Daftar Isi KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Menghitung Satuan Panjang. KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menghitung Satuan Berat

dokumen-dokumen yang mirip
KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Menghitung Jumlah Uang KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menghitung Satuan Waktu

Daftar Isi. KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Membaca Huruf. KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menulis Huruf

DAFTAR ISI. KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Membaca Menulis Suku Kata dan Kata. KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Membaca dan Menulis Kalimat

Daftar Isi. KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Membaca Huruf. KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menulis Huruf

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar

PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN MUTU ORGANISASI MITRA PENDIDIKAN MASYARAKAT DAN TATACARA MEMPEROLEH BANTUAN

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar Tema Kehutanan

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Petunjuk Teknis Peningkatan Mutu Organisasi Mitra Pendidikan Masyarakat dan Tatacara Memperoleh Bantuan

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

Kesetaraan Gender Strategi Jitu dalam Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS PENGUATAN PKBM MELALUI PERMAGANGAN DAN TATA CARA MEMPEROLEH BANTUAN

Direktorat Pendidikan Masyarakat Gd. E Lt.VI Jl. Jend. Sudirman - Senayan Jakarta Telp. : (021) , , , ,

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

PENDIDIKAN KESETARAAN FITTA UMMAYA SANTI, S. PD., M. PD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Penataan Kelembagaan PKBM

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS

kurang beruntung untuk jalur pendidikan nonformal yang berusia lahir sampai dengan usia 6 tahun dan sebagai prioritas anak usia lahir sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education,

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF

Hasil Sidang Komisi I: KEBIJAKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kaliurang, Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Strategi Kebijakan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2016

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA AKSI NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3

Direktorat Pendidikan Masyarakat Gd. E Lt.VI Jl. Jend. Sudirman - Senayan Jakarta Telp.: (021) Fax. : (021)

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

4.1 Target Dasar Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2033 menyebutkan pada Pasal 17 ayat (1 dan 2) bahwa : (1) Pendidikan Dasar merupakan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan

Lomba Inovasi Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Tabel 3.28 Pencapaian Misi IV dan Indikator. tercapai. tidak tercapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Penghapusan diskriminasi gender dan pencapaian keadilan gender merupakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

NSPK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria

PAKET 2 SOAL UN MATEMATIKA SD/MI

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR

SOAL PSIKOTEST KEMAMPUAN TEKNIKAL

NSPK Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

PERKALIAN BILANGAN ASLI DENGAN PECAHAN

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 10. GEOMETRI Â PENGUKURANLATIHAN SOAL BAB 10

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan

Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang benar!

LAYANAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN MASYARAKAT SUBDIT SARANA DAN PRASARANA DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT 2012

IKATAN MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH INDONESIA (IMADIKLUS INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan untuk semua atau Education For All (EFA) di Indonesia menurun.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN KEPADA LEMBAGA PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL

PROGRAM KEJAR PAKET A DALAM PEMBERANTASAN BUTA HURUF TAHUN Indah Wulandari. Sumarno

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

ISSN : Volume 1 Nomor 2, Mei 2018

LAMPIRAN 1 LEMBAR SOAL

PAKET 2 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 UTAMA SD/MI MATEMATIKA

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017

PENDIDIKAN NONFORMAL (PNF) BAGI PENGEMBANGAN SOSIAL PENDAHULUAN

PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

Antiremed Kelas 11 FISIKA

PANDUAN SELEKSI DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2016

Transkripsi:

Daftar Isi KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Menghitung Satuan Panjang KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menghitung Satuan Berat KEGIATAN BELAJAR 3 Terampil Menghitung Satuan Isi i

Kata Sambutan Pelindung: Dr. Ir. Taufik Hanafi, M.U.P. Penanggung Jawab: Dr.Wartanto Editor: Dra. Ida M. Kosasih, M.Pd. Tim Penulis:... Dra. Katarina, M.Pd. Johan Winarni, S.P., M.Pd Surya Nilasari, S.Pd. Siti Nurul Aini, S.Kom. Desain Grafis/Illustrator: Surya Evendi Buku Bahan Ajar Keaksaraan Dasar ini merupakan salah satu contoh modul pembelajaran keaksaraan berbasis standar kompetensi keaksaraan dasar dan didesain untuk masyarakat (fungsional bidang kehutanan). Karena ini merupakan salah satu contoh maka di daerah, terbuka lebar untuk menyusun dan mengembangkan bahan ajar keaksaraan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing, namun merujuk pada tercapainya standar kompetensi keaksaraan dasar Memasuki tahun 2015, perhatian dunia tentang program pendidikan tertuju pada capaian program Pendidikan untuk Semua (PUS) atau Education for All (EFA) yang dideklarasikan di Dakar Senegal tahun 2000 oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, Cultural Organization). Terdapat enam target capaian program PUS yang harus dicapai pada tahun 2015. Salah satu target PUS adalah program pemberantasan buta aksara melalui pendidikan keaksaraan yang menargetkan setiap negara diharapkan mampu mengurangi separuh jumlah penduduk buta aksara di negaranya masing-masing pada tahun 2015. Target EFA yang lain yang menjadi tugas pendidikan masyarakat adalah adanya pendidikan kecakapan hidup (life skills) dalam makna yang luas untuk meningkatan keterampilan dan memberdayakan masyarakat dalam kerangka pendidikan orang dewasa dan berkelanjutan (adult learning and continuing education). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk buta aksara 15 tahun ke atas mencapai 11,42% pada tahun 2000 ketika deklarasi Dakkar dicanangkan. Melalui berbagai program dan kegiatan pendidikan keaksaraan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah berhasil menurunkan penduduk usia 15-59 tahun sampai dengan 3,86% atau sebanyak 6.165.404 orang pada tahun 2014 (Pusat Data dan Statistik Pendidikan, Kemdikbud). Dengan demikian, Indonesia optimistis akan berhasil memenuhi target Deklarasi Dakar untuk mengurangi separuh jumlah penduduk buta aksara melalui program pendidikan keaksaraan yang komprehensif dan fungsional. Untuk memelihara kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta capaian target pemberantasan buta aksara yang sudah diraih, maka perlu dikembangkan sistem peningkatan dan penjaminan mutu pembelajaran keaksaraan melalui penetapan pedoman dan panduan serta petunjuk teknis penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan dasar. Penduduk yang sudah melek aksara harus diberikan layanan pendidikan keaksaraan lanjutan dan kemudian pendidikan kesetaraan Paket A setara SD/MI yang harus dikembangkan secara sinergis dan berkesinambungan untuk memenuhi wajib belajar dan juga memenuhi salah satu target EFA. Mereka harus mendapatkan layanan pendidikan alternative melalui pendidikan masyarakat sebagai layanan pendidikan jalur nonformal di luar persekolahan. Di sisi lain, masih terdapat penduduk usia muda 7-12 (usia SD/MI) yang rentan menjadi buta aksara lagi karena tidak mengikuti pendidikan dasar di usia tersebut. Berdasarkan hasil Studi Anak di Luar Sekolah (Out of school-children Study) oleh UNICEF (United Nation Children s Fund) tahun 2010, masih ada 2% anak di luar sekolah usia SD, dengan perincian 1,14% tidak pernah bersekolah sedangkan sisanya 0,89% adalah anak putus sekolah. ii iii

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya meningkatkan keberaksaraan penduduk dewasa di Indonesia dengan memperluas peningkatan mutu dan akses serta kualitas layanan pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan orang dewasa, dan pendidikan berkelanjutan yang terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup, peningkatan budaya baca masyarakat, pemberdayaan perempuan, pendidikan keluarga, dan pengarusutamaan gender, serta penataan kelembagaan pendidikan masyarakat sebagai layanan pendidikan melalui jalur non formal dan informal. Untuk menjamin terselenggaranya program pendidikan masyarakat oleh semua pemangku kepentingan, maka perlu disusun berbagai pedoman, panduan, dan petunjuk teknis penyelenggaraan pendidikan masyarakat. Saya menyambut baik diterbitkannya pedoman, panduan, dan petunjuk teknis penyelenggaraan program di Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. Semoga dokumen tersebut dapat bermanfaat bagi terselenggaranya program pendidikan dan pemberdayaan masyarakat untuk membentuk masyarakat belajar guna meraih kemajuan dan kemakmuran masyarakat yang berkarakter dan berintegritas. Jakarta, April 2015 Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Nonformal dan Informal Dr. Ir. Taufik Hanafi, M.U.P. Kata Pengantar Pengembangan program reguler dan inisiatif baru dalam penyelenggaraan pendidikan masyarakat terus dikembangan sesuai dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat. Layanan pendidikan masyarakat dikembangkan melalui jalur pendidikan nonformal dan informal sebagai penambah, pelengkap dan pengganti layanan pendidikan yang biasanya dilaksanakan di sistem persekolahan. Strategi dan pengembangan program pendidikan masyarakat harus diberi kerangka sebagai layanan pendidikan orang dewasa dengan pendekatan andragogi. Sementara di dalam sistem persekolahan, layanan pendidikan dikembangan dengan pendekatan paedagogi. Dengan adanya perbedaan pendekatan ini, pengembangan strategi, program, dan kegiatan pendidikan masyarakat harus spesifik, terukur, tepat sasaran agar mampu menjawab kebutuhan dan penyelesaian permasalahan kekinian untuk pemberdayaan dan pemandirian masyarakat. Berbagai rujukan penting dalam pengembangan pendidikan masyarakat senantiasa dikembangkan oleh UNESCO melalui program Education for All (EFA) atau pendidikan untuk semua, Adult Learning and Education (ALE) atau Pembelajaran dan Pendidikan Orang Dewasa, Education for Sustainable Development (ESD) atau pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan, Life Skills (Pendidikan Kecakapan Hidup), Literacy Initiative For Empowerment (LIFE) atau Prakarsa Keaksaraan untuk Pemberdayaan, serta berbagai program lainnya. Dengan demikian, program pendidikan masyarakat telah menjadi bagian penting dari isu pendidikan di tingkat global yang harus diimplementasikan dalam konteks lokal. Adopsi dan adaptasi layanan pendidikan masyarakat dalam kerangka global memberikan sekaligus peluang dan kesempatan bagi pendidikan masyarakat untuk melakukan inovasi layanan di Indonesia yang akan menjadi praktik terbaik (good practices) bagi dunia internasional. Untuk itu, pengembangan dan inovasi kebijakan pembelajaran dan pendidikan berbasis masyarakat harus terus menerus dilakukan oleh pemerintah dan para penyelenggara pendidikan masyarakat. Dalam rangka memgembangkan dan melakukan penjaminan mutu layanan pendidikan masyarakat maka perlu dirumuskan pedoman, panduan, petunjuk teknis dalam memberikan layanan pendidikan masyarakat. Dengan adanya pedoman, panduan, petunjuk teknis ini diharapkan sistem dan standar layanan pendidikan masyarakat dapat dijalankan dengan baik senyampang dengan perlunya inovasi dan iv v

kreativitas serta sinergi lapangan sesuai dengan kebutuhan dan potensi serta situasi dan kondisi masyarakat setempat. Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat telah mengembangkan tugas utama (core bussiness) dalam program dan kegiatan layanan pendidikan masyarakat. Sesuai dengan kelompok target layanan pendidikan masyarakat yaitu para orang dewasa dan komunitas maka terdapat sejumlah program dan kegiatan yang telah dikembangkan yaitu keaksaraan dasar, keaksaraan usaha mandiri, peningkatan minat baca masyarakat, pemberdayaan perempuan, serta kesetaraan orang dewasa dan pendidikan berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan suatu dokumen yang menjelaskan sistem layanan pendidikan masyarakat secara komprehensif dan fungsional sesuai dengan 8 (delapan) komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang harus dijadikan rujukan dalam pengembangan pendidikan masyarakat. Kami menyambut gembira dan memberikan penghargaan kepada semua pihak yang telah menyusun pedoman, panduan atau petunjuk teknis penyelenggaraan pendidikan masyarakat ini. Semoga pedoman, panduan atau petunjuk teknis ini dapat memberikan arah pelaksanaan pendidikan masyarakat di lapangan, dengan tetap memberikan ruang kepada para penyelenggara untuk berinovasi dan berkreasi dalam menjawab segala permasalahan masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan dalam rangka pemberdayaan dan pemandirian masyarakat di manapun berada di seluruh wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia.. Jakarta, April 2015 Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Dr. Wartanto vi 1

Cermati Baca dan salinlah! Jarak pohon 3 m 3 m 3 m Jarak antar Pohon Tinggi Pohon 10 m Tinggi pohon 10 m Sebutkan! Penggaris panjang 15 cm Meteran kerja panjang 5 m Meteran tanah panjang 50 m 4 m Panjang kayu 4 m 2 3

lengkapi! Cermati dan sebutkan! Jarak pohon 2 m 1 m = 100 cm 1 km = 1000 m cm (centi meter) m (meter) km (kilo meter) 2 m 4 km 5 m Tinggi pohon... m Jarak dari rumah ke puncak gunung 4 km 1 km = 1.000 m 4 km = 4.000 m 0,75 km 300 cm Panjang kayu... cm Jarak dari rumah ke hutan 0,75 km 0,75 km = 0,75 x 1.000 m =.. m 4 5

Rumah Pak Cipto Salin dan isilah! Hutan 1. Siapkan meteran. Tugas 750 km Penggergajian kayu 2. Ukurlah panjang meja, lebar meja, tinggi meja, lebar lantai dan panjang lantai di tempat belajar. Isikan pada tabel berikut. No Uraian Ukuran dalam cm 1500 m Pak Cipto pergi dari rumah untuk menebang pohon di hutan. Batang pohon yang telah ditebang dibawa ke penggergajian kayu. Jarak rumah Pak Cipto ke hutan 750 m. Jarak dari hutan ke penggergajian kayu 1.500 m. Berapa meter jarak yang ditempuh Pak Cipto? 750 m + 1.500 m = m 1 panjang meja... 2 lebar meja... 3 tinggi meja... 4 lebar lantai... 5 panjang lantai... 6...... 7...... 6 7

isilah! Pak Yoyok menebang pohon sebanyak 4 batang. Berapa total panjang batang pohon yang diperoleh Pak Yoyok, jika masing-masing batang pohon mempunyai panjang 10 m? x m = m isilah! Pak Sardi pergi ke penggergajian kayu. Jarak rumah Pak Sardi ke penggergajian kayu 750 m. Ketika baru berjalan 500 m Pak Sardi berhenti menyapa Pak Rudi. Jadi Pak Sardi harus menempuh berapa meter lagi supaya sampai ke penggergajian kayu? 750 m... m m 8 9

isilah! Pak Cucu ingin membuat balok kayu sebanyak 16 buah. Berapa panjang tiap balok kayu yang dibuat Pak Cucu, jika ia mempunyai kayu batangan sepanjang 800 cm? m : = m Pak Husen menjual balok kayu. Ia menjual 12 m balok kayu. Harga per meternya Rp.30.000,-. Berapa rupiah Pak Husen mendapatkan uang? m x Rp.,- = Rp..,- 10 11

Cermati! 1 kg = 1000 g 1 kw = 100 kg 1 ton = 10 kw g (gram) kg (kilo gram) kw (kuintal) 12 13

Cermati! Sebutkan! Timbangan bebek Timbangan berdiri = 1 kg = 2 kg =... kg =... kg Timbangan gantung Timbangan roti =... kg =... kg Timbangan badan =... kg 14 15

Tugas 1. Siapkan timbangan roti, neraca atau alat ukur berat lainnya. 2. Ukurlah berat buku, spidol, pensil dan sebagainya. Isikan pada tabel berikut. No Uraian Ukuran berat dalam kg 1 berat buku... 2 berat spidol... 3...... 4...... 5...... 6...... 7...... Tugas Pak Toni menjual serbuk kayu 90 kg. Pak Toni juga menjual kayu kecil-kecil 145 kg. Berapa kg sisa hasil gergaji kayu yang dijual Pak Toni? Serbuk kayu = kg Kayu kecil-kecil = kg = kg 16 17

isilah! Ibu Tini panen jamur tiram. Jamur tiram yang dihasilkan 300 kemasan plastik. 1 kemasan plastik berisi 0,5 kg. Berapa kuintal jamur tiram yang dipanen? 300 kemasan plastik x 0,5 kg =... kg =... kw isilah! Ibu Tini mempunyai serbuk kayu 85 kg. Ia mengambil 50 kg serbuk kayu untuk menanam jamur tiram. Berapa sisa serbuk kayu Ibu Tini?... kg... kg... kg 18 19

isilah! Pak Jumadi menjual sisa penggergajian. Serbuk kayu yang dihasil 450 kg. Serbuk kayu tersebut dibeli oleh 3 orang petani jamur tiram. Berapa kg serbuk kayu yang diperoleh masingmasing petani?... kg :... kg =... Ibu Ana panen jamur tiram. Ia menjual 200 kg jamur tiram. Pedagang membayar Rp. 8.000,- untuk 1 kg. Berapa uang yang diterima Ibu Ana? kg x Rp.,- = Rp.,- 20 21

Cermati! 1 l = 1.000 ml 1 m 3 = 1.000 l ml (mililiter) l (liter) m 3 (meter kubik) 22 23

Perhatikan dan isilah! Sebutkan! Ember 1 = 500 ml Ember 2 =.. l Ember 3 =.. l Ember 4 =.. l Literan 250 ml = 250 l = 0.25 l 1000 1 l = 1000 ml = l 1 l = 1000 ml 5 l = ml Ember 500 l = 500 1000 m3 = 0.5 m 3 750 l = 750 1000 m3 = 0.75 m 3 Mangkok getah karet Botol 24 25

isilah! Pak Pandu panen madu 30 liter. Dijual sebanyak 20 liter. Berapa sisa madu Pak Pandu? l - l = l isilah! Pak Budi mengumpulkan getah karet 2 ember. Masing-masing isinya 3 l dan 7 l. Berapa l getah karet yang diperoleh Pak Budi? 3 l + 7 l = l 26 27

isilah! Pak Joko mendapatkan getah karet sebanyak 6 ember. Masing-masing ember dapat menampung 5 liter getah karet. Berapa liter getah karet yang didapat Pak Joko? x liter = liter Petani panen madu sebanyak 50 liter. Dituangkan kedalam 100 botol. Berapa liter isi masing-masing botol? l : l = l 28 29

Salin dan isilah! pak Totok menjual madu sebanyak 25 liter. 1 liter madu harganya Rp. 40.000,-. Berapa Ibu Tatik harus membayar? l x Rp.,- = Rp.,- 30