VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari aspekaspek non finansial. Aspek kelayakan non finansial mencakup pembahasan mengenai aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan Aspek Pasar Aspek pasar merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan kelayakan pada suatu usaha. Tidak tersedianya pasar yang baik dalam menyerap produk yang dihasilkan suatu usaha maka usaha tersebut akan sulit untuk berjalan dengan lancar. Berikut ini adalah analisis lebih lanjut mengenai komponen-komponen dari aspek pasar Potensi Pasar (Permintaan dan Penawaran) Terdapat dua jenis permintaan yang terjadi pada pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan, yaitu permintaan log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar. Kedua jenis permintaan tersebut belum mampu terpenuhi oleh pelaku usaha. Saat ini, pelaku usaha dapat menghasilkan log jamur tiram putih sebanyak log/bulan, sedangkan permintaan yang diterima mencapai log/bulan. Permintaan tersebut berasal dari Cibedug sebesar log/bulan, Cipanas sebesar log/bulan, Cianjur 5000 log/bulan, dan Kabupaten Bandung sebesar log/bulan. Selisih penawaran dan permintaan yang tinggi tersebut menyebabkan log jamur tiram putih yang diproduksi selalu terserap oleh pasar dan menjadi peluang yang baik bagi pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan untuk melakukan pengembangan usaha pembuatan log jamur tiram putih. Pelaku usaha akan melakukan pengembangan usaha produksi log menjadi log/bulan untuk mengambil peluang tersebut yang didasarkan pada kapasitas teknologi sterilisasi yang mampu menampung baglog sampai log. Pasar jamur tiram putih segar yang menjadi sasaran utama dari pelaku usaha jamur tiram putih Desa Tugu Selatan adalah pasar di Jakarta, Depok, dan 48

2 Tangerang. Wilayah tersebut menjadi sasaran pasar utama dikarenakan harga jual yang cukup tinggi mencapai Rp 9000/kg. Permintaan dari pasar di Jakarta, Depok, dan Tangerang masing-masing mencapai 8 ku/hari, 2 ku/hari, dan 4 ku/ hari. Namun, pada saat ini pelaku usaha jamur tiram putih baru mampu memenuhi permintaan tersebut sebesar 6,66 ku/hari. Selisih antara penawaran dan permintaan yang terjadi saat ini sebesar 7,34 ku/hari menyebabkan jamur tiram putih segar selalu terjual habis di pasar. Selain permintaan dari pasar di atas, pada akhir tahun 2011 akan terdapat permintaan baru dari Batam dan wilayah Jawa masing-masing sebesar 2 ku/hari dan 6 ku/hari. Melihat peluang tersebut pelaku usaha akan melakukan pengembangan budidaya jamur tiram putih menjadi sebesar 8,88 ku/hari. Pelaku usaha jamur tiram di Desa Tugu Selatan perlu meningkatkan terus produksinya agar dapat mengisi peluang-peluang pasar tersebut. Berikut merupakan perkembangan produksi jamur di Jawa Barat (Tabel 11). Tabel 11. Perkembangan Produksi Jamur di Jawa Barat Tahun Tahun Produksi (kg) Presentase (%) , , , , ,91 Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) Proyeksi produksi pada tahun 2011 diperoleh melalui analisis deret waktu berupa metode kuadrat terkecil dengan persamaan: dimana, dan Tabel 12. Perhitungan Proyeksi Perkembangan Jamur di Jawa Barat Tahun X Y X 2 XY Jumlah ( )

3 Dari perhitungan di atas diperoleh persamaan sehingga proyeksi produksi pada tahun 2011 (X=5) sebesar ,21 kg. Dengan mengetahui produksi industri dan produksi pelaku usaha dapat diketahui market share dari usaha jamur tiram putih segar di Desa Tugu Selatan, saat ini dan setelah dilakukan pengembangan. Market share saat ini (sebelum pengembangan usaha): = 6,83% Market share setelah pengembangan usaha: = 9,11% Market share yang diterima pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan saat ini sebesar 6,83% dan akan meningkat menjadi 9,11% setelah dilakukan pengembangan usaha. Perhitungan market share tersebut memiliki kelemahan dalam penentuan jumlah produksi jamur industri karena diperoleh dengan asumsi bahwa produksi dan penjualan jamur tiram dilakukan di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat, sehingga jumlah produksi industri didasarkan pada total produksi jamur pada kedua provinsi tersebut Bauran Pemasaran 1. Produk Pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan menghasilkan produk berupa log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar. Baglog yang saat ini dihasilkan pelaku usaha sebesar 2176 log/hari, dimana sekitar 1067 log untuk dijual dan 1109 log untuk dibudidayakan, sedangkan baglog yang akan dihasilkan pelaku usaha setelah pengembangan sebesar 2843 log/hari, dimana sekitar 1734 log untuk dijual dan 1109 log untuk dibudidayakan. Jumlah baglog yang akan digunakan untuk kegiatan budidaya tidak meningkat, namun jumlah jamur tiram segar di Desa Tugu Selatan yang saat ini sekitar 666 kg/hari akan 50

4 meningkat menjadi 888,18 kg/hari dimana diasumsikan log menghasilkan 5 ons/log pada setiap masa panen. Hal tersebut terjadi dikarenakan terdapat pelaku usaha yang akan melakukan pengembangan usaha dengan membeli log jamur tiram putih untuk dibudidaya yang diperoleh dari petani di sekitar Cisarua, namun diluar dari pelaku usaha yang diteliti. Jamur segar yang dihasilkan pelaku usaha merupakan jamur dengan kualitas baik yaitu segar langsung dijual, berwarna putih dengan sedikit kekuningan, berukuran standar (banyak diminati pasar), dan berdaging tebal, sedangkan untuk baglog jamur yang diproduksi memiliki berat sekitar 1,2 kg dan dapat menghasilkan jamur segar rata-rata 5 ons/log. Masa produktif dari log sekitar 70 hari. Selama masa produktif tersebut log jamur dapat dipanen sebanyak lima kali. Gambar 4. Baglog Jamur Tiram Putih Gambar 5. Jamur Tiram Putih Segar 2. Harga Harga jamur tiram putih segar yang diterima pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan sebesar Rp 6.500/kg dengan sistem jual di tempat. Penjualan jamur segar dilakukan dengan sistem penjualan secara langsung ke pedagang pengumpul. Harga jual log jamur tiram putih yang ditetapkan oleh pelaku usaha sebesar Rp 1.800/log. Harga jual tersebut ditetapkan berdasarkan biaya produksi yang diperlukan untuk memproduksi log yang mencapai Rp 1.200/log, sehingga diperoleh selisih sebesar Rp 600/log yang merupakan keuntungan yang diterima pelaku usaha. 3. Tempat (Saluran Distribusi) Output yang dihasilkan dari usaha ini berupa jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Log jamur tiram putih dari pelaku usaha dipasarkan ke daerah sekitar Cibedug, Cipanas, dan Cianjur. Pemasaran dari log jamur tiram putih ini dengan cara mengantarkan log jamur langsung ke konsumen dengan biaya transport Rp 100/log. 51

5 Pelaku Usaha di Desa Tugu Selatan Petani Cipanas Petani Cianjur Petani Cibedug Gambar 6. Saluran Distribusi Baglog Jamur Tiram Putih di Desa Tugu Selatan Pemasaran jamur tiram putih segar berbeda dengan baglog jamur tiram putih dimana pelaku usaha tidak menjual langsung jamur tiram putih segar kepada konsumen akhir melainkan melalui pedagang pengumpul. Jamur tiram putih segar dipasarkan ke daerah sekitar Jakarta, Depok, dan Tangerang. Jamur tiram segar yang dijual ke pedagang pengumpul tidak menghasilkan biaya transport bagi pelaku usaha dikarenakan pedagang pengumpul sendiri yang akan datang ke lokasi usaha dan diangkut dengan mobil milik pedagang pengumpul. Berikut distribusi jamur tiram putih segar dari pelaku usaha di Desa Tugu Selatan: Pelaku Usaha di Desa Tugu Selatan Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer 1 1 Konsumen Akhir Pedagang Pengecer 2 2 Gambar 7. Saluran Distribusi Jamur Tiram Putih Segar di Desa Tugu Selatan Pada saluran pertama, jamur tiram putih segar yang dihasilkan dijual ke pedagang pengumpul. Selanjutnya pedagang pengumpul menjual jamur tiram putih segar tersebut ke pedagang pengecer pertama yang berjualan di Pasar Jakarta, Depok, dan Tangerang seperti Ciputat dan Pasar Induk Kramat Jati. Dari pedagang pengecer ini kemudian sampai di konsumen akhir. Saluran kedua, pelaku usaha tetap menjual kepada pedagang pengumpul dan dari pedagang pengumpul dijual ke pedagang pengecer pertama. Pedagang pengecer pertama kemudian menjual ke pedagang pengecer kedua seperti 52

6 pedagang di Pasar Pondok Gede dan Pasar Jatinegara. Dari pedagang pengecer kedua kemudian sampai kepada konsumen akhir. 4. Promosi Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan produk yang dihasilkan. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan pada awal usaha yaitu dengan memberikan contoh log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar kepada konsumen atau pasar, sehingga konsumen atau pasar tersebut dapat mengetahui kualitas dari log dan jamur segar tersebut. Saat ini promosi yang terjadi hanya melalui word of mouth karena beberapa pasar sudah mengetahui kualitas yang baik dari log dan jamur segar pelaku usaha di Desa Tugu Selatan. Berdasarkan uraian tesebut, pada aspek pasar pengembangan usaha jamur tiram putih layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan besarnya potensi pasar dan peluang pasar yang ditunjukkan dengan nilai market share dan selisih antara permintaan dan penawaran yang diperoleh pelaku usaha Aspek Teknis Aspek teknis yang dikaji berkaitan dengan pemilihan lokasi usaha, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, proses produksi, dan tata letak usaha Pemilihan Lokasi Usaha Pada dasarnya, pelaku usaha jamur tiram putih memilih lokasi usaha di Desa Tugu Selatan berdasarkan kondisi lingkungan dan agroekosistem yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jamur tiram putih, ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, letak pasar yang dituju, dan ketersediaan sarana prasarana serta fasilitas transportasi. a) Lingkungan Agroekosistem Pelaku usaha jamur tiram putih berada di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Tugu Selatan terletak pada 1025 m m dari ketinggian permukaan laut dengan tingkat suhu rata-rata harian, yaitu 20 0 C-24 0 C. Suhu dan kelembaban udara tersebut cocok untuk kegiatan budidaya jamur tiram putih. Suhu yang baik saat jamur tiram putih membentuk miselium atau pada masa inkubasi adalah berkisar antara 22 0 C-28 0 C dengan kelembaban udara 60%-70%, sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 53

7 16 0 C-22 0 C dengan kelembaban 80-90% (Direktorat Jenderal Hortikultura 2006). Syarat tumbuh jamur tersebut memperlihatkan bahwa Desa Tugu Selatan cukup baik dan cocok untuk pertumbuhan jamur didukung dengan pemeliharaan jamur yang baik. b) Ketersediaan Bahan Baku Pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan memiliki kegiatan bisnis yang berbeda. Ada pelaku usaha yang memproduksi baglog untuk dijual maupun untuk dibudidayakan. Kegiatan produksi baglog tersebut memerlukan beberapa bahan baku utama, yaitu serbuk kayu, dedak, kapur, jagung, gips, dan bibit jamur tiram putih. Pelaku usaha tersebut akan memproduksi 2843 log setiap hari, sehingga ketersediaan bahan baku perlu diperhatikan agar kelancaran kegiatan produksi dapat terjamin. Bahan baku dibeli dari pemasok yang berada di beberapa daerah, yaitu Sukabumi, Cianjur, dan sekitar Cisarua. Bahan baku serbuk kayu diperoleh dari pemasok di daerah Sukabumi. Pemasok tersebut dipilih karena mampu memenuhi permintaan dari pelaku usaha secara kontinu. Bahan baku berupa dedak dan bibit berasal dari daerah Cianjur yang cukup dekat dengan lokasