UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA"

Transkripsi

1 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri Anugraheni Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasar FKIP UKSW Salatiga ABSTRAK Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas III di SDN Tegalrejo 02. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai Ulangan Tengah Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 siswa yang belum tuntas mencapai KKM 70 sebanyak 9 siswa (34%). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 mencapai KKM 70 melalui penggunaan pembelajaran kooperatif model inquiry. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan melalui dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan, dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis data menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 setelah diberikan tindakan pembelajaran kooperatif model inquiry. Pada siklus I diperoleh 6 siswa tidak tuntas (27,6%) dan 19 siswa tuntas (72,4%). Pada siklus II terjadi peningkatan nilai mata pelajaran IPA, sebanyak 22 siswa tuntas (83,0%) dan 3 siswa tidak tuntas (17,0%). Jadi penggunaan pembelajaran kooperatif model inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IIISDN Tegalrejo 02 semester II tahun ajaran 2016/2017. Kata kunci: Inquiry dan hasil belajar

2 Ponco Budi Raharjo 13 PENDAHULUAN Menurut tujuan Sistem Pendidikan Nasional yang ada dalam UU N0. 20 Tahun 2003 menyebutkan upaya dalam kemampuan berfikir untuk mengembangkan sikap dan berupaya untuk membentuk sebuah karakter watak seseorang dalam peradaban bangsa yang mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa, bernegara bermartabat dan juga untuk mengembangkan semua kemampuan yang dimiliki siswa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk menjadi warga negara yang baik, demokratis dan memiliki tanggung jawab intelektual, mandiri, sehat dan mempunyai kreatifitas (Depdiknas, 2003:pasal 3). Sedangkan dalam mewujudkan tujuan pendidikan sebagai upaya wahana pengembangan sumber daya manusia, perlu dikembangkan adanya peningkatan suasana pembelajaran yang kondusif bagi berkembangnya kemampuan dan pemahaman siswa sehingga dapat terwujud sebuah potensi yang sesuai dengan tantangan, perubahan dalam pembangunan nasional. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha yang sadar dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain agar orang lain memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama. Dalam setiap kegiatan pendidikan menjadikan tingkah laku perubahan dari yang belum mampu menjadi mampu, tetapi lebih dari semuanya itu diharapkan adanya perubahan ke seluruh aspek pendidikan yang mengarah pada sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Dalam setiap kegiatan pembelajaran diharapkan terjadi interaksi pembelajaran yang merupakan kegiatan pokok dari pembelajaran itu sendiri, dimana setelah terjadi proses pembelajaran diharapkan mampu menjadikan peningkatan dan evaluasi hasil belajar siswa. Namun berdasarkan fakta yang terjadi disekolahan, selama kegiatan belajar mengajar masih ditemukan pembelajaran yang bersifat verbal, dimana siswa masih kurang aktif dalam menerima pengetahuan sesuai dengan yang diberikan guru. Untuk meningkatkan mutu kualitas sebuah pendidikan berbagai upaya dan cara telah dilakukan, salah satunya dengan berbagai inovasi di dalam dunia pendidikan. Dalam pelaksanaan di sekolah, Pendidikan melibatkan langsung antara guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik.yang diharapkan terwujud dengan adanya sebuah interaksi pembelajaran pada setiap rutinitas kegiatan belajar mengajar. Upaya yang di lakukan guru dengan menciptakan dan mengupayakan serta meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini guru dengan sadar dan sengaja merancang dalam merencanakan sebuah kegiatan pembelajaran yang di kemas kedalam suatu kurikulum pendidikan secara sistematis, efektif dan efisien. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran untuk Sekolah Dasar yang ada pada sebuah kurikulum, pada mata pelajaran IPA siswa dapat terlibat langsung dalam menemukan sendiri pengetahuan mengenai sesuatu. Sehingga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat penting diajarkan kepada siswa. IPA sangat erat hubungannya dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas 2006). Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru, pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas III SD Negeri Tegalrejo 02 kota Salatiga, pada dasarnya masih menggunakan metode klasikal misalnya, ceramah dan tanya jawab yang pembelajarannya masih berpusat pada guru. Siswa hanya mendengarkan materi dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Sehingga hasil belajar siswa banyak yang belum mencapai KKM pada materi Energi Dan Gerak Benda. Dari 25 siswa, 16 orang siswa sudah mencapai batas ketuntasan dalam hasil pembelajaran, sedangkan 9 orang siswa belum mencapai ketuntasan minimal yang di terapkan di sekolah. Batas KKM yang ditetapkan sekolah adalah 70. Ratarata kelas nilai yang didapat pada materi Energi Dan Gerak Benda adalah 67, dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah adalah 30. Dengan kriteria nilai 70 ada 16 siswa sedangkan nilai 70 adalah 9 siswa. Sedangkan b erdasarkanhasil pengamatan dalam kegiatan

3 14 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 pembelajaran siswa kelas III, bahwa di dalam setiap proses pembelajaran pada materi Energi Dan Gerak Benda, siswa cenderung belajar dengan menggunakan penghafalan materi dan masih kurang dalam pengetahuan tentang isi materinya. Dari permasalahan di atas, peneliti akan melakukan pembenahan dalam kegiatan proses pembelajaran. Yang dapat dilakukan peneliti adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam penyampaian setiap konsep materi, sehingga siswa dapat dengan mudah untuk menerima atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai model pembelajaran, maka peneliti untuk memutuskan kesesuaian sebuah model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA pada materi Energi Dan Gerak Benda adalah model Inquiry. Menurut Syaiful Sagala (2011:196), metode Inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir kritis dan bersikap pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam setiap proses pembelajaran ini siswa lebih cenderung banyak belajar sendiri mengembangkan kemampuan, kreativitas dalam memecahkan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model inquiry materi Gerak Benda Dan Energi kelas III SDN Tegalrejo 02. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (Isjoni,2011:5) mendefinisikan bahwa model pembelajaran dengan system bekerja dan belajar kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang dipilih secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Suprijono,Agus (2010:54) pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kegiatan kelompok yang dibentuk dan diarahkan serta dipimpin oleh guru. Konsep ini memang dikenal sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi dan perkumpulan manusia. Depdiknas (2003:5) pembelajaran kooperatif merupakan setrategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengacu pada metode, dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Miftahul Huda (2011:29) tujuan pembelajaran kooperatif adalah saling berinteraksinya siswa dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas belajar demi tercapainya tujuan belajar yang akan dilaksanakan. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan kondisi keberhasilan individu ditentukan dan dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran Inquiry Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran inquiry menurut Hamdayama (2014: 31-32) memiliki ciri-ciri yaitu 1) menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan; 2) seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang dipertanyakan bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri; 3) mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Menurut Amri dkk (2010: 104) mengemukakan bahwa pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan trampil secara fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya ketrampilan proses ilmiah sekaligus terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum dan teori. Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran yang dipakai adalah yang disampaikan oleh Hamdayama (2014: 31-33). Adapun langkah pertama adalah orientasi, pada tahap ini guru mengondisikan siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Menumbuhkan

4 Ponco Budi Raharjo 15 sikap siswa yang responsip agar timbul kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Kemuadian langkah kedua adalah merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa, pada tahap ini siswa dengan bimbingan guru merumuskan permasalahan yang harus dipecahkan yang nantinya akan dicari penyelesaiannya dengan mencari data dari berbagai sumber dengan berfikir kritis dan logis. Kemudian langkah yang ketiga adalah mengajukan hipotesis atau jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji sebelum mencari penyelesaian permasalahan yang sudah dirumuskan. Langkah keempat mengumpulkan data, siswa secara aktif mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis dari permasalahan, dalam tahap ini guru memfasilitasi siswa dengan media atau sumber-sumber untuk membantu siswa mencari sendiri penyelesaian dari masalah yang sudah dirumuskan. Kemudian langkah kelima adalah menguji hipotesis, dalam tahap ini siswa bersama guru menguji hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh dari sumber-sumber ataupun media yang ada. Langkah terakhir merumuskan kesimpulan atas jawaban atau generalisasi. Dalam tahap ini siswa dan guru mengambil kesimpulan dari data ataupun informasi yang telah didapatkan dari berbagai sumber dan hasil pengujian hipotesis. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Purwanto, (2014: 48) hasil belajar merupakan kemampuan yang timbul setelah siswa mendapatkan pengajaran. Menurut Susanto, (2015: 5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Dari pengertian di atas mengenai hasil belajar yang dinyatakan oleh Purwanto, (2014: 48) pada hakikatnya hasil belajar merupakan kemampuan yang muncul pada diri siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar. Hakikat Pembelajaran IPA SD IPA merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), tapi pada perkembangan berikutnya, IPA didapatkan dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berhubungan dan tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk adalah pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif. Sedangkan IPA sebagai proses adalah pengetahuan IPA yang berupa kerja ilmiah. Hakikat IPA menurut Trianto (2011: 136) mengatakan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejalagejala alam yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah. Menurut Usman Samatowa (2010: 2) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Pengertian Pembelajaran Inquiry Menurut Saiful Sagala (2011:196) model Inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai objek belajar. Kalau menurut Aziz Ahmad (2011) Inquiry adalah model pembelajaran yang menempatkan guru sebagai fasilitator membantu siswa untuk menemukan sendiri data, fakta dan informasi dari berbagai sumber agar dapat memberikan pengalaman terhadap siswa. Sanjaya (2008:196) berpendapat bahwa strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

5 16 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis. Dari berbagai pandangan ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa model inquiry adalah suatu cara penyampaian pembelajaran yang mengembangkan dan meletakkan permasalahan pembelajaran sebagai cara pandang siswa untuk berfikir kritis, analitis dan berfikir ilmiah cara penyelesaiannya. Menurut Schmidt dalam Amri,dkk (2010: 85) menyatakan bahwa inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inquiry Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran inquiry menurut Hamdayama (2014: 31-32) memiliki ciri-ciri yaitu 1) menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan; 2) seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang dipertanyakan bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri; 3) mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Berdasarkan pada ciri-ciri yang dikemukakan oleh Hamdayama maka guru sebagai seorang pendidik harus berusaha untuk melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir karena mereka terlibat secara aktif dalam setiap proses pembelajaran secara mental maupun fisik, seperti trampil menggunakan alat, terampil merangkai peralatan percobaan dan sebagainya. Menurut Amri dkk (2010: 104) mengemukakan bahwa pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan trampil secara fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya ketrampilan proses ilmiah sekaligus terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum dan teori. Pada model pembelajaran inquiry memiliki empat karakteristik utama siswa dalam pembelajaran (Amri dkk 2010: 105) yaitu 1) Secara aktif siswa selalu ingin tahu, 2) Didalam percakapan siswa selalu ingin bicara dan mengkomunikasikan idenya, 3) Dalam membangun atau mengkonstruksi siswa selalu ingin membuat sesuatu, 4) siswa selalu mengekspresikan seni. Dari pemaparan ciri-ciri dan karakteristik diatas dapat dilihat bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dan mengkomunikasikan idenya dalam proses pembelajaran. Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran IPA di SD teori pembelajaran perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa. Untuk itu sebagai guru sangat penting mengembangkan berbagai macam model pembelajaran yang dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswanya. Salah satunya adalah model pembelajaran Inquiry yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA di SD sebagai wahana ajang demontrasi dan eksperimen dalam mengembangkan teori IPA yang berkaitan dengan alam semesta.

6 Ponco Budi Raharjo 17 METODE Seting dan bentuk penelitian ini adalah penelitian perbaikan pembelajaran tindakan kelas. Di mana penelitian ini merupakan sebuah proses. Di mana sebuah proses harus dilakukan sesuai dengan mekanisme dan tujuan sebagai penelitian. Setrategi pembelajaran dilakukan untuk mendeskripsikan kegiatan penelitian di kelas. Menurut Kurt Lewin Penelitian Tindakan Kelas dibedakan menjadi empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas ini termasuk kedalam penelitian kualitatif. Meskipun data yang dikumpulkan bisa saja beruapa data kuantitatif, dimana datanya bersifat deskriptif berupa uraian kata-kata. Di dalam proses penelitian, peneliti dibantu guru kelas III SDN Tegalrejo 02. Subjek dan setting penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 yang berjumlah 25 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2016/ Prosedur yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan pada penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan antara lain: a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) observasidan d) refleksi. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data selama proses penelitian menggunakan alat pengumpulan data yaitu: 1) tes, 2) observasi dan 3) dokumentasi. Teknik Analisis Data Teknik pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah data hasil tes belajar siswa dengan analisa deskriptif kuantitatif berbentuk angka dari soal pilihan ganda dan deskriptif kualitatif dari hasil membandingkan nilai pada siklus I dan penilaian pada siklus II kemudian menarik kesimpulan berdasarkan analisa deskripsi pengambilan data. Untuk menganalisa keberhasilan dan presentase siswa setelah mengikuti proses kegiatan belajar mengajar, pada setiap akhir pembelajaran baik pada siklus I dan siklus II, peneliti memberikan tes evaluasi pada setiap akhir putaran. Indikator keberhasilan penelitian Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas mengacu pada ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas III dengan model Inquiry pada materi Energi dan Gerak benda dengan kriteria, minimal KKM 70 dari 80% jumlah siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Siklus I Dari pemaparan hail belajar siklus I menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model inquiry terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Gerak benda di SDN Tegalrejo 02. Dari 25 siswa, sebanyak 19 siswa sudah mencapai batas ketuntasan pada siklus I sedangkan 6 siswa belum mencapai batas ketuntasan dan akan diperbaiki pada proses kegiatan pembelajaran pada siklus II. Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 72,4%. Dari analisa data diatas bahwa ketuntasan hasil belajar siswa belum mencapai presentase 80% maka pelaksanaan pembelajaran kooperatif model inquiry akan dilanjutkan kepelaksanaan siklus ke II.

7 18 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 Hasil Belajar Siklus II Dari pemaparan hasil belajar pada siklus II dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III SDN Tegalrejo 02 terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Dari 25 jumlah siswa terdapat 22 orang siswa mencapai batas ketuntasan sedangkan 3 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan minimal. Siswa yang dulunya pasif sekarang sudah menjadi aktif. Pembelajaran kooperatif model inquiry di akui salah satu siswa memang menyenangkan, dikarenakan siswa dapat mengemukakan pendapat tentang materi yang belum diketahui. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa pencapaian proses pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil dan tidak akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pada siklus II ketuntasan mencapai 83,0%, dengan kata lain pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif model inquiry mencapai peningkatan sebesar 10,6% dibandingkan siklus. Tabel 1. Perbandingan Hasil Penelitian Tindakan dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II No Hasil Belajar Prasiklus Siklus I Siklus II 1 Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata- rata 66,6 72,4 83,0 4 Ketuntasan belajar 64% 76% 88% Dari analisa data diatas, bahwa pada setiap pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III SDN Tegalrejo 02 dapat meningkatkan hasil belajar. Dari 25 orang siswa sebanyak 22 orang siswa sudah mencapai batas KKM yang ditetapkan sedangkan hanya 3 orang siswa yang belum mencapai batas ketuntasan. Dengan demikian penelitian ini dinyatakan berhasil dan tidak dilanjutkan pada penelitian berikutnya. Dari data diatas tingkat ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II sebesar 10,6%. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN Tegalrejo 02 Kelas III pada mata pelajaran IPA materi gerak benda dan energi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model inquiry dengan berbantuan benda konkrit sangat memuaskan. Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari pra siklus, siklus I dan siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 16 anak atau sebesar 66,6 %, sedangkan pada siklus I ketuntasan siswa mencapai 19 orang siswa atau sebesar 72,4%. Berarti terjadi peningkatan sebesar 5,8% dari pra siklus ke siklus I. Hasil yang diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan dengan ketuntasan hasil belajar lebih dari 80%, karena dalam penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry siswa masih bingung dan belum terbiasa apa yang harus dilaksanakan. Setelah melakukan refleksi siklus I, maka dilakukan perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II agar peneliti dapat mencapai indikator keberhasilan belajar yang sudah ditentukan. Setelah dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II, ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 83,0%, ini membuktikan bahwa peningkatan yang terjadi antara pembelajaran siklus I dan siklus II sebesar 10,6%. Ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

8 Ponco Budi Raharjo 19 Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry yang dilakukan peneliti dinyatakan berhasil. Pembelajaran dengan model inquiry ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar serta tidak menimbulkan rasa kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda dan energi kelas III menjadi meningkat. PENUTUP Kesimpulan Menurut data yang ada selama melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model inquiry, pada pelaksanaan proses belajar mengajar mata pelajaran IPA di kelas III SDN Tegalrejo 02 terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Dikarenakan bahwa pembelajaran kooperatif model inquiry lebih mengutamakan kemampuan individu siswa dalam berkelompok untuk mencapai ketuntasan belajar. Dari 25 orang siswa pada awal pembelajaran yang dapat mencapai batas ketuntasan 70 hanya 16 orang siswa sedangkan 9 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan nilai yang ditetapkan. Dengan kriteria nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 30. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada siklus I sudah terbukti Nampak adanya peningkatan hasil belajar. Dari 25 orang siswa, sebanyak 19 orang siswa sudah mencapai KKM dan 6 orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Ini yang menjadikan dasar peneliti untuk meningkatkan kinerja perbaikan pembelajaran pada siklus ke II. Dengan menerapkan pembelajaran yang sama pada siklus ke I terbukti hasil belajar siswa meningkat dengan perolehan hasil dari 25 orang siswa, sebanyak 22 orang siswa sudah mencapai KKM sedangkan 3 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan belajar. Dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 60. Dengan demikian bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA di SDN Tegalrejo 02 kota Salatiga semester 2 Tahun ajaran 2016/ 2017 dinyatakan berhasil. Saran Setelah terbukti bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III di SDN Tegalrejo 02 kota Salatiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti memberikan sumbang dan saran yang dapat dijadikan referensi antara lain: a) Bagi guru hendaknya lebih kreatif dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan supaya proses kegiatan belajar mengajar menjadi tidak membosankan.kemudian guru supaya mengembangkan model pembelajaran yang lain dengan mata pelajaran selain IPA untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dapat meningkat. b) Untuk siswa yang belum tuntas belajar, sebagai guru harus lebih memberikan perhatian ekstra apa yang menjadi penyebab siswa dalam kesulitan belajar supaya prestasi belajarnya tidak ketinggalan dengan teman- teman yang lainya. c) Kemudian untuk siswa harus lebih giat lagi dalam belajar supaya dapat mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolahan. d) Bagi kepala sekolah hendaknya memberikan himbauan kepada guru-guru untuk menerapkan sebuah model pembelajaran yang lain supaya menciptakan suasana pembelajaran kreatif, efektif dan menyenangkan untuk menarik minat siswa dalam mengikuti semua proses kegiatan pembelajaran di sekolah supaya dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar yang diharapkan.

9 20 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 DAFTAR PUSTAKA Daryanto. (2014). Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. Huda, M. (2011). COOPERATIVE LEARNING. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Sulistyowati, A. W. (2014). METODOLOGI PEMBELAJARAN IPA. Jakarta: Bumi Aksara. Wardani, N. S. (2012). ASESMEN PEMBELAJARAN SD. SALATIGA: Widya Sari Press. dkk, Z. M. (2012). ILMU PENGETAHUAN ALAM SD/MI kelas III. Jakarta: CV Djatnika. Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Ramaja Rosdakarya. Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Sanjaya, W. (2012). Setrategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sudrajat, A. (2011, 09 12). Akhmadsudrajat. Retrieved 02 20, 2017, from Akhmad Sudrajat.wordpress.com/2011/09/12/Pembelajaran Inkuiri/ Hamdayama, J Model dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti dinyatakan dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI Oskar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS 5 SD NEGERI TUNTANG 02 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sebagai sektor yang paling penting dalam meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan juga dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BANYUANYAR II SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IIIA SDN SEMBORO 01 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Kasmiati 10 Abstrak. Tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR Syahrun Kepala SD Kartika XX-1 Abstrak:. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa siswa menuju pada keadaan yang lebih baik. Susanto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. Globalisasi ini juga meliputi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK Ai Nurhayati 1, Regina Lichteria Panjaitan 2, Dadan Djuanda 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Namun secara khusus keberhasilan dalam belajar

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Ani Rosidah, M.Pd anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka (UNMA) ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam menyampaikan suatu materi untuk diajarkan kepada siswa dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan masa depan bangsa, karena dari pendidikan diharapkan mampu memberdayakan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA Siti Hairunnisa dan Fitri Hilmiyati 135 Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA Oleh: Siti Hairunnisa 1 dan Fitri Hilmiyati 2 Abstrak Studi ini dilatarbelakangi oleh

Lebih terperinci

: Model pembelajaran inkuiri, keaktifan siswa, hasil belajar siswa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: Model pembelajaran inkuiri, keaktifan siswa, hasil belajar siswa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI BENDA DAN SIFATNYA DI KELAS III SD NEGERI PADURENAN 04 BEKASI Aningsih Irnawati Sapitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai peran penting dalam kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut UU No 20 Tahun 2003 pasal 2 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR Vicky Budi Utomo 1, Dedi Kuswandi 2, Saidah Ulfa 3 Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan seseorang akan dapat mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU tentang Pendidikan Nasional yang sudah ditetapkan pada Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan, pemerataan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau melatih keterampilan. Pendidikan mempunyai fungsi penting untuk perkembangan hidup manusia.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Abdul Karim, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika kita berbicara tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya dan upaya mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung pada lingkungan tertentu. 1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini semakin berkembang. Pendidikan disebut sebagai kunci dari kemajuan Negara. Pendidikan dapat meningkatkan pola pikir seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam kehidupan sehingga dapat dikatakan bahwa IPA bukan hanya konsep-konsep atau prinsip-prinsip.

Lebih terperinci

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN METODE DRILL PADA MATERI KERTAS KERJA (WORKSHEET) MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X 5 SMA NEGERI 2 GORONTALO ROSITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada pada setiap jenjang pendidikan dan memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi siswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas pada jenjang pendidikan selanjutnya demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia berjalan seiring dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi. Proses manusia menuju kedewasaannya, dipengaruhi oleh pola dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik dengan baik maka masa depan bangsa akan menjadi baik pula. Mereka akan mampu menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA TEKA- TEKI SILANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA TEKA- TEKI SILANG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA TEKA- TEKI SILANG 1 Diah Kurniawati, 2 Sunardi Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATA PELAJARAN IPA SDN KATEKAN 02 KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto,

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP SD Negeri

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 SENTOLO Nurul Arum Sulistyowati FKIP, Universitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO 176 PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO Oleh : Sopiyah IKIP Widya Darma Surabaya Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diwujudkan dalam bentuk proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses belajar ini berlangsung melalui interaksi antara guru

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Melynda Putri Ratnasari

ARTIKEL SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Melynda Putri Ratnasari UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI DAN MODEL TALKING STICK KELAS 4 SDN BERGASLOR 01 KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa: 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting bagi kehidupan diri sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003Pasal 1 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi problematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang memperoleh pandangan yang luas sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMPULKAN HASIL PERCOBAAN GAYA (DORONGAN DAN TARIKAN) DAPAT MENGUBAH BENTUK SUATU BENDA PADA SISWA KELAS IV SD.

TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMPULKAN HASIL PERCOBAAN GAYA (DORONGAN DAN TARIKAN) DAPAT MENGUBAH BENTUK SUATU BENDA PADA SISWA KELAS IV SD. PENGARUH METODE INQUIRY DAN DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMPULKAN HASIL PERCOBAAN GAYA (DORONGAN DAN TARIKAN) DAPAT MENGUBAH BENTUK SUATU BENDA PADA SISWA KELAS IV SD. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses belajar mengajar antara guru dengan siswa untuk pengembangan potensi diri yang dilakukan secara sadar dan terencana agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, dikembangkan bibit-bibit sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. Pendidikan

Lebih terperinci