pembayaran atas jasa lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

REDDI : FCPF-Readiness Plan/Readiness Preparation

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Isebagai satu negara dengan luasan hutan terbesar ketiga dunia,

KESIMPULAN DAN SARAN

INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

Kebijakan Pelaksanaan REDD

STATUS PEROLEHAN HAKI PUSPIJAK

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYIAPAN REGULASI: DISTRIBUSI TANGGUNGJAWAB DAN INSENTIF REDD+

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

Kemitraan untuk REDD+ : Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil MEMAHAMI KONSEP REDD : ADDITIONALITY, LEAKAGE & PERMANENCE

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Oleh : Pusat Sosial Ekonomi Kebijakan Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

GROUP E Pendanaan dan Distribusi Manfaat. No Pertanyaan Indikatif Scope of Discussion 1. Bagaimana status skema-skema pendanaan dan distribusi manfaat

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung

Usulan mengenai mekanisme distribusi insentif telah diajukan oleh

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

MEKANISME DISTRIBUSI PEMBAYARAN REDD : Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan PUSLITSOSEK 2009

PERAN MASYARAKAT DALAM MONITORING KARBON

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Mempersiapkan Program Pengurangan Emisi dalam Kerangka Skema Carbon Fund

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Draft 10 November PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.30/Menhut-II/ /Menhut- II/ TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peradaban umat manusia di berbagai belahan dunia (Maryudi, 2015). Luas hutan

SERBA SERBI HUTAN DESA (HD)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN

Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

Ketidakpastian Pasar Karbon

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

Kerangka Acuan LOKAKARYA PERAN INVESTASI SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI TANAH PAPUA DALAM IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN RENDAH KARBON

Prespektif CBFM Sebagai Salah Satu Skema Utama Penerima Manfaat Pendanaan Karbon Untuk Penurunan Kemiskinan Dan Resolosi Konflik

MENUJU PERDAGANGAN KARBON DARI KEGIATAN DA REDD+: PEMBELAJARAN DARI DA REDD+ DI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI INDONESIA ITTO PD 519/08 REV.

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

PENDAHULUAN Latar Belakang

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+

MEKANISME DISTRIBUSI INSENTIF REDD+

KERANGKA ACUAN LATAR BELAKANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Definisi menurut FAO: Forest tenure detemines who can use what resources, for how long and under what conditions. Forest tenure is abroad concept

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Papua Province Indonesia

PROGRAM KEHUTANAN UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM & PENGUKURAN, PELAPORAN SERTA VERIFIKASINYA (MRV) Tindak Lanjut COP 15

Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Pembangunan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. Forest People Program (FPP) menemukan bahwa di negara dunia ketiga,

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

Konservasi Hutan Partisipatif Melalui REDD+ (Studi Kasus Kalimantan Tengah Sebagai Provinsi Percontohan REDD+)

Opportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN DI SUMATERA BARAT

KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

Revenue Distribution and REDD+ in Indonesia. REDD Workshop CIFOR Campus, 19 March 2010 Penyelenggara: PEACE, RECOFTC, WRI dan CI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

Silvia Irawan, Luca Tacconi, Irene Ring

Ass. Ws. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita sekalian!

Skema Karbon Nusantara serta Kesiapan Lembaga Verifikasi dan Validasi Pendukung

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Tengah Central Kalimantan Province Indonesia

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Strategi Nasional REDD+

Transkripsi:

Zahrul Muttaqin ACIAR Project No. FST/2007/052 on Improving governance, policy and institutional arrangements to reduce emissions from deforestation and degradation (REDD)

PENDAHULUAN Indonesia sedang mempersiapkan kelembagaan pendistribusian dana REDD+ tersebut ke para pemangku, termasuk masyarakat sekitar hutan Studi tentang pelaksanaan dan distribusi manfaat REDD+ sudah banyak dilaksanakan baik dalam bentuk demonstration activities (DA) maupun kajian ilmiah lainnya Namun demikian informasi mengenai mekanisme pelaksanaan REDD+ di kawasan hutan dengan melibatkan masyarakat lokal masih belum memadai Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif skema REDD+ yang befokus pada masyarakat sekitar kawasan hutan melalui mekanisme pembayaran atas jasa lingkungan (Payments for Environmental Serices/PES) 2

Tinjauan Pustaka Studi mengenai mekanisme distribusi manfaat REDD+ pada level nasional dan regional: Irawan (2011), Indartik et al. (2011) Studi tentang pelibatan masyarakat lokal dalam REDD+: Agrawal and Angelsen (2009); Blom et al. (2010); Skutsch et al. (2011); Tacconi et al. 2010): kelembagaan pengelolaan hutan oleh masyarakat kejelasan dan keberlanjutan manfaat 3

Kerangka Pikir 4

Kerangka Teori Pembayaran atas Jasa Lingkungan (PJL) adalah: Sebuah sistem yang transparan untuk penyediaan jasa lingkungan melalui pembayaran bersyarat pada penyedia jasa secara sukarela (Tacconi 2012) Aspek penting untuk diperhatikan dalam mendesain mekanisme PJL adalah: Transparansi Tambahan Manfaat (Additionality) Persyaratan (Conditionality) Kesukarelaan 5

Apakah REDD+ dapat diimplementasikan melalui mekanisme PJL? Bisa, jika memenuhi kriteria PJL e.g. LoI Indonesia - Norwegia REDD+ berpotensi untuk memenuhi kriteria: tambahan manfaat additionality jelas persyaratan ketersediaan dana bisa dipakai untuk pengawasan dan evaluasi (Pattanayak 2010) Pada akhirnya hanya muncul PES-Like (tidak sepenuhnya bisa disebut PJL) 6

Apa syarat agar REDD+ di tingkat masyarakat lokal bisa diimplementasikan melalui PJL? Hak masyarakat atas sumberdaya hutan (forest tenure) jelas Biaya transaksi sangat rendah 7

Kondisi Tenurial Kawasan Hutan 1. Hutan Konservasi 20,14 Juta Ha 58% dari Luas total Hutan Produksi Kawasan Hutan 110,89 Juta Ha (Berdasarkan Penunjukan dan TGHK) 2. Hutan Produksi 59,15 Juta Ha 3. Hutan Lindung 56,70 juta hektar belum jelas sistem tenurialnya (62% dari luas total Hutan Produksi dan Lindung) 31,60 Juta Ha 0.04% dari Luas total Hutan Lindung Dapat DIAKSES Masyarakat? 8

Masyarakat di Dalam dan Sekitar Kawasan Hutan Hasil Studi di 15 provinsi Rumah Tangga (RT) di dalam dan sekitar kawasan hutan = 20% (BAPLAN & BPS 2007) Jika masing2 rumah tangga memiliki hak pegelolaan kawasan hutan sebesar 2 hektar luas kawasan hutan yang dikelola masyarakat = 24.4 juta ha Jika jumlah RT di Indonesia = 61 juta (SP2010) RT di dalam dan sekitar hutan = 12.2 juta Kenyataan PHBM: 1. HKm 2. Hutan Adat 3. HTR 4. Hutan Desa 37.000 Hektar [0.04% dari Luas total Hutan Produksi dan Lindung] 9

Mengapa Perlu Penguatan Hak-hak Masyarakat? Keadilan sosial dan penanggulangan kemiskinan Dari sisi biaya implementasi REDD+: lebih murah $0.05/ha - $9.96/ha; estimasi biaya administrasi, implementasi dan pendanaan skema REDD internasional $400/ha/th - $20,000/ha/th (Hatcher 2009) 10

Biaya Transaksi PJL untuk REDD+ Biaya untuk menyusun kontrak dan untuk pengawasan-pelaporan-verifikasi (MRV) penurunan emisi di tingkat individu/kelompok masyarakat Government-financed PES menekan biaya transaksi 11

PJL untuk REDD+ dalam Kerangka Nasional Dewan Nasional REDD+ Dukungan Teknis Dinas Kehutanan Pasar Karbon $ Kerjsama Multilateral/ Bilateral $ Peraturan Perundangan Mengenai Jasa Lingkungan dan PNBP Rp Mekanisme Pembayaran atas Jasa Lingkungan Rp Masyarakat Lokal/Adat Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi 12

Pilihan Desain PJL untuk REDD+ Asumsi: Government-financed PES Dilakukan penguatan hak-hak masyarakat Tipe Hak atas Sumberdaya Hutan Dasar Pembayaran Kepemilikan Pengelolaan Tidak memiliki Hak Luas Lahan Opsi 1 Opsi 5 X Volume Karbon Opsi 2 Opsi 6 X Biaya Korbanan (Opportunity Cost) Opsi 3 Opsi 7 X Aktivitas Pengawasan Opsi 4 Opsi 8 Opsi 9 13

Pemilihan Opsi Opsi Ideal Opsi 2 Hak milik atas lahan hutan dan pembayaran berdasarkan volume karbon sesuai kriteria PJL Tantangan: Secara formal, hutan dimiliki oleh negara Penghitungan karbon di tingkat masyarakat membutuhkan biaya dan keterampilan khusus 14

Studi Kasus Papua dan Riau Papua Masyarakat Adat memiliki hak ulayat atas Kawasan Hutan Riau Masyarakat sekitar kawasan hutan tidak memiliki hak atas sumberdaya hutan Papua: Opsi hak kepemilikan (komunal) 1-4 Riau: Opsi hak penggunaan dan ketiadaan hak 5-9 15

Tahapan REDD+ Berbasis Masyarakat di Papua Biaya pembangunan hutan adat diambilkan dari dana REDD+ internasional HUTAN ADAT PJL berdasarkan biaya korbanan dan upah monitoring stok karbon di hutan adat PJL berdasarkan vol. karbon; masyarakat adat bebas memilih untuk ikut/tidak Periode Inisiasi Periode PJL-Murni 16

Berapa Manfaat yang Seharusnya diterima Masyarakat Adat? Periode Inisiasi: Biaya korbanan Rp10.000/m 3 - Rp 50.000/m 3 (kompensasi hak ulayat) Pembayaran = Jumlah kompensasi/th + upah monitoring Periode PJL-Murni: Pembayaran berdasarkan volume karbon yang tersimpan di dalam hutan adat 17

Tahapan REDD+ Berbasis Masyarakat di Riau Biaya pembangunan PHBM diambilkan dari dana REDD+ internasional HKm/HTR/Hutan Desa PJL berdasarkan upah monitoring stok karbon di kawasan hutan PJL berdasarkan vol. karbon; masyarakat bebas memilih untuk ikut/tidak Periode Inisiasi Periode PJL-Murni 18

Berapa Manfaat yang Seharusnya diterima Masyarakat Sekitar Hutan? Periode Inisiasi = Upah Monitoring Periode PJL-Murni: Pembayaran berdasarkan volume karbon yang tersimpan di dalam HKm/HTR/Hutan Desa 19

KESIMPULAN Implementasi REDD+ untuk masyarakat di kawasan hutan masih memerlukan kajian lebih mendalam Pembayaran atas Jasa Lingkungan (PJL) dapat menjadi alternatif yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan REDD+ Kejelasan hak atas sumberdaya hutan dan penekanan pada biaya transaksi merupakan prasyarat utama bagi terlaksananya PJL untuk REDD+ PJL untuk REDD+ di kawasan hutan dengan sistem tenurial yang belum mantap perlu dibangun melalui dua tahapan, tahap inisiasi dan tahap PJL-Murni 20

REKOMENDASI Studi mengenai strategi dan biaya pengakuan hakhak masyarakat atas suberdaya hutan perlu diperluas; mencakup keragaman wilayah di Indonesia umpan balik ke desain REDD+ PJL untuk REDD+ sebagaimana diusulkan oleh studi ini perlu mendapatkan dukungan berupa: Pembenahan regulasi tentang pengelolaan kawasan hutan berbasis masyarakat dan mekanisme pendanaan Bantuan teknis dan pengawasan dari otritas REDD+ Peran aktif dinas kehutanan dan organisasi terkait lainnya di tingkat daerah untuk membantu masyarakat membangun kelembagaan pengelolaan hutan dan PJL 21

TERIMA KASIH zahrul.muttaqin@anu.edu.au 22