BAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan pemilihan judul Tesis ini akan menjelaskan tentang kompleksitas keamanan di kawasan Asia Timur dan implikasinya terhadap peningkatan kekuatan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia Timur di uraikan dengan menjelaskan hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan, Cina dan Amerika Serikat, Jepang dan Amerika Serikat, Cina dengan Jepang serta pola aksi-reaksi atas berbagai kebijakan dari negaranegara tersebut. Setelah menguraikan berbagai kompleksitas keamanan tersebut, penulis akan memberikan analisis tentang implikasi ia terhadap peningkatan kekuatan senjata nuklir Korea Utara. Kondisi internasional yang tidak stabil pasca Perang Dingin memberikan pengaruh terhadap kawasan Asia Timur. Negara-negara di Asia Timur mulai mengarahkan perhatian kepada perkembangan keadaan sekitar yang dianggap dapat menjadi sumber ancaman dan mencari cara untuk mengatasinya. Sejarah Perang Dingin masih membekas dan memberikan suatu kondisi di mana rivalitas antarnegara dalam kawasan tertentu masih berlangsung. Di Asia Timur, dinamika keamanan kawasan umumnya berkisar pada tiga isu utama: masalah Jepang dengan negara-negara tetangganya, ketegangan hubungan antara Cina dan Jepang, dan perang yang tidak kunjung selesai antara dua negara di Semenanjung Korea. 1 Ronald Smith menulis bahwa dampak utama dari usaha suatu negara meningkatkan anggaran militernya adalah munculnya konflik bersenjata dan aliansi-aliansi yang terbangun antarnegara. 2 Peningkatan anggaran militer Cina, misalnya, dan polaritas kekuatan antara Jepang dan Amerika Serikat dapat dipengaruhi oleh faktor keamanan baik di ruang lingkup global maupun kawasan. Pengaruh dari kondisi eksternal, dalam hal ini stabilitas keamanan wilayah, sangat dipengaruhi oleh negara-negara yang berada di dalam wilayah tersebut. Masalah stabilitas keamanan di kawasan Asia Timur berada dalam kondisi potensial untuk konflik yang sangat mungkin terjadi. 1 B. Buzan & O. Waever, Regions and Powers: The Structure of International Security, Cambridge University Press, New York, 2003, p R.P. Smith, Models of Military Expenditure, Journal of Applied Econometrics, vol. 4, no. 4, 1989, p

2 Beberapa aspek di atas menjadi sangat menarik untuk diteliti. Penelitian dengan tema senjata nuklir Korea Utara sangat beragam dan bervariasi, khususnya dalam analisis tentang dampak pengembangan senjata nuklir tersebut terhadap kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur. Pada umumnya, penelitian yang sudah ada berfokus pada fakta bahwa pengembangan senjata nuklir Korea Utara memberikan implikasi terhadap kompleksitas keamanan Asia Timur. Artinya, senjata nuklir Korea Utara yang memberikan pengaruh signifikan terhadap eskalasi konflik senjata di kawasan Asia Timur. Namun, penelitian ini mencoba menguraikan analisis yang berbeda, yaitu bahwa dalam kondisi tertentu kompleksitas keamanan Asia Timur-lah yang menyebabkan perkembangan senjata nuklir Korea Utara terus meningkat. Ini didasarkan pada asumsi bahwa peningkatan kekuatan militer sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, termasuk kompleksitas keamanan kawasan. Selain itu, konstelasi politik global dewasa ini juga menciptakan suatu kondisi di mana keamanan kawasan sangat mempengaruhi perilaku politik luar negeri negara- negara dalam kawasan tersebut, khususnya dalam aspek kebijakan militer. Ini menjadi semacam pola dan skema interaksi antarnegara yang berada dalam suatu kawasan tertentu, yang sangat menarik untuk diidentifikasi dan diteliti sebagai sebuah kajian dalam studi hubungan internasional. 1.2 Latar belakang masalah Sistem internasional pasca Perang Dingin mengalami transformasi dari bipolaritas (Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kutub-kutubnya) menjadi multipolaritas (kekuatan yang sama di antara negara-negara dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai payung universal) atau unipolaritas (Amerika Serikat sebagai adidaya yang masih menentukan berbagai keputusan dalam tataran internasional). 3 Berakhirnya Perang Dingin memunculkan kondisi ketidakstabilan sistem internasional yang diwarnai oleh kejahatan internasional seperti terorisme, penyeludupan manusia, senjata, kejahatan lingkungan, kejahatan hak asasi manusia, proliferasi senjata pemusnah massal dan sebagainya, dan berkembangnya isu keamanan internasional. 4 Asia Timur juga terpengaruh oleh 3 S. Nuraeni, dkk., Regionalisme Dalam Studi Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, p A. Agung & Y. Mochammad, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, p. Agung & Mochammad, p.12. 2

3 ketidakstabilan sistem internasional. Keadaan kawasan Asia Timur sampai saat ini masih tidak kondusif. Peningkatan anggaran militer suatu negara, termasuk Cina, dapat dipengaruhi oleh faktor keamanan baik di ruang lingkup global maupun regional. Pada tahun 2015, anggaran belanja pertahanan Cina sudah mencapai angka sekitar $141 milyar, meningkat 10,1 % dari tahun 2014 yang berjumlah sekitar $130 milyar. Peningkatan ini dilakukan Cina untuk merespon ketegangan di kawasan Asia Timur dan konflik Laut Cina Selatan. 5 Kebijakan pemerintah Cina untuk menaikkan anggaran pertahanan telah menarik perhatian dunia internasional dan menimbulkan kecemasan sejumlah negara. Negara-negara di kawasan Asia Timur sangat serius dalam melihat perkembangan militer Cina. Mereka terus menekan program pengembangan militer Cina dengan kritik bahwa jumlah anggaran militer Cina yang besar dapat memicu instabilitas kawasan serta menyulut kemarahan negara-negara di Asia Timur yang dapat mengakibatkan terjadinya perang. 6 Menurut konsep balance of power, kemunculan kekuatan yang dominan potensial di kawasan cenderung akan membuat tatanan sistem menjadi tidak stabil. Hal ini kemudian menyebabkan tindakan penyeimbangan kekuatan oleh negara-negara lain dalam sistem. Terdapat dua kemungkinan utama yang muncul atas kondisi ini, yaitu negara-negara di kawasan akan bergabung dengan kekuatan dominan (bandwagoning) atau membentuk aliansi baru untuk mengimbangi kekuatan yang ada (balancing). 7 Dalam kasus kawasan Asia Timur, terlihat potensi Cina sebagai kekuatan global baru di kawasan. Ini menimbulkan kekhawatiran sejumlah negara di Asia Timur yang segera merasa perlu menjaga stabilitas keamanan domestik mereka. Kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur, khususnya antara Cina dengan Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan, menjadi sangat menarik. Keempat negara ini memegang peranan kunci dalam stabilitas kawasan dilihat dari kapabilitas militer yang mereka miliki dan daya tawar politik masing-masing. Kondisi ini menyebabkan terjadinya dilema 5 J. Ruwitch, China to raise defense budget 10.1 percent this year in high-tech drive, Reuters (daring), 5 March 2015, < diakses 23 Maret A.J. Purwanto, Peningkatan Anggaran Militer Cina dan Implikasinya terhadap Keamanan di Asia Timur, SPEKTRUM Jurnal Ilmu Politik dan Hubungan Internasional, vol. 7, no. 1, Juni 2010, p S.M. Walt, Alliance Formations and the Balance of Power, International Security, vol. 9, no. 4, Spring 1985, p. 4. 3

4 keamanan, yaitu kondisi di mana keinginan suatu negara untuk memperkuat militer dianggap sebagai ancaman sehingga menimbulkan respon negara lain juga dengan memperkuat militer yang dimiliki. Akhirnya terjadi perlombaan senjata yang berasal dari saling curiga antarnegara di kawasan. 8 Dalam kasus Korea Utara, peningkatan senjata nuklir negara ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang keamanan kawasan Asia Timur dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Perilaku satu negara dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu sejarah, geopolitik, ekonomi, dan politik domestik. Keputusan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk menduduki Semenanjung Korea pada akhir Perang Dunia II, misalnya, menghasilkan konfrontasi antara kedua negara besar tersebut. Setelah Amerika Serikat memerangi Cina dalam Perang Korea, hubungan bipolar antara Cina-Soviet dan aliansi Amerika Serikat- Jepang merupakan hal yang menentukan secara mendasar masalah keamanan di Asia Timur. 9 Ketergantungan Korea Utara terhadap Uni Soviet dan Cina juga termasuk hal-hal yang menentukan perkembangan senjata nuklir negara tersebut. Korea Utara menyakini senjata nuklir akan dapat menangkal serangan Amerika Serikat dan membuat ia lebih kuat dari Korea Selatan. Senjata nuklir juga dianggap memberikan jaminan keamanan bagi Korea Utara yang selama ini tidak ditawarkan oleh negara manapun atau komunitas internasional. Singkatnya, dengan melihat kondisi keamanan yang kompleks di kawasan Asia Timur, Korea Utara berharap bahwa pengembangan senjata nuklir menjadi sumber keamanan yang efektif Pertanyaan penelitian Bagaimana kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur berimplikasi terhadap peningkatan kekuatan senjata nuklir Korea Utara? 8 K.N. Waltz, Theory of International Politics, Addison Wesley, Reading, 1979, p B.J. Ahn, Semenanjung Korea dan Keamanan Asia Timur, Masalah Keamanan Asia, CSIS, Jakarta, 1990, p J. Kuhn, Global Security Issues in North Korea: Multilateralism in Northeast Asia, Task Forces, Washington, D.C., 2010, p

5 1.4 Tinjauan pustaka Secara umum bisa dikatakan bahwa penelitian dengan topik senjata nuklir Korea Utara sangat banyak dan bervariasi, khususnya analisis dampak pengembangan senjata nuklir Korea Utara terhadap kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur. Di antara penelitian itu adalah Crisis on the Korean Peninsula, How to Deal With A Nuclear North Korea yang ditulis oleh Michael O Hanlon dan Mike Mochizuki. Dalam buku ini ditulis bahwa Cina, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat menghadapi situasi dilematis dalam upaya mengambil kebijakan untuk menyelesaikan krisis yang terjadi di Asia Timur, khususnya konflik Semenanjung Korea. Penjelasan dalam buku ini secara komprehensif mengurai kompleksitas yang terjadi di kawasan Asia Timur, di mana sikap rezim Korea Utara yang terus meningkatkan kemampuan senjata nuklir dinilai sangat berbahaya bagi keamanan kawasan Asia Timur. 11 O Hanlon dan Mochizuki menganjurkan agar negara-negara dan organisasi internasional menggunakan pendekatan non-militer dalam menghadapi rezim Korea Utara. Aliansi militer Amerika Serikat dengan Jepang dan Korea Selatan dianggap bisa menjadi kendala dalam upaya proliferasi nuklir Korea Utara. Meskipun pada awalnya kehadiran pasukan Amerika Serikat di Semenanjung Korea untuk mengantisipasi intervensi Cina terhadap Korea Selatan, namun kini kebijakan keamanan tersebut semakin meluas, termasuk juga untuk menangkal ancaman dari Korea Utara. Aliansi keamanan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan seharusnya tidak melakukan tindakan provokatif, misalnya, dengan penempatan pasukan gabungan di zona demiliterisasi. 12 Kebijakan provokatif dan pemberian sanksi dinilai sangat berisiko tinggi dan tidak tepat, berdasarkan perhitungan bahwa kebijakan militer yang keras akan memicu Korea Utara bertindak secara tidak rasional dan dikhawatirkan menggunakan kemampuan senjata nuklirnya. Pilihan yang mungkin dapat ditempuh adalah menerapkan kebijakan yang lebih bersahabat dengan cara membangun dialog antara Amerika Serikat, Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Korea Utara. Kompleksitas inilah yang kemudian menjadi menarik untuk dianalisis lebih lanjut dalam konteks situasi keamanan di kawasan Asia Timur M. O Hanlon & M. Mochizuki, Crisis on the Korean Peninsula: How to Deal with A Nuclear North Korea, Mc-Graw Hill, New York, 2003, pp O Hanlon & Mochizuki, pp O Hanlon & Mochizuki, pp

6 Dalam artikel yang berjudul North Korea s Nuclear Strategy and Interface between International and Domestic Politics, Samuel Kim berpendapat bahwa pasca Perang Dingin nuklir menjadi sebuah kekuatan dan strategi dalam kebijakan nasional. Ini terlihat dari kemampuan Amerika Serikat sebagai kekuatan adidaya yang memiliki anggaran militer sangat tinggi dan menjadikan nuklir sebagai alat untuk menekan negara lain, termasuk Korea Utara. Program nuklir Korea Utara merupakan strategi yang dipengaruhi oleh persepsi terhadap ancaman Amerika Serikat sejak masa Perang Korea. Ketakutan Korea Utara akan kemampuan militer Amerika Serikat juga tampak ketika Korea Selatan dan Jepang menjalin aliansi militer dengan Amerika Serikat. 14 Dalam artikel ini, Kim menggunakan pendekatan sejarah dan geopolitik untuk mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana Korea Utara berupaya mengembangkan senjata nuklir, yang secara tidak langsung akhirnya mempengaruhi interdepedensi dan interaksi negara itu dengan Amerika Serikat. Ia juga meyakini bahwa sekalipun pengimbangan senjata nuklir dapat dianggap sebagai kebijakan politik domestik, peningkatan senjata nuklir Korea Utara memberikan implikasi terhadap kondisi internasional. Menurut Kim, pola keamanan dalam senjata nuklir berada pada dua level yang berbeda, yaitu level domestik dan level internasional. Hubungan antara Korea Utara dan Amerika Serikat tidak terlepas dari kebijakan politik domestik negara-negara tersebut, khususnya dalam antisipasi konflik senjata nuklir. Kebijakan pemerintah domestik Korea Utara dan Amerika Serikat memiliki pengaruh penting dalam kebijakan nuklir kedua negara. Selain itu, Kim berpendapat bahwa faktor sejarah, tidak bisa dilepaskan dalam melihat hubungan antarkedua negara tersebut. Pengalaman pada masa Perang Korea dan Perang Dingin telah menjadikan Korea Utara selalu merasa terancam akibat kebijakan keamanan Amerika Serikat di kawasan Asia Timur, utamanya ancaman senjata nuklir. 15 Meski demikian, bagaimana formulasi kebijakan sistem pemerintahan domestik bekerja dan bagaimana proses internal pemerintahan domestik kurang dianalisis dalam artikel Kim. Pendapat Kim hanya bersifat satu arah dan mengabaikan aspek implikasi balik dari sebuah kebijakan domestik negara, khususnya yang terjadi pada kasus pengembangan nuklir Korea Utara. Selain itu, Kim juga tidak menjelaskan perbedaan kekuatan militer 14 S. Kim, North Korea s Nuclear Strategy and Interface between International and Domestic Politics, Asian Perspective, vol. 34, no. 1, 2010, pp Kim, pp

7 antarnegara di kawasan Asia Timur yang menyebabkan ketidakseimbangan kekuatan sistem persenjataan. Inilah yang menurut penulis merupakan sebuah ketimpangan analisis ketika dihadapkan dengan fakta yang terjadi di kawasan Asia Timur. Menurut penulis, sistem pemerintahan Korea Utara berperan penting dalam segala kebijakan yang berkaitan dengan senjata nuklir. Selain itu, kompleksitas yang terjadi sebenarnya lebih rumit daripada hanya sekedar pengaruh kebijakan pada level domestik negara terhadap situasi di level internasional, termasuk ketidakseimbangan kekuatan antarnegara dan peningkatan anggaran belanja militer di kawasan. Penulis beranggapan bahwa kebijakan dalam level domestik tidak hanya mempengaruhi level internasional saja, tetapi juga memberikan implikasi balik terhadap kebijakan domestik negara tersebut. 1.5 Landasan teoritik Penulis akan menggunakan teori kompleksitas keamanan kawasan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Keamanan kawasan adalah suatu kondisi yang terbentuk dari pola hubungan amity (persahabatan) dan enmity (permusuhan) yang merupakan efek perseteruan di masa lalu (faktor sejarah), geopolitik, dan interaksi antarnegara dalam suatu ruang lingkup atau area yang terbatas. Barry Buzan dan Ole Waever mendefinisikan kompleksitas keamanan kawasan sebagai sebuah kelompok negara dalam suatu kawasan tertentu, di mana fokus utama dari aspek keamanan berhubungan erat dan terikat antara satu negara dengan yang lainnya. 16 Buzan dan Waever menulis: The central idea in Regional Security Complexs is that, since most threats travel more easily over short distances than long ones, security interdependence is normally into regionally based clusters: security complexes Process of securitization and thus the degree of security interdependence are more intense between actors inside such complexes than they are between actors inside the complex and outside of it. 17 Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa dalam situasi tertentu ancaman akan selalu ada, baik dalam skala jarak dekat maupun jarak jauh. Interdependesi keamanan dalam suatu kawasan akan selalu terjadi sehingga keamanan menjadi semakin kompleks. Ini 16 Buzan & Waever, p Buzan & Waever, pp

8 menyebabkan meningkatnya intensitas hubungan keamanan negara-negara yang terlibat, baik secara langsung di dalam maupun di luar kompleksitas keamanan yang ada. Dalam mendefinisikan region dalam pengertian teori kompleksitas keamanan kawasan, Buzan dan Waever lebih melihat bahwa definisi region didasarkan pada jangkauan pengaruhnya terhadap sebuah isu keamanan. Secara tidak langsung, region dalam konsep Buzan dan Waever bukanlah region yang berarti teritori saja, tetapi juga merupakan konsep kawasan atau sekumpulan unit yang memiliki proses sekuritisasi, desekuritisasi dan interaksi antara keduanya yang saling terhubung. Konsep ini pada akhirnya menyakini bahwa masalah keamanan negara-negara dalam kawasan tertentu tidak dapat dianalisis secara terpisah. 18 Secara singkat, teori kompleksitas keamanan kawasan berfokus pada unsur-unsur penting dalam pembentukan kompleksitas keamanan dalam kawasan tertentu. Buzan dan Waever berpendapat bahwa saling ketergantungan dan hubungan keamanan antarnegara dalam kawasan tertentu terjadi karena beberapa faktor seperti geografis, etnisitas, dan budaya masyarakat di suatu wilayah yang kemudian akan menimbulkan kompleksitas keamanan kawasan. Secara khusus, ini akan mempengaruhi perkembangan ekonomi dan sistem politik yang akhirnya akan menimbulkan saling ketergantungan antarnegara dan akan bermuara pada munculnya sistem pertahanan keamanan kawasan. 19 Terbentuknya pola ketergantungan antarnegara dalam kompleks keamanan kawasan tidak secara langsung menghilangkan hubungan yang selalu diwarnai persaingan dan kecurigaan, perimbangan kekuatan, aliansi kekuatan, dan masuknya kekuatan eksternal. Terdapat empat hal yang menjadi pembentuk struktur dasar dari kompleksitas keamanan kawasan, yaitu kedekatan geografis, anarkisme kawasan, polaritas kekuatan, dan konstruksi sosial berupa amity dan enmity (lihat Gambar 1). Gambar 1. Kompleksitas keamanan kawasan D.A. Lake & P.M. Morgan, Regional Organs: Building Security in a New World, Pennsylvannia State University Press, Pennsylvannia, 1997, p B. Buzan & K.M. Lemaitre, The European Security Order Recast: Scenarios for the Post Cold War Era, Pinter, London, 1990, p Buzan & Waever, p

9 kedekatan geografis konstruksi sosial (amity dan enmity) kompleksitas keamanan kawasan anarkisme kawasan polaritas/ distribusi kekuatan Gambar di atas menjelaskan tentang aspek-aspek yang terbentuk dalam kompleksitas keamanan kawasan yang saling berhubungan dan memberikan aksi-reaksi dan timbal balik. Kedekatan geografis merupakan tempat di mana hubungan keamanan di antara negara terbentuk dan saling memiliki keterikatan. Ancaman akan terasa semakin besar karena faktor kedekatan jarak. Di kawasan Asia Timur, letak geografis Cina, Korea Utara, Korea Selatan, dan Jepang sangat dekat. Posisi perbatasan ini menjadi tempat yang sangat potensial untuk terjadinya konflik bersenjata. Anarkisme kawasan mengakibatkan minimnya dialog dan proses komunikasi dalam bentuk kerja sama atau perjanjian bilateral maupun multilateral sehingga mengakibatkan tingginya kecurigaan. Anarkisme kawasan juga ditunjukkan dengan tidak adanya otoritas yang berwenang dalam proses penyelesaian secara damai apabila terjadi konflik di antara negara-negara kawasan Asia Timur. Polaritas kekuatan menunjukkan distribusi kekuatan yang tidak merata di antara negara-negara di kawasan. Polaritas di Asia Timur terlihat jelas ketika dukungan Amerika Serikat terhadap Korea Selatan dan Jepang menjadikan Korea Utara dan Cina berupaya mengandalkan dan meningkatkan kekuatan untuk bisa mengimbangi mereka. Polaritas yang tidak seimbang ini akan berimplikasi pada pembentukan poros negara militer lemah dan negara militer kuat, di mana negara militer lemah pada akhirnya cenderung sangat rentan akan ancaman dari negara militer kuat. 9

10 Konstruksi sosial yang diperlihatkan melalui pola persahabatan dan permusuhan mendasari terbentuknya keamanan kawasan karena akan berujung kepada formulasi kedekatan negara dalam suatu kawasan. Kondisi keamanan di kawasan menjadi kompleks karena faktor kedekatan geografis dan keamanan nasional suatu negara yang dihasilkan atas dasar persepsi terhadap keamanan nasional negara lain. 21 Pola persahabatan terlihat antara Korea Utara dengan Cina, di mana kerja sama ekonomi dan infrastruktur di berbagai bidang mulai dilakukan secara bertahap sejak tahun Cina juga secara rutin memberikan bantuan ekonomi, pangan dan kemanusiaan kepada Korea Utara. Cina adalah investor asing terbesar di Korea Utara. Dalam bidang transportasi sebagai sarana infrastuktur industri, misalnya, Cina telah mengeluarkan biaya sekitar $23,7 juta. 22 Pola persahabatan dan permusuhan ini memicu keterlibatan pihak eksternal, yakni Amerika Serikat, dalam aliansi pertahanan dengan Jepang dan Korea Selatan di kawasan Asia Timur. Hubungan antarnegara dalam kompleksitas keamanan selalu diwarnai oleh persaingan dalam perimbangan kekuatan, aliansi keamanan, serta masuknya kekuatan eksternal. Keterlibatan pihak eksternal bisa mengambil bentuk masuknya negara luar ke dalam wilayah kawasan ketika terjadi konflik ataupun dibangunnya suatu kerja sama atau aliansi antara negara luar dengan satu atau beberapa negara dalam kawasan. 23 Kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang terdiri dari empat aspek utama berupa kedekatan geografis, anarkisme kawasan, polaritas kekuatan dan konstruksi sosial yang diperlihatkan melalui pola persahabatan dan permusuhan menyebabkan terjadinya dilema keamanan ketika satu atau sekelompok negara meningkatkan kapabilitas dan kemampuan militer demi tujuan keamanannya dengan mengurangi tingkat keamanan negara lain di sekitarnya. 24 Menurut Robert Jervis, dilema keamanan merupakan situasi dan cara negara untuk berupaya meningkatkan keamanan dengan mengurangi tingkat keamanan negara lain sehingga dapat menciptakan konflik. Kondisi ini pada akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya tingkat keamanan itu sendiri. Jervis juga memandang bahwa dilema keamanan menciptakan kondisi keamanan yang tidak stabil dikarenakan negara memiliki kemampuan untuk melakukan serangan ofensif. Jika negara melihat strategi 21 Buzan & Waever, p C. Nam, Beijing and the 1961 PRC-DPRK Security treaty, Naval Postgraduate School, California, 2010, p Buzan & Waever, p R. Jervis, Cooperation under the Security Dilemma, World Politics, vol. 30, no. 2, January 1978, p

11 ofensif lebih menguntungkan, maka tindakan untuk menyerang pertama kali memberikan keuntungan lebih besar jika dibandingkan dengan strategi defensif. Keyakinan tentang strategi ofensif lebih menguntungkan dilandasi oleh ketersediaan persenjataan modern dan mutakhir, serta sekutu yang mampu membantu ketika terjadinya perang. 25 Pada akhirnya dilema keamanan akan sangat dipengaruhi oleh aliansi militer dan peningkatan anggaran militer dan sistem persenjataan negara. Ketika suatu negara mengalami perasaan takut dan terancam, secara tidak langsung negara tersebut akan berupaya guna melindungi kepentingan nasional akibat adanya ancaman dari aliansi militer dan peningkatan kekuatan militer negara lain. Bentuk aksi-reaksi yang bisa dilakukan ketika terjadi dilema keamanan adalah melakukan kerja sama atau aliansi keamanan apabila suatu negara tidak mampu meningkatkan kapabilitas militernya sendiri. 26 Korea Utara menganggap keamanan kawasan yang kompleks akan membahayakan keamanannya sehingga ia berupaya mengembangkan senjata nuklir untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan serta mengimbangi keunggulan militer negara-negara lain di kawasan Asia Timur. Munculnya rasa saling memusuhi juga dipengaruhi oleh faktor sejarah yang kental. Faktor ini bisa membawa sentimen negatif ke arah permusuhan. Kompleksitas keamanan merupakan sebuah fenomena empirik yang didasarkan kepada faktor sejarah, kedekatan kondisi geografis dan perwujudan dari hasil interaksi antarnegara. Unsur-unsur ini memiliki posisi yang sejajar dan saling melengkapi; mereka dapat diposisikan sebagai unit penjelas bagi hubungan yang terjadi di suatu kawasan tertentu. Selain itu, dalam teori kompleksitas keamanan kawasan terdapat dua variabel yang saling mempengaruhi, yaitu variabel internal dan variabel eksternal. Variabel internal diukur dengan menggunakan indikator letak geografis, interaksi antarnegara, serta kesamaan sistem budaya, ekonomi, sosial dan politik negara-negara dalam kawasan. 27 Dengan indikatorindikator ini kemudian akan terlihat implikasi selanjutnya, yaitu apakah pengembangan sejata nuklir Korea Utara akan mengarah pada terbentuknya kerja sama pengaturan keamanan, khususnya dalam hal persenjataan militer. Sementara itu, variabel eksternal di sini berupa lingkungan internasional di sekitar negara-negara yang berada dalam kompleks keamanan kawasan. Selain kondisi keamanan di kawasan Asia Timur, yang perlu 25 Jervis, pp Jervis, pp Buzan & Waever, p

12 diperhatikan juga adalah isu-isu yang sedang berkembang. Korea Utara menyakini bahwa aliansi pertahanan Amerika Serikat dengan Jepang dan kedekatan Amerika Serikat dengan Korea Selatan merupakan ancaman terhadap keberadaan Korea Utara. Selain itu, menurut Korea Utara, Cina juga memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan ekonomi dan militer yang dominan di kawasan Asia Timur. Pengembangan senjata nuklir Korea Utara merupakan sebuah aksi-reaksi yang dilakukan untuk mempertahankan keamanan dan kepentingan nasional negeri tersebut. 1.6 Argumen utama Kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang terdiri dari aspek-aspek utama berupa kedekatan geografis, anarkisme kawasan, polaritas kekuatan, dan konstruksi sosial yang diperlihatkan melalui pola amity (persahabatan) dan enmity (permusuhan), berimplikasi pada terjadinya dilema keamanan di kawasan Asia Timur. Keadaan dilematis tersebut ditandai dengan adanya aliansi militer dan peningkatan anggaran militer negara-negara di kawasan Asia Timur. Dalam kompleksitas keamanan kawasan, bila suatu negara takut dan terancam, ia akan berupaya meningkatkan kapabilitas militernya untuk melindungi kepentingan nasional akibat adanya ancaman dari kekuatan militer negara lain. Korea Utara menganggap keamanan kawasan yang kompleks membahayakan keamanannya, sehingga ia berupaya mengembangkan kebijakan senjata nuklir untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan serta mengimbangi keunggulan militer negara-negara lain di kawasan Asia Timur. 1.7 Sistematika penulisan Tesis ini akan terdiri dari lima bab. Setelah Bab Pertama ini, Bab Kedua akan memberikan gambaran mengenai kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur. Di sini akan diperlihatkan keadaan persenjataan militer Cina, Korea Utara, Korea Selatan dan Jepang, aliansi militer di kawasan Asia Timur, anarkisme kawasan dan respon Amerika Serikat terhadap kompleksitas keamanan kawasan di Asia Timur. Bab Ketiga akan membahas tentang nuklir di Korea Utara sebelum dan sesudah Perang Dingin. Di sini akan ditunjukkan strategi peningkatan kekuatan senjata nuklir yang dilakukan Korea Utara, pandangan negara tersebut terhadap kehadiran militer Amerika 12

13 Serikat di Korea Selatan dan Jepang, serta perkiraan kekuatan nyata nuklir Korea Utara. Sebagai inti tesis, Bab Keempat akan menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur dan implikasinya terhadap peningkatan kekuatan senjata nuklir Korea Utara. Dalam bab ini juga akan dianalisis pola aksi-reaksi dari peningkatan kekuatan senjata nuklir Korea Utara terhadap kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur. Tesis ini kemudian akan ditutup dengan Bab Kelima yang berisikan kesimpulan dan inferensi yang dapat diperoleh dari temuan penelitian. 13

