KONTROVERSI KEBANGKITAN CINA DALAM DUNIA INTERNASIONAL: DEFENSIF ATAU OFENSIF?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONTROVERSI KEBANGKITAN CINA DALAM DUNIA INTERNASIONAL: DEFENSIF ATAU OFENSIF?"

Transkripsi

1 Makalah Akhir Individu untuk Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional 1 Binar Sari Suryandari KONTROVERSI KEBANGKITAN CINA DALAM DUNIA INTERNASIONAL: DEFENSIF ATAU OFENSIF? DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama sepuluh terakhir ini, fenomena kebangkitan Cina merupakan sebuah drama besar yang terjadi dalam dunia internasional. Kebangkitan dan perkembangan Cina di bidang ekonomi memang sebuah fenomena yang sangat luar biasa. Fenomena ini, tidak diragukan lagi, telah menjadi bahan pembicaraan bagi hampir seluruh masyarakat dunia. Sebelumnya Cina merupakan salah satu negara di Asia Timur yang sejak lama memang dapat dianggap sebagai negara maju. Tidak dapat dipungkiri bahwa kapabilitas Cina di Asia Timur merupakan salah satu yang terhebat bersama Jepang dan Korea Selatan. Namun demikian, pertumbuhan dan kebangkitan Cina yang luar biasa selama sepuluh tahun terakhir ini membuat Cina menjadi salah satu power yang diperhitungkan tidak hanya di kawasan Asia, tetapi juga dalam dunia internasional. Tak hanya itu, kebangkitan Cina ini pun seringkali dinilai dapat menggeser Amerika Serikat dari posisinya sebagai negara hegemon. Walaupun kebangkitan Cina ini merupakan sebuah fenomena yang luar biasa, Cina berusaha menjelaskan kepada masyarakat dunia bahwa negaranya sama sekali tidak memiliki niat untuk menjadi negara hegemon dalam sistem internasional. Jenderal Chen Bingde, seorang kepala staf umum dari People s Liberation Army mengatakan bahwa Cina tidak bermaksud untuk menantang dan melawan Amerika Serikat. 1 Tak hanya itu, sejak tahun 2003 pun Cina telah memperkenalkan dunia tentang istilah peaceful rise yang tengah dilakoninya. 2 Peaceful rise atau peaceful development ini pada dasarnya merupakan kebijakan Cina yang muncul sebagai bentuk respon dari istilah China s threat dan tekanan dari Amerika Serikat. 3 Niat dan intensi kebangkitan Cina yang dikemukakan oleh pemerintah Cina tersebut nyatanya tidak menghindarkan Cina dari anggapan-anggapan beberapa pihak yang merasa 1 China 'will not match' US military power general yang diakses dari pada 20 Desember 2011 pukul WIB. 2 Sujian Guo, China's "Peaceful rise" in the 21st Century: Domestic and International Conditions (Burlington: Ashgate Publishing Company, 2006), hlm Ibid. 1

3 terancam akan perkembangan luar biasa yang tengah dilakukan oleh Cina tersebut. Hal ini memunculkan kontroversi dan pertanyaan terkait masa depan kondisi dunia internasional. Dalam makalah ini, penulis akan berusaha membahas tentang kebangkitan Cina dan anggapan beberapa pihak terkait fenomena tersebut. Penulis juga akan menganalisis kondisi masa depan dunia internasional dengan adanya perkembangan hebat yang saat ini tengah dijalankan oleh negara Cina. 1.2 Pertanyaan Permasalahan Dalam makalah ini, pertanyaan yang berusaha dijawab adalah Apakah fenomena kebangkitan Cina yang tengah terjadi tidak berpotensi menimbulkan konflik sesuai dengan konsep peaceful rise yang dikemukakannya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis menggunakan perspektif realisme struktural yang didukung dengan data-data dan dianalisis menggunakan teori offensive realism dan asumsi tentang sistem internasional. 1.3 Kerangka Teori a. Asumsi tentang Sistem Internasional 4 John J. Mearsheimer mengemukakan adanya lima asumsi tentang sistem internasional. Asumsi-asumsi ini pada dasarnya merupakan penjelasan mengapa negara menginginkan power. Lima asumsi tentang sistem internasional tersebut adalah : 1. Great powers merupakan aktor utama dalam politik dunia dan mereka beroperasi dalam sistem yang anarki. 2. Semua negara memiliki kapabilitas militer yang ofensif. Dengan kata lain, setiap negara memiliki power untuk dapat mengakibatkan kehancuran pada negara-negara lainnya. 3. Negara tidak dapat benar-benar yakin akan intensi atau niat dari negara lain. 4. Tujuan utama dari negara adalah untuk dapat survive. 5. Negara adalah aktor yang rasional, dengan demikian negara mampu melakukan strategi-strategi untuk memaksimalkan prospek mereka untuk meraih survivability. 4 John J. Mearsheimer, Structural Realism, dalam Dunne, Kurki, & Smith (ed.), International Relations Theories: Discipline and Diversity (New York: Oxford University Press, 2010), hlm

4 Dalam makalah ini, asumsi-asumsi ini akan digunakan untuk dapat menganalisis perkembangan kebangkitan Cina dalam dunia internasional. Namun demikian, asumsi utama yang digunakan dalam makalah ini adalah asumsi tentang sistem internasional yang kedua dan ketiga. b. Offensive Realism Teori Offensive realism ini pertama kali diperkenalkan oleh John J. Mearsheimer dalam karyanya The Tragedy of Great Power Politics pada tahun Teori ini berbeda dengan realisme struktural yang dikemukakan oleh Kenneth Waltz yang diklasifikasikan sebagai bentuk defensive realism oleh Mearsheimer. Teori yang dikemukakan oleh Mearsheimer ini pada dasarnya merupakan teori yang menjelaskan mengenai seberapa banyak sebuah negara membutuhkan power untuk menjamin survivability yang ingin dicapainya. Offensive realisme Mearsheimer mengatakan bahwa negara akan terus berusaha mencari dan mendapatkan power sebanyak-banyaknya. Power diperlukan oleh setiap negara dalam sistem internasional yang anarki ini untuk dapat menjamin keselamatan negaranya. 5 Dalam realisme ofensif, great powers akan selalu berusaha mencari kesempatan untuk meraih keuntungan dari satu sama lain, dengan tujuan akhir menjadi negara hegemon. 6 Pendekatan yang lebih agresif inilah yang membedakan kajian Mearsheimer dengan apa yang telah dikemukakan oleh Waltz sebelumnya. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pada dasarnya realisme ofensif memiliki asumsi bahwa untuk dapat mempertahankan survivability yang dimilikinya, negara harus terus meningkatkan power-nya. Dalam hal ini, realisme ofensif merasa bahwa untuk dapat menjamin keselamatan negara seutuhnya, negara harus terus meraih power sebesar-besarnya dan berusaha menjadi negara hegemon dalam dunia internasional. 7 Asumsi realisme ofensif ini memang tergolong cukup agresif dan mengemukakan bahwa terdapat kemungkinan akan terjadinya kompetisi keamanan di antara negara dan perang antara great powers dapat saja terjadi. 5 John J. Mearsheimer, The Tragedy of Great Power Politics, dalam Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi, International Relations Theory (New York: Longman-Pearson, 2010), hlm John J. Mearsheimer, Structural Realism, Op. Cit., hlm Ibid., hlm

5 BAB II PEMBAHASAN Pada bagian ini, penulis akan membagi pembahasan menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan membahas mengenai sifat perkembangan dan kebangkitan Cina yang sangat agresif. Dalam bagian ini, penulis akan memberikan beberapa data yang menggambarkan pergerakan agresif Cina dalam dunia internasional. Kemudian pada bagian kedua, penulis akan memaparkan anggapananggapan dari negara lain terkait perkembangan Cina yang luar biasa. Dalam bagian tersebut pula akan digunakan teori offensive realism untuk menjelaskan bagaimana keagresifan perkembangan Cina dan anggapan dari negara lain mengindikasikan adanya pursuit of hegemony dari Cina. Pada bagian ketiga, akan dikemukakan analisis penulis mengenai data-data yang telah disajikan serta anggapan-anggapan yang muncul. Dalam bagian ini pula akan digunakan asumsi tentang sistem internasional untuk membantu menganalisa fenomena yang terjadi. 2.1 Cina dan keagresifan kebangkitannya Perkembangan Cina yang banyak disorot memang merupakan perkembangannya di sektor ekonomi. Namun demikian, tentu perkembangan pesat Cina di bidang ekonomi tersebut memiliki dampak pada sektor-sektor lain, termasuk militer. Hal tersebut tercermin dalam data di bawah ini 8 : 8 Increased spending before and even during global economic crisis, yang diakses dari pada 22 Desember 2011 pukul WIB. 4

6 Grafik tersebut menunjukkan bagaimana Cina mengalami peningkatan yang luar biasa dalam bidang milliternya. Peningkatan yang dilakukan Cina sangat besar dan paling menonjol di antara negara-negara lain yang dituliskan dalam grafik tersebut (direpresentasikan dengan garis merah pada grafik). Amerika Serikat memang masih mendominasi pembelian alat-alat militer di dunia, namun peningkatan yang dilakukan Cina sangatlah luar biasa. Hal ini menempatkan Cina sebagai salah satu negara dengan peningkatan military expenditure tertinggi di dunia bersama Amerika Serikat Figur di atas menunjukkan peran Cina dalam distribusi dari military expenditure secara global pada tahun Tidak dapat dipungkiri bahwa Amerika Serikat tetap mendominasi belanja militer dunia, namun peran Cina pun dapat dianggap cukup berarti. Figur kedua pun membandingkan belanja militer yang dilakukan oleh Cina dan Amerika Serikat. Walaupun 9 World Military Spending, yang diakses dari pada 22 Desember 2011 pukul WIB. 10 Chinese Military Modernization Program Continues Apace, Though Persistent Domestic Development Problems Remain, yang diakses dari pada 22 Desember 2011 pukul WIB. 5

7 Amerika Serikat tetap berada di tingkat yang jauh dari apa yang Cina lakukan, tapi dapat terlihat bahwa Cina pun melakukan peningkatan dari tahun ke tahun yang cukup terlihat. Selain dapat dilihat dari statistiknya, keagresifan Cina juga dapat dilihat melalui tindakantindakannya. Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan strategi balancing atau soft balancing yang dilakukan Cina, salah satunya terlihat dalam kasus Irak pada tahun Cina yang memang tidak setuju dengan aksi militer yang dilancarkan oleh Amerika Serikat nyatanya menchallenge Amerika Serikat secara lebih terang-terangan dibanding Rusia, Jerman, dan Prancis. 11 Hal ini menunjukkan bahwa secara kebijakannya Cina terkesan lebih percaya diri, berani, lebih tegas. Keagresifan Cina juga terlihat melalui pembangunan angkatan militer Cina yang tengah dilakukannya. Pembangunan militer ini memiliki proyeksi power yang cukup signifikan. Hal ini dibuktikan melalui fakta bahwa saat ini Cina sedang membangun naval forces yang dapat memproyeksikan power hingga sampai ke 'Second Island Chain' yang terletak di Pasifik Barat. 12 Dikatakan pula bahwa Cina sedang merencanakan untuk membangun 'blue water navy' yang dapat beroperasi di daerah Laut Arab dan Samudera Hindia. 13 Pergerakan Cina yang agresif juga dapat ditinjau dari usaha dan manuvernya terkait isu di kawasan Asia Pasifik, yaitu di kawasan Laut Kuning dan Laut Cina Selatan. Pada akhir Juli 2010, Angkatan Laut Korea Selatan dan Amerika Serikat melakukan latihan angkatan laut bersama sebagai respon dari dugaan adanya penenggelaman kapal angkatan laut Korea Selatan oleh Korea Utara. Latihan ini direncanakan akan dilaksanakan di Laut Kuning yang berdampingan dengan batas laut Cina. Namun, protes keras dari Cina memaksa Amerika Serikat untuk memindahkan latihan tersebut hingga ke Laut Jepang. 14 Pengusiran Cina terhadap Amerika Serikat ini terjadi pula di kawasan sengketa Laut Cina Selatan. Pada Maret 2010, petugas Cina berkata pada para pembuat keputusan Amerika Serikat bahwa Amerika Serikat tidak lagi diperbolehkan untuk mencampuri urusan di Laut Cina Selatan, yang dianggap Cina sebagai 'core interest' seperti Taiwan dan Tibet. 15 Pengusiran yang dilakukan oleh Cina terhadap Amerika Serikat di kawasan- 11 Ian Clark, China and the United States: a succession of hegemonies? dalam International Affairs : 87 : I : 2011, hlm John J. Mearsheimer, The Gathering Storm: China s Challenge to US power in Asia dalam The Chinese Journal of International Politics, Vol. 3, 2010, hlm Ibid. 14 Michael Sainsbury, Don t Interfere with Us: China Warns US to Keep its Nose Out dalam The Australian, Edisi 6 Agustus Edward Wong, Chinese Military Seeks to Extend its Naval Power, New York Times, Edisi 23 April

8 kawasan tersebut menunjukkan sebuah keberanian Cina yang meningkat seiring dengan perkembangannya. Manuver terbesar Cina yang sangat terlihat adalah pergerakannya di kawasan Laut Cina Selatan yang memang tengah diwarnai persengketaan selama bertahun-tahun. Pada dasarnya konflik di kawasan ini adalah konflik perebutan wilayah dan teritori. Cina merupakan salah satu negara yang sangat vokal dalam menyuarakan klaimnya terhadap wilayah Laut Cina Selatan. Bahkan diberitakan di Global Times, salah satu juru bicara Cina mengatakan bahwa Filipina yang dibantu oleh Amerika Serikat telah berusaha "mengambil daerah laut Cina" yang pada nyatanya belum dapat diputuskan demikian. 16 Kepercayaan diri Cina ini nyatanya merupakan bentuk keagresifan Cina yang ditunjukkannya. Segala klaim yang diajukan oleh Cina terkait persengketaan ini dapat dinilai sangat berapi-api dan sangat vokal. Terlebih lagi keagresifannya dapat dilihat melalui klaim kawasan di Laut Cina Selatan yang ditunjukkan melalui gambar di bawah ini: Tom Allard, Tension Rise on South China Sea Dispute, yang diakses dari pada 29 Desember 2011 pukul WIB. 17 Wen warns US on South China Sea dispute yang diakses dari pada 6 Januari 2012 pukul WIB. 7

9 Gambar tersebut menjelaskan bahwa Cina melakukan klaim yang sangat luar biasa dalam persengketaan Laut Cina Selatan (direpresentasikan dengan garis berwarna merah). Jika diperhatikan, UNCLOS telah menetapkan zona ekonomi eksklusif yang direpresentasikan dengan garis warna biru. Namun kenyataannya, Cina mengemukakan klaimnya yang sangat agresif. Hal ini terlihat dari garis merah yang merupakan kawasan yan diklaim oleh Cina sebagai wilayah teritorinya. Garis berbentuk huruf U yang sangat besar ini jelas mengindikasikan bagaimana manuver Cina yang sangat agresif terkait persengketaan di kawasan tersebut. Klaim semacam ini tidak pernah dilakukan oleh negara manapun, dan tentu saja hal ini merupakan sebuah tindakan luar biasa yang cukup mengkhawatirkan banyak pihak lainnya. Dari kasus ini, keagresifan Cina jelas sangat terlihat. 2.2 Anggapan dunia internasional akan kebangkitan Cina dan offensive realism Pada bagian latar belakang, telah dikatakan bahwa Cina sebenarnya berusaha menanamkan pada dunia bahwa kebangkitannya tersebut tidaklah perlu dianggap sebagai ancaman karena pada dasarnya mereka tidak memiliki maksud demikian. Cina mengatakan bahwa kebangkitannya merupakan suatu hal yang memang dibutuhkan oleh Cina demi tercapainya kesejahteraan kondisi domestik negaranya. Hal ini dituangkan oleh Cina dalam kertas putih pertahanan negaranya pada tahun Dalam kertas putih tersebut, Cina mengatakan bahwa kebijakan pertahanan nasionalnya murni defensif, dan dengan kata lain mengatakan bahwa Cina tidak akan mengejar hegemony. 18 Namun demikian, nyatanya, hal ini tidak disambut baik oleh pihak-pihak lain dalam dunia internasional. Walaupun perkembangan besar-besaran yang dilakukan oleh Cina ini ditutupi dengan topeng peaceful rise yang diusung oleh Cina, mayoritas negara di dunia tetap merasa Cina merupakan sebuah ancaman dengan perkembangannya yang luar biasa tersebut. Nyatanya apa yang dilakukan oleh Cina ini tetap dianggap sebagai sebuah ancaman bagi dunia internasional, terutama Amerika Serikat yang merupakan negara hegemon di masa ini. Cina memang masih menunjukkan keinginannya untuk menghindari konflik besar terkait dengan kebangkitannya. Namun demikian, pihak Amerika Serikat khawatir bahwa keinginan tersebut 18 David Axe, China's 'Ripples of Capability': An Interview with Andrew Erickson, yang diakses dari pada 23 Desember 2011 pukul WIB. 8

10 tidak akan terus bertahan. 19 Kekhawatiran Amerika Serikat ini tentu diakibatkan oleh adanya peningkatan yang cukup signifikan dari militer Cina. Selain itu, Amerika Serikat juga menuding tidak adanya transparansi yang dilakukan Cina terkait dengan perkembangan besar-besaran yang dilakukannya tersebut. 20 Kapabilitas Cina yang semakin membesar dan menguat di bidang militer ini, menurut The Pentagon, akan menimbulkan ketegangan dan kekhawatiran baik dalam skala regional maupun global. 21 Australia pun yang selama ini merupakan negara yang cukup secure atau aman, mengemukakan kekhawatirannya terhadap kebangkitan Cina. Kekhawatiran ini dituangkan oleh pemerintah Australia dalam Defense White Paper -nya. Dalam buku putih pertahanannya tersebut pemerintah Australia menyatakan bahwa dengan adanya kebangkitan dari power lain (Cina), kedudukan Amerika Serikat akan diuji dan power relations antara negara-negara di dunia pun akan berubah. Dan ketika hal ini terjadi, aka nada kemungkinan akan terjadinya miskalkulasi yang dapat menyebabkan munculnya konfrontasi di antara power tersebut. 22 Negara-negara tetangga Cina di kawasan Asia Pasifik pun tentunya sangat mengkhawatirkan kebangkitan Cina tersebut. Terdapat beberapa bukti kekhawatiran dari negara-negara seperti India, Jepang, dan Rusia, serta negara lain seperti Singapura, Korea Selatan, dan Vietnam akan perkembangan besarbesaran yang dilakukan oleh Cina. Sebagai contoh, India dan Jepang menandatangani sebuah Joint Security Declaration pada Oktober 2008 yang sebagian besar dikarenakan kekhawatiran negara tersebut akan perkembangan power Cina. 23 Terkait dengan manuver yang dilancarkan oleh Cina yang cukup agresif dalam persengketaan Laut Cina Selatan, pihak Filipina dan Amerika Serikat pada Maret 2011 lalu menandatangani sebuah deklarasi yang pada dasarnya bermaksud untuk memperkuat kerjasama di bidang pertahanannya. 24 Anggapan lain nyatanya juga datang dari India dan Amerika Serikat yang sejak Perang Dingin pada dasarnya tidak memiliki hubungan yang dapat dikatakan baik. Namun demikian, akibat adanya keagresifan Cina yang muncul seiring dengan 19 J.M., China's military power: Modernisation in sheep's clothing yang diakses dari pada 24 Desember 2011 pukul WIB. 20 Ibid. 21 Ibid. 22 Department of Defence, Australian Government, Defending Australia in the Asia Pacific Century: Force 2030, hlm. 33 yang diakses dari pada 28 Desember 2011 pukul WIB. 23 David Brewster, The India Japan Security Relationship: An Enduring Security Partnership dalam Asian Security, Vol. 6, No. 2 (2010), hlm Tom Allard, Loc.Cit. 9

11 perkembangannya, kedua negara ini pun akhirnya memperbaiki hubungan di antara negara mereka. Bahkan kedua negara ini seolah telah menjadi teman baik sebagian besar karena kekhawatiran mereka terhadap Cina. 25 Keinginan Amerika Serikat untuk memperoleh dukungan dari negara lain dalam usahanya menjaga posisi dalam tatanan sistem internasional nyatanya juga terlihat melalui pergeseran hubungannya dengan Indonesia. Amerika Serikat mengemukakan bahwa negaranya melanjutkan kembali hubungannya dengan pasukan khusus Indonesia, terlepas dari sejarah kelam Indonesia mengenai diskriminasi HAM yang sangat dibenci oleh Amerika Serikat pada masa itu. Hal ini dilakukan oleh Amerika Serikat karena negaranya menginginkan Indonesia untuk berada di pihaknya seiring dengan semakin kuatnya Cina. 26 Singapura yang terletak dekat dengan Selat Malaka yang sangat ramai dan sibuk, nyatanya juga merasa khawatir dengan kebangkitan Cina. Oleh karena itu, Singapura berkeinginan untuk meng-upgrade hubungannya yang memang sudah dekat dengan Amerika Serikat. Selaras dengan hal tersebut, Singapura bahkan membangun sebuah dermaga laut dalam (deep-water pier) di Changi Naval Base-nya yang baru sehingga angkatan laut Amerika Serikat dapat mengoperasikan kapal lautnya di kawasan Singapura jika memang dibutuhkan. 27 Ternyata, tidak hanya Singapura, Jepang pun juga melakukan hal yang sama. Jepang membiarkan angkatan laut Jepang untuk tetap di berada di Okinawa karena Jepang pada dasarnya menginginkan negaranya tetap berada di bawah payung keamanan Amerika Serikat, terkait dengan kekhawatirannya akan keagresifan Cina. 28 Tak hanya itu, bahkan media pun menyorot kebangkitan Cina ini sebagai bentuk ancaman bagi negara-negara Barat. Kapabilitas Cina yang besar konon dikatakan dapat menggeser negaranegara Barat dari posisi mereka yang saat ini cukup aman dalam politik internasional. Cina juga diprediksi akan menggunakan pengaruh dari perkembangannya untuk membentuk ulang peraturan-peraturan yang ada dalam institusi internasional agar lebih menguntungkan kepentingannya dan negara-negara lain dalam sistem internasional akan menganggap Cina 25 John J. Mearsheimer, The Gathering Storm: China s Challenge to US power in Asia, Op.Cit., hlm Robert Dreyfuss, Containing China is A Fool s Errand. Yet Obama s Deal with Indonesian Thugs is Aimed at Exactly That dalam The Nation, Edisi 23 Juli Singapore Changi Naval Base yang diakses dari pada 3 Januari 2012 pukul WIB. 28 Japan Agrees to Accept Okinawa Base yang diakses dari pada 8 Januari 2012 pukul WIB. 10

12 sebagai ancaman terhadap keamanan mereka. 29 Ketiadaan transparansi dalam militer dan hubungan keamanan Cina pun memperkuat ketidak-pastian dan kekhawatiran, hal ini juga akan meningkatkan potensi akan kesalahpahaman antar negara di dunia. 30 Dari pernyataan kekhawatiran yang telah dikemukakan oleh beberapa pihak tersebut, tercermin bahwa pada dasarnya publik internasional tidak dapat percaya dengan apa yang diusung oleh Cina sebagai peaceful rise tersebut. Nyatanya, beberapa pihak pun tetap merasa kebangkitan Cina ini sebagai sebuah ancaman global. Hal ini menunjukkan adanya asumsi bahwa dunia internasional merasakan kebangkitan Cina sebagai langkah yang ofensif. Kekhawatiran masyarakat internasional ini sebenarnya masuk akal dan sesuai dengan asumsi realisme ofensif yang dikemukakan oleh Mearsheimer. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pada dasarnya setiap negara akan terus mengejar power sebanyak-banyaknya untuk dapat meraih survivability negaranya. Hal ini pulalah yang oleh pihak internasional dilihat sebagai usaha Cina terkait kebangkitannya. Walaupun Cina berusaha menjelaskan maksud dan niatnya yang terkesan peaceful dan ketidak-inginannya mengejar status negara hegemon, hal ini bertentangan dengan realisme ofensif yang dikemukakan oleh Mearsheimer. Dalam hal ini, realisme ofensif menjelaskan bahwa Cina melakukan perkembangan negaranya secara besar-besaran tersebut untuk menjadi negeara hegemon agar keselamatannya terjamin. Offensive realism dalam kasus ini tentu mengemukakan kebangkitan Cina sebagai salah satu bentuk imitasi terhadap Amerika Serikat dan usaha untuk meraih posisi sebagai negara hegemon. 31 Sesuai dengan yang dikatakan oleh Mearsheimer, posisi hegemon ini menjadi penting dan krusial karena posisi tersebut merupakan garansi terbaik akan kelangsungan hidup dan keselamatan suatu negara. Keofensifan dan keagresifan Cina dalam kebangkitannya yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya pun menunjukkan bagaimana Cina pada dasarnya berkembang dalam kerangka realisme ofensif. Tindakan dan statistik yang menunjukkan perkembangan Cina yang luar biasa sekaligus menunjukkan keagresifannya tersebut menjadi sebuah bukti kemungkinan adanya usaha Cina untuk menjadi negara hegemon. 29 G. John Ikenberry, The Rise of China and the Future of the West yang diakses dari pada 23 Desember 2011 pukul WIB. 30 US says China's military has seen secret expansion yang diakses dari pada 23 Desember 2011 pukul WIB. 31 John J. Mearsheimer, Structural Realism, Op. Cit., hlm

13 Walaupun Cina berusaha mengemukakan kebijakannya yang terkesan defensif, nyatanya dunia internasional tidak melihatnya demikian. Dunia internasional melihat perkembangan Cina sebagai suatu tindakan yang ofensif. Hal ini terutama ditunjukkan oleh Amerika Serikat yang merupakan negara hegemon yang berkuasa pada masa ini. Baik secara implisit maupun eksplisit, Amerika Serikat menunjukkan bahwa negaranya menganggap kebangkitan Cina tersebut sebagai ancaman terhadap negaranya dan dunia internasional secara umum. Walaupun kapabilitas Cina masih di bawah Amerika Serikat saat ini, namun jika Cina terus berkembang secara pesat, Cina dapat saja menyusul Amerika Serikat dan menggesernya dari posisi hegemony. Hal inilah yang secara tidak langsung dikhawatirkan oleh pihak Amerika Serikat, karena pada dasarnya Amerika Serikat sadar akan asumsi realisme ofensif yang dapat menjelaskan kebangkitan Cina dalam kerangka yang agresif. Anggapan dari negara-negara lain, terutama negara tetangga Cina di kawasan Asia yang telah disebutkan sebelumnya pun merupakan sebuah bentuk bukti kekhawatiran dunia terkait dengan perkembangan Cina yang terkesan agresif. Perilaku agresif Cina, yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, nyatanya menuai keresahan bagi negara-negara di dunia terutama negara-negara di kawasan Asia. Anggapan negara-negara tersebut bahkan mengindikasikan bahwa negara-negara tersebut seolah sadar akan asumsi realisme ofensif yang tengah dijalankan oleh Cina dan negara-negara tersebut nyatanya berusaha menyelamatkan negaranya dengan mengikuti dan memperkuat hubungannya dengan Amerika Serikat. Koalisi pun menjadi terbentuk dan hal ini merupakan benefit baik bagi Amerika Serikat yang mendapatkan dukungan, maupun bagi negara-negara lainnya yang dapat memperoleh perlindungan dari Amerika Serikat. 2.3 Analisis kebangkitan Cina dan masa depan dunia internasional Kebangkitan Cina ini memang mengundang banyak kontroversi di kalangan masyarakat dunia, terutama mendorong adanya pertanyaan terkait masa depan dunia internasional. Jika dilihat dari kerangka offensive realism, seperti yang telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya, kebangkitan Cina ini akan terlihat sebagai suatu langkah agresif. Cina dinilai tengah berusaha mengejar posisi hegemony dalam tatanan sistem internasional. Sesuai dengan kerangka realisme ofensif, hal ini tentu dapat menyebakan terjadinya konflik. Terdapat potensi yang sangat besar akan timbulnya konflik di masa depan. Hal ini dikarenakan pada dasarnya tiap negara berusaha 12

14 meraih posisi hegemony tersebut. Amerika Serikat sebagai negara yang dianggap sebagai negara superpower dan pemegang posisi hegemony di masa ini tentu akan sangat merasa terganggu dengan usaha Cina tersebut. Sebagai negara hegemon, Amerika Serikat secara alamiah tentu tidak menginginkan adanya kompetitor bagi negaranya. Oleh karena itu, terdapat kemungkinan akan terjadinya konflik atau bahkan perang antar great powers seperti yang diprediksikan oleh offensive realist. Sesuai dengan offensive realism, perilaku Cina mengindikasikan keinginannya untuk menjadi negara hegemon baik di tingkat regional atau bahkan global untuk mengamankan posisinya. Tak hanya itu, negara-negara tetangga Cina tentu juga merasakan kekhawatiran akan kebangkitan Cina yang sangat luar biasa tersebut. Hal ini dapat dilihat melalui perilaku negaranegara Asia yang merasa terancam dan saat ini berusaha membentuk dan mengikuti koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat sebagai pihak pemegang posisi hegemon yang terancam. Negaranegara tersebut tentu juga akan melakukan apapun untuk mencegah Cina meraih posisi hegemony. Hal inilah yang melatarbelakangi negara-negara tersebut untuk bergabung dengan Amerika Serikat untuk mem-balance kekuatan dan kapabilitas dari Cina. Dengan demikian, perang skala besar pun tidak dapat terhindarkan. Mearsheimer menambahkan bahwa kondisi ini dapat menyebabkan Amerika Serikat bertindak sama seperti apa yang dilakukannya terhadap Uni Soviet selama Perang Dingin. 32 Amerika Serikat ingin mempertahankan posisinya sebagai negara hegemon, karena hal itulah yang dapat menjamin keselamatan negaranya secara sepenuhnya. Oleh karena itu, Amerika Serikat akan berusaha untuk mencegah kebangkitan Cina yang lebih besar lagi serta berusaha melemahkan Cina hingga pada titik sebagaimana Cina tidak lagi dianggap sebagai ancaman terhadap kondisi hegemony-nya. 33 Keagresifan Cina, menurut penulis, sangat terlihat melalui manuvernya di kawasan Asia Pasifik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini terutama sangat terlihat pada persengketaan Laut Cina Selatan yang telah terjadi selama bertahun-tahun. Dalam kasus ini, pergerakan Cina dapat dilihat sangat ofensif dengan segala klaimnya di kawasan tersebut. Tingkat keberanian dan kepercayaan diri Cina pun juga semakin meningkat seiring dengan perkembangan yang terjadi pada negaranya. Cina nyatanya sangat vokal dalam menyuarakan seluruh klaimnya dan secara langsung mengusir pihak-pihak yang menurutnya mengganggu negaranya, seperti 32 Ibid., hlm Ibid. 13

15 yang dilakukannya terhadap Amerika Serikat. Hal ini mengindikasikan kemajuan luar biasa dalam kapabilitas power Cina. Kasus ini paling tidak dapat menggambarkan bagaimana Cina bergerak dan berusaha menjadi regional hegemon di kawasan Asia Pasifik. Namun demikian, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Amerika Serikat tentu akan sangat terganggu dengan kemajuan Cina ini karena pada dasarnya negaranya tidak menginginkan adanya peer competitor sehingga kemungkinan balancing dari pihak Amerika Serikat yang didukung oleh negara-negara lainnya sangat mungkin terjadi. Hal inilah yang menurut offensive realism akan menyebabkan perang atau konflik besar antara great power. Bagaimana dengan ketiadaan maksud dari Cina untuk menjadi negara hegemon seperti yang dikemukakan terkait dengan kebangkitannya? Hal ini dapat dijelaskan melalui asumsi dasar terhadap sistem internasional. Asumsi yang berperan besar dalam fenomena ini terutama adalah asumsi sistem internasional yang kedua dan ketiga. Seperti yang telah dituliskan pada bab sebelumnya, asumsi kedua mengatakan bahwa setiap negara memiliki kapabilitas militer yang ofensif terhadap negara lain dalam sistem internasional. Setiap negara yang melakukan enhancement atau peningkatan kapabilitas militer memiliki potensi untuk dapat menghancurkan negara-negara lainnya. Hal inilah yang ditakutkan oleh negara-negara lain di dunia, termasuk Amerika Serikat. Asumsi ini menjelaskan kekhawatiran negara-negara lain terhadap peningkatan kapabilitas militer yang dilakukan oleh Cina. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, walaupun kapabilitas militer Cina masih jauh di bawah Amerika Serikat, jika peningkatan terus dilakukan, bukan tidak mungkin terdapat potensi konflik dan kehancuran yang besar dalam tatanan sistem internasional. Asumsi ketiga dalam sistem internasional menyebutkan bahwa tidak ada negara yang dapat benar-benar yakin akan maksud dan tujuan dari negara lain. Hal ini menjelaskan bahwa walaupun Cina selalu menjelaskan kebangkitannya ini dengan istilah peaceful rise, hal ini nyatanya tidak semata-semata membuat pihak lain percaya dan yakin akan maksud yang disampaikan oleh Cina tersebut. Oleh karena itulah, asumsi ini menjelaskan bahwa respon dari negara-negara dalam dunia internasional terkait kebangkitan Cina tersebut merupakan sebuah respon yang wajar. Cina mungkin memang menuangkan intensi, maksud, serta tujuan kebangkitannya dalam pidato-pidato dan dokumen-dokumen kebijakannya. Namun demikian, sesuai dengan yang dikatakan oleh Mearsheimer, pembuat kebijakan dapat saja berbohong dan tidak mengatakan maksud dan tujuan 14

16 yang sebenarnya. 34 Hal inilah yang mungkin saja terjadi dalam fenomena ini, terutama didukung dengan pendapat pihak Amerika Serikat yang menganggap Cina tidak transparan terkait dengan kebangkitannya, seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Cina mungkin saja tidak mengemukakan maksud dan tujuan sebenarnya dari kebangkitan yang tengah negaranya lakukan. Mungkin saja Cina hanya menggunakan istilah peaceful rise tersebut sebagai topeng agar maksud dan tujuan sebenarnya tidak diketahui dan dunia internasional tidak perlu khawatir. Jika memang maksud dan tujuan Cina saat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh pihak pemerintah negaranya, masyarakat internasional pun tidak akan dapat mengetahui maksud dan tujuannya di masa yang akan datang. Hal inilah yang perlu diwaspadai. Dengan demikian, kebangkitan Cina ini pada dasarnya memunculkan respon-respon wajar dan masuk akal dari kalangan masyarakat internasional. Tidak dapat disangkal bahwa kebangkitan Cina memiliki dampak yang besar terhadap balance of power secara global. Kebangkitan Cina ini pun mengindikasikan adanya penyempitan power gap antara Cina dengan Amerika Serikat yang merupakan negara hegemon saat ini. 35 Tak hanya itu, kebangkitan Cina yang terus meningkat secara pesat sangat mungkin dapat menyebabkan konflik di masa depan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, karena pada dasarnya pergeseran balance of power di dunia berkemungkinan memiliki dampak buruk pada peace. Nyatanya, peaceful rise yang diusungnya tidak semata-mata dapat dipercayai begitu saja oleh masyarakat dunia. Peaceful rise yang diusung oleh Cina nyatanya tidak dapat benar-benar menjanjikan kondisi dunia yang damai di masa depan. Tidak ada negara yang secara sepenuhnya memahami maksud dari kebangkitan Cina tersebut. Terdapat potensi yang cukup besar akan terjadinya konflik di masa depan, apapun maksud yang dikemukakan oleh Cina. 34 Ibid., hlm John J. Mearsheimer, The Gathering Storm: China s Challenge to US power in Asia, Op. Cit., hlm

17 BAB III PENUTUP Dari pembahasan yang telah dilakukan di bagian-bagian sebelumnya, dapat dilihat bahwa pada kenyataannya kebangkitan Cina yang tengah terjadi ini merupakan sebuah fenomena yang cukup dikhawatirkan oleh pihak-pihak lain dalam tatanan sistem internasional. Kebangkitan Cina dianggap sebagai sebuah ancaman yang cukup berarti bagi negara-negara di dunia internasional. Walaupun Cina terus berusaha menjelaskan kebangkitannya sebagai sebuah langkah yang damai dan tidak memiliki maksud untuk menantang pihak manapun, pihak-pihak dalam dunia internasional tetap merasa keamanan negaranya akan terancam jika Cina tetap melakukan perkembangan yang sepesat ini. Hal ini memungkinkan adanya perlawanan dari pihak-pihak yang terancam tersebut terhadap Cina dan kebangkitannya. Sebagai kesimpulan, kebangkitan Cina ini berpotensi menciptakan konflik seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Kebangkitan Cina tidak akan terjadi secara damai karena adanya pihak-pihak lain yang merasa terancam dengan eksistensi kebangkitan Cina tersebut. Asumsi tentang sistem internasional dan kerangka teori realisme ofensif dalam makalah ini menjelaskan akan kondisi dunia internasional di masa depan yang tidak mungkin peaceful sesuai dengan yang dikemukakan dan dijanjikan oleh pihak Cina. Nyatanya, apapun maksud dari perkembangan Cina tersebut, fenomena ini tetap menuai kekhawatiran dan dapat berujung pada great power war di masa yang akan datang sesuai dengan asumsi realisme ofensif dalam hubungan internasional. 16

18 DAFTAR PUSTAKA BUKU DAN JURNAL Brewster, David The India Japan Security Relationship: An Enduring Security Partnership dalam Asian Security, Vol. 6, No. 2. Clark, Ian China and the United States: a succession of hegemonies? dalam International Affairs : 87 : I. Dunne, Tim, Milja Kurki, dan Steve Smith (ed.) International Relations Theories: Discipline and Diversity. New York. Oxford University Press Dreyfuss, Robert Containing China is A Fool s Errand. Yet Obama s Deal with Indonesian Thugs is Aimed at Exactly That dalam The Nation, Edisi 23 Juli Guo, Sujian China's "Peaceful rise" in the 21st Century: Domestic and International Conditions. Burlington. Ashgate Publishing Company. Mearsheimer, John J The Gathering Storm: China s Challenge to US power in Asia dalam The Chinese Journal of International Politics, Vol. 3. Sainsbury, Michael Don t Interfere with Us: China Warns US to Keep its Nose Out dalam The Australian, Edisi 6 Agustus Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi International Relations Theory. New York. Longman- Pearson. Wong, Edward Chinese Military Seeks to Extend its Naval Power dalam New York Times, Edisi 23 April ARTIKEL INTERNET --, China 'will not match' US military power general yang diakses dari --, Chinese Military Modernization Program Continues Apace, Though Persistent Domestic Development Problems Remain, yang diakses dari 17

19 discourse.com/2010/12/chinese-military-modernization-program-continues-apace-thoughpersistent-domestic-development-problems-remain/ --, Increased spending before and even during global economic crisis, yang diakses dari --, Japan Agrees to Accept Okinawa Base yang diakses dari / --, Singapore Changi Naval Base yang diakses dari --, US says China's military has seen secret expansion yang diakses dari --, Wen warns US on South China Sea dispute yang diakses dalam --, World Military Spending, yang diakses dari Allard, Tom. Tension Rise on South China Sea Dispute, yang diakses dari Axe, David. China's 'Ripples of Capability': An Interview with Andrew Erickson, yang diakses dari Department of Defence, Australian Government, Defending Australia in the Asia Pacific Century: Force 2030, hlm. 33 yang diakses dari Ikenberry, G. John. The Rise of China and the Future of the West yang diakses dari J.M., China's military power: Modernisation in sheep's clothing yang diakses dari 18

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi Laut Cina Selatan sebagai jalur perairan utama dalam kebanyakan ekspedisi laut, yang juga berada diantara negara-negara destinasi perdagangan, dan terlebih lagi

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara dalam melakukan hubungan-hubungan yang sesuai kaidah hukum internasional tidak terlepas dari sengketa. Seperti halnya manusia sebagai makhluk individu,

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

Lingkungan Strategis XXI

Lingkungan Strategis XXI Lingkungan Strategis XXI Balance of Power ARMS Trade Strategic Environment Force Deployment RMA Unipolar Moment-Concert of Power Differentiation of Distribution of Power Imperial Overstretch Limit of Innovation

Lebih terperinci

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL. Oleh. Drs. Asep Setiawan MA

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL. Oleh. Drs. Asep Setiawan MA SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL Oleh Drs. Asep Setiawan MA PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting

Lebih terperinci

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 STATE Miriam Budiardjo: Negara sebagai suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Peranan jieitai..., Nurlita Widyasari..., FIB UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Peranan jieitai..., Nurlita Widyasari..., FIB UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara industri di dunia yang mampu bersaing dengan negara industri lainnya, seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat. 1 Persaingan antara negara-negara

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : EKA PRASETYA ILMU POLITIK

DISUSUN OLEH : EKA PRASETYA ILMU POLITIK AGRESIFITAS POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK RAKYAT CINA DALAM SENGKETA PERBATASAN DI KAWASAN ASIA PASIFIK DISUSUN OLEH : EKA PRASETYA 080906034 ILMU POLITIK DOSEN PEMBIMBING : DR. HERI KUSMANTO, MA DOSEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Terakreditasi A SK BAN PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 STRATEGI CINA UNTUK MENEGASKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Timur merupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara seperti Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Laut Cina Selatan merupakan sengketa laut yang menjadi prioritas utama negara - negara dikawasan Asia Tenggara dan Association of South East Asia Nations (ASEAN) saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belum bisa diwujudkan dalam setiap rezim pemerintahan. Isu pembangunan

I. PENDAHULUAN. belum bisa diwujudkan dalam setiap rezim pemerintahan. Isu pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan pembangunan antar wilayah masih merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Pelaksanaan pembangunan yang adil dan merata belum bisa diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dibagi menjadi sembilan sub bab, yang meliputi sebagai berikut: Alasan

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dibagi menjadi sembilan sub bab, yang meliputi sebagai berikut: Alasan BAB I PENDAHULUAN Pada bab satu ini penulis akan memaparkan mengenai Pendahuluan. Bab ini akan dibagi menjadi sembilan sub bab, yang meliputi sebagai berikut: Alasan penulisan judul, tujuan penulisan,

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. dengan Uni Soviet, dimana pada saat Perang Dingin terjadi perang ideologi antara

BAB I. Pendahuluan. dengan Uni Soviet, dimana pada saat Perang Dingin terjadi perang ideologi antara BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) merupakan negara yang berada di Asia Timur yang berdiri pada tahun 1949 1. Pada masa perang dingin, Cina bersekutu dengan Uni Soviet,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki prospek di masa mendatang dan menjadi komoditas menarik bagi Indonesia. Produk industri kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan hal yang tidak asing lagi terdengar di telinga rakyat Indonesia. Sepuluh tahun belakangan ini korupsi menjadi isu yang selalu panas dan tidak

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni

REALISM. Theoretical Intrepretations of World Politics. By Dewi Triwahyuni REALISM Theoretical Intrepretations of World Politics By Dewi Triwahyuni Theory in Brief REALISM & NEOREALISM Key Actors View of the individual View of the state View of the international system Beliefs

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keterlibatan Australia dalam Perang Irak 2003 dianggap sebagai sebuah momentum bagi kembalinya prinsip forward defence policy sebagai basis kebijakan pertahanan Australia.

Lebih terperinci

Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat. Oleh: Hendra Permana

Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat. Oleh: Hendra Permana Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat Oleh: Hendra Permana Pendahuluan Dua peristiwa besar beberapa Minggu terakhir ini mengguncang dunia. Pertama, China

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tanggal 26 Juli 1945, diumumkanlah Deklarasi Potsdam untuk Jepang, yang ditandatangani oleh ketiga pemimpin pemerintahan negara Sekutu yaitu Amerika Serikat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sengketa Internasional Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional merupakan suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang bertentangan mengenai dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di negara-negara Afrika Utara dan

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di negara-negara Afrika Utara dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fenomena Arab Spring merupakan sebuah fenomena yang memunculkan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di negara-negara Afrika Utara dan Timur Tengah. Fenomena

Lebih terperinci

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi sebagian wilayah dari Singapura dan Selat Malaka hingga ke Selat Taiwan dengan luas

Lebih terperinci

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI A. Manusia, Politik dan Moral. Manusia adalah mahluk yang bermoral. Hal ini menjadi sesuatu yang mulai kabur dan berubah dalam hal keilmuan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah berkembang menjadi sebuah fenomena global. Dalam enam dekade terakhir, negara-negara berkembang menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni 1996 RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Barangkali kita masih teringat akan pengalaman sekitar dua atau tiga tahun lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setelah Mahkamah Hukum Internasional menjatuhkan putusan kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia pada tanggal 17 Desember 2002, Indonesia memasuki suatu

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5(4) 1331-1338 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KONFLIK PERBATASAN MARITIM TERHADAP POTENSI PERLOMBAAN SENJATA DI ASIA TENGGARA

PENGARUH INTENSITAS KONFLIK PERBATASAN MARITIM TERHADAP POTENSI PERLOMBAAN SENJATA DI ASIA TENGGARA SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS KONFLIK PERBATASAN MARITIM TERHADAP POTENSI PERLOMBAAN SENJATA DI ASIA TENGGARA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata satu (S-1) Jurusan Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University

BAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan pemilihan judul Tesis ini akan menjelaskan tentang kompleksitas keamanan di kawasan Asia Timur dan implikasinya terhadap peningkatan kekuatan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI. This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI. This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI KONVENSI BOM CLUSTER Oleh: Sanatul Zadidah ABSTRACT This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia signed the Convention

Lebih terperinci

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika hubungan Australia dan Cina tidak semulus perjalanan hubungan perdagangan Australia dan Cina. Ketidakharmonsan hubungan Australia dan Cina ini bermula bahkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sistem pertahanan dan keamanan terbaik. Seperti menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci