Realisme dan Neorealisme I. Summary

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Unipolaritas Damai? Menggugat Justifikasi Dominasi AS

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL. Oleh. Drs. Asep Setiawan MA

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT

KONTROVERSI KEBANGKITAN CINA DALAM DUNIA INTERNASIONAL: DEFENSIF ATAU OFENSIF?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

PENGARUH INTENSITAS KONFLIK PERBATASAN MARITIM TERHADAP POTENSI PERLOMBAAN SENJATA DI ASIA TENGGARA

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

Politik Global dalam Teori dan Praktik

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Parliament of Australia, Report 145, (Canberra: Parliament of Australia, 2014), pp. 3-4.

GREAT DEBATES IN INTERNATIONAL RELATIONS THEORY DEWI TRIWAHYUNI

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa negara. Istilah Asia Tenggara pertama kali diperkenalkan oleh pasukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

Menuju Dunia Bebas Senjata Nuklir: Deterrence, Nuclear Taboo, dan Traktat Nonproliferasi Nuklir

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkembang. Dahulu dalam interaksinya hanya melibatkan aktor negara, namun

PEMAHAMAN KONSEP POWER DALAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

BAB I PENDAHULUAN. adalah persoalan-persoalan yang berhubungan dengan persenjataan nuklir dan

/RELEVANSI REALISME POLITIK H.J.MORGENTHAU TERHADAP POLITIK INTERNASIONAL KONTEMPORER

UNIT EKSPLANASI NEGARA BANGSA DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

Sejarah & Filsafat Ilmu Hubungan Internasional. #Sesi 13, Kamis 28 Mei 2015

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.

TEORI DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. By Dewi Triwahyuni

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Asep Setiawan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di negara-negara Afrika Utara dan

Ilmu Hubungan Internasional: Tinjauan epistemologi, Metodologi dan Ontologi

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa netralnya

KEGAGALAN PERANG DINGIN ANTARDUA NEGARA ADIDAYA: FAKTOR PENYEBAB DAN IMPLIKASINYA. Oleh: Murtamadji (Dosen FIP / MKU UNY)

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4

DAFTAR PUSTAKA. Bailey, D. Kenneth Methods of Social Research. New York: McMillan Publishing.

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang

Embrio Sosiologi Militer di Indonesia

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengkajian Strategis dan Pertahanan

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan

SEJARAH PEMILU DUNIA

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA

Transkripsi:

Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi; 3) realisme dan neorealisme. Menurut Waltz, ada kesamaan dalam pembentukan teori pada studi ekonomi dengan studi politik internasional. Yakni dengan menempatkan ekonomi atau politik sebagai bidang sendiri, namun sekaligus berkaitan dengan bidang-bidang lainnya. Misalnya, fenomena ekonomi dapat dilihat dari berbagai proses yang berbeda. Hal ini juga pernah disampaikan oleh kaum Physiocrat yang digagas oleh Francois Quesnay, bahwa fenomena ekonomi dipandang sebagai sebuah bidang sendiri yang bisa berhubungan dengan kehidupan sosial dan politik. Sebagai contoh, Physiocrat membagi 2 kelas masyarakat dan di antara keduanya terjadi distribusi uang dan kekayaan. Kelas ini terdiri dari produktif (para pelaku sektor pertanian, pertambangan, perminyakan) dan tidak produktif (para pemilik dan para ahli). Waltz juga menguraikan pandangan Raymond Aron dan Hans Morgenthau mengenai realisme. Menurut kaum realis, dunia ini terdiri dari negara yang memiliki kedaulatan sendirisendiri. Dunia bersifat anarki karena tidak ada pemerintahan internasional atau lembaga yang ada di atas negara. Setiap negara ingin lebih unggul dengan power yang dimiliki, terutama dari segi kekuatan militer. Hans Morgenthau (1985:4-17) mengemukakan asumsinya dalam enam prinsip realisme politik, yaitu Six Principle of Political Realism, chapter A Realist Theory of International Politics. Salah satunya adalah ide mengenai human nature atau animus dominandi yaitu sudah menjadi sifat dasar manusia untuk mementingkan diri sendiri dan haus akan kekuasaan (power). Kepentingan akan power ini selalu membuat manusia atau negara saling mengadu kekuatan. Dalam realis, politik internasional dianggap sebagai arena konflik kepentingan negara yang diwujudkan lewat adu kekuatan secara fisik seperti perang. Dari pendekatan realis ini kemudian berkembang menjadi konsep realisme baru yaitu neorealis, yang dipelopori oleh Kenneth N. Waltz. Bagi Waltz, alasan negara mengejar kepentingannya bukan dikarenakan human nature, tetapi karena adanya struktur dalam dunia internasional yang anarki. Bahwa, terbentuk struktur antara negara yang kuat dan negara yang lemah. Dalam situasi anarki ini, setiap negara perlu melindungi keamanan negaranya sendiri dengan terus berupaya menempatkan negaranya lebih di atas negara lain. Pada realis, power menjadi fokus utama, sedangkan pada neorealis, negara lebih fokus pada rasa aman ketimbang power. Neorealis memuat konsep mengenai distribusi kekuatan dalam negara. Negara merupakan aktor rasional yang akan memilih strategi untuk

memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Sehingga, konsep perimbangan kekuatan menjadi fokus utama bagi konsep perdamaian dunia versi Waltz. Tapi, satu hal yang mendasar dalam realisme maupun neorealisme, yaitu bahwa negara memandang negara lain sebagai musuh potensial yang mengancam keamanan. Artinya, kelemahan negara menjadi pemicu bagi negara lain untuk membangun kekuatan yang lebih besar agar dapat menginvasi negara lemah. Sebaliknya, kekuatan yang terlalu besar atau ekstrim pada negara lain akan memicu sebuah negara untuk semakin meningkatkan pertahanan dan mengumpulkan kekuatan. Ini yang dikenal dengan security dilemma. II. Analisa Dari ringkasan di atas, berikut beberapa pertanyaan yang akan diuraikan lebih lanjut: 1. Bagaimana Waltz menyelesaikan hambatan dalam menjelaskan pembentukan dan pengaplikasian teori? 2. Mengapa Waltz kerap mengkaitkan antara ekonomi dan politik internasional? 3. Bagaimana definisi power dalam pengertian realisme dan neorealisme? 4. Bagaimana peran neorealisme dalam relasi internasional? 5. Apakah dalam konsep realisme, interaksi antar negara tetap terjadi? a. Pembentukan Teori Dalam soal pembentukan teori, persoalan yang kerap diperdebatkan adalah adanya kesulitan dalam membentuk sebuah teori Ini yang dialami para teoris, baik dalam studi politik internasional maupun juga ekonomi. Mengenai ini, Waltz mengkritik pembentukan teori, misalnya oleh Raymond Aron mengenai realis. Ada kompleksitas/kerumitan yang membuat teori menjadi sulit dirancang. Misalnya, Aron mempertanyakan apakah variabel ekonomi, politik, dan sosial masuk ke dalam sistem internasional; kepentingan negara yang banyak; ada pembedaan antara variabel dependen dengan independen. Masalah-masalah ini sebenarnya tidak perlu dibuat rumit. Yang perlu lebih diperhatikan adalah masalah pengaplikasian sebuah teori. Pada tulisannya yang lain 1, Waltz menjelaskan bahwa sebuah teori harus bisa diujikan pada bidang yang ingin dijelaskan oleh teori tersebut. Jika ada hal yang tak mampu dijelaskan oleh sebuah teori, maka tak berarti teori itu gagal atau tak sempurna. Sebab, Waltz telah memberi batasan bahwa sebuah teori tak mungkin mampu menjelaskan semua permasalahan. Jadi, sifatnya terbatas dan digunakan sesuai kasus tertentu. b. Ekonomi dan Politik Internasional 1 Kenneth N. Waltz, Anarchic Orders and Balances of Power in Robert O. Keohane (ed.), Neorealism and Its Critics. New York: Columbia University Press, pp 98-130

Keterkaitan antara ekonomi dan politik internasional sederhananya dilatari oleh persaingan antar negara yang memang kerap terjadi dalam bidang ekonomi. Bahkan, saat ini menjadi persaingan utama, selain bidang militer yang merupakan pengejawantahan power suatu negara. Hal ini senada dengan John J. Mearsheimer 2, bahwa power yang utama dalam pendekatan realis adalah potensi ekonomi dan militer yang dimiliki oleh negara. Seperti yang dinyatakan juga oleh Barry Buzan, adanya pembahasan ekonomi politik internasional diasumsikan sebagai teori yang baik untuk menjelaskan politik internasional itu sendiri. Bahkan,perlu dilihat bahwa teori ekonomi politik internasional akan dapat merepresentasikan hubungan internasional. Begitu pula Charles W. Kegley 3 menyatakan bahwa ekonomi erat kaitannya dengan politik internasional karena pertumbuhan ekonomi bisa menjelma sebagai faktor penting dalam memperkuat dan meluaskan power dan prestise sebuah negara. Senada dengan Padelford dan Lincoln (1954), bahwa ada 4 kecenderungan dalam politik internasional. Dua di antaranya yaitu mengenai politik internasional mengupayakan standar kehidupan yang lebih baik dengan memperkuat ekonomi negara; dan perjuangan untuk mempertahankan dan meningkatkan keamanan nasional (militer). c. Realisme dan Neorealisme Sebenarnya dalam realisme dan neorealisme, perlu dipahami bahwa keduanya samasama menyebutkan bahwa dunia ini anarki dan bahwa setiap negara punya kedaulatannya masing-masing dan terus meningkatkan power. Dalam realis, perlu ada strategi untuk memaksimalkan power dan kapabilitas negara. Power merupakan tujuan dari negara. Berbeda dengan neorealis, menurut John Mearsheimer, neorealis berusaha untuk memaksimalkan distribusi kekuatan antara yang kuat dan yang lemah sehingga dicapai perimbangan. Power merupakan maksud sekaligus tujuan dari negara. Kekuatan yang terlalu besar dalam negara justru tak baik dampaknya dalam struktur internasional. Misalnya, ketika PD II usai, pihak sekutu menang sekaligus membuat Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kekuatan adidaya. Dua negara yang tadinya berkawan ini kemudian saling melawan dikarenakan kekuatan adidaya (terlalu besar) di setiap negara. Lantas, apa saja yang menjadi elemen power. Bila dilihat dari konsep dasar teori realisme yang orientasinya kepada perang, maka power terdiri dari kekuatan senjata dan militer, termasuk yang berkaitan dengan itu seperti anggaran militer. Sementara, bila dilihat secara lebih luas, banyak hal yang bisa menjadi elemen power. Misalnya, jumlah penduduk, 2 John J. Mearsheimer. Structural Realism in Tim Dunne, Milja Kurki and Steve Smith (ed.), International Relation Theories: Discipline and Diversity 2 nd Edition, pp 58-76. 3 Charles w.kegley, World Politics Trend and Transformation, USA: Wadsworth Cengage Learning, pp 25-32.

sumber daya alam, industri, ekonomi, batas wilayah, ideologi, cara berpikir, gaya hidup. Di Indonesia, jumlah penduduk bisa menjadi power setidaknya tampak dalam lingkup ASEAN. Karena, 46 persen warga ASEAN terdiri dari penduduk Indonesia. Sama dengan yang disampaikan oleh Mearsheimer, bahwa power yang utama ada dalam kekuatan militer yang ditunjukkan dengan angkatan bersenjata atau senjata nuklir. Hal ini terlihat pada negara Amerika yang sekaligus merupakan raja kapal induk di dunia. Lalu, ada pula power dari segi sosial ekonomi yang dapat ditujukan untuk menyokong militer, seperti kekayaan negara, jumlah populasi, teknologi. Sebagai contohnya, negara China. Selanjutnya, dalam dunia yang anarki, baik realis maupun neorealis, pada keduanya berlaku kondisi uncertainty atau ketidakpastian dalam negara. Ini artinya, masing-masing negara tidak saling mengetahui kapabilitas negara lain. Pada akhirnya, setiap negara akan merasa kedudukannya selalu terancam oleh negara lain. Dalam neorealisme, keadaan anarki dan negara yang berdaulat dapat diartikan bahwa suatu negara tidak punya kewenangan untuk mengganggu negara lain yang juga punya kedaulatannya sendiri. Tetapi, perlu dipahami bahwa negara juga perlu menjamin keamanannya sendiri. Dengan begitu, negara harus mampu menilai dirinya sendiri. Jika sebuah negara tidak mampu membangun kekuatan militer untuk memenuhi rasa aman tersebut, maka negara bisa memilih opsi melakukan pakta militer dengan negara yang lebih kuat. Hal ini dikenal dengan balance of power atau distribution of power atau perimbangan kekuatan. Seperti yang pernah dilakukan dalam PD II: Amerika Serikat, Uni Soviet, Cina melawan Jerman, Italia, Jepang. Selain menyoal kedaulatan negara, dalam neorealisme ada pemahaman bahwa setiap negara juga punya kepentingan nasional masing-masing. Untuk menjembatani hal ini, maka persamaan kepentingan negara dapat diarahkan lewat bentuk interaksi kerjasama dalam relasi internasional. Sebaliknya, perbedaan kepentingan akan terwujud dalam bentuk konflik yang bisa dihindari, misalnya lewat konsep balance of power (Vandana, 1996:17). Adapun bentuk interaksi dalam relasi internasional ini terdiri dari 3 macam sesuai dengan Joseph Frankel 4. Yaitu, cooperation (kerja sama), competition (persaingan), dan conflict (konflik). Persaingan termuat dalam konsep realisme dan neorealisme, yaitu bahwa antar negara pasti akan saling bersaing agar negaranya menjadi yang terbaik. Suasana kompetisi perlu disikapi secara positif oleh negara karena akan dapat merangsang kreativitas negara. Kerjasama termasuk ke dalam pengertian neorealisme, dan konflik termasuk ke dalam pengertian realisme. Baik itu kerjasama, persaingan, ataupun konflik sebenarnya ketiga bentuk interaksi ini sekaligus menunjukkan bahwa negara akan saling berinteraksi satu 4 Joseph Frankel, International Relations in a Changing World, New York: Oxford University Press, 1988, pp 81-129.

sama lain. Bahkan, antara negara besar dan kecil sekalipun. Dalam ranah neorealisme, negara besar akan terus berupaya mempertahankan nama besarnya, misalnya dengan membantu negara kecil. Begitu juga negara kecil akan terus menjaga hubungan baik dengan negara besar yang menurutnya dapat membantu dalam memenuhi kepentingan negaranya. III. Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa neorealis hadir sebagai kritik atau bisa dianggap sebagai penyempurna terhadap teori pendahulunya yaitu realis.oleh karena itu, meskipun berbeda, tetapi masih terdapat akar persamaan di antara keduanya. Salah satunya, yaitu bahwa negara perlu power. Rancangan terhadap neorealis ini didasari pertimbangan bahwa ada kesulitan yang dihadapi dalam mengaplikasikan teori realis. Sehingga Waltz melakukan penyederhanaan lewat teori neorealismenya. Selanjutnya, baik realis maupun neorealis sama-sama berbicara mengenai power yang utamanya terdiri dari ekonomi dan militer negara. Perbedaannya adalah, power dalam realis harus diperoleh secara murni oleh negara sehingga kepemilikannya mutlak oleh sebuah negara. Namun, dalam neorealis, power bisa dibagi agar seimbang antara negara yang kuat dengan negara yang lemah. Sebab, kekuatan yang terlalu besar dalam sebuah negara justru akan berdampak tidak baik karena berpotensi merusak sistem atau struktur internasional. Sehingga, di antara negara yang kepentingannya sama, lebih baik menjalin kerjasama yang dapat menghindarkan kerugian. Hal ini sekaligus untuk mengaplikasikan balance of power. Daftar Pustaka Frankel, Joseph. International Relations in a Changing World. New York: Oxford University Press, 1988. Kegley, Charles W. World Politics: Trend and Transformation. USA: Wadsworth Cengage Learning, 2009. Mearsheimer, John J. Structural Realism. In International Relation Theories: Discipline and Diversity 2 nd Edition. ed. Tim Dunne, Milja Kurki and Steve Smith. Waltz, Kenneth N. Anarchic Orders and Balances of Power. In Neorealism and Its Critics.ed. Robert O. Keohane.New York: Columbia University Press. Waltz, Kenneth N. Realist Thought and Neorealist Theory. In Journal of International Affairs 44 (Spring/Summer), 1990. Vandana. Theory of International Politics. New Delhi: Vikas Publishing House PVT LTD, 1996.