V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

BAURAN PEMASARAN PADA USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYAJAMUR TIRAM PUTIH DI (P4S) NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

TUGAS AKHIR SB091358

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

V. GAMBARAN UMUM KPJI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEKNIK PEMBUATAN pupuk BOKASHI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA TAMBAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

Kata Kunci: Proporsi, Dedak, Media Tanam, Jamur Tiram Putih

merang terutama selulosa (Subaryanto, 2011). Bersumber dari pernyataan tersebut, sangat mungkin sekali mengganti media tumbuh jamur merang yang

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA

5. Perencanaan jenis bibit yang akan ditanam

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH


BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

Transkripsi:

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias yang didirikan pada tanggal 17 Juli 1998. Pusat pelatihan ini terletak di Gang Pala, Kampung Sukamanah RT 02 RW 01, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Bogor. P4S Nusa Indah terbentuk sebagai wujud kepedulian petani dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan agribisnis melalui penyebaran informasi dan teknologi pertanian. Selain sebagai pusat pelatihan, P4S Nusa Indah ini juga melakukan usaha jamur tiram putih. Usaha jamur tiram putih yang dilakukan meliputi usaha pembibitan dan budidaya jamur tiram putih. Usaha pembibitan berupa usaha yang menghasilkan bibit jamur siap panen. Usaha ini dilatarbelakangi tingginya permintaan jamur tiram yang belum terpenuhi. Namun banyak petani yang belum mampu menghasilkan bibit dikarenakan tingginya resiko kegagalan. Awalnya usaha yang dilakukan hanyalah budidaya jamur tiram putih pada tahun 1998. Seiring berjalannya waktu dan banyaknya permintaan bibit siap panen dari para petani, maka pembibitan mulai dilakukan. Rata-rata bibit yang dihasilkan per bulan sebanyak 1.300 log dan jamur tiram putih yang dihasilkan sebanyak 30 kg per bulan. Pada tahun 2010 P4S akhirnya hanya melakukan pembibitan jamur tiram putih siap panen. 5.2.Organisasi dan Tenaga Kerja P4S Nusa Indah merupakan gabungan para petani dalam satu wilayah kerja. Dalam kegiatan pembinaan P4S Nusa Indah mendapat binaan dari dinas atau instansi lingkup Departemen Pertanian. P4S Nusa Indah ini diketuai oleh Ibu Cucu Komalasari dalam pengelolaannya dibantu oleh seorang wakil Bapak Heri Hermawan, sekretaris Ibu Yayat dan Bendahara Ida Yani. Dalam kegiatannya, P4S terdiri dari empat bagian yakni bagian sumberdaya manusia, produksi, pascapanen, dan pemasaran (Gambar 4). 33

Pembina Camat Distanhut Ciawi Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Bag.SDM Bag. Produksi Bag. Pasca Panen Gambar 4. Struktur Organisasi P4S Nusa Indah Bag. Pemasaran Bagian sumberdaya manusia bertugas dalam mengatur para petani dalam kegiatan pembinaan. Bagian produksi bertugas melakukan kegiatan produksi dan menjaga agar kegiatan produksi berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Bagian pasca panen bertugas menjalin kerjasama dengan para petani untuk pemenuhan kebutuhan permintaan pasar. Bagian pemasaran bertugas melakukan promosi, mencari tempat pameran, serta bertanggung jawab dalam proses penjualan kepada konsumen. Untuk usaha jamur tiram dikelola oleh Ibu Cucu Komalasari mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengawasan. Dalam usaha ini terdapat lima orang tenaga kerja yang berperan dalam kegiatan produksi. Tenaga kerja ini bekerja delapan jam per hari mulai dari pukul 08.00 hingga 17.00 dengan waktu istrirahat antara pukul 12.00 hingga 13.00. Upah yang diperoleh sebesar Rp 400.000 per bulan. 34

5.3. Sarana dan Sistem Produksi Sarana adalah faktor utama yang harus dimiliki untuk menjalankan suatu usaha. Sarana yang dimiliki P4S Nusa Indah untuk berproduksi terdiri dari lahan seluas 200 m². Kemiringan lahan landai, bahkan cenderung datar. Status penggunaan lahan adalah milik sendiri. Dalam lahan ini terdapat bangunan tempat pencampuran dan pengomposan, ruang sterilisasi, ruang inokulasi, dan ruang inkubasi (kumbung). Tempat pencampuran dan pengomposan seluas 50 m² berupa ruangan terbuka, berlantai semen dan beratap. Tempat ini berfungsi sebagai tempat pencampuran, pengomposan dan pembuatan media tanam yang dikemas dalam plastik polypropilen (baglog). Ruang sterilisasi seluas 13 m² semi tertutup yaitu terdapat celah untuk sirkulasi udara dan pembuangan asap. Tempat ini berfungsi sebagai tempat untuk sterilisasi media melalui pengukusan. Ruang inokulasi merupakan ruangan yang benar-benar tertutup rapat sebagai ruang pembibitan. Ruang inkubasi atau kumbung merupakan tempat penyimpanan bibit. Pada kumbung ini terdapat rak-rak bertingkat. Prasarana merupakan faktor pendukung kegiatan produksi. Prasarana yang digunakan terdiri dari rak penyimpan bibit, drum, ayakan serbuk, sekop, cangkul, timbangan, selang, ember, kursi, keranjang, spatula, handsprayer, pasak pemadat, botol, dan terpal. Ayakan serbuk digunakan untuk memisahkan serbuk kayu dari potongan-potongan kayu, serat-serat kasar kayu, dan dari sampah atau material lain yang dapat mengganggu pertumbuhan miselium jamur. Bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi bibit siap panen sama dengan bahan yang digunakan untuk memproduksi jamur tiram putih. Bahanbahan ini terdiri dari serbuk kayu, bibit, dedak, kapur, gips, plastik, cincin bambu, karet, kertas, alkohol dan spirtus. Serbuk kayu digunakan sebagai media tanam jamur. Serbuk ini berasal dari limbah usaha perkayuan di sekitar P4S Nusa Indah. Serbuk kayu yang digunakan albasia dan mahoni, yaitu jenis kayu yang tidak bergetah, karena zat ekstraktifnya (zat pengawet alami) dapat menghambat pertumbuhan jamur. 35

Serbuk kayu ini mengandung selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati yang merupakan bahan makanan bagi jamur. Bibit jamur yang digunakan untuk menghasilkan bibit siap panen dan jamur tiram putih ini berupa jenis bibit serbuk yang dikemas dalam plastik polypropilen. Dedak merupakan sumber karbohidrat, karbon, nitrogen, dan vitamin B komplek yang bisa mempercepat pertumbuhan miselium dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur. Dedak yang diguanakan harus masih baru, tidak berbau apek dan strukturnya tidak rusak. Dedak ini diperoleh dari petani sekitar P4S Nusa Indah. Kapur berfungsi untuk mengontrol ph media tanam dan sebagai sumber kalsium. Kapur yang digunakan yaitu kapur pertanian kalsium karbonat (CaCO 3 ). Gipsum atau gips berguna untuk memperkokoh struktur campuran serbuk kayu dengan bahan lainnya, sehingga tidak mudah pecah. Kapur dan gipsum ini diperoleh dari toko panca kimia Bogor. 5.4.Proses Produksi Proses produksi mulai dari pembibitan hingga budidaya jamur tiram putih terdiri dari beberapa tahap. Untuk pembibitan prosesnya dimulai dari pembuatan media tanam, pembibitan (inokulasi), dan inkubasi. Budidaya jamur tiram putih adalah kelanjutan dari pembibitan. Budidaya jamur tiram ini adalah pemeliharaan setelah bibit diinkubasikan selama satu bulan. 5.4.1 Pembuatan Media Tanam Untuk satu paket pembibitan terdiri dari tiga log bibit jamur, tujuh karung serbuk kayu (100 kg), 15 kg dedak, dua kg kapur, satu kg gipsum, dan air secukupnya. Satu paket pembibitan ini mampu menghasilkan 150 log bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm. Untuk bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm atau 20 x 30 cm hanya dihasilkan sebanyak 125 log. Serbuk kayu diayak terlebih dahulu, kemudian dicampurkan dengan dengan bahan sesuai komposisinya secara merata. Campuran media ini sesuai jika ketika digenggam tidak meneteskan air, tetapi juga tidak mudah hancur 36

kembali. Media tanam ini kemudian dikomposkan selama 24 jam dengan tujuan untuk menguraikan senyawa kompleks yang terdapat di dalam media dengan bantuan mikroba, sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah diserap oleh jamur. Campuran media tanam dikemas dengan plastik polypropilen dan dipadatkan dengan menggunakan botol serta diberi lubang tanam di tengah dengan menggunakan pasak pemadat. Pengisian media ini harus padat agar media tanam tidak cepat rusak dan tidak mengganggu pertumbuhan miselium. Sterilisasi media tanam dilakukan dengan mengukus bibit siap panen menggunakan drum yang disekat dibagian tengah bawahnya selama delapan jam. Bahan bakar yang digunakan pun berasal dari serbuk kayu dengan kompor yang terbuat dari drum. Pengukusan ini bertujuan untuk mensterilkan media tanam dari mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan jamur tiram putih. Media tanam ini sebelum ditanami bibit jamur, didinginkan terlebih dahulu selama 24 jam. 5.4.2 Pembibitan Ruang tempat pembibitan, peralatan, dan tangan pekerja disemprotkan alkohol 70 persen untuk sterilisasi. Bibit jamur ditaburkan diatas media tanam, kemudian kemasan media tanam ditutup kembali dengan menggunakan cincin dan kertas yang diikat karet. Kertas yang digunakan dipanaskan diatas api terlebih dahulu untuk sterilisasi. 5.4.3 Inkubasi Media tanam yang sudah ditanami bibit jamur dibawa ke kumbung pembibitan dan disimpan diatas rak. Media tanam ini menjadi bibit siap panen setelah miselium jamur tumbuh merata. Waktu yang dibutuhkan untuk proses inkubasi adalah 30 hari. Jika miselium sudah tumbuh merata, maka bibit siap panen ini dapat dijual, atau dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu budidaya jamur tiram putih. 37

5.4.4. Budidaya Jamur Tiram Budidaya jamur tiram putih dilakukan setelah miselium bibit siap panen tumbuh merata. Bibit siap panen dipindahkan ke kumbung budidaya. Pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga suhu dan kelembapan kumbung. Hal ini dapat dilakukan dengan penyiraman maupun pengabutan. Pada musim hujan suhu udara dan kelembapan normal, sehingga pengabutan cukup satu kali pada pagi hari. Pada musim kemarau penyiraman dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali sehari. Jamur tiram putih dapat dipanen setelah bibit siap panen berusia 45 hari dan terus dipanen satu minggu sekali hingga umurnya mencapai 120 hari. Panen dilakukan secara manual dengan memotong jamur dari media tanam dengan menggunakan pisau. Akar jamur dipotong agar jamur tiram putih ini tidak cepat busuk. Pada saat ini P4S Nusa Indah hanya memproduksi dan menjual bibit siap panen ukuran 17 x 35 cm sebanyak 5.000 log. Untuk bibit siap panen ukuran 18 x 35 cm tidak diproduksi. Bibit ini diproduksi jika langsung dibudidayakan menjadi jamur tiram putih. P4S Nusa Indah tidak memproduksi jamur tiram putih karena dinilai lebih menguntungkan memproduksi bibit siap panen daripada memproduksi jamur tiram putih. Bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm diproduksi setiap dua bulan sekali hal ini sesuai dengan permintaan minimum yang ada yaitu 4.000 log. Permintaan maksimum bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm adalah 7.000 log. 5.5.Pemasaran P4S Nusa Indah memasarkan jamur tiram putihnya ke Pasar Bogor. Permintaan untuk jamur tiram putih itu sendiri masih sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pasar yang mampu menerima berapa pun jamur yang dihasilkan oleh P4S Nusa Indah. Permintaan maksimum jamur tiram putih yang ada adalah 12.000 kg per bulan. Namun permintaan jamur tiram putih ini sama sekali tidak dipenuhi oleh P4S Nusa Indah. 38

Semakin tingginya permintaan jamur tiram putih, membuat usaha jamur tiram putih ini menjadi sebuah usaha yang memiliki prospek yang sangat baik. Hal ini mendorong para petani untuk mengusahakan jamur tiram putih. Namun tingginya risiko kegagalan yang dihadapi dalam tahap pembibitan membuat para petani hanya bergerak dalam budidaya jamur tiram putih, sehingga permintaan bibit jamur tiram putih P4S Nusa Indah semakin meningkat. Penjualan bibit dengan kemasan 17 x 35 cm setiap bulannya 5.000 log. Untuk bibit ukuran 20 x 30 cm setiap dua bulan sekali permintaannya antara 4.000 hingga 7.000 log per bulannya. Bibit 17 x 35 cm dipasarkan ke petani di Sukaraja, SBJ, Kota Batu, dan Ciomas sebanyak 5.000 log per bulan dengan harga satuannya Rp 1.800 per log. Bibit ukuran 18 x 35 cm tidak dihasilkan, dan bibit siap panen ukuran 20 x 30 cm dipasarkan ke daerah Lampung setiap dua bulan sekali dengan harga per log nya sebesar Rp 2.000 sebanyak 4.000 log. 39