496 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD Oleh Silfi Kurniawati silfikurniawati21@gmail.com Nani Mediatati nani.mediatati@gmail.com Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Berdasarkan observasi di SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, hasil belajar siswa kelas V masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah 75, dari 23 siswa hanya terdapat 12 siswa yang tuntas belajar dan 11 siswa lainnya belum tuntas belajar. Hasil belajar siswa yang masih rendah disebabkan karena pembelajaran yang digunakan masih menggunakan metode konvensional (ceramah). Metode ini membuat siswa menjadi pasif dan kurang kreatif sehingga perlu digunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan tertarik dengan pembelajaran. Model yang dapat diterapkan misalnya dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V dengan Standar Kompetensi Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam di SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh nilai rata rata 81 dengan persentase ketuntasan 78% dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata rata menjadi 89 dengan persentase ketuntasan 96%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Kata kunci: Picture and Picture, Hasil Belajar. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi kemajuan dan kekuatan bangsa seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK di era global. Dengan pendidikan yang baik akan melahirkan generasi penerus bangsa yang cerdas dan kompeten. Pendidikan mempunyai peran penting untuk menyiapkan sumber daya
Silfi Kurniawati 497 manusia dalam pembangunan. Pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Pemerintah terus berupaya meningkatkan sarana fisik maupun nonfisik yang dapat menunjang optimalnya proses pembelajaran. Pemerintah telah berulang kali melakukan penyempurnaan kurikulum untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Hal ini dilakukan agar kurikulum yang diterapkan pada setiap jenjang pendidikan benar-benar dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, telah terjadi perubahan paradigma pembelajaran dari teacher center (berpusat pada guru) menjadi student center (berpusat pada siswa). Tugas dan peran guru tidak hanya sebagai pemberi informasi, tetapi juga sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas yang menuntut peran aktif siswa. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 ayat 1e pendidikan ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa dan memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Peranan penting tersebut mengacu pada hasil siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat sebagai dampak perkembangan IPA dan teknologi. IPA merupakan bagian kehidupan manusia dari sejak manusia itu mengenal diri dan alam sekitarnya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa IPA merupakan pengalaman individu manusia yang oleh masing-masing individu itu dirasakan atau dimaknai berbeda atau sama. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA guru hendaknya menyadari bahwa tujuan pembelajaran IPA bukan hanya sekedar menyediakan peluang kepada siswa untuk belajar tentang fakta-fakta dan teori-teori saja, tetapi juga mengembangkan kebiasaan dan sikap berpikir ilmiahnya. Guru diharapkan untuk mampu lebih memacu kreatifitas siswa dan aktivitas siswanya dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan tepat untuk menumbuh kembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka berdasarkan teori konstruktivisme. Upaya peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya salah satunya yaitu guru. Guru diharapkan untuk membuat pembelajaran lebih menarik sehingga disukai siswa. Selain itu, suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Penyebab rendahnya hasil belajar IPA disebabkan beberapa hal salah satunya yaitu pembelajaran masih dilaksanakan secara tradisional. Guru cenderung menggunakan metode konvensional yang mengakibatkan peserta didik tidak bisa bereksplorasi dalam artian tidak bisa menggali pengetahuan sendiri berdasarkan petunjuk petunjuk dari guru. Hal di atas berdampak pada pengetahuan yang dimiliki siswa tidak bersifat ingatan jangka panjang, sehingga tidak jarang ada siswa yang melupakan materi pelajaran dengan begitu cepat karena konsep yang dimiliki hanya bersifat hafalan, bukan pemahaman. Guru jarang menggunakan media gambar dalam mengajar, siswa hanya
498 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 diajak menghayal. Hal ini dapat menimbulkan kejenuhan dalam diri siswa selama mengikuti pembelajaran. Guru memilih metode tersebut beralasan bahwa media pembelajaran yang digunakan masih minim, di samping itu siswa masih terbawa oleh kebiasaan lama yaitu masih tergantung pada penjelasan guru. Hal ini lah yang membuat guru lebih cenderung menggunakan metode konvensional. Berdasarkan observasi dalam pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional, proses pembelajaran ada dalam otoritas guru, dan peran guru lebih banyak sebagai sumber belajar. Guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, sehingga bagi siswa yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan mencatat akan kesulitan menerima pembelajaran. Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA maka diadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/ 2017 dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture. Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui penggunaan model Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Yang Terjadi di Indonesia dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup dan Lingkungan di kelas V SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung semester II tahun pelajaran 2016/ 2017? KAJIAN PUSTAKA Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Menurut Usman (2013:5) belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya. Sedangkan Sumaatmadja (2004:12) merumuskan pembelajaran ialah suatau proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar merupakan hasil dari pembelajaran. Pembelajaran yang baik menekankan pada proses belajar yang dialami oleh siswa bukan pada proses mengajar yang dilakukan oleh guru. Hal ini sependapat dengan Hamrumi (2012:45), yaitu pembelajaran menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berhubungan, pembelajaran diselenggarakan dengan menekankan proses belajar yang berlangsung terus menerus untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian tertentu dalam pembelajaran. Dimyati dan Mujiono (2006:34) menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
Silfi Kurniawati 499 pengajaran dari puncak proses belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagai mana diuraikan diatas dipertegas lagi oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu betuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (Susanto, 2013:5). Bloom (dalam Suprijono, 2013:6-7) mengemukakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah reveiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik fisik, sosial, dan intelektual. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keseluruhan hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran baik dari kemampuan kognitif, afektif, maupun dari psikomotornya. Dalam penelitian ini hasil belajar yang ditingkatkan hanya pada aspek kognitif atau sampai tingkat analisis. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Samatowa, 2010: 2). Selain itu, Nash (dalam Samatowa, 2010: 3) menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Wahyana (dalam Trianto, 2014:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pad gejala-gejala alam. Menurut Donosepoetro (dalam Trianto, 2014: 137) pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk mnyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang lazim disebut metode ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam
500 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2010:3). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Model Pembelajaran Picture and Picture Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu pembelajaran yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani, 2011: 89). Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Menurut Suprijono (2009: 129), model pembelajaram Picture and Picture adalah suatu metode yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi bentuk dan urutan yang logis. Berdasarkan pendapat diatas, model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Kriteria Keaktifan Model Sebuah kegiatan pembelajaran dikatakan efektif apabila dapat memenuhi beragam kriteria yang telah ditetapkan. Melalui studinya, Ornstein dan Levine (1985: 522 523) menetapkan beberapa aspek yang dapat digunakan untuk mengukur keefektifan sebuah kegiatan pembelajaran yaitu manajemen kelas, aktivitas-aktivitas pembelajaran yang diinstruksikan guru. Kegiatan pembelajaran yang efektif merupakan hasil dari manajemen kelas yang efektif pula. Hal ini diwujudkan oleh guru melalui beragam strategi yang dapat meningkatkan kebiasaan kebiasaan baik dalam diri siswa misalnya disiplin, antusias, aktif, dan kreatif. Aktivitas-aktivitas pembelajaran di kelas mulai dari kegiatan awal sampai dengan akhir diharapkan mampu membantu siswa memahami materi pembelajaran yang disampaikan, misalnya menggunakan kegiatan apersepsi yang mendukung, menggunakan media yang cocok bagi materi pembelajaran tersebut, memberikan tugas-tugas mandiri. Manajemen kelas, aktivitas pembelajaran siswa dan cara pengelompokan siswa merupakan beberapa aspek yang terdapat di dalam komponen-komponen model pembelajaran. Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyebutkan bahwa sebuah model terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model, komponen prinsip reaksi atau tugas guru, komponen sistem sosial atau situasi kelas pada saat model
Silfi Kurniawati 501 berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu. Apabila kriteria-kriteria di dalam komponen-komponen model tersebut dapat terpenuhi dengan baik maka sebuah model dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang efektif. Dengan kata lain, model pembelajaran Picture and Picture dalam penelitian ini akan berjalan dengan efektif apabila setiap kriteria dalam komponen model Picture and Picture dapat terpenuhi dengan baik selama proses pembelajaran berlangsung. Agar pembelajaran IPA materi Peristiwa Alam Yang Terjadi di Indonesia dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup dan Lingkungan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal, maka proses pembelajaran melalui model pembelajaran yang dipilih harus dilaksanakan dengan efektif. Terpenuhinya tiap komponen model pembelajaran yang sudah dipaparkan di atas merupakan sebuah tanda proses pembelajaran berlangsung dengan optimal. Muara dari proses pembelajaran yang optimal tersebut adalah hasil pembelajaran yang ditandai oleh ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai minimal dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Kriteria ini telah ditentukan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. METODE PENELITIAN Jenis penelian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas (Kunandar, 2008:45). Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung semester II tahun ajaran 2016/2017 di kelas V dengan jumlah 23 siswa terdiri dari 13 siswa laki laki dan 10 siswa perempuan. Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. a. Variabel bebas Menurut Slameto (2015:198) variabel bebas atau independen adalah variabel yang diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Model pembelajaran Picture and Picture. b. Variabel terikat Menurut Slameto (2015:198) variabel tergantung atau dependen adalah variabel yang timbul sebagai akibat langsung dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas. Yang menjadi variabel terikan dalam penelitian ini adalah hasil belajar atau capaian siswa dalam mengerjakan evaluasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung dalam mata pelajaran IPA setelah memperoleh tindakan adalah: Observasi, dokumentasi dan tes. Uji validitas dan reliabilitas instrument menggunakan program SPSS versi 20.0. Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskripsi kuantitatif dan deskripsi kualitatif.
502 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pra Siklus Berdasarkan wawancara pada guru kelas V SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, sebelum dilaksanakan penelitian diperoleh data hasil Ulangan Tengah Semester genap tahuan ajaran 2016/ 2017 pada mata pelajaran IPA masih tergolong rendah, yang ditandai dengan banyaknya siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75. Dengan jumlah siswa kelas V sebanyak 23 siswa, ketuntasan hanya 52 % atau 12 siswa, dan siswa yang belum tuntas mencapai 48 % atau 11 siswa. Nilai terendah siswa adalah 60, nilai tertinggi 95, dan nilai rata rata siswa adalah 73. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan dalam penyampaian materi guru hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi sehingga pemahaman siswa terhadap materi kurang maksimal. Materi yang disampaikan melalaui penjelasan dari guru kurang melekat dalam ingatan siswa dan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran IPA. Dengan kondisi tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif, yang dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Media gambar sangat cocok digunakan sebagai media pembelajaran, karena dengan media gambar siswa akan mudah mengingat dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Maka dari itu dengan penggunaan model pembelajaran Picture and Picture diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Siklus I Pada siklus I diuraikan tentang tahap perencanaan, pelaksaan tindakan dan observasi, hasil tindakan dan observasi, refleksi dan tindak lanjut. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi 2 kali pertemuan dalam alokasi waktu 4 x 35 menit. Evaluasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes pada akhir pembelajaran siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai rata rata kelas pada pra siklus yang semula 73 meningkat menjadi 81 pada siklus I dan presentase ketuntasan dari pra siklus yang hanya 52% meningkat menjadi 71% pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi penggunaan model pembelajaran Picture and Picture oleh guru sudah berjalan dengan baik, namun ada kegiatan yang tidak terlaksana pada pertemuan pertama dan kedua yaitu guru tidak mengembangkan pemahaman konsep, menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa, memberikan penjelasan menyeluruh sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar, dan tidak mengelola waktu pembelajaran dengan efisien. Dalam pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua, kegiatan siswa yang belum terlaksana adalah siswa termotivasi untuk belajar, siswa merasa percaya diri, siswa bergabung kedalam kelompok yang sudah dibentuk, dan siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa, terutama siswa yang tidak mengikuti kegiatan dengan baik masih dibawah kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Berdasarkan data hasil belajar siswa dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan sudah terjadi peningkatan, namun hasil ini belum mencapai indikator kerja yang ditetapkan, yaitu 90%. Meskipun penerapan pembelajaran dengan
Silfi Kurniawati 503 model pembelajaran Picture and Picture oleh guru sudah berjalan dengan baik, namun untuk siswa masih terjadi beberapa kekurangan. Kekurangan yang masih terjadi dalam pembelajaran siklus I akan diperbaiki pada pelaksanaan pembelajaran siklus II dan untuk kelebihan yang ada akan dipertahankan, dengan adanya siklus II diharapkan dapat meningatkan hasil belajar siswa dan mencapai indikator kerja yang ditetapkan, yaitu 90%. Siklus II Setelah melakukan analisis, evaluasi dan refleksi hingga diperoleh data dari hasil pembelajaran siklus I mengunakan penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Pictue and Picture, maka dilakukan penelitian lanjut dengan melakukan perencanaan penelitian pada siklus II. Pada siklus II diuraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan dan observasi, refleksi, dan tindak lanjut. Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini dibagi menjadi 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 35 menit. Hasil tindakan dan observasi siklus II dapat dilihat berdasarkan hasil belajar dan hasil observasi mengajar guru serta hasil observasi belajar siswa selama pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Picture and Picture. Hasil belajar siswa diperoleh melalui nilai soal tes evaluasi yang dikerjakan siswa pada siklus II pertemuan kedua. Soal evaluasi berjumlah 20 butir soal dengan berbentuk pilihan ganda. Terlihat bahwa nilai hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA siklus II menunjukkan peningkatan, 22 siswa memperoleh nilai diatas KKM yaitu 75. Dengan jumlah siswa 23, siswa yang tuntas 96 % atau 22 siswa, dan siswa yang tidak tuntas mencapai 4 % atau 1 siswa. Nilai minimal 70, nilai maksimal 100, sedangkan nilai rata rata 86. Evaluasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes pada akhir pembelajaran siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai rata rata kelas pada siklus I yang semula 81 meningkat menjadi 89 pada siklus II dan persentase ketuntasan dari siklus I yang hanya 78 % menjadi 96 % pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi, penggunaan model pembelajaran Picture and Picture oleh guru sudah berjalan dengan baik. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat, dan siswa mudah dalam memahami pelajaran. Dilihat dari observasi, guru telah memperbaiki kekurangan yang terdapat pada siklus I dalam pelaksanaan siklus II, sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai persentase ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu lebih dari 90 %. Pada siklus II persentase ketuntasan sudah mencapai 96 %, dari 23 siswa terdapat 22 siswa yang mendapat nilai tuntas dan 1 siswa yang mendapat nilai tidak tuntas. Dengan demikian penelitian ini dikatakan telah berhasil karena persentase ketuntasan lebih dari 90 %. Dikarenakan target indikator kerja telah tercapai pada siklus II, maka penelitian ini hanya dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua. Hasil Analisis Data Analisis data akan diuraikan melalui perbandingan rata rata hasil belajar dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Dengan perbandingan
Persentase 504 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 yang dilakukan, dapat diketahui perbedaan dan peningkatan yang ditentukan. Perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar IPA dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 : Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II No. Ketuntasan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%) 1. Tuntas 12 52% 18 78% 22 96% 2. Tidak 11 48% 5 22% 1 4% tuntas Jumlah 23 100% 23 100% 23 100% Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas (April Mei 2017) Sesuai hasil perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA, terdapat peningkatan hasil belajar dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus, hanya 12 siswa yang tuntas mencapai KKM dengan persentase 52%, sementara untuk siswa yang tidak tuntas berjumlah 11 siswa dengan persentase 48%. Pada siklus I, terdapat 18 siswa yang tuntas dengan persentase 78% dan terdapat 5 siswa yang tidak tuntas dengan persentase 22%. Indikator keberhasilan ketuntasan belum tercapai pada siklus I, oleh karena itu perlu diadakan perbaikan pada siklus II. Siklus II telah terlaksana dan didapatkan 22 siswa yang tuntas dengan persentase 96%, namun masih terdapat 1 siswa dengan persentase 4% yang belum tuntas. Dengan demikian dari setiap tindakan mengalami peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa. Perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar IPA pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: 100% 80% 78% 96% 60% 40% 20% 0% 52% 48% 22% 4% Pra Siklus Siklus I Siklus II Tuntas Tidak tuntas Diagram Perbandingan Presentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Silfi Kurniawati 505 Selain ketuntasan hasil belajar yang meningkat, nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami ketuntasan. Perbandingan persentase nilai rata-rata hasil belajar IPA dapat dilihat dalam tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 : Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar IPA Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Hasil Tindakan Pra Siklus Siklus I Siklus II Nilai Rata Rata Hasil Belajar IPA 73 81 89 Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas (April Mei 2017) Dari tabel diatas terdapat peningkatan rata rata hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus dengan nilai rata rata 73, kemudian setelah tindakan pada siklus 1 menjadi 81, dan sesudah dilakukan perbaikan pada siklus II nilai rata rata hasil belajar IPA meningkat menjadi 89. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Picture and Picture dalam pembelajaran dapat mengurangi jumlah siswa yang tidak mencapai ketuntasan. Selain itu, model pembelajaran Picture and Picture juga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kebupaten Temanggung sebesar 96%. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi tahap pra siklus di kelas V SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kecamatan Temanggung ditemukan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil belajar siswa yang masih berada dibawah KKM atau < 75, dari 23 siswa kelas V terdapat 11 siswanya yang tidak tuntas dengan persentase 48%. Hal ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa kekurangan yang membuat pembelajaran kurang menarik bagi siswa, sehingga membuat hasil belajar siswa menjadi rendah. Rendahnya hasil belajar siswa karena dalam menyampaikan materi guru hanya menggunakan metode cermah dan diskusi, sehingga pemahaman siswa terhadap materi kurang maksimal. Cakupan materi pada mata pelajaran IPA sangat luas, sehingga pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) harus menarik dan menyenangkan bukan hanya mendengar dan menghafal saja, tetapi siswa dapat memahami materi pelajaran IPA dengan baik. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu pembelajaran yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani, 2011:89). Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreativ dan menyenangkan. Tetapi model pembelajaran Picture and Picture juga memiliki kelemahan, yaitu: siswa sulit mengurutkan gambar gambar yang cocok, memakan waktu lebih banyak, dibutuhkan dukungan fasilitas seperti alat dan biaya, serta banyak siswa yang tidak senang apabila diminta bekerjasama dengan yang lain. Keefektifan model pembelajaran Picture and Picture diperkuat dengan adanya penelitian dari Devi Ariansyah, 2015 dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA yang menyimpulkan bahwa model pembelejaran
506 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 5, Juli 2017 koopertaif Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri Argapura 03 Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, model pembelajaran Picture and Picture sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD, karena siswa tidak hanya menghafal pembelajaran tetapi siswa dapat memahami pembelajaran IPA dengan baik. Dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture pada siklus I dan siklus II diperoleh hasil belajar sebagai berikut: Siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture pada materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan, diperoleh siswa yang mencapai ketuntasan dengan KKM 75 sebanyak 18 siswa dengan presentase 78% dan siswa yang tidak mencapai KKM 75 sebanyak 5 siswa dengan persentase 22%. Rata rata nilai kelas adalah 81 dengan nilai minimal 65 dan nilai maksimal 100. Siklus II dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture pada materi kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb), diperoleh siswa yang mencapai ketuntasan dengan KKM 75 sebanyak 22 siswa dengan persentase 96% dan siswa yang tidak mencapai KKM 75 sebanyak 1 siswa dengan persentase 4%. Rata-rata nilai kelas adalah 89 dengan nilai minimal 70 dan nilai maksimal 100. Berdasarkan data yang diperoleh dari pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada siswa kelas V SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 03 Getas Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2016/ 2017. Hal ini dibuktikan melalui peningkatan persentase ketuntasan siswa, peningkatan tersebut terjadi pada tiap siklusnya mulai dari pra siklus sebesar 52%, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 78% dan pada siklus II ketuntasan meningkat menjadi 96%. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan simpulan yang ada, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran IPA sebaiknya memperhatikan penjelasan guru saat mengajar menggunakan model pembelajaran Picture and Picture, dan siswa harus terus meningkatkan motivasi belajarnya agar meningkatkan hasil yang baik dalam proses pembelajaran yang dilakukan. 2. Bagi Guru Bagi guru yang akan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture perlu menyiapkan semua perangkat pembelajaran secara sistematis, dan meningkatkan
Silfi Kurniawati 507 ketrampilannya mengenai model-model pembelajaran yang aktif dan kreatif, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajarannya tidak hanya dalam pelajaran IPA tetapi juga pada mata pelajaran lainnya. 3. Bagi Sekolah Bagi sekolah hendaknya melengkapi kebutuhan sarana atau pra sarana yang diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar bagi guru maupun siswa agar kualitas kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono. 2013.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pusaka Pelajar Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Akbar, R.P.S dan Usman, H. 2013. Pengantar Statistika. Edisi Kedua. Yogyakarta. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani Joyce, Bruce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching Eighth Edition (diterjemahkan oleh Achmad Fawaid dan Ateila Mirza). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nursid Sumaatmadja, 2004, Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Bandung: Alumni. Ornstein, Allan C & Levine, Daniel U. 1985. An Introduction to The Foundation of Education.Boston: Houghton Mifflin Company. Samatowa Usman. (2010). Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Trianto. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Jakarta: Kharisma Putra Utama