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, (Cambridge: Cambridge University Press, 2003), hlm. 152.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, (Cambridge: Cambridge University Press, 2003), hlm. 152. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Runtuhnya Uni Soviet yang menandai berakhirnya Perang Dingin memberi implikasi yang lebih rumit bagi kondisi hubungan internasional. Ketegangan maupun persaingan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5(4) 1331-1338 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Post-Cold War Era (2 nd edition), (London: Harvester Wheatsheaf, 1991), hal 187. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Post-Cold War Era (2 nd edition), (London: Harvester Wheatsheaf, 1991), hal 187. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melakukan analisis terhadap kondisi keamanan di tingkat kawasan memerlukan pemahaman terhadap dua hal, yaitu sistem internasional yang berlaku dan kondisi

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi Laut Cina Selatan sebagai jalur perairan utama dalam kebanyakan ekspedisi laut, yang juga berada diantara negara-negara destinasi perdagangan, dan terlebih lagi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

Lingkungan Strategis XXI

Lingkungan Strategis XXI Lingkungan Strategis XXI Balance of Power ARMS Trade Strategic Environment Force Deployment RMA Unipolar Moment-Concert of Power Differentiation of Distribution of Power Imperial Overstretch Limit of Innovation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi BAB IV KESIMPULAN Skripsi ini berusaha untuk menjawab dua pertanyaan masalah, yaitu mengapa kohesivitas regional di dalam SAARC sampai saat ini masih cenderung lemah dan juga apa saja yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara

BAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dingin yang diiringi menyebarnya demokratisasi juga berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara di dunia.

Lebih terperinci

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL

HUBUNGAN INTERNASIONAL HUBUNGAN INTERNASIONAL MOH. IKMAL Informasi Akademik : Blog : Mohammadikmal.Wordpress.Com E-mail : Ikmal.uny@gmail.com Deskripsi perkuliahan Mata kuliah hubungan internasional merupakan disiplin ilmu yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin terasa,

Lebih terperinci

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dominan di Korea, oleh karena itu, penelitian ini berusaha menganalisis kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. dominan di Korea, oleh karena itu, penelitian ini berusaha menganalisis kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Judul penelitian ini adalah kepentingan Amerika Serikat dalam reunifikasi di Semenanjung Korea. Amerika Serikat adalah salah satu faktor eksternal yang dominan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001, p. 115. 1 Taik-young Hamm, Arming the Two Koreas, State, Capital, and Military Power, Routledge, New York,

BAB I PENDAHULUAN. 2001, p. 115. 1 Taik-young Hamm, Arming the Two Koreas, State, Capital, and Military Power, Routledge, New York, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satu hal terpenting yang perlu disorot dari kawasan Asia Timur adalah ketegangan politik antara kelima negara. Letak permasalahan utamanya terdapat pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2004 atau berdasarkan tahun pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Pertahanan Tahun 2000-2004, pertumbuhan anggaran pertahanan

Lebih terperinci

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA Oleh: DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., M.A. Akhirnya setelah melalui pasang surut yang penuh ketegangan, masyarakat dunia kini perlu merasa lega. Sementara waktu

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian. Pertama, hadirnya

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP

Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Mengapa teori menjadi penting? Teori adalah pernyataan yang dibuat untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang

BAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kerjasama merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang pentingnya kerjasama dengan

Lebih terperinci

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan pergaulan masyarakat internasional, kerjasama antar negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan

Lebih terperinci

INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21

INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21 INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21 INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21 Penyunting: Dr. phil. Poltak Partogi Nainggolan, MA Penulis: Lisbet, SIP, MSi Dina Martiany, SH,

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL

HUBUNGAN INTERNASIONAL BAB I HUBUNGAN INTERNASIONAL A. Pengertian Hubungan Internasional Hubungan internasional dapat diartikan sebagai hubungan antarbangsa, yang menyangkut hubungan di segala bidang yaitu di bidang politik,

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG Penutupan Kaesong pada tahun 2016 merupakan sebuah berita yang mengejutkan bagi berbagai

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci