BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan regulasi dari pemerintah atau departemen terkait dalam mendukung realisasinya e-learning dalam proses pendidikan di tanah air tersirat dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 31 dan SK Mendiknas No. 109 tahun 2013 tentang Program Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ). Dengan PTJJ layanan Pendidikan Tinggi kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka dan reguler dapat dengan mudah mengakses pembelajaran serta sumber belajar sehingga dapat dijangkau oleh peserta didik di seluruh Indonesia. Secara sederhana e-learning dalam dunia pendidikan dapat dijelaskan sebagai proses belajar mengajar yang dilakukan melalui sebuah komputer yang terhubung ke jaringan internet, dan semua fasilitas yang biasa tersedia di tempat pembelajaran dapat tergantikan fungsinya oleh suatu sistem sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (leaning anywhere-anytime). Menurut Wei dan Yan (2009) e-learning menjanjikan dihasilkannya metode pendidikan yang sangat efisien dan efektif. Materi pelajaran dapat diperoleh secara langsung dalam bentuk file yang didownload, sedangkan interaksi antara pengajar dan mahasiswa (siswa) dalam bentuk pemberian tugas dapat dilakukan secara intensif dalam bentuk forum diskusi atau melalui video conference. E-Learning juga dinilai oleh banyak pihak sebagai salah satu sarana pembelajaran yang efektif baik dari segi biaya, waktu, dan usahanya (Deborah et al, 2012). Sampai saat ini, semakin banyak institusi pendidikan seperti perguruan tinggi, menyediakan pembelajaran (course) dengan e-learning (Downes, 2005). Beberapa perkuliahan dikombinasikan dengan cara tradisional, sementara yang lain dilakukan sepenuhnya secara online. Perkuliahan dengan e-learning 1
2 membutuhkan suatu keadaan yang terkelola dan terorganisasi. Dalam kebanyakan kasus tugas tersebut dipenuhi oleh sistem manajemen pembelajaran atau Learning Management System (LMS). LMS yang ada menyediakan berbagai fitur untuk mendukung pengajar dalam membuat, mengadministrasi, dan mengelola pembelajaran online. Bagaimanapun juga menurut Jonassen dan Grabowski (2003), mahasiswa memainkan peran utama dalam pembelajaran secara tradisional sama halnya dengan teknologi dalam proses meningkatkan pembelajaran. Setiap mahasiswa (learner) memiliki kebutuhan personal individu dan karakteristik seperti pengetahuan sebelumnya yang berbeda, kemampuan kognitif, gaya belajar, motivasi, dan sebagainya. Perbedaan ini mempengaruhi proses belajar dan menjadi sebuah alasan mengapa beberapa mahasiswa merasa mudah untuk belajar dalam hal tertentu, sedangkan yang lain mengalami kesulitan. Dalam sebuah penelitian Felder dan Solomon (1997 dan 1998), mahasiswa memiliki cara yang berbeda untuk belajar. Mahasiswa dengan preferensi (disukai) yang kuat untuk gaya belajar tertentu dapat memiliki kesulitan dalam belajar jika cara mengajar tidak sesuai dengan gaya belajar mereka, sehingga mahasiswa yang gaya belajar tidak didukung oleh lingkungan belajar mungkin mengalami masalah dalam proses pembelajaran. Idealnya setiap pelajar mendapat perlakuan yang berbeda-beda sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Akan tetapi, tentu tidak mudah bagi para pengajar untuk dapat menyesuaikan cara mengajarnya dengan kebutuhan murid yang berbeda-beda. Cara mengajar tiap pengajar mungkin cocok untuk sebagian pelajar dengan gaya belajar tertentu. tetapi tidak cocok untuk pelajar dengan gaya belajar yang lain. Hal ini memang tidak bisa dipaksakan karena terkait dengan kemampuan tiap-tiap dosen itu sendiri(velazquez dan Assar, 2007). Menurut Junqi dkk (2009) LMS yang ada saat ini tidak adaptif dengan tidak mempertimbangkan perbedaan individu mahasiswa dan memperlakukan semua mahasiswa secara sama terlepas dari kebutuhan dan karakteristik pribadi mereka, hal inilah yang dimaksud sebagai personalisasi (personalization). Patrick dkk (2013) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis personalisasi (personalized
3 learning) adalah pembelajaran pribadi yang menyesuaikan pada setiap kekuatan, kebutuhan dan kepentingan mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Dellio dan Michelle (2000) serta Forrester Group (dikutip dari Dublin dan Cross, 2003) terhadap penggunaan e-learning saat ini mengungkapkan bahwa lebih dari 50% mahasiswa memilih tidak menyelesaikan e-learning karena membosankan. Hal ini selaras dengan Lirawaty (2012) yang menyatakan di butuhkan prinsip personal untuk memperoleh motivasi belajar yang tinggi dari mahasiswa dalam menggunakan e-learning. Pemanfaatan sistem e-learning atau LMS saat ini cenderung digunakan sebagai bentuk ekstensifikasi cara belajar yang dilakukan di kelas tanpa melibatkan proses pembelajaran mandiri (learning). LMS seperti Moodle (2007), WebCT (2007), atau Blackboard (2007) yang banyak digunakan lebih mengedepankan pada ketersediaan konten digital (electronic) dan penyampaiannya (delivery) kepada mahasiswa (siswa) dengan cara yang sama kepada semua mahasiswa, tidak adaptif dan interaktif (Brusilovsky, 2004). Dalam pengembangan sistem e-learning, personalisasi digunakan untuk mengerti informasi mahasiswa, materi pembelajaran dan penyajiannya yang sesuai karakteristik mahasiswa sehingga rekomendasi konten pendukung dapat dilakukan dengan bantuan teknologi web semantik (Henze dkk, 2004). Teknologi web semantik didasarkan pada pemikiran akan adanya sistem web yang lebih cerdas dan dapat mengerti makna dan relasi dari suatu informasi pengetahuan. Dalam web semantik representasi makna dan relasi dilakukan oleh ontologi. Ontologi menjadi skema pengetahuan dalam web semantik. Dengan menggunakan ontologi sebagai representasi data personalisasi khususnya gaya belajar maka dilakukan penelitian untuk menghasilkan model sistem personalisasi e-learning yang dapat meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih baik. 1.2. Perumusan Masalah Sesuai latar belakang masalah yang diangkat pada penelitian ini, maka perlu dirumuskan masalah yang akan dibahas sehingga penelitian ini dapat
4 menghasilkan manfaat serta tujuan penelitian dapat dicapai. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah model personalisasi e-learning dapat diimplementasikan dalam LMS untuk menyajikan sumber belajar dengan konteks dan proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar mahasiswa? 2. Apakah gaya belajar mahasiswa dapat diidentifikasi pada sistem personalisasi e-learning? 3. Apakah ontologi dapat digunakan untuk mengorganisasi konten pengetahuan sesuai GBPP, gaya belajar dan peforma mahasiswa yang diimplementasikan pada sistem e-learning? 4. Apakah personalisasi e-learning dapat meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran? 1.3. Batasan Masalah Sejumlah permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini akan dibatasi ruang lingkup pembahasannya pada beberapa spesifikasi sebagai berikut : 1. Sistem e-learning yang dibangun memanfaatkan framework Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment (Moodle). 2. Personalisasi e-learning mengimplementasikan model gaya belajar Richard M. Felder and Linda K. Silverman (FSLSM). 3. Konten serta konteks materi pembelajaran bersumber dari Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) mata kuliah pemrograman web pada program studi Teknik Informatika. 1.4. Kontribusi Penelitian Penelitian-penelitian sistem pembelajaran yang menggunakan gaya belajar seperti yang dirangkum oleh Ragab dan Bajnaid, (2009), tidak memanfaatkan LMS yang ada dan fokus pada instrumen kuesioner online untuk deteksi gaya
5 belajar (pada FSLSM digunakan Index Learning Style atau ILS) serta belum menggunakan ontologi. Penelitian ini memanfaatkan framework e-learning Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment yang diintegrasikan dengan gaya belajar (FSLSM) sebagai aspek personalisasi mahasiswa dan metode deteksi gaya belajar dari pola-pola perilaku relevan mahasiswa terhadap sistem e- Learning. Personalisasi e-learning yang dikembangkan pada penelitian ini menggunakan basis ontologi sebagai organisasi semantik konten sesuai GBPP, gaya belajar dan peforma mahasiswa. Sehingga sistem personalisasi e-learning dapat menyajikan sumber belajar dengan konteks dan proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar untuk meningkatkan peforma mahasiswa. 1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan model sistem personalisasi e- Learning berdasarkan gaya belajar mahasiswa dengan beberapa indikasi pencapaian sebagai berikut : 1. Diperolehnya personalisasi e-learning yang mengakomodir proses pembelajaran yang unik meliputi strategi pengajaran, aktivitas (object belajar), sumber belajar (termasuk konten terkait/pendukung) dengan konteks sesuai GBPP serta gaya belajar mahasiswa. 2. Diperolehnya identifikasi gaya belajar mahasiswa dari pola-pola perilaku yang relevan selama mahasiswa menggunakan sistem personalisasi e- Learning. 3. Mengimplementasikan ontologi personalisasi e-learning untuk organisasi pengetahuan sumber belajar dengan konteks sesuai GBPP, gaya belajar dan peforma mahasiswa. 4. Model personalisasi sistem personalisasi e-learning dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih baik.
6 1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini menghasilkan model personalisasi e-learning yang dapat mengidentifikasi gaya belajar mahasiswa dan dapat menghadirkan konten dan konteks materi sesuai GBPP serta gaya belajar mahasiswanya sehingga dapat meningkatkan keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi pembelajaran. Ontologi personalisasi e-learning yang merupakan organisasi pengetahuan berbasis semantik juga dapat digunakan untuk pengembangan sistem pembelajaran online dengan pendekatan lainnya.