BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang tingkah laku. Pengalaman tokoh dalam cerita juga merupakan pengalaman batin anak yang menjadi ciri berbagai aspek tingkah laku sosial saat dewasa kelak (Sugihasti, 1996: 43). Sugihasti (1996) menyimpulkan bahwa cerita anak adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang; kejadian dan sebagainya, yang merupakan rekaan belaka, bersifat imajinatif dan fiktif. Arti leksikal tersebut diperkuat dengan pengertian bahwa cerita anak bukanlah cerita yang ditulis oleh anak, melainkan cerita karangan orang dewasa yang dikonsumsi oleh anak. Salah satu tema cerita anak adalah fabel. Fabel (KBBI, 2005: 312) adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti). Tokoh fabel digambarkan dapat berbicara seperti manusia yang dapat mengembangkan dunia imajinasi anak. Salah satu cerita anak yang bertemakan fabel adalah cerita-cerita dari kumpulan buku cerita anak yang berjudul Kimochi ga Ukiukisuru Hanashi. Adanya tokoh binatang dalam sebuah cerita, akan membuat cerita lebih menarik terutama bagi anak-anak. Cerita anak berjudul Chokichokidou no Okyakusama 1
2 memunculkan beberapa tokoh binatang, seperti rakun, rusa, beruang, kelinci, tupai, monyet, dan babi hutan. Kehadiran tokoh-tokoh binatang tersebut menjadi sarana untuk memperkenalkan dunia binatang kepada anak-anak dan dapat memancing anak untuk mencari tahu lebih banyak informasi terkait binatang-binatang tersebut. Cerita yang menarik dan melibatkan tokoh-tokoh binatang menjadi alasan penulis memilih Chokichokidou no Okyakusama sebagai materi terjemahan dalam tugas akhir ini. Alasan lainnya adalah binatang-binatang tersebut jarang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari serta perilaku dan kebiasaan binatang-binatang tersebut dapat dijadikan contoh pembelajaran bagi anak dan diharapkan dewasa kelak anak-anak akan menyayangi dan peduli terhadap binatang dan mahluk hidup lainnya. 1.2 Pokok Bahasan Pokok pembahasan dalam tugas akhir ini meliputi: 1. Bagaimana terjemahan cerita anak Kimochi ga Ukiukisuru Hanashi yang berjudul Chokichokidou no Okyakusama dari bahasa Jepang kedalam bahasa Indonesia? 2. Bagaimana pembahasan binatang-binatang yang terdapat dalam buku cerita Chokichokidou no Okyakusama?
3 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Menyajikan terjemahan cerita Chokichokidou no Okyakusama dari bahasa Jepang kedalam bahasa Indonesia agar mudah dibaca dan dimengerti. 2. Memberikan informasi secara singkat mengenai binatang-binatang yang terdapat dalam cerita Chokichokidou no Okyakusama. 1.4 Landasan Teori Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory and Practice of Translation (via Widyamartaya, 1989:11) memberikan definisi penerjemahan sebagaai berikut : Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style. Definisi di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut: Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima yang sedekat-dekatnya dan sewajarnya sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya. Secara lebih sederhana, terjemahan dapat didefinisikan sebagai memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber kedalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gayanya (A. Widyamartaya, 1989; 11).
4 Definisi terjemahan lain menurut P. Newmark adalah : translation is an exercise which consists in the attempt to replace a written message in one language by the same message in another language. Definisi di atas diterjemahkan sebagai berikut: Terjemahan merupakan latihan dalam upaya menggantikan pesan tertulis dari bahasa satu dengan pesan yang sama pada bahasa lainnya (Nurachman, 1986; 25). 1.5 Metode Terjemahan Menurut Newmark (via Hartono, 2003: 82-84) metode terjemahan dapat dititik beratkan kepada dua penekanan, yaitu penekanan pada bahasa sumber (bahasa yang diterjemahkan) dan pada bahasa sasaran (bahasa hasil terjemahan). Metode penekanan pada bahasa sumber ada empat, yaitu : a. Metode Terjemahan Kata Demi Kata Susunan kata dalam kalimat tidak diubah dan diterjemahkan satu demi satu dalam makna yang umum tanpa memperhatikan segi pragmatik dari kata tersebut. b. MetodeTerjemahan Literal Struktur kalimat bahasa sumber diubah dan dicari padanan terdekat dalam bahasa sasaran. Tetapi penerjemahan leksikal tetap dilakukan apa adanya terlepas dari konteksnya. c. Metode Terjemahan Setia
5 Berusaha memproduksi makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber kebahasa sasaran. Terjemahan ini benar-benar setia pada tujuan dan realisasi teks bahasa sumber. d. Metode Terjemahan Semantik Hampir sama dengan terjemahan setia, tetapi lebih menekankan tersampainya teks ke dalam bahasa sasaran sehingga menjadi lebih luwes. Metode terjemahan yang menggunakan penekanan pada bahasa sasaran ada empat jenis, yaitu : a. Metode Terjemahan Saduran Merupakan bentuk penerjemahan yang paling bebas. Utamanya digunakan untuk menerjemahkan karya sastra (drama/puisi). b. Metode Terjemahan Bebas Mereproduksi isi pesan tanpa mengindahkan cara penyampaian isi pesan atau memproduksi isi teks tanpa memperdulikan bentuk bahasa sumbernya. c. Metode Terjemahan Idiomatik Mereproduksi pesan bahasa sumber dengan banyak menggunakan ungkapan idiomatik yang terdapat pada bahasa sasaran yang mungkin tidak tercantum pada bahasa sumber. d. Metode Terjemahan Komunikatif Berusaha untuk menerjemahkan makna konstektual teks asli bahasa sumber setepat mungkin, sehingga aspek isi maupun kebahasaan dapat dipahami oleh pembaca bahasa sasaran.
6 Setelah membaca beberapa metode terjemahan dan menyesuaikan hasil tujuan terjemahan, maka metode yang digunakan penulis saat menerjemahkan cerita anak ini adalah metode komunikatif. Hal ini didasarkan karena metode ini mempertahankan makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber, sehingga diharapkan dari hasil terjemahan dapat langsung diterima dan dipahami. 1.6 Langkah-Langkah Terjemahan Pendapat Nida & Taber pada buku yang berjudul Belajar Menerjemahkan, Teori, dan Praktek (Hartono, 2003: 106) proses penerjemahan berlangsung dalam tahapantahapan. Tahapan yang pertama adalah tahap analisis dan pemahaman. Dalam tahap ini struktur dan pesan dalam bahasa sumber dianalisis menurut hubungan gramatikal, menurut makna kata-kata ataupun gabungan kata-kata, menurut makna tekstual dan makna kontekstual. Tahap kedua adalah tahap transfer. Materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya selanjutnya diolah oleh penerjemah dalam pikirannya dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Pada tahap ketiga, setelah memperoleh padanan-padanan makna dalam bahasa sasaran, maka penerjemah berusaha mencari padanan kata, kelompok kata (frase) ungkapan (idiom), klausa atau kalimat yang tepat dalam bahasa sasaran. Penulis menerapkan semua tahapan dalam menerjemahkan tugas akhir ini. Karena setelah menganalis dan memahaminya, pada tahap akhir penulis tinggal mencari padanan yang tepat untuk diterjemahkannya.
7 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri dari empat bab. Diawali dengan bab pertama, yaitu pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, pokok pembahasan, tujuan penulisan, definisi terjemahan, metode terjemahan, langkah-langkah terjemahan dan sistematika penulisan. Bab kedua merupakan hasil terjemahan yang terdiri dari terjemahan per kalimat dan teks terjemahan secara utuh. Bab ketiga memberikan informasi secara singkat tentang binatang-binatang yang terdapat dalam buku cerita Chokichokidou no Okyakusama. Bab terakhir berisi penutup.