BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yayasan Dana Pensiun PT. Merpati Nusantara Airlines. Yayasan tersebut

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan defenisi dari laporan keuangan yaitu catatan informasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 6

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

ABSTRAK. : Pajak Penghasilan, Laporan Keuangan Komersial, Laporan Keuangan Fiskal, Rekonsiliasi Fiskal.

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

Perpajakan 1. UAS Semester Genap 2014/2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrument pemerintah yang primer dan strategis. pemerintah, mendorong perekonomian yang lebih maju serta meningkatkan

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II BAHAN RUJUKAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK : KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Objek yang digunakan sebagai penelitian dalam skripsi adalah PT. Dipta

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisa Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan PPh Pasal 23 PT DEF

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1) TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

SPA MENTORING. Kamis, 24 Maret 2016 Pajak (UTS) By: Stella Hie

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 6

By Afifudin PSP FE Unisma 2

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan Laporan Keuangan yang disiapkan oleh PT. Dipta Adimulia adalah pencatatan komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia seharusnya membuat laporan keuangan fiskal yang sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan yang berlaku. Untuk menghitung besarnya pajak terutang Wajib Pajak badan, perusahaan harus mengkoreksi laporan keuangan yang telah disusun komersial menjadi laporan keuangan fiskal. Oleh karena penelitian ini hanya mencakup pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, maka untuk menghitung besarnya penghasilan netto fiskal yang akan menjadi dasar perhitungan pengenaan pajak terutang berdasarkan perhitungan tarif yang berlaku sesuai dengan peraturan perpajakan yang diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000. Namun, untuk periode tahun 2009 keatas harus berdasarkan peraturan perpajakan yang terakhir yaitu Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Langkah awal dalam melakukan perhitungan ulang adalah dengan menganalisa data dan menyusun rekonsiliasi fiskal, dimana penulis harus mengetahui jenis penghasilan dan beban apa saja yang harus dikoreksi. Jenis penyesuaian koreksi fiskal dibagi menjadi dua yaitu koreksi positif dan negatif. Dimana koreksi fiskal positif akan 42

menambah besarnya penghasilan kena pajak yang dapat mengakibatkan perusahaan menjadi kurang bayar. Sedangkan koreksi fiskal negatif merupakan pengurang terhadap penghasilan bruto dalam perhitungan beban pajak yang mengacu pada Undang-udnang Nomor 17 tahun 2000 pasal 6 ayat (1) dan pasal 9 ayat (1) huruf c, d, e. IV.2. Menganalisa data Pada bab sebelumnya, telah disebutkan cara-cara menganalisa data dan pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut. 1. Menyusun rekonsiliasi fiskal, antara lain : Mengetahui beban dan penghasilan yang perlu dikoreksi fiskal positif dan negatif. Koreksi fiskal positif akan menambah besarnya laba kena pajak sedangkan koreksi fiskal negatif akan mengurangi besarnya laba kena pajak. Dalam laporan laba-rugi PT. Dipta Adimulia terdapat biaya lain-lain yang tidak dirincikan kegunaan dari pengeluaran tersebut apakah telah sesuai dengan Ketentuan Perundang-Undangan Perpajakan yang berlaku atau tidak. Apabila tidak terdapat dokumen pendukung, maka biaya ini harus dikoreksi fiskal positif. Setelah diteliti, ternyata biaya yang dicatat dan diperhitungkan oleh perusahaan ke dalam biaya lain-lain operasional kantor adalah : 43

*. Biaya sumbangan, dimana menurut komersial biaya ini boleh dibiayakan karena dianggap sebagai pengorbanan ekonomis. Namun menurut fiskal, biaya ini tidak boleh dibiayakan karena tidak termasuk dalam biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dan tidak termasuk dalam pengecualian biaya yang boleh dibiayakan sesuai dengan pasal 6 ayat 1 huruf i sampai dengan huruf m yaitu: Zakat yang dibayarkan oleh Wajib Pajak muslim kepada BAZIS Sumbangan kepada korban tsunami Aceh Sumbangan kepada GN-OTA serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah. *. Biaya entertainment dapat dibiayakan apabila dapat menunjukkan daftar nominatifnya dengan bukti pendukung. Daftar nominatif harus berisikan nomor urut, tanggal, nama dan tempat, alamat, jenis entertainment, jumlah dalam rupiah serta nama; posisi; nama perusahaan dan jenis usaha relasi yang diberikan entertainment tersebut. Namun dalam pembukuan PT. Dipta Adimulia tidak terdapat bukti pendukung, maka biaya ini tidak dapat dibiayakan dan harus dikoreksi fiskal positif *. Biaya pembelian makanan dan minuman untuk karyawan atas jabatan tertentu. Menurut fiskal, biaya ini tidak boleh dibiayakan terkecuali apabila pembeliannya untuk seluruh karyawan. 44

*. Biaya untuk keperluan pribadi Wajib Pajak dan tanggungannya. Karena tidak ada hubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Oleh karena itu, biaya lain-lain ini harus dikoreksi positif sebesar : Tahun 2006 : Rp 17.602.000,- Tahun 2007 : Rp 17.500.000,- Tahun 2008 : Rp 19.920.000,- Menghitung besarnya jumlah penghasilan neto komersial PT. Dipta Adimulia dari peredaran usaha. PT. Dipta Adimulia tidak memiliki penghasilan dari luar usaha. Menyusun daftar aktiva tetap fiskal PT. Dipta Adimulia, dimana perhitungan penyusutannya harus sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku sesuai dengan kelompok dan tarifnya masing-masing, dimana besarnya penyusutan dapat mempengaruhi laporan keuangan laba-rugi perusahaan karena diperhitungkan sebagai beban. Pencatatan beban penyusutan aktiva tetap yang dicatat oleh PT. Dipta Adimulia adalah berdasarkan kebijakan perusahaan atas masa manfaat atau umur ekonomis aktiva tetap yang menjadi asset perusahaan. Namun, perhitungan beban penyusutan tersebut belum tentu sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundangundangan Perpajakan yang berlaku. Dalam pencatatan beban aktiva tetap, 45

perusahaan menggunakan metode garis lurus untuk memudahkan perhitungan beban penyusutan. Berdasarkan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000, maka aktiva tetap yang dimiliki oleh PT. Dipta Adimulia termasuk dalam kelompok : 1. Kelompok 1 yang masa manfaatnya 4 tahun dan tarif penyusutan untuk metode penyusutan garis lurus adalah 25% diantaranya adalah sepeda motor, meja kursi yang terbuat dari kayu atau rotan, mesin tik, mesin fotocopy dan handphone. Khusus handphone atau telepon genggam, menurut fiskal hanya dapat dibiayakan 50% dari nilai perolehannya. 2. Kelompok 2 yang masa manfaatnya adalah 8 tahun dan tarif penyusutan untuk metode penyusutan garis lurus adalah 12,5% diantaranya adalah mobil, komputer, filling kabinet. 46

Tabel IV.1 Daftar Aktiva Tetap PT. Dipta Adimulia tahun pajak 2006 dan 2007 adalah sebagai berikut : No. Nama Aktiva Tahun Perolehan Nilai Penyusutan Tahun Ini 1 Mobil 2000 Rp 60.000.000 Rp 7.500.000 2 Sepeda motor 2000 Rp 22.000.000 Rp 2.750.000 3 Komputer 2000 Rp 6.000.000 Rp 750.000 4 Fillingkabinet 2000 Rp 1.700.000 Rp 212.500 5 Meja Kursi 2000 Rp 4.000.000 Rp 500.000 6 Mesin tik 2000 Rp 1.200.000 Rp 150.000 Rp 94.900.000 Rp 11.862.500 Perhitungan beban penyusutan fiskal tahun pajak 2006 dan 2007 : Mobil Rp 60.000.000,- x 12.5% = Rp 7.500.000,- Menurut perhitungan fiskal, sepeda motor, meja kursi dan mesin tik tidak boleh diperhitungkan lagi karena termasuk kelompok 1 yang masa manfaatnya adalah 4 tahun. Komputer Rp 6.000.000,- x 12.5% = Rp 750.000,- 47

Filling kabinet Rp 1.700.000,- x 12.5% = Rp 750.000,- Besarnya beban penyusutan pada tahun pajak 2006 dan tahun pajak 2007 menurut perhitungan komersial adalah Rp 11.862.500,- sedangkan menurut perhitungan fiskal adalah sebesar Rp 9.000.000,-. Oleh karena itu beban penyusutan PT. Dipta Adimulia tahun pajak 2006 dan 2007 harus dikoreksi fiskal positif sebesar Rp 6.262.500,-. Tabel IV.2 Daftar Aktiva Tetap PT. Dipta Adimulia tahun pajak 2008 adalah sebagai berikut: No. Nama Aktiva Tahun Perolehan Nilai Penyusutan Tahun Ini 1 Mobil 2000 Rp 60.000.000 Rp 7.500.000 2 Sepeda motor 2000 Rp 22.000.000 Rp 2.750.000 3 Komputer 2000 Rp 6.000.000 Rp 750.000 4 Filling Kabinet 2000 Rp 1.700.000 Rp 212.500 5 Meja Kursi 2000 Rp 4.000.000 Rp 500.000 6 Mesin Tik 2000 Rp 1.200.000 Rp 150.000 7 Mesin Fotocopy 2008 Rp 20.800.000 Rp 2.600.000 8 Handphone 2008 Rp 3.600.000 Rp 450.000 9 Komputer 2008 Rp 3.600.000 Rp 900.000 48

Perhitungan beban penyusutan fiskal tahun pajak 2008 : Rp122.900.000 Rp 15.812.500 Mobil Rp 60.000.000,- x 12.5% = Rp 7.500.000,- Sepeda motor, meja kursi dan mesin tik tidak boleh diperhitungkan lagi karena termasuk kelompok 1 yang masa manfaatnya adalah 4 tahun. Komputer tahun perolehan 2008 Rp 3.600.000,- x 25% = Rp 900.000,- Untuk tahun pajak 2008, pengelompokkan komputer bukan merupakan kelompok 2, namun telah menjadi kelompok 1. Sehingga komputer yang tahun perolehannya 2000 tidak dapat disusutkan lagi. Filling kabinet Rp 1.700.000,- x 12.5% = Rp 750.000,- Mesin fotocopy Rp 20.800.000,- x 25% = Rp 5.200.000,- Handphone Rp 3.600.000,- x 25% x 50% = Rp 450.000,- Besarnya beban penyusutan pada tahun pajak 2008 menurut perhitungan komersial adalah Rp 15.362.500,- sedangkan menurut perhitungan fiskal adalah sebesar Rp 14.800.000,-. Oleh karena itu beban penyusutan PT. Dipta Adimulia tahun pajak 2008 harus dikoreksi fiskal negatif sebesar Rp 562.500,- 49

Melihat apakah perusahaan menggunakan pembukuan atau norma pembukuan sehingga dapat menghitung besarnya penghasilan netto. Apabila perusahaan menggunakan pembukuan, maka biaya-biaya yang ada akan dirincikan untuk mengurangi besarnya penghasilan kena pajak dan apabila perusahaan menggunakan norma pembukuan, maka peredaran usaha hanya dikalikan dengan persentase norma yaitu 30%. Dan pada PT. Dipta Adimulia ini menggunakan pembukuan. Dengan demikian, laba atau rugi perusahaan dapat dihitung sebagai penghasilan neto fiskal yang akan dibahas lebih lanjut pada bab ini. 2. Menghitung besarnya kredit pajak yang dimiliki berdasarkan yang telah dipotong oleh pihak lain dan yang telah dibayarkan sendiri. Macam-macam kredit pajak : PPh pasal 21 : sebagai pajak orang pribadi. PPh pasal 21 ini tidak akan dibahas dalam penulisan skripsi ini. PPh pasal 22 : perusahaan melakukan transaksi dengan bendaharawan instalasi Pemerintah Dalam pekerjaannya, PT. Dipta Adimulia memiliki besarnya kredit pajak PPh pasal 22 sebagai berikut : Tahun 2006 : Rp 4.677.089,- 50

Tahun 2007 : Rp 5.134.786,- Tahun 2008 : Rp 9.092.455,- PPh pasal 23 : pajak atas dividen royalty, sewa, bunga dan jasa Besarnya kredit pajak PPh pasal 22 yang dimiliki oleh PT. Dipta Adimulia adalah sebagai berikut : Tahun 2006 : Rp 17.346.331,- Tahun 2007 : Rp 9.951.531,- Tahun 2008 : Rp 5.193.414,- PPH pasal 24 : apabila Wajib Pajak memiliki penghasilan di luar negeri PT. Dipta Adimulia tidak memiliki penghasilan yang objeknya pajak berdomisili di luar negeri. PPh pasal 25 : angsuran yang telah dibayarkan dalam SPT masa. Besarnya kredit pajak PPh pasal 25 yang telah dibayarkan oleh PT. Dipta Adimulia selama tahun pajak berjalan adalah sebagai berikut : Tahun 2006 : Rp 1.080.000,- Tahun 2007 : Rp 1.050.000,- 51

Tahun 2008 : Rp 1.050.000,- PPh pasal 26 : apabila memiliki penghasilan di Indonesia, namun memperhitungkan pajaknya di luar negeri. Namun harus dilihat terlebih dahulu apakah ada kesepakatan antar Indonesia dengan negara tersebut untuk menghindari adanya pajak berganda. PPh pasal 29 : sebagai kurang bayar yang dilaporkan dalam SPT Tahunan. Besarnya PPh pasal 29 akan dibahas lebih lanjut pada bab ini. PT. Dipta Adimulia memiliki kredit pajak dalam negeri PPh pasal 22 dan 23 karena pemungut PPh atau rekanan perusahaan adalah bendaharawan pemerintah Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang pada tahun 2010, namanya telah berubah menjadi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Badan formulir 1771-III akan dirincikan nama dan NPWP pemotong atau pemungut pajak, jenis penghasilan atau transaksi dan jumlah besarnya pajak penghasilan yang dipotong atau dipungut. 3. Menghitung besarnya PPh pasal 28A sebagai PPh yang lebih dibayar atau PPh pasal 29 sebagai PPh yang kurang bayar. Dimana perhitungan PT. Dipta Adimulia pada tahun pajak 2006 sampai dengan 2008 selalu menyetorkan PPh pasal 29 sebesar Rp 183.000,-; Rp 149.069,- dan Rp 30.495,- berturut-turut. 4. Menghitung kewajaran PPh pasal 25 untuk tahun pajak 2008. 52

Penghasilan yang menjadi dasar angsuran adalah Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan tarif pajak penghasilan lalu dikurangi dengan kredit pajak yang lalu atas penghasilan yang dipotong atau dipungut pihak lain menjadi PPh yang harus dibayar sendiri, dibagi 12 bulan dan nominal tersebut akan menjadi angsuran pada bulan April sampai dengan Maret tahun berikutnya. Pembayaran angsuran PPh pasal 25 pada tahun berjalan PT. Dipta Adimulia untuk tahun pajak 2008 adalah : Januari nihil Februari nihil Maret Rp 105.000,- April Rp 105.000,- Mei Rp 105.000,- Juni Rp 105.000,- Juli Rp 105.000,- Agustus Rp 105.000,- September Rp 105.000,- Oktober Rp 105.000,- November Rp 105.000,- 53

Desember Rp 105.000,- Total keseluruhan pembayaran angsuran PPh pasal 25 yang dibayarkan oleh PT. Dipta Adimulia adalah Rp 1.050.000,-. Sedangkan pembayaran angsuran PPh pasal 25 yang seharusnya adalah sebagai berikut : 1. Bulan Januari sampai dengan bulan Maret berdasarkan perhitungan PT.Dipta Adimulia, angsuran PPh pasal 25 tahun pajak 2006 yaitu Rp 105.250,- namun pembayarannya akan dibulatkan keatas menjadi Rp 105.000,-. Januari = Rp 105.000,- Februari = Rp 105.000,- Maret = Rp 105.000,- 2. Bulan April sampai dengan Desember berdasarkan perhitungan PT. Dipta Adimulia, angsuran PPh pasal 25 tahun pajak 2007 yaitu Rp 99.922,-. Namun cara pembayarannya akan diberlakukan sama dengan pembayaran bulan Januari sampai dengan bulan maret dibulatkan keatas menjadi Rp 99.000,-. April = Rp 99.000,- Mei = Rp 99.000,- Juni = Rp 99.000,- 54

Juli = Rp 99.000,- Agustus = Rp 99.000,- September = Rp 99.000,- Oktober = Rp 99.000,- November = Rp 99.000,- Desember = Rp 99.000,- Total keseluruhan pembayaran angsuran PPh pasal 25 yang seharusnya dibayarkan oleh PT. Dipta Adimulia adalah Rp 1.206.000,- Pembayaran yang dilakukan oleh PT. Dipta Adimulia untuk tahun pajak 2008 adalah sebesar Rp1.050.000,- sedangkan pembayaran yang seharusnya adalah Rp1.206.000,-. Karena terdapat perbedaan pembayaran yang dilakukan oleh PT. Dipta Adimulia dengan yang seharusnya maka penulis menyimpulkan bahwa kredit pajak PPh yang dibayar sendiri PPh pasal 25 bulanan PT. Dipta Adimulia tidaklah wajar. Dan terdapat kesalahan penulisan dalam pengisian Surat Setoran Pajak (SSP) yang dilaporkan oleh PT. Dipta Adimulia pada SPT Tahunan badan yaitu dalam kolom uraian pembayaran perusahaan mengetik atau menulis PPh pasal 25 badan tahun 2008, padahal apabila terdapat kekurangan pembayaran seharusnya mengetik atau menulis PPh pasal 29 tahun pajak 2008 pada kolom uraian pembayaran. 55

IV.3. Perhitungan Besarnya Pajak Penghasilan Terutang dan Angsuran PPh pasal 25 PT. Dipta Adimulia menurut Fiskal 56

PPh yang kurang dibayar pasal 29 menurut angsuran PT. Dipta Adimulia : 57

*. 10% x Rp 50.000.000,- Rp 5,000,000 *. 15% x Rp 50.000.000,- Rp 7,500,000 *. 30% x Rp 56.419.233,- Rp16,925,770 Besarnya PPh terutang Rp 29,425,770 PPh pasal 22 dan 23 yang telah dipungut oleh pihak lain Rp 22,023,420 Angsuran yang telah dibayar menurut perhitungan PT. Dipta Adimulia Rp 1,080,000 PPh yang kurang dibayar pasal 29 Rp 6,322,350 PPh pasal 29 yang telah dibayar Rp 1,263,000 PPh pasal 29 yang masih harus dibayarkan Rp 5,059,350 Perhitungan Angsuran PPh pasal 25 tahun berjalan Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan angsuran adalah sebesar Rp 156.419.233,- Besarnya PPh terutang Rp 29.425.770,- Kredit Pajak yang dipotong oleh pihak lain Rp 22.023.420,- Sehingga PPh yang harus dibayar sendiri Rp 7.402.350,- Angsuran PPh pasal 25 tahun berjalan Rp 7.402.350,- x 1 / 12 = Rp 616.862,5 yang akan dibulatkan keatas menjadi Rp 616.000,- untuk dasar pembayaran angsuran bulan April sampai dengan Desember 2007 dan bulan Januari sampai dengan Maret 2008. Besarnya pajak terutang yang telah disetor ke kas negara atas tahun pajak 2006 adalah Rp 1.263.000,-. Namun atas perhitungan ulang yang dilakukan oleh penulis, terdapat PPh yang kurang dibayar pasal 29 adalah Rp 6.322.350,-. Sehingga perusahaan 58

harus menyetorkan kurang bayar sebesar Rp 5.059.350,- sebagai pokok pajak terutang dan denda 2% maksimal 24 bulan. 59

PPh yang kurang dibayar pasal 29 menurut angsuran PT. Dipta Adimulia : *. 10% x Rp 50.000.000,- Rp 5,000,000 *. 15% x Rp 50.000.000,- Rp 7,500,000 *. 30% x Rp 32.980.452,- Rp 9,894,136 Besarnya PPh terutang Rp 22,394,136 PPh pasal 22 dan 23 yang telah dipungut oleh pihak lain Rp 15,086,317 Angsuran yang telah dibayar menurut perhitungan PT. Dipta Adimulia Rp 1,050,000 PPh yang kurang dibayar pasal 29 Rp 6,257,819 PPh pasal 29 yang telah dibayar Rp 1,199,069 PPh pasal 29 yang masih harus dibayarkan Rp 5,058,750 Perhitungan Angsuran PPh pasal 25 tahun berjalan Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan angsuran adalah sebesar Rp 132.980.452,- Besarnya PPh terutang Rp 22.394.136,- Kredit Pajak yang dipotong oleh pihak lain Rp 15.086.317,- Sehingga PPh yang harus dibayar sendiri Rp 7.307.819.- Angsuran PPh pasal 25 tahun berjalan Rp 7.307.819,- x 1 / 12 = Rp 608.984,92 yang akan dibulatkan keatas menjadi Rp 608.000,- untuk dasar pembayaran angsuran bulan April sampai dengan Desember 2008 dan bulan Januari sampai dengan Maret 2009. 60

Besarnya pajak terutang yang telah disetor ke kas negara atas tahun pajak 2007 adalah Rp 1.199.069,- sesuai dengan perhitungan komersial perusahaan. Namun, atas perhitungan ulang yang dilakukan oleh penulis, sesuai dengan perhitungan fiskal terdapat PPh yang kurang dibayar pasal 29 sebesar Rp. 6.257.819,-. Sehingga perusahaan harus menyetorkan besarnya pokok pajak terutang sebesar Rp 5.058.750,- dan denda 2% maksimal 24 bulan yang dihitung sejak tanggal terutang pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak (STP). 61

PPh yang kurang dibayar pasal 29 menurut angsuran PT. Dipta Adimulia : *. 10% x Rp 50.000.000,- Rp 5,000,000 *. 15% x Rp 50.000.000,- Rp 7,500,000 62

*. 30% x Rp 27.412.933,- Rp 8,223,880 Besarnya PPh terutang Rp 20,723,880 PPh pasal 22 dan 23 yang telah dipungut oleh pihak lain Rp 14,285,869 Angsuran yang telah dibayar menurut perhitungan PT. Dipta Adimulia Rp 1,050,000 PPh yang kurang dibayar pasal 29 Rp 5,388,011 PPh pasal 29 yang telah dibayar Rp 1,080,495 PPh pasal 29 yang masih harus dibayarkan Rp 4,307,516 Angsuran PPh pasal 25 yang seharusnya dibayarkan untuk tahun pajak 2008 : 1. Bulan Januari sampai dengan bulan Maret berdasarkan perhitungan angsuran PPh pasal 25 tahun pajak 2006 yaitu Rp 616.862,- namun pembayarannya akan dibulatkan keatas menjadi Rp 616.000,-. Januari = Rp 616.000,- Februari = Rp 616.000,- Maret = Rp 616.000,- 2. Bulan April sampai dengan Desember berdasarkan perhitungan angsuran PPh pasal 25 tahun pajak 2007 yaitu Rp 608.984,-. Namun cara pembayarannya akan diberlakukan sama dengan pembayaran bulan Januari sampai dengan bulan maret dibulatkan keatas menjadi Rp 608.000,-. 63

April = Rp 608.000,- Mei = Rp 608.000,- Juni = Rp 608.000,- Juli = Rp 608.000,- Agustus = Rp 608.000,- September = Rp 608.000,- Oktober = Rp 608.000,- November = Rp 608.000,- Desember = Rp 608.000,- Total keseluruhan pembayaran angsuran PPh pasal 25 yang seharusnya dibayarkan oleh PT. Dipta Adimulia setelah laporan keuangan diteliti adalah sebesar Rp7.320.000,-. Tarif Wajib Pajak Badan : *. 10% x Rp 50.000.000,- Rp 5,000,000 64

*. 15% x Rp 50.000.000,- Rp 7,500,000 *. 30% x Rp 27.412.933,- Rp 8,223,880 Besarnya PPh terutang Rp 20,723,880 PPh pasal 22 dan 23 yang telah dipungut oleh pihak lain Rp 14,285,869 Angsuran seharusnya dibayarkan Rp 7,320, 000 PPh yang lebih bayar pasal 28A (Rp 881,989) PPh pasal 29 yang telah dibayar Rp 1,080,495 Kelebihan pembayaran pajak terutang (Rp 1,962,484) Perhitungan Angsuran PPh pasal 25 tahun berjalan Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan angsuran adalah sebesar Rp 127.412.933,- Besarnya PPh terutang Rp 20.723.880,- Kredit Pajak yang dipotong oleh pihak lain Rp 14.285.869,- Sehingga PPh yang harus dibayar sendiri Rp 6.438.011.- Angsuran PPh pasal 25 tahun berjalan Rp 6.438.011,- x 1 / 12 = Rp 536.500,92 yang akan dibulatkan keatas menjadi Rp 536.000,- untuk dasar pembayaran angsuran bulan April sampai dengan Desember 2009 dan bulan Januari sampai dengan Maret 2010. Besarnya pajak terutang badan yang telah disetor ke negara atas tahun pajak 2008 adalah Rp 1.080.495,-, yang seharusnya menurut perhitungan komersial besarnya pajak terutang adalah sebesar Rp 1.290.495,-. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan 65

pengetikan besarnya kredit pajak dalam negeri dalam SPT Tahunan tahun pajak 2008 Rp14.285.869,- menjadi Rp 14.495.869,-. Atas perhitungan ulang yang dilakukan oleh penulis berdasarkan angsuran PPh pasal 25 yang seharusnya dibayarkan PT. Dipta Adimulia, terdapat kelebihan pembayaran pajak yang dapat diminta kembali oleh perusahaan sebesar Rp 1.962.484,-. Angsuran PPh pasal 25 tahun pajak 2008 mengalami perubahan atas rekonsiliasi laporan keuangan menurut komersial dengan fiskal pada tahun pajak 2006 dan 2007. Namun, sebelum meminta kembali besarnya kelebihan pajak terutang, perusahaan harus menghitung besarnya pajak terutang dengan benar, karena apabila perusahaan meminta kembali atau restitusi atas PPh yang lebih bayar Pasal 28A, fiskus pajak akan memeriksa kebenaran tersebut. Apabila terdapat kesalahan perhitungan dari lebih bayar menjadi kurang bayar, maka Wajib Pajak harus membayarkan kembali pengembalian pajak 100% dan denda 2% dari pajak terutang maksimal 24 bulan. Besarnya tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri yang digunakan sebagai dasar perhitungan laporan keuangan komersial terhadap PT. Dipta Adimulia berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 pasal 17. 66