENDIRI

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG HARGA SATUAN LISTRIK/TARIF TENAGA LISTRIK YANG DIHASILKAN SENDIRI PERATURAN WALIKOTA DUMAI TENTANG HARGA SATUAN LISTRIK/TARIF TENAGA LISTRIK YANG DIHASILKAN SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (7) Peraturan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL

BAB IV ANALISIS HASIL BAB IV ANALISIS HASIL 4.1 Karakteristik Umum Bangunan Hotel Pullman Gadog ini tepatnya di wilayah Ciawi Bogor. Hotel ini terdiri dari beberapa fungsi bangunan utama yaitu Main Building, Conference area,

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN Sylvia Handriyani 2200109034 LATAR BELAKANG Rendahnya faktor daya listrik pada KUD Tani Mulyo Lamongan Besarnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Kerangka pemecahan masalah atau biasa disebut dengan metodologi penelitian adalah suatu proses berpikir dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data baik melalui

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

2 b. bahwa penyesuaian Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala

2 b. bahwa penyesuaian Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala BERITA NEGARA No.417, 2014 KEMEN ESDM. Tarif. Listrik. PT PLN. Pencabutan. TARIF TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta. Beberapa gedung bertingkat, pabrik, rumah sakit, perkantoran,

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta. Beberapa gedung bertingkat, pabrik, rumah sakit, perkantoran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan atau gedung bertingkat banyak dijumpai di kota besar, seperti DKI Jakarta. Beberapa gedung bertingkat, pabrik, rumah sakit, perkantoran, bahkan sekolah / kampus

Lebih terperinci

LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd

LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd laksmi.sedec@gmail.com A. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi kegunaan energi listrik, konversi energi listrik, transmisi energi listrik,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A TAMPILAN PERANGKAT LUNAK

LAMPIRAN A TAMPILAN PERANGKAT LUNAK LAMPIRAN A TAMPILAN PERANGKAT LUNAK A.1 TAMPILAN AWAL PERANGKAT LUNAK Gambar A.1 Tampilan awal perangkat lunak A.2 TAMPILAN EDUKASI MENGGUNAKAN LAMPU Gambar A.2 Rekomendasi tidak menggunakan lampu pijar

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal MIZZA FAHRIZA RAHMAN 4107100082 DOSEN PEMBIMBING Ir. TRIWILASWANDIO WP., M.Sc. 19610914 198701

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva

1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK GOLONGAN KETERANGAN TR/TM/TT *) 1. S-1/TR 220 VA Golongan tarif untuk keperluan pemakaian sangat kecil. 2. S-2/TR 250 VA s.d. 200 kva Golongan tarif untuk keperluan pelayanan

Lebih terperinci

Pengujian Performa Sistem Pendingin Absorpsi dengan Energi Panas Matahari di Universitas Indonesia Depok

Pengujian Performa Sistem Pendingin Absorpsi dengan Energi Panas Matahari di Universitas Indonesia Depok Pengujian Performa Sistem Pendingin Absorpsi dengan Energi Panas Matahari di Universitas Indonesia Depok M.I.Alhamid1,a, Harinaldi1,b, Nasruddin1,c, Budihardjo1,d, Arnas Lubis1,f, Yusvardi Yusuf2,e* 1.

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mulai dari pengumpulan data hingga pengolahan data. Pengumpulan data dimulai dengan menentukan lokasi penelitian, pasar produk yang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2003 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK TAHUN 2004 YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M)

BIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M) BIAYA MODAL/ CAPITAL COST Biaya modal pertahun adalah biaya investasi pembangunan pembangkit tenaga listrik dikalikan dengan faktor penyusutan Biaya modal / Capital Cost (CC) dirumuskan sebagai berikut

Lebih terperinci

Kata kunci: Pengembangan sistem distribusi, prediksi kebutuhan, efisiensi

Kata kunci: Pengembangan sistem distribusi, prediksi kebutuhan, efisiensi ANALISA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA JOMBANG Iwan D. Winarto 1, Retno Indriyani 2 1 Mahasiswa Program Studi MMT-ITS 2 Dosen Program Studi MMT-ITS ABSTRAK Dewasa ini banyak Perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data yang didapat dari hasil penelitian yaitu berupa laju aliran, volume chiller, temperatur dan tekanan sebelum atau sesudah system menyala pada system

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil Manajemen Investasi Pendahuluan Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, ! ^- _ ^s.tcr ti. ^;. ^ ^n... ''j "", 'wi.. r^c % ^. ^ : ^,. ^^..::_.Jr:.: ^Jli'.^,._..^_1\_ r. -.^ :^, y zy `^ n ^ - - ^3 ^..^=:^`` ^_^.JLJ ^^- ^:r_ PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ALALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK GEDUNG MAHKAMAH KONSTITUSI JAKARTA

AUDIT ENERGI DAN ALALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK GEDUNG MAHKAMAH KONSTITUSI JAKARTA AUDIT ENERGI DAN ALALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK GEDUNG MAHKAMAH KONSTITUSI JAKARTA Joko Prihartono 1, Mulyadi 2, Purwo Subekti 3 1,2 Teknik Mesin Universitas Tama Jagakarsa Jakarta, 3 Teknik

Lebih terperinci

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK

GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK LAMPIRAN I GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK NO. GOLONGAN TARIF TR/TM/TT BATAS DAYA KETERANGAN Golongan tarif untuk keperluan pemakaian 1. S-1/TR 220 VA sangat kecil. Golongan tarif untuk keperluan pelayanan

Lebih terperinci

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

listrik di beberapa lokasi/wilayah. PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER 4.1 Spesifikasi boiler di PT. Kartika Eka Dharma Spesifikasi boiler yang digunakan oleh PT. Kartika Eka Dharma adalah boiler jenis pipa air dengan kapasitas 1 ton/ jam,

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Thermal Energy Storage pada Sistem Pengkondisian Udara di Indonesia

Aplikasi Sistem Thermal Energy Storage pada Sistem Pengkondisian Udara di Indonesia 1 Aplikasi Sistem Thermal Energy Storage pada Sistem Pengkondisian Udara di Indonesia Ghalya Pikra, Tri Admono Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI )

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian ini dilakukan selama periode Agustus Desember 2012 dan bertempat di PT Panarub Industry. 3.2 Materi Penelitian Subyek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi - STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)

Lebih terperinci

V12 V10 V11 BAB IV BAHASAN UTAMA. 4.1 Analisa Kerja Mesin Pendingin. Gambar 4.1 Skema Distribusi Aliran Analisa Penggunaan Chiller

V12 V10 V11 BAB IV BAHASAN UTAMA. 4.1 Analisa Kerja Mesin Pendingin. Gambar 4.1 Skema Distribusi Aliran Analisa Penggunaan Chiller 4.1 Analisa Kerja Mesin Pendingin BAB IV BAHASAN UTAMA G3 V1 V2 V3 V4 G2 V5 V6 V7 V8 G1 V9 V10 V11 V12 Gambar 4.1 Skema Distribusi Aliran 4.1.1 Analisa Penggunaan Chiller [Oventrop Technical Training]

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas SWASTANISASI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN MENGGUNAKAN ANALISA TEKNIS DAN FINANSIAL (Studi Kasus Proyek Pembangunan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas) Astati Novianti, Retno Indryani,

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance Menara BTS 2.1.1 Pengertian Menara BTS Menara BTS adalah tower yang yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 52 Lampiran 1.Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL Nama : Marlina Fitri Annisa Npm : 15213303 Kelas : 4EA33 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Christera Kuswahyu Indira,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Pengecatan

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Pengecatan Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA Budi Yanto Husodo 1,Nurul Atiqoh Br. Siagian 2 1,2 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Rita Prasetyowati Jurusan Pendidikan Fisika-FMIPA UNY ABSTRAK Masyarakat luas mengenal alat penghemat listrik sebagai alat yang dapat menghemat

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI ASPEK KEUANGAN Bagian ini menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, penilaian kelayakan investasi. Proyeksi 3 tahun. 6.1 Kebutuhan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2001 TENTANG NOMOR 83 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertahankan kelangsungan penyediaan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA State of the art penelitian BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mesin refrigerasi Siklus Kompresi Uap Standar (SKU) pada adalah salah satu jenis mesin konversi energi, dimana sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Kode Unit : JPI.KE01.001.01 STANDAR KOMPETENSI Judul Unit: Menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG Mahadi Prasetyawan (L2F008059) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI PADA PENGOLAHAN TEH HITAM

ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI PADA PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: VONNY SETIARIES JOHAN F 31.0208 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Vonny Setiaries lohan, F 31. 0208.

Lebih terperinci

2 b. bahwa penyesuaian tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala

2 b. bahwa penyesuaian tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala BERITA NEGARA No.885, 2014 KEMEN ESDM. Tarif. Listrik. PT PLN. Perubahan. MINERAL NOMOR 09 TAHUN 2014 TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

Teknik Analisis Biaya / Manfaat

Teknik Analisis Biaya / Manfaat Teknik Analisis Biaya / Manfaat Komponen Biaya Biaya Pengadaan (procurement cost) Biaya Persiapan Operasi (start-up cost) Biaya Proyek (project-related cost) Biaya Operasi (ongoing cost) dan Biaya Perawatan

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE.

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE. Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA 15212337 STEVIANUS, SE., MM PENDAHULUAN Latar Belakang Persaingan Bisnis Strategi Pemasaran Studi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN TARIF TENAGA LISIK UNTUK KONSUMEN YANG DISEDIAKAN OLEH PT. PELAYANAN LISIK NASIONAL TARAKAN

Lebih terperinci

Prosedur Energi Listrik

Prosedur Energi Listrik Prosedur Energi Listrik Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id Prosedur Audit Energi Listrik Pada Bangunan Gedung

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Menurut Surakhmad, (1994:140-143), metode deskriptif analisis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus setiap bulannya. Produksi unit tungku kompor dengan harga

BAB I PENDAHULUAN. menerus setiap bulannya. Produksi unit tungku kompor dengan harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Elang Jagad adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur logam yang memproduksi tungku kompor. Dalam pembuatan tungku kompor dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat.

Lebih terperinci

Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Rumah Tangga, terdiri atas:

Tarif Dasar Listrik untuk keperluan Rumah Tangga, terdiri atas: TARlF DASAR LlSTRlK (1) Tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara dinyatakan dalam Tarif Dasar Listrik berdasarkan golongan tarif. (2) Tarif

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008 Zulhajji, Penghematan Energi Listrik Rumah Tangga dengan Metode Demand Side Management PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DENGAN METODE DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM) Zulhajji Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan di PT Energi Alamraya Semesta, Desa Kuta Makmue, kecamatan Kuala, kab Nagan Raya- NAD. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci