62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen) siswa dari 228 (100,0 persen) siswa pernah menonton tayangan Jika Aku Menjadi. Setelah menggunakan rumus Slovin dengan ketelitian 10 persen kemudian dipilih secara simple random sampling, diperoleh 70 responden penelitian. Terpaan tayangan Jika Aku Menjadi berkaitan dengan frekuensi dan durasi menonton terhadap tayangan Jika Aku Menjadi yang disajikan oleh Trans TV. Frekuensi menonton diukur dengan pertanyaan-pertanyaan untuk responden tentang berapa kali responden menonton tayangan Jika Aku Menjadi dalam satu bulan. Pertanyaan frekuensi menonton diukur dari jawaban responden yang kemudian dikelompokkan menjadi frekuensi menonton rendah, sedang, dan tinggi. Frekuensi menonton dikatakan tinggi menunjukkan bahwa responden tersebut mempunyai kesempatan lebih banyak dalam menonton tayangan Jika Aku Menjadi. Pada Tabel 4 disajikan jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan durasi menonton tayangan Jika Aku Menjadi. Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton dan Durasi Menonton Tayangan Jika Aku Menjadi Frekuensi Menonton (dalam sebulan) Rendah (kurang dari tiga kali) Sedang (tiga sampai lima) Tinggi (lebih dari lima kali) Durasi Menonton (dalam menit) Rendah(kurang dari 20) Sedang (20 sampai 40) Tinggi (lebih dari 40) Terpaan Tayangan Jumlah (orang) Persen (%) 13 37 20 18,6 52,9 28,6 14 16 40 20,0 22,9 57,1 Total 70 100,0 Data yang tersaji pada Tabel 4 diketahui bahwa mayoritas responden memiliki frekuensi menonton tayangan Jika Aku Menjadi kategori sedang (menonton JAM sekitar tiga sampai lima kali dalam satu bulan), yaitu sebanyak 37 (52,9 persen) responden. Berdasarkan jawaban responden yang diperoleh melalui wawancara kelompok, mereka yang memiliki frekuensi menonton kategori sedang mengaku tidak rutin mengikuti tayangan setiap
63 episodenya dalam satu bulan dikarenakan adanya kegiatan lain yang bersifat pribadi pada hari Sabtu Minggu. Durasi menonton diukur dengan pertanyaan-pertanyaan untuk responden tentang berapa lama waktu responden menonton tayangan Jika Aku Menjadi dalam satu kali penayangan. Pertanyaan durasi menonton diukur dari jawaban responden yang kemudian dikelompokkan menjadi durasi menonton rendah, sedang, dan tinggi. Data yang tersaji pada Tabel 4 diketahui mayoritas responden memiliki durasi menonton kategori tinggi, yaitu sebanyak 40 (57,1 persen) responden. Berdasarkan jawaban responden yang diperoleh melalui wawancara kelompok, mereka yang memiliki durasi menonton kategori sedang (menonton JAM sekitar 20 sampai 40 menit) mengaku tidak menonton tayangan Jika Aku Menjadi dari awal hingga akhir tayangan setiap episodenya dikarenakan ketika ada iklan, mereka mengganti dengan tayangan lain. Pada saat mereka ingin kembali lagi menonton Jika Aku Menjadi, ada bagian yang terlewat yang tidak ditonton oleh responden karena mereka terlambat beberapa menit mengganti kembali ke tayangan Jika Aku Menjadi. Sebagian responden juga mengatakan ketika menonton tayangan Jika Aku Menjadi ada bagian yang tidak menarik, mereka menggantinya dengan menonton tayangan lain. 5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Dua faktor yang berpotensi mempengaruhi terpaan tayangan Jika Aku Menjadi adalah faktor internal (jenis kelamin, motivasi, dan peringkat di kelas) dan faktor eksternal (domisili, uang saku, kegiatan ekstrakurikuler, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua). Kedua faktor tersebut diduga mempengaruhi terpaan tayangan Jika Aku Menjadi dan dijelaskan pada uraian berikut. 5.2.1 Pengaruh Faktor Internal terhadap Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Faktor internal remaja yang berpotensi mempengaruhi terpaan tayangan Jika Aku Menjadi adalah jenis kelamin, motivasi menonton, dan peringkat di kelas. Hasil pengujian hubungan antara faktor internal remaja dengan terpaan tayangan Jika Aku Menjadi disajikan secara ringkas pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Uji Chi Square dan Rank Spearman Hubungan antara Faktor Internal Remaja dengan Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi
64 Faktor Internal Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Frekuensi Menonoton Durasi Menonton χ² χ² Asymp Sig Sig Asymp Sig Sig Jenis Kelamin 4,757 0,093 4,969 0,083 Motivasi Menonton 3,245 0,778 7,594 0,269 Peringkat di Kelas 0,337* 0,001* 0,434* 0,000* Keterangan : *: berhubungan nyata pada α= 5 persen Data hasil survei melalui kuesioner yang telah diuji dengan Chi Square dan Rank Spearman yang tersaji pada Tabel 5 diketahui hanya peringkat di kelas yang menunjukkan hubungan nyata (Sig < 0,05) terhadap frekuensi menonton dan durasi menonton tayangan Jika Aku Menjadi 5.2.1.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan data yang telah diuji dengan Chi Square membuktikan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan terpaan tayangan Jika Aku Menjadi, baik frekuensi menonton maupun durasi menonton. Hubungan jenis kelamin dengan frekuensi menonton dijelaskan dengan hasil uji Chi Square, didapat bahwa χ² hitung (4,757) < χ² tabel (5,991), Asymp Sig (0,093) > α (0,05), maka Ho diterima, sedangkan untuk durasi menonton didapat bahwa χ² hitung (4,969) < χ² tabel (5,991), Asymp Sig (0,083) > α (0,05), maka Ho diterima. Jadi, dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden lakilaki dan perempuan dalam hal frekuensi menonton dan durasi menonton tayangan Jika Aku Menjadi. Berdasarkan jawaban responden, ternyata responden laki-laki menyukai tayangan Jika Aku Menjadi, walaupun pada kenyataannya kebanyakan penonton reality show adalah perempuan. Mereka menilai tayangan ini berbeda dengan reality show lainnya, sehingga kaum laki-laki pun tertarik untuk menontonnya. Responden laki-laki mengaku tidak menyukai tayangan reality show karena terkesan berlebihan, berbeda dengan Jika Aku Menjadi. Menurut mereka tayangan tersebut pantas ditonton laki-laki juga. Oleh karena itu, jenis kelamin tidak mempengaruhi frekuensi menonton dan durasi menonton. 5.2.1.2 Hubungan Motivasi Menonton dengan Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi
65 Motivasi menonton merupakan bagian faktor internal responden. Motivasi menonton merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri remaja untuk menonton tayangan Jika Aku Menjadi sesuai kebutuhannya yang berpotensi mengarahkan perilaku remaja tersebut dalam menonton tayangan Jika Aku Menjadi, yang meliputi motivasi pengetahuan, hiburan, interaksi sosial, dan identitas sosial. Data yang tersaji pada Tabel 5 diketahui bahwa motivasi menonton tidak berhubungan dengan terpaan tayangan Jika Aku Menjadi, baik frekuensi menonton maupun durasi menonton. Hubungan motivasi menonton dengan frekuensi menonton dijelaskan dengan hasil uji Chi Square, didapat bahwa χ² hitung (3,245) < χ² tabel (12,592), Asymp Sig (0,778) > α (0,05), maka Ho diterima, sedangkan untuk durasi menonton didapat bahwa χ² hitung (7,594) < χ² tabel (12,592), Asymp Sig (0,269) > α (0,05), maka Ho diterima. Jadi, dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi menonton dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Artinya, tidak adanya perbedaan diantara responden yang memiliki motivasi pengetahuan, hiburan, interaksi sosial, identitas sosial dalam hal sering tidaknya menonton dan lamanya waktu menonton tayangan Jika Aku Menjadi. Jadi, apapun motivasi mereka dalam menonton, tidak berhubungan dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. 5.2.1.3 Hubungan Peringkat di Kelas dengan Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Peringkat di kelas berhubungan nyata dengan terpaan tayangan Jika Aku Menjadi, baik frekuensi menonton maupun durasi menonton. Hubungan peringkat di kelas dengan frekuensi menonton dijelaskan dengan hasil uji Rank Spearman, didapat bahwa Sig (0,001) < α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa ada hubungan nyata antara peringkat di kelas dengan frekuensi menonton. Semakin tinggi peringkat di kelas, maka semakin tinggi pula frekuensi menontonnya. Sama halnya dengan frekuensi menonton, hubungan peringkat di kelas dengan durasi menonton dijelaskan dengan uji Rank Spearman, didapat bahwa Sig (0,000) < α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa ada hubungan nyata antara peringkat di kelas dengan durasi menonton. Semakin tinggi peringkat di kelas maka semakin tinggi pula durasi menonton. Berdasarkan jawaban responden, mereka yang peringkat di kelasnya tergolong tinggi lebih sering dan memiliki waktu yang lebih lengkap menonton tayangan Jika Aku Menjadi dibandingkan dengan mereka yang peringkat di kelasnya tergolong rendah. Hal ini dikarenakan mereka yang peringkat di kelasnya tergolong tinggi lebih memilih menonton
66 tayangan Jika Aku Menjadi dibandingkan tayangan reality show lainnya dengan alasan tayangan ini banyak memberikan informasi yang positif untuk mereka, bermuatan sosial, dan memberikan rasa empati setelah menontonnya. 5.2.2 Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Selain faktor internal, faktor eksternal remaja yang terdiri dari domisili, uang saku, kegiatan ekstrakurikuler, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua, juga berpotensi mempengaruhi terpaan tayangan Jika Aku Menjadi. Hasil pengujian hubungan antara faktor eksternal remaja dengan terpaan tayangan Jika Aku Menjadi disajikan secara ringkas pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Uji Chi Square dan Rank Spearman Hubungan antara Faktor Eksternal Remaja dengan Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Faktor Eksternal Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Frekuensi Menonoton Durasi Menonton χ² χ² Asymp Sig Sig Asymp Sig Sig Domisili 1,889 0,389 4,604 0,100 Uang Saku 0,131 0,280 0,008 0,947 Kegiatan Ekstrakurikuler 0,395* 0,000* 0,537* 0,000* Pekerjaan Orang Tua -Ayah: -Ibu: 11,199 6,861 0,342 0,334 7,920 3,109 0,637 0,795 Pendapatan Orang Tua 0,099 0,413 0,076 0,530 Keterangan : *: berhubungan nyata pada α=5 persen Hasil uji Chi Square dan Rank Spearman yang terdapat pada Tabel 6 menunjukkan faktor eksternal seperti domisili, uang saku, pekerjaan orang tua; ayah dan ibu, dan pendapatan orang tua tidak berhubungan dengan terpaan tayangan Jika Aku Menjadi, baik frekuensi menonton maupun durasi menonton. Hanya kegiatan ekstrakurikuler yang menunjukkan hubungan dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Kegiatan ekstrakurikuler berhubungan nyata (Sig < 0,05) dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang
67 diikuti responden menentukan tinggi rendahnya frekuensi menonton dan durasi menonton tayangan Jika Aku Menjadi. 5.2.2.1 Hubungan Domisili dengan Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Domisili tidak berhubungan dengan terpaan tayangan Jika Aku Menjadi, baik frekuensi menonton maupun durasi menonton. Domisili responden dalam penelitian ini yakni tempat tinggal responden yang berada di desa di kota. Hubungan jenis kelamin dengan frekuensi menonton dijelaskan dengan hasil uji Chi Square, didapat bahwa χ² hitung (1,889) < χ² tabel (12,592), Asymp Sig (0,389) > α (0,05), maka Ho diterima, sedangkan untuk durasi menonton didapat bahwa χ² hitung (4,604) < χ² tabel (12,592), Asymp Sig (0,100) > α (0,05), maka Ho diterima. Jadi, dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara domisili dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang berdomisili di desa dan di kota dalam hal frekuensi menonton dan durasi menonton tayangan Jika Aku Menjadi. Menurut jawaban responden, mereka yang berdomisili di desa maupun di kota menyukai tayangan Jika Aku Menjadi. 5.2.2.2 Hubungan Uang Saku dengan Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Uang Saku tidak berhubungan dengan terpaan tayangan Jika Aku Menjadi, baik frekuensi menonton maupun durasi menonton. Hubungan uang saku dengan frekuensi menonton dijelaskan dengan hasil uji Rank Spearman, didapat bahwa Sig (0,280) > α (0,05), maka Ho diterima, sedangkan untuk durasi menonton didapat bahwa Sig (0,947) > α (0,05), maka Ho diterima. Jadi, dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara uang saku dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang memiliki uang saku tinggi, sedang, dan yang memiliki uang saku rendah dalam hal frekuensi menonton dan durasi menonton tayangan Jika Aku Menjadi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Bajjari yang dikutip oleh Testiandini (2006) yang menyatakan bahwa jika dilihat dari sisi uang saku semakin tinggi uang saku ternyata semakin seseorang menyisihkan televisi karena kesenangan non media yang lebih luas. Menurut jawaban responden, mereka yang memiliki uang saku yang tergolong tinggi tidak menyisihkan uang mereka untuk kesenangan non media. Mereka mendapat uang saku lebih tinggi dari responden lainnya dikarenakan uang mereka digunakan untuk ongkos berangkat dan pulang dari sekolah.
68 5.2.2.3 Hubungan Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Hubungan kegiatan ekstrakurikuler dengan frekuensi menonton dijelaskan dengan hasil uji Rank Spearman, didapat bahwa Sig (0,000) < α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat dinyatakan bahwa ada hubungan nyata antara kegiatan ekstrakurikuler dengan frekuensi menonton. Semakin banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti responden, maka semakin tinggi pula frekuensi menontonnya. Sama halnya dengan frekuensi menonton, hubungan nyata antara kegiatan ekstrakurikuler dengan durasi menonton dijelaskan dengan uji Rank Spearman, didapat bahwa Sig (0,000) < α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi, dapat dinyatakan bahwa semakin banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, maka semakin tinggi pula durasi menonton. Berdasarkan jawaban responden, mereka yang mengikuti banyak kegiatan ekstrakurikuler di sekolah lebih sering dan memiliki waktu yang lebih lengkap dalam menonton tayangan Jika Aku Menjadi dibandingkan dengan mereka yang sedikit bahkan tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Banyaknya pengalaman organisai yang diperoleh selama mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah membuat responden bertambah kepedulian dan rasa tanggung jawabnya. Semakin banyak responden berinteraksi dengan orang lain, mereka menjadi lebih peka terhadap orang lain. Adanya rasa ingin tahu tentang keadaan orang lain, membuat responden memilih menonton Jika Aku Menjadi. 5.2.2.4 Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Hubungan pekerjaan ayah dengan frekuensi menonton dijelaskan dengan hasil uji Chi Square, didapat bahwa χ² hitung (11,199) < χ² tabel (18,31), Asymp Sig (0,342) > α (0,05), maka Ho diterima, sedangkan untuk durasi menonton didapat bahwa χ² hitung (7,920) < χ² tabel (18,31), Asymp Sig (0,637) > α (0,05), maka Ho diterima. Jadi, dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ayah dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang pekerjaan ayahnya buruh, wiraswasta, swasta, PNS, petani dalam hal frekuensi menonton dan durasi menonton tayangan Jika Aku Menjadi.
69 Hubungan pekerjaan ibu dengan durasi menonton dijelaskan dengan hasil uji Chi Square, didapat bahwa χ² hitung (6,861) < χ² tabel (18,31), Asymp Sig (0,334) > α (0,05), maka Ho diterima, sedangkan untuk durasi menonton didapat bahwa χ² hitung (3,109) < χ² tabel (18,31), Asymp Sig (0,795) > α (0,05), maka Ho diterima. Jadi, dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang pekerjaan ibunya ibu rumahtangga, buruh, wiraswasta, swasta dalam hal frekuensi menonton dan durasi menonton tayangan Jika Aku Menjadi. Berdasarkan jawaban responden, pekerjaan orang tua, baik pekerjaan ayah ibu tidak mempengaruhi terpaan tayangan Jika Aku menjadi dalam hal frekuensi menonton dan durasi menonton dikarenakan dalam aktivitas menonton televisi, mereka tidak didampingi oleh orang tua mereka. Responden diberi kebebasan dalam memilih tayangan oleh orang tua mereka. Oleh karena itu, pekerjaan orang tua tidak berpengaruh terhadap terpaan tayangan Jika Aku Menjadi. 5.2.2.5 Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Pendapatan orang tua tidak berhubungan dengan terpaan tayangan Jika Aku Menjadi, baik frekuensi menonton maupun durasi menonton. Pendapatan orang tua dalam penelitian ini adalah seluruh pendapatan orang tua baik ayah ibu yang bekerja yang dikategorikan rendah, sedang, dan tinggi. Hubungan pendapatan orang tua dengan frekuensi menonton dijelaskan dengan hasil uji Rank Spearman, didapat bahwa Sig (0,413) > α (0,05), maka Ho diterima, sedangkan untuk durasi menonton didapat bahwa Sig (0,530) > α (0,05), maka Ho diterima. Jadi, dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan frekuensi menonton dan durasi menonton. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden yang orang tuanya berpendapatan rendah, sedang tinggi dalam hal frekuensi menonton dan durasi menonton tayangan Jika Aku Menjadi. Berdasarkan jawaban responden hasil dari wawancara kelompok menyatakan mereka yang orang tuanya berpendapatan tinggi, sedang, maupun rendah menyukai tayangan Jika Aku Menjadi. Orang tua memberi kebebasan responden dalam hal memilih tayangan dan kegiatan menonton TV, orang tua hanya mengingatkan mereka ketika ujian untuk mengurangi jam menonton dikurangi agar lebih konsentrasi belajar.
70 5.3 Resume Berdasarkan pembahasan di atas diketahui bahwa: 1. Secara keseluruhan responden memiliki frekuensi menonton yang tergolong sedang (tiga sampai lima kali dalam sebulan) dan durasi menonton tergolong tinggi (lebih dari 40 menit) terhadap tayangan Jika Aku Menjadi. 2. Faktor yang mempengaruhi terpaan tayangan Jika Aku Menjadi adalah peringkat di kelas dan kegiatan ekstrakurikuler. 3. Faktor yang tidak mempengaruhi terpaan tayangan Jika Aku Menjadi adalah jenis kelamin, motivasi, domisili, uang saku, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua.