BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Akhir Analisis faktor fisik dan faktor data

dokumen-dokumen yang mirip
Wikipedia. (2007). Non Line of Sight (NLOS), Kurniawan, Adit. (1995). Penentuan Kebutuhan Daya Pancar Pada Sistem Telepon Radio

BAB III PENENTUAN CAKUPAN AREA BERDASARKAN MODEL REDAMAN PROPAGASI DAN PETA YANG DIGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI RESOLUSI SPASIAL DAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN DALAM PERENCANAAN SISTEM JARINGAN SELULAR TUGAS AKHIR. Oleh Muhammad Ridho

BAB II PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM PERENCANAAN JARINGAN SISTEM SELULAR

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

Radio dan Medan Elektromagnetik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II STUDI PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

Pertemuan 6 PROPAGASI GELOMBANG RADIO. DAHLAN ABDULLAH

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh adanya penempatan BTS (Base Tranceiver Station) untuk

Propagasi gelombang radio atau gelombang elektromagnetik dipengaruhi oleh banyak faktor dalam bentuk yang sangat kompleks kondisi yang sangat

BAB I Bab 1 PENDAHULUAN

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

BAB II PROPAGASI SINYAL. kondisi dari komunikasi seluler yaitu path loss, shadowing dan multipath fading.

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL PROPAGASI UNTUK KOMUNIKASI BERGERAK PADA SISTEM GSM 900. pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB III DATA DAN ASPEK PERENCANAAN

Bab IV Analisis dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALOKASI FREKUENSI RADIO (RADIO FREQUENCY) DAN MEKANISME PERAMBATAN GELOMBANGNYA. Sinyal RF ( + informasi)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PERENCANAAN

Gambar IV-1. Perbandingan Nilai Korelasi Antar Induk Wavelet Pada Daerah Homogen Untuk Level Dekomposisi Pertama

Evaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Judul

BAB IV ANALISIS

PROPAGASI GELOMBANG RADIO HF PADA SIRKIT KOMUNIKASI STASIUN TETAP DENGAN STASIUN BERGERAK

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL PROPAGASI WALFISCH-IKEGAMI

Rancang Bangun Model Komputasi Perambatan Gelombang Radio Tiga Dimensi menggunakan Metode UTD Modifikasi

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

BAB I PENDAHULUAN. (near surface exploration). Ground Penetrating Radar (GPR) atau georadar secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS UNJUK KERJA RADIO IP DALAM PENANGANAN JARINGAN AKSES MENGGUNAKAN PERANGKAT HARDWARE ALCATEL-LUCENT 9500 MICROWAVE PACKET RADIO (MPR)

BAB I PENDAHULUAN. broadband seperti high speed internet, digital video, audio broadcasting dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya dunia teknologi telekomunikasi dan informasi sejalan dengan kebutuhan akan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

Proses. Pengolahan. Pembuatan Peta. Analisa. Kesimpulan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jenis informasi pada siaran TV 1. Berita. Beberapa stasiun siaran TV mengemas berita ini sesuai dengan selera masing-masing.

ANALISIS RUGI-RUGI LINTASAN GELOMBANG RADIO DARI LUAR KE DALAM GEDUNG ANTARA PADA SISTEM GSM1800 DAN 3G

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pegunungan dengan lintasan 1 (Line 1) terdiri dari 8 titik MT yang pengukurannya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HANDOFF JARINGAN UMTS DENGAN MODEL PENYISIPAN WLAN PADA PERBATASAN DUA BASE STATION UMTS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ray Tracing S1 Teknik Informatika

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang elektronika dimana

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman kebutuhan manusia akan bidang telekomunikasi juga semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

Analisa Pathloss Exponent Pada Daerah Urban dan Suburban

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIMULASI MODEL EMPIRIS OKUMURA-HATA DAN MODEL COST 231 UNTUK RUGI-RUGI SALURAN PADA KOMUNIKASI SELULAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI. 4.1 Proyeksi Timbulan Sampah dan Perkiraan Masa Layanan TPA Muara Fajar Kota Pekanbaru

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Akhir Dalam studi ini, penentuan cakupan area sistem selular dilakukan berdasarkan faktor-faktor penentuan cakupan area yang diperoleh dari berbagai literatur dan wawancara dengan pihak yang terkait dengan perencanaan jaringan selular. Parameter-parameter yang digunakan dalam studi ini mungkin tidak sepenuhnya sesuai untuk diaplikasikan dalam penentuan cakupan area sistem selular di wilayah studi. Namun berdasarkan pertimbangan bahwa wilayah studi mempunyai kriteria yang sama dengan daerah yang pernah dilakukan pengukuran sebelumnya dan berdasarkan wawancara dengan pihak terkait bahwa hal tersebut bisa dilakukan maka diasumsikan parameter-parameter yang digunakan cukup mewakili dalam studi ini. 4.1.2 Analisis faktor fisik dan faktor data Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang digunakan untuk penentuan cakupan area sistem selular berdasarkan faktor fisik dan faktor data yang saling berkaitan. Faktor fisik yang digunakan dalam penelitian ini akan menyebabkan adanya redaman propagasi terhadap gelombang yang digunakan sehingga jangkauan dari sistem selular tersebut terganggu. Faktor fisik yang dapat menggangu jangkauan dari suatu sistem selular adalah keadaan topografi dan tutupan lahan di area studi. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab 2.1.3 bahwa besarnya sinyal yang diterima berdasarkan lintasan yang dilalui oleh gelombang sinyal. Selama antara pemancar dan penerima terdapat Line of Sight dan jaraknya masih dalam jangkauan maka besarnya kuat sinyal yang dikeluarkan oleh pemancar tersebut akan hampir sama dengan besarnya kuat sinyal yang diterima oleh pengguna. Karena pada penelitian ini digunakan resolusi data yang berbeda dalam maka hal tersebut juga dapat mempengaruhi cakupan area dari sistem selular tersebut. hal tersebut dapat dilihat pada ilustrasi gambar berikut ini. 29

Gambar 4.1 Line Of Sight (Li Qing, 05) Setiap resolusi yang berbeda menpunyai ukuran pixel yang berbeda sehingga informasi yang terkandung dalam setiap pixelnya juga berbeda. Hal tersebut menyebabkan apabila ada suatu objek pada resolusi data tertentu tidak mengganggu perambatan sinyal tetapi pada resolusi yang berbeda dapat menyebabkan gangguan pada perambatan sinyal. Berikut ini adalah perbandingan hasil cakupan area sistem selular dengan menggunakan beberapa resolusi peta yang berbeda. 4.1.2.1 Data dengan Klasifikasi Sama (3 klasifikasi) Commercial In-building 0.14 0.39 0.45 0.62 0.16 0.98 1.71 2.11 2.53 3.11 Gambar 4.2. Perubahan area Commercial in-building 30

Urban In-building 0.31 0.16 0.51 0.52 0.21 0.69 1.14 2.15 3.08 3.17 Gambar 4.3. Perubahan area Urban in-buiding Suburban In-building 4.50 4.00 0.16 0.39 0.36 0.15 0.47 0.94 1.87 2.20 2.39 4.15 Gambar 4.4. Perubahan area Suburban in-building Handportable In-car 0.27 0.42 0.52 0.85 0.20 0.92 1.32 2.02 2.59 2.87 Gambar 4.5. Perubahan area Handportable in-car 31

Rural Outdoor 0.75 0.78 0.78 0.93 0.79 1.30 1.33 1.65 2.66 2.99 Gambar 4.6. Perubahan area Rural Outdoor Perubahan cakupan area pada commercial in-building yang paling besar bila dibandingkan dengan resolusi lainnya terjadi antara resolusi 30m ke 35m yaitu sebesar 0.73 persen sedangkan pada resolusi lainnya perubahan relatif stabil. Pada area Urban in-building perubahan terbesar terjadi antara resolusi 35m ke 40m yaitu sebesar 1.01 persen. Untuk area Suburban in-building perubahan terbesar terjadi antara resolusi 45m ke 50m yaitu sebesar 1.76 persen sedangkan untuk area Handportable in-car perubahan terbesar terjadi antara resolusi 35m ke 40m yaitu sebesar 0.7 persen. Pada area Rural outdoor perubahan terbesar terjadi antara resolusi 40m ke 45m. Tetapi secara garis besar perubahan yang terjadi pada tiap area untuk resolusi yang berbeda relatif kecil, perubahan yang paling besar hanya mencapai angka 4.15 persen. Kecilnya perubahan yang terjadi untuk setiap area juga di sebabkan oleh keadaan topografi area studi yang relatif datar topografinya dan kawasan disekitar pemancar tidak begitu padat. 4.1.2.2 Data dengan Klasifikasi Berbeda Resolusi yang digunakan untuk membandingkan data dengan klasifikasi berbeda adalah resolusi 20m dan 50m. 32

ACRES Resolusi 20m 21kelas m 3kelas Perubahan Luas (%) Dominan Kelas Commercial in-building 637.842 618.629 3.01 Rural Urban Inbuilding 505.298 489.382 3.15 Rural Suburban Inbuilding 532.461 512.339 3.78 Rural Handportable In-car 2032.185 1958.333 3.63 Rural Rural Outdoor 1257.034 1208.907 3.83 Rural Tabel 4.1. Perbandingan Resolusi Tinggi Gambar 4.7. Cakupan Area 20m 21 kelas Gambar 4.8. Cakupan Area 50m 3 kelas 33

Resolusi 20m (21 klasifikasi dan 3 klasifikasi) Gambar 4.9. selisih cakupan area pada 21 dan 3 kelas Resolusi 20 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0.1 Commercial in-building 0.03 Urban Inbuilding 0.39 Suburban Inbuilding 0.78 Handportable In-car 0.86 Rural Outdoor Gambar 4.10. Perubahan area pada resolusi 20m 34

m (15 klasifikasi dan 3 klasifikasi) Gambar 4.11. selisih cakupan area pada 15 dan 3 kelas 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0.96 Commercial in-building 0.88 Urban Inbuilding 1.59 Suburban Inbuilding 1.11 Handportable In-car 1.01 Rural Outdoor Gambar 4.12. Perubahan area pada resolusi 50m Dari hasil diatas perubahan pada resolusi 20m dengan klasifikasi 21 kelas apabila dibandingkan dengan resolusi 50m dengan klasifikasi 3 kelas tidak terlalu signifikan, paling besar perubahannya hanya 1.59 persen dan itu berada pada kelas rural (plantation, agriculture, open area, parks) dan tidak terjadi perbedaan pada kelas suburban (industrial area, residential, mean urban, building blocks, open in urban). 35

Dengan demikian untuk perencanaan sistem jaringan selular untuk studi kasus cikarang dapat menggunakan peta resolusi 50m dengan 3 kelas. 4.1.2 Analisis faktor biaya dan keperluan provider apabila dikaji dari faktor biaya maka perbandingan antara tingkat resolusi peta dengan harga dari peta itu sendiri berbanding kuadratik (PT. Damai Insan Citra). Untuk peta dengan resolusi 25m harganya bisa mencapai dua kali lipat dari harga peta dengan resolusi 50m. Sehingga harus dilakukan perencanaan yang baik dalam pemilihan peta dasar yang akan digunakan. Berikut ini grafik hubungan antara harga suatu peta dengan resolusi peta itu sendiri. hubungan harga dan resolusi peta 60 50 40 harga 30 20 10 0 1 2 3 4 5 resolusi peta Gambar 4.13. Hubungan harga peta dan resolusi peta Sedangkan apabila dikaji dari faktor keperluan provider selular maka tiap provider pasti menginginkan bahwa jaringan mereka dapat menjangkau semua lapisan masyarakat, baik itu yang tinggal di daerah perkotaan ataupun daerah pedesaan.oleh sebab itu provider membutuhkan peta dasar dengan jumlah klasifikasi yang mendetail agar mereka dapat merencanakan jaringannya dengan baik dan bisa menjangkau semua lapisan masyarakat. 36