PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHAHULUAN I.1

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2773

USULAN RANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI DEFECT PADA PROSES ASSEMBLY PINTU BAGIAN DEPAN KOMODO MBDA DI DEPARTEMEN FABRIKASI PT.

USULAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI DEFECT PADA PROSES ASSEMBLY PINTU DEPAN KOMODO MBDA DI DEPARTEMEN FABRIKASI PT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ANALISA KUALITAS PRODUK SEPEDA PHOENIX DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KECACATAN PRODUK DI PT RODA LANCAR ABADI - SIDOARJO SKRIPSI.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

Oleh : Miftakhusani

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

USULAN PERBAIKAN PENYEBAB DEFECT FLOATING PADA PROSES PRODUKSI KAIN GREY DI WORKSTATION INSPEKSI PADA PT. BUANA INTAN GEMILANG

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

MINIMASI PENYEBAB PRODUK CACAT PADA WORKSTATION PRODUCTION DI PT. XYZ DENGAN PENDEKATAN METODE SIX SIGMA

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS SIX SIGMA UNTUK MENGURANGI JUMLAH DEFECT PADA PRODUKSI SABLON DIGITAL MUG SOOUVE STORE

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Persiapan Penelitian

ANALISIS KUALITAS PRODUK PUPUK ORGANIK DENGAN METODE SIX SIGMA DAN KAIZEN DI CV. FERTILINDO AGROLESTARI MOJOSARI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Tabel 4.29 Cara Memperkirakan DPMO dan Kapabilitas Sigma Variabel L. Pergelangan.. 90 Tabel 5.1 Kapabilitas Proses produksi Sarung Tangan Golf...

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS KECACATAN PRODUK KEMASAN DENGAN METODE DMAIC DI PT.SURABAYA PERDANA ROTOPACK SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD. PAYUNG SIDOARJO

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

MINIMASI WASTE DEFECT DI PT EKSONINDO MULTI PRODUCT INDUSTRY DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

: defect, six sigma, DMAIC,

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH :

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh IVAN HERBETH H. SIBURIAN

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2858

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukaan oleh

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X )

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena


KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

UNIVERSITAS INDONESIA PENINGKATAN KUALITAS PROSES PACKING PERMEN COKLAT DI PT BATMAN KENCANA DENGAN PENDEKATAN DMAIC SIX SIGMA TESIS

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

xiii BAB VI PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Bab 3 Metodologi Penelitian

ABSTRACT. Keywords: Six Sigma, DMAIC, FMEA

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2900 PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET) IMPLEMENTATION TOOLS TO MINIMIZE DEFECT PRODUCT IN PRODUCTION PROCESS RUBBER BELLOW IN PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET) Aida Mahdyana 1, Marina Yustiana Lubis 2, Pratya Poeri Suryadhini 3 Prodi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom 1 aida.mahdyana@gmail.com, 2 marinayustianalubis@telkomuniversity.ac.id, 3 pratya@telkomuniversity.ac.id Abstrak PT. Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) adalah perusahaan industri manufaktur dengan merk dagang Inkaba yang memproduksi produk karet teknik untuk kebutuhan industri. Jenis produk yang diteliti dalam penelitian ini fokus pada jenis rubber bellow. Dalam proses produksi rubber bellow, ditemukan adanya produk defect yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Berdasarkan data perusahaan pada periode Januari Desember 2016, defect rate yang terjadi adalah 24,3% (Batas toleransi perusahaan yaitu dibawah 10%). Maka, perlu dirancang suatu perbaikan dalam upaya meminimasi produk defect. Penelitan ini menggunakan metode six sigma untuk mengurangi produk defect. Tahapan pada six sigma yaitu DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Pada Tahap Define dilakukan identifikasi CTQ dan pemetaan proses produksi dengan menggunakan diagram SIPOC. Pada tahap Measure mengukur stabilitas proses (Peta Kontrol P) dan kapabilitas proses (DPMO dan level sigma), dengan hasil diperoleh bahwa terdapat proses yang keluar dari kontrol. Setelah mengetahui informasi bahwa terdapat proses yang tidak terkontrol maka dilakukan tahap Analyze untuk menentukan jenis defect tertinggi pada produk dengan menggunakan pareto diagram dan melakukan analisis faktor penyebab defect dengan menggunakan fishbone diagram, dan 5 why s, serta menentukan prioritas untuk usulan perbaikan dengan menggunakan FMEA. Tahap improve dilakukan pembuatan rancangan usulan perbaikan berupa alat bantu dan penjadawalan pergantian part pada interval waktu tertentu. Kata kunci : Defect, Six Sigma, DMAIC, CTQ Abstract PT. Agronesia (Division of Engineering Rubber Industry) is an industrial manufacturing company with trademark Inkaba which produce technical rubber products for industrial needs. This research focus on the type od rubber bellow. In the rubber production process, defects discovered that can affect product quality. According to the company, January December 2016 the defect rate that occurred was 24,3% (limit of tolerance of companies below 10%). Therefore, the need to design an improvement to minimize defect product. This research used a method of six sigma to reduce defect product.. Stage in six sigma are namely DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, and Control). At stage of define is done CTQ identification and mapping of the production process using SIPOC diagram. At stage of measure is done measurement process stability (Control Chart p) and process capability (DPMO and levels of sigma), with the results obtained that there is the process that out of control. After knew that there is a process that is not controlled, and then on Analyze Stage to determine the highest defect type in the product by using Pareto diagram and analyze the defect causal factor using fishbone diagram, and 5 why's, and determine priority for improvement suggestion using FMEA. The improvement stage is done making the design of improvement proposal in the form of tool and preventive maintenance. Keyword : Defect, Six Sigma, DMAIC, CTQ

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2901 1. Pendahuluan PT. Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) bergerak di bidang manufaktur dengan merk dagang Inkaba yang memproduksi berbagai jenis produk karet teknik untuk keperluan industri. Sistem yang diterapkan dalam memproduksi produk bersifat Job Order Production, yaitu memproduksi produk sesuai dengan jumlah order dari customer. Untuk menjaga kepuasan customer, perusahaan harus memastikan bahwa produk yang dihasilkan sampai kepada customer dengan tepat waktu. Namun, pada kenyataannya PT. Agronesia mengalami keterlambatan pengiriman produk kepada customer. Keterlambatan dalam pengiriman produk kepada pelanggan disebabkan karena adanya produk cacat dan waktu proses produksi yang terlalu lama. Salah satu produk yang mengalami cacat yaitu rubber bellow. Jumlah produksi, jumlah defective pada bulan Januari Desember 2016 akan ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Defective Rubber Bellow Bulan Total Produksi Jumlah Defective Persentase Defective Januari 101 32 31,7% Februari 113 8 7% Maret 127 23 18,1% April 149 41 27,5% Mei 78 5 6,4% Juni 11 6 54,5% Juli 52 14 26,9% Agustus 204 3 1,5% September 118 3 1,5% Oktober 9 6 66,6% November 50 3 6% Desember 34 15 44,1% Persentase Rata Rata Defective 24,3% Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi rubber bellow pada bulan Januari Desember 2016 memiliki persentase rata-rata defective sebesar 24,3%. Persentase defective rubber bellow paling tinggi terjadi pada Bulan Oktober sebesar 66,6%. PT. Agronesia memiliki batas toleransi rata-rata produk defect yang telah ditetapkan setiap bulannya yaitu kurang dari 10%. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka metode yang akan digunakan untuk mengurangi defect adalah dengan menggunakan metode six sigma. 2. Dasar Teori dan Metodologi Penelitian 2.1 Kualitas

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2902 Kualitas adalah upaya dari produsen untuk memenuhi kepuasan pelanggan dengan memberikan apa yang menjadi kebutuhan, ekspektasi dan harapan dari pelanggan, dimana usaha tersebut terlihat dan terukur dari hasil akhir produk yang dihasilkan [1]. 2.2 Six Sigma Six Sigma adalah sebuah filosofi bagi perbaikan berkelanjutan dengan terus mereduksi produk defect dan merupakan alat teknis dalam mengukur jumlah cacat per 1 juta produk yang dihasilkan [1]. 2.3 DMAIC Six Sigma menggunakan metodologi lima tahap (define-measure-analyse-improve-control) untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan proses yang ada. Tujuan menggunakan metodologi pemecahan masalah yang hebat ini adalah untuk memahami dan mengevaluasi akar permasalahan dari suatu masalah [2]. 3. Metodologi Penelitian Model Konseptual Model konseptual menjelaskan gambaran data yang dibutuhkan selama penelitian ini, proses yang akan di jalani dalam penelitian ini, dan keluaran yang dihasilkan dari data yang telah diproses. Pada Gambar 1 akan ditunjukkan model konseptual dari penelitian ini. Critical to Quality (CTQ) Pengukuran Stabilitas Proses Hasil Produksi Periode Jan-Des 2016 Jumlah dan Jenis Defect Pengukuran Kapabilitas Proses Analisis Penyebab Defect Rancangan Usulan Meminimasi Jumlah Defect Gambar 1 Model Konseptual Gambar 1 merupakan model konseptual yang menjelaskan tentang kerangka berfikir secara sistematis dalam memecahkan masalah produk defect yang terjadi pada PT. Agronesia dengan menggunakan metode Six Sigma. Dapat diketahui dari Gambar III.1 bahwa data masukan yang digunakan yaitu Critical to Quality (CTQ) dan hasil produksi periode Januari Desember 2016. Data data masukan tersebut digunakan untuk mengetahui jenis defect, jumlah defect yang terjadi dan jumlah produk yang sesuai dengan spesifikasi. Berdasarkan hasil jumlah defect tersebut menjadi data masukan untuk pengukuran stabilitas proses yaitu dengan menggunakan peta control p. Data jumlah defect juga menjadi data masukan untuk mengukur DPMO. DPMO adalah ukuran kinerja proses, atau ketidaksesuaian atau cacat per satu juta kesempatan. Berdasarkan hasil DPMO dapat dilakukan pengukuran level sigma dari kapabilitas perusahaan. Hasil pengukuran kapabilitas proses dan stabilitas proses dapat menjadi input untuk menganalisis penyebab terjadinya produk defect. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor dominan penyebab produk defect dapat menggunakan tools lean yaitu fishbone diagram, five why s, dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dari hasil analisis faktor dominan penyebab produk defect pada produk rubber bellow akan dibuat rancangan usulan untuk meminimasi produk defect. 4. Pembahasan 4.1 Define 4.1.1 Identifikasi CTQ CTQ produk didapatkan berdasarkan spesifikasi dan keinginan customer yang telah disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Tabel 2 menunjukan data CTQ yang menjadi acuan kesesuaian produk dengan keinginan pelanggan.

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2903 Tabel 2 Critical to Quality Rubber Bellow No Critical to Quality (CTQ) Deskripsi 1 Permukaan halus Tidak terdapat bagian yang kasar dan timbul di permukaan 2 Permukaan rata Tidak ada bagian yang keropos pada produk 3 Produk kuat Tidak ada bagian yang retak pada produk 4 Produk sesuai dengan bentuk yang di tetapkan 5 Ukuran produk sesuai dengan ketetapan perusahaan Hasil pengepresan tidak merusak atau mengubah bentuk Ukuran standar produk: Panjang: 1,97m, Lebar: 72cm, Tebal: 11mm, Berat: 22kg 4.1.2 Diagram SIPOC Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap elemen-elemen yang terlibat dalam proses produksi rubber bellow, sehingga dapat diketahui input dan output dalam proses produksi. Tools yang digunakan untuk pemetaan proses produksi yaitu Diagram SIPOC yang ditunjukan pada Gambar 3. Supplier Input Process Output Customer Gudang Bahan Baku (karet mentah) Karet (Compound) Produk Rubber Bellow Kereta Api Indonesia Membawa bahan baku ke area pelunakan Memasukkan compound ke mesin ovenmill Menuangkan bubuk vulkanisasi ke dalam mesin ovenmill Memasang cetakan gigi pada mesin extrude Memasukkan compound aktif ke dalam mesin extrude Pemanasan mesin Memotong compound sesuai pola Memasukkan kembali compound aktif ke dalam mesin calander untuk proses perangkapan Memasukkan compound aktif ke mesin calander Mengukur dan memotong hasil pembentukan sepanjang 120cm Memberikan nomor PK pada body dasar Mengoleskan silikon pada body dasar Memasang cetakan logo pelanggan dan logo perusahaan Memasukkan body dasar dan gigi hasil extrude ke dalam mesin Menunggu mesin Memindahkan produk jadi ke gudang bahan jadi Proses packing Menumpukkan ruber bellow untuk packing Memorong scrap, menghaluskan, dan perataan rubber bellow Mengambil produk jadi dari mesin Gambar 2 Diagram SIPOC Rubber Bellow

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2904 Gambar 2 menunjukan alur proses produksi rubber bellow, dengan supplier gudang bahan baku, setelah itu bahan baku di proses dengan melalui beberapa tahap sehingga menghasilkan peroduk yang sesuai dengan kebutuhan customer. 4.2 Measure 4.2.1 Pengukuran Stabilitas Proses Gambar 3 Peta Kontrol P Gambar 3 menunjukan bahwa proses dalam produksi rubber bellow dapat dikatakan stabil, karena semua data tidak ada yang melewati batas UCL dan LCL. 4.2.2 Pengukuran Kapabilitas Proses Pada tahap ini yaitu melakukan pengukuran kapabilitas proses untuk mengetahui seberapa baik proses memenuhi spesifikasi. Pada tahap ini dilakukan pengukuran DPMO dan Level Sigma, seperti yang hasilnya ditampilkan pada Gambar 4 dan Gambar 5 Gambar 4 Grafik DPMO Rubber Bellow Gambar 5 Level Sigma Rubber Bellow Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5 dapat diketahui grafik nilai DPMO dan nilai level sigma hampir setiap bulannya mengalami fluktuasi. Nilai level sigma terkecil yaitu pada Bulan Juni sebesar 2,971 dengan jumlah rata-rata DPMO sebesar 70.588 yang berarti bahwa dalam sejuta kali kesempatan akan terdapat 70.588 produk cacat rubber bellow. 4.3 Analyze 4.3.1 Pareto Diagram Pareto diagram digunakan untuk mengetahui persentase jenis defect pada rubber bellow dari yang terbesar hingga terkecil.

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2905 140 120 100 80 60 40 20 0 58.49% Bagian body dasar masih mentah 82.39% Angin terjebak 94.34% 100.00% Tekor body bagian pinggir Salah penempatan logo 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Jumlah Defect Komulatif Persentase Gambar 6 Pareto Diagram Jenis Cacat Terlihat pada Gambar 6 bahwa jenis cacat tertinggi yaitu bagian body dasar masih mentah memiliki persentase sebesar 58,49%. Maka penelitian ini akan berfokus pada usulan perbaikan untuk meminimasi jumlah defect tersebut. 4.3.2 Fishbone Diagram dan 5 Why s Pada tahap ini akan dilakukan analisis akar penyebab defect body dasar masih mentah. analisis akar penyebab ini menggunakan tools fishbone diagram dan dilanjutkan dengan 5 why s. Tampilan display temperatur pada mesin rusak Suhu mesin belum cukup untuk memulai proses produksi Machine Tekanan mesin tidak mencapai 210 kg/m 3 Mesin dengan molding tidak menge dengan sempurna Body Dasar Masih Mentah Man Produk sudah diangkat sebelum waktunya Operator tidak mengetahui sudah berapa lama waktu proses telah berjalan Gambar 7 Fishbone Diagram Dari fishbone diagram yang dibuat, maka dianalisis menggunakan 5 why s analisis untuk menemukan akar penyebab masalah yang terjadi. Setelah ditemukan akar penyebab permasalahan dari masing-masing faktor penyebab, maka dilakukan identifikasi mode kegagalan potensial dan efek dari setiap permasalahan menggunakan FMEA, lalu dibuat beberapa rancangan usulan perbaikan untuk meminimasi produk defect.

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2906 4.3.3 Analisis Hasil FMEA Pada tahap ini akan dilakukan penentuan prioritas perbaikan dengan menggunakann FMEA. Dalam FMEA akan ditentukan skala penilaian untuk severity, occurance, dan detection. Skala penilaian berdasarkan hasil diskusi dengan pihak perusahaan disesuaikan dengan tabel penentuan skala. Setelah menentukan skala penilaian, langkah selanjutnya yaitu menghitung nilai RPN. Nilai RPN terbesar akan dijadikan prioritas untuk perbaikan masalah. Tabel 3 Hasil Analisis FMEA Faktor Mode Kegagalan Akibat Kegagalan S Penyebab Kegagalan Potensial O Metode Deteksi D RPN Man Terlalu cepat dalam mengambil produk jadi dari mesin Compound belum matang secara merata 6 Operator tidak mengetahui sudah berapa lama waktu proses yang telah berjalan 6 Pengecekan produk hasil mesin sebelum finishing 6 216 Machine Mesin dengan alat cetak tidak mengepres s dengan sempurna Suhu mesin belum cukup untuk memulai proses produksi Tekanan yang diperlukan untuk proses kurang, sehingga mempengaruh i kualitas produk Panas yang dibutuhkan untuk proses kurang, sehingga masih terdapat bagian yang mentah 7 6 Part sensor up rusak sehingga tidak dapat memberikan tekanan maksimal Tampilan display temperatur pada mesin rusak 4 4 Pengecekan mesin sebelum digunakan Penggantian part ketika mengalami kerusakan 5 140 6 144 4.4 Improve Pada tahap improve akan dilakukan usulan perbaikan dengan menggunakan 5W+1H (what, when, where, who, why, dan how). Sehingga terkumpul data dan informasi. 4.4.1 Faktor Man 4.4.1.1 Perancangan Alat Bantu Alarm dan Buzzer Pada Mesin Press Penelitian ini mengajukan alat bantu berupa alarm beserta dengan buzzer yang berfungsi sebagai pengingat untuk bahwa mesin telah selesai beroperasi dan operator akan segera mengangkat produk rubber bellow dari dalam mesin. Dengan adanya alat bantu alarm dan buzzer ini bertujuan dapat membantu mengurangi jumlah defect body dasar masih mentah. 4.4.1.2 Perancangan sistem otomasi menggunakan hardware Programmable Logic Controller (PLC) Programmable Logic Controller (PLC) adalah rangkaian elektronik yang dapat mengerjakan berbagai fungsi-fungsi kontrol pada level-level yang kompleks. PLC akan dijalankan melalui softaware TIA Portal. PLC memiliki input dari tombol start yang akan di tekan oleh operator ketika akan memulai proses produksi, setelah itu program akan mengaktifkan mesin dan timer yang telah di set selama waktu proses yaitu 30 menit. Bagian atas dari mesin akan otomatis turun untuk melakukan proses

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2907. Setelah waktu proses selesai, dengan otomatis bagian atas dari mesin akan terangkat dan timer akan ter-reset menjadi 30 menit seperti semula. 4.4.2 Faktor Machine 4.4.2.1 Pergantian part sensor up dan display temperatur pada interval waktu tertentu Proses pergantian part merupakan salah satu tindakan preventive untuk menghindari terjadinya kerusakan mesin atau part yang berakibat buruk pada kualitas produk (defect). Penentuan interval waktu pergantian part untuk mencegah kerusakan mesin dilakukan dengan melakukan pengolahan dan perhitungan data waktu sesuai historis perusahaan menggunakan software Minitab17 untuk mengetahui distribusi dara waktu yang digunakan, dan untuk mengetahui rata-rata waktu pergantian dan rata-rata waktu kerusakan masing-masing part (MTTR dan MTTF) menggunakan software AvSim+9.0. 4.4.2.2 Pembuatan lembar waktu kerusakan part mesin Pembuatan lembar waktu kerusakan part mesin digunakan untuk mengetahui waktu untuk melakukan pergantian part mesin. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya hasil yang cacat atau defect. Terjadinya produk defect bisa disebabkan karena adanya part mesin yang rusak namun tidak diganti secara berkala. 5. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Tabel 4 Kesimpulan Faktor Penyebab Usulan Perbaikan Man Machine Terlalu cepat dalam mengambil produk jadi dari mesin Mesin dengan alat cetak tidak menge dengan sempurna Suhu mesin belum cukup untuk memulai proses produksi 1. Perancangan alat bantu alarm dan buzzer pada mesin. 2. Perancangan sistem otomasi menggunakan hardware Programmable Logic Controller (PLC). 1. Pergantian part pada interval waktu tertentu 2. Pembuatan lembar waktu kerusakan part mesin 1. Pergantian part pada interval waktu tertentu DAFTAR PUSTAKA [1] Tannady, H. (2015). Pengendalian Kualitas. Yogyakarta: Graha Ilmu. [2] Antony, Jiju (2016). Lean Six Sigma for Small and Medium Sized Enterprises