BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dirancang untuk dapat melatih berbagai sikap dan kemampuan peserta didik yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan lanjutan dari kurikulum yang sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah diterapkan pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Kemendikbud, 2013: 80). Pengembangan kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan generasi bangsa Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif yang sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional (Mulyasa, 2013: 6-65). Kurikulum yang diterapkan disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan perkembangan peserta didik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 pasal 8 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan dan disesuaikan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan sedangkan pada pasal 14 menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 1
Menurut Bruner untuk meningkatkan perkembangan kognitif seseorang dapat dilakukan dengan cara menyusun dan menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan pada peserta didik tersebut (Budiningsih, 2005: 41). Berdasarkan pengelompokan jenjang pendidikan tersebut terdapat perbedaan dalam proses pembelajaran dari setiap jenjang pendidikan, akan tetapi, materi yang dipelajari pada jenjang SD, jenjang SMP, sampai ke jenjang SMA pada umumnya memiliki persamaan dan yang membedakan adalah semakin bertambahnya kedalaman dan keluasan materi yang disesuaikan dengan semakin tingginya jenjang pendidikan (Suratsih dan Wuryadi, 2002: 84). Kurikulum yang diterapkan di Indonesia menganut sistem spiral yaitu semakin tinggi jenjang sekolah, maka akan semakin luas dan mendalam pula materi yang dipelajari. Gagasan Bruner mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum) adalah sebagai pengorganisasiaan materi pelajaran dengan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari umum atau sederhana ke materi yang lebih kompleks dan lebih rinci. Hal tersebut sesuai dengan model kurikulum spiral yang merupakan bentuk penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang yang belajar (Budiningsih, 2005: 41). Buku merupakan bagian dari keberlangsungan pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan dapat lebih mudah dengan menggunakan buku sebagai bahan ajar dan media pembelajaran. Guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara aktif dan efisien menggunakan buku teks, sehingga siswa juga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Pendidikan juga dapat dikelola dengan 2
menyesuaikan buku teks dengan aturan-aturan dan kebijakan seperti kurikulum (Muslich, 2016: 23). Buku pelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar harus memenuhi syarat dan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan konsep kurikulum yang telah ditetapkan sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pendidikan. Buku pelajaran merupakan perluasan lebih lanjut dari kurikulum, buku perlu disusun dan ditulis secara sistematis dan lengkap sehingga kompetensi inti dan komptensi dasar dapat tercapai. Kedalaman dan keluasan materi pokok pembelajaran disesuaikan kepada kompetensi di setiap jenjang pendidikan atau kelas sesuai dengan standar nasional pendidikan (Sitepu, 2012: 18). Menurut Nasution (2009: 120), kesinambungan ditunjukkan dengan bertambah meningkat keluasan dan kedalaman suatu materi pembelajaran. Materi pembelajaran perlu dikelola secara berkesinambungan dari jenjang yang rendah sampai dengan jenjang yang lebih tinggi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif. Guru sebaiknya mengulang kembali materi pelajaran yang telah disampaiakan dalam pembelajaran pada jenjang pendidikan sebelumnya untuk mengingatkan kembali dan mengaitkan konsep yang sudah dipelajari dengan konsep baru yang akan dipelajari oleh peserta didik. Hal tersebut penting untuk mengetahui kesesuaian konsep dan kedalaman konsep pada jenjang sekolah sebelumnya untuk bisa menentukan kedalaman dan keluasan materi pada jenjang sekolah selanjutnya. 3
Prinsip penjenjangan mengharuskan penyampaian materi secara berurutan mulai dari yang level yang mudah ke level yang sulit, dari materi dasar ke materi lanjutan, dan dari materi sederhana ke materi kompleks. Penjenjangan materi harus memperhatikan kesinambungan konsep antar jenjang dengan tingkat kedalaman dan keluasan yang semakin tinggi sesuai dengan perkembangan peserta didik. Piaget mengemukakan bahwa setiap orang akan selalu berusaha untuk mencari suatu kesesuaian antara apa yang baru dipelajari dengan materi yang diperoleh. Proses penyatuan materi lama yang telah diperoleh dengan materi baru akan lebih mudah diterima apabila materi yang baru sesuai dengan konsep yang tersimpan dalam kemampuan kognitifnya, begitu juga sebaliknya (Thobroni, 2015: 82). Hal ini sangat penting guna menciptakan suatu kesinambungan konsep antara materi SD, SMP, dan SMA. Perbedaan kesesuaian konsep dan kedalaman materi ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik sehingga informasi dalam buku pelajaran dapat diterima dengan baik. Menurut teori belajar kognitif (Sugihartono, 2007: 105) proses pembelajaran akan berjalan dengan baik bila materi pembelajaran yang baru bersinambung secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik. Perkembangan kognitif pada anak usia SD masih bersifat operasional konkret (7-11 tahun), anak masih terbatas belajar pada hal-hal yang masih bersifat konkret dan nyata. Perkembangan anak usia SMP dan SMA sudah termasuk ke dalam perkembangan kognitif fase operasional formal (11 tahun ke atas), yaitu fase anak sudah mampu berpikir logis dan mampu memikirkan hal-hal 4
yang abstrak. Konsep-konsep yang dipelajari akan semakin komples dan abstrak menyesuaikan dengan perkembangan usia yang semakin dewasa. Tahapan perkembangan tersebut dapat digunakan sebagai gambaran umum perkembangan kognitif siswa untuk menyesuaikan konsep-konsep yang dapat diterima oleh siswa (Syah, 2016: 66). Konsep materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu materi Sistem pernapasan pada manusia. Materi pernapasan manusia mencakup konsep esensial maupun konsep non esensial. Konsep esensial yang terdapat dalam sistem pernapasan mencakup keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses pernapasan, serta kelainan/penyakit yang berhubungan, sehingga materi sistem pernapasan penting untuk dipelajari. Esesensi materi pernapasan memuat dimensi pengetahuan kognitif dan proses kognitif (menganalisis) yang memerlukan kemampuan berpikir dan pemahaman siswa terhadap materi. Materi pernapasan merupakan salah satu materi yang mempelajari organ dalam sehingga tidak dapat diamati secara langsung. Pembelajaran dalam materi pernapasan selama ini mengacu pada penggunaan buku teks, padahal menurut penelitian yang dilakukan oleh Tyas Utami (2013: 87) menunjukkan bahwa ratarata persentase pada buku teks yang paling banyak digunakan mencapai 69,23%. Materi pernapasan merupakan materi yang kompleks dan terjadi gap maupun overlapping pada materi ini. Kesenjangan materi terjadi pada setiap jenjang. Materi pernapasan dipelajari di tingkat SD, SMP, dan SMA, sehingga dapat dilihat kesinambungan materinya. 5
Kurikulum 2013 merumuskan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang berbeda pada masing-masing jenjang. KI dan KD mata pelajaran menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Hal tersebut tertuang dalam Permendikbud No. 24 tahun 2016 lampiran 07. Perbedaan Kompetensi Dasar materi pernapasan yang pada jenjang kelas 5 SD, 8 SMP, dan 11 SMA seperti pada tabel berikut. Tabel 1. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan di Kelas V SD. KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) 3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tentang KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 4. Menyajikan pengetahuan faktual dan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain KOMPETENSI DASAR 3.2 Menjelaskan organ pernafasan dan fungsinya pada hewan dan KOMPETENSI DASAR 4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan manusia 6
Tabel 2. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan di Kelas VIII SMP. KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori KOMPETENSI DASAR 3.9 Menganalisis sistem pernapasan pada manusia dan memahami gangguan pada sistem pernapasan, KOMPETENSI DASAR 4.9 Menyajikan karya tentang upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan serta upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan 7
Tabel 3. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan di Kelas XI SMA. KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KOMPETENSI DASAR 3.8 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem respirasi dalam kaitannya dengan bioproses dan gangguan fungsi yang dapat terjadi pada sistem respirasi manusia KOMPETENSI DASAR 4.8 Menyajikan hasil analisis pengaruh pencemaran udara terhadap kelainan pada struktur dan fungsi organ pernapasan manusia berdasarkan studi literatur 8
Nasution (2009: 120) menyatakan bahwa banyak kasus bahwa lulusan SMA sulit untuk mempelajari materi yang ada di Perguruan Tinggi, di sisi lain guru SMA sudah berusaha menuntaskan kurikulum yang ada di SMA. Pembelajaran Di SMA yang belum maksimal mengakibatkan adanya kesalahan yang di cari pada tingkat SMP yang tidak bisa juga dipersalahkan dan kemudian menyudutkan tingkat SD sebagai jenjang yang mempelajari dasar-dasar materi pembelajaran. Salah satu penyebabnya adalah kurang diperhatikannya kesinambungan atau kontinuitas bahan pelajaran dengan kemungkinan adanya gap (kesenjangan) atau overlapping (tumpang tindih) materi pembelajaran di masing-masing jenjang pendidikan, sehingga materi yang diterima oleh peserta didik tidak utuh. Penerapan Kurikulum 2013 saat ini bersifat tematik, pada buku yang digunakan siswa Sekolah Dasar bersifat terpadu dan tematik, pada jenjang SMP menggunakan buku IPA, dan pada jenjang SMA menggunakan buku Biologi, sehingga perlu dilihat kesinambungan konsep dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami konsep dari yang sederhana ke materi yang lebih kompleks. Buku teks pelajaran pada Kurikulum 2013 akan berlaku untuk sekali pakai. Pemerintah akan mencetak buku baru pada tiap tahunnya, dan melakukan revisi untuk pembelajaran pada tahun berikutnya (Kemendikbud, 2012: 90). Implementasi Kurikulum 2013 yang berjalan masih awal membutuhkan evaluasi, terutama perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan buku, supaya tidak 9
terjadi kekeliruan pada konsep dan kesinambungan konsep pada buku dapat tetap terjaga. Jika terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan konsep, baik konsep yang hilang maupun kurang mendalam yang ada dalam buku teks tersebut pada jenjang yang lebih tinggi, dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan atau tindak lanjut untuk mengatasinya lebih awal. Evaluasi buku pelajaran IPA/Biologi dilakukan untuk perbaikan buku teks sehingga penggunaan di tahun mendatang dapat lebih baik, dan penyesuaian dengan kurikulum yang berkesinambungan buku teks ini perlu dievaluasi kesinambungan konsepnya dan mendapat perbaikan sehingga tujuan kurikulum 2013 yang sudah disusun dengan sangat baik dapat tercapai sesuai sasaran. Evaluasi terhadap buku teks ini dilakukan untuk menindaklanjuti munculnya kritikan dari berbagai pihak, khususunya guru sebagai pengguna dan pelaku pendidikan. Sebagian besar guru di Kabupaten Sleman mengungkapkan bahwa materi yang terdapat dalam buku berdasarkan Kurikulum 2013 sangat dangkal, tidak semua materi tercakup di dalamnya, sehingga guru-guru menggunakan buku dengan KTSP sebagai buku pendamping, karena dirasa lebih lengkap. Hal ini tidak seharusnya terjadi karena buku teks pelajaran merupakan sumber pembelajaran utama untuk mencapai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti. Buku yang dianalisis dalam penelitian ini adalah buku yang paling banyak digunakan oleh sekolah negeri di Kabupaten Sleman, karena berdasarkan data Disdikpora Sleman, dari 716 sekolah, sebanyak 654 sekolah yang tetap melanjutkan K13. Jumlah tersebut terdiri dari 463 SD, 99 SMP, 36 SMA, dan 56 SMK. Kurikulum 2013 sendiri diterapkan bagi siswa kelas I dan IV di tingkat SD, 10
kelas VII di tingkat SMP, serta kelas X di tingkat SMA dan SMK. Dari jumlah tersebut terdapat 32 sekolah sebagai sekolah percontohan atau piloting project Kurikulum 2013, sekolah tersebut sudah menerapkan Kurikulum 2013 di seluruh kelas yang ada. Pemilihan sekolah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling. Sekolah yang dipilih adalah sekolah yang terdaftar sebagai sekolah percontohan atau piloting project, yang sudah menerapkan kurikulum 2013 selama 3 semester sehingga pada kelas V, VIII, dan XI sudah diterapkan kurikulum 2013. Kemudian buku akan dianalisis kesinambungannya dari jenjang SD, SMP, dan SMA berdasarkan penerbit yang sama. Berdasar latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Analisis Kesinambungan Persoalan dalam Konsep Sistem Pernapasan Manusia dalam Buku Teks/Pelajaran Berdasar Kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dari penelitian ini, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yakni sebagai berikut : 1. Apa sajakah jenis buku yang digunakan pada masing-masing jenjang pendidikan? 2. Apakah konsep yang terdapat dalam buku pelajaran pada kurikulum 2013 yang bersifat tematik? 11
3. Apakah jenis buku yang berbeda-beda menyebabkan tidak adanya kesinambungan pada kedalaman dan keluasan materi sistem pernapasan dalam buku pelajaran IPA/ Biologi pada jenjang SD, SMP, dan SMA? 4. Apakah perbedaan kemampuan berpikir peserta didik menyebabkan adanya perbedaan kedalaman dan keluasan materi sistem pernapasan dalam buku pelajaran IPA/ Biologi pada jenjang SD, SMP, dan SMA? 5. Apakah penyampaian materi hanya sekilas dan terpadu dapat mencapai kedalaman dan keluasan materi? 6. Bagaimana analisis mengenai kesinambungan konsep pada materi sistem pernapasan pada buku pelajaran yang banyak digunakan dalam pembelajaran pada jenjang SD, SMP, dan SMA? 7. Apakah yang menyebakan penerimaan materi yang tidak utuh oleh peserta didik dalam mempelajari materi pernapasan yang merupakan materi yang kompleks? C. Batasan Masalah Berdasarkan Identifikasi masalah tersebut, penelitian dibatasi pada menganalisis kesinambungan konsep Sistem Pernapasan dalam buku pelajaran IPA/Biologi yang ditulis berdasarkan Kurikulum 2013 dari jenjang SD, SMP, dan SMA piloting project Kurikulum 2013 (sekolah percontohan) di Kabupaten Sleman. 12
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa sajakah konsep-konsep esensial dan konsep non esensial yang terdapat di dalam materi sistem pernapasan dalam buku pelajaran IPA/Biologi yang banyak digunakan pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman? 2. Apakah materi sistem pernapasan dalam buku pelajaran IPA/Biologi yang banyak digunakan pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA berdasarkan kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman mengalami penambahan, pendalaman dan perluasan konsep? 3. Apakah konsep materi sistem pernapasan dalam buku pelajaran IPA/Biologi pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA berdasarkan Kurikulum 2013 yang banyak digunakan di Kabupaten Sleman berkesinambungan? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui konsep-konsep esensial dan konsep non esensial yang terdapat di dalam materi sistem pernapasan dalam buku pelajaran IPA/Biologi berdasar Kurikulum 2013 yang banyak digunakan pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Sleman. 2. Mengetahui penambahan, pendalaman dan perluasan konsep pada materi sistem pernapasan dalam buku pelajaran IPA/Biologi yang banyak digunakan 13
pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA berdasarkan kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman. 3. Mengetahui adanya kesinambungan konsep materi sistem pernapasan dalam buku pelajaran IPA/Biologi pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA berdasarkan Kurikulum 2013 yang banyak digunakan di Kabupaten Sleman. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: 1. Bagi Guru Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan evaluasi dalam menggunakan buku teks sebagai sumber belajar yang digunakan pada proses pembelajaran pada materi sistem pernapasan supaya materi yang diajarkan sesuai dengan KI dan KD. 2. Bagi Penulis Buku Penulis dapat mengembangkan kesinambungan konsep sesuai dengan kurikulum yang berlaku dalam buku pelajaran pada setiap jenjang pendidikan. 3. Bagi Peneliti Memperoleh pengetahuan tentang kesinambungan konsep materi sistem pernapasan dalam buku pelajaran yang banyak digunakan pada tingkat SD, SMP, dan SMA. 14
G. Definisi Operasional 1. Konsep dan Persoalan Konsep adalah ide atau gagasan dalam bentuk definisi atau pengertian suatu objek, baik yang bersifat abstrak maupun konkret (Sagala, 2011: 61). Persoalan menurut KBBI adalah suatu masalah, dalam hal ini persoalan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pokok-pokok permasalahan yang terdapat dalam konsep materi sistem pernapasan pada manusia. 2. Kesinambungan Persoalan dalam Konsep Kesinambungan persoalan dalam konsep adalah suatu konsep yang berkelanjutan, yang dapat ditemui, semakin mendalam, dan semakin meluas (Nasution, 2009: 120-121). Kesinambungan konsep yang dimaksud yakni kesinambungan persoalan dalam konsep dalam materi sistem pernapasan dari jenjang SD, SMP, dan SMA. 3. Konsep Sistem Pernapasan Konsep sistem pernapasan yang dianalisis adalah seluruh materi baik konsep maupun sub konsep yang terdapat dalam buku pelajaran IPA/ Biologi yang banyak digunakan pada jenjang SD, SMP, dan SMA dengan kurikulum 2013. 4. Buku Pelajaran Buku pelajaran adalah buku yang dijadikan pegangan peserta didik pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (Prastowo, 2012:169). Buku yang dianalisis adalah buku Tematik pada jenjang SD terbitan tahun 2014, buku IPA pada jenjang SMP terbitan tahun 2014, dan buku Biologi padajenjang SMA terbitan tahun 2013 dengan Kurikulum 2013. 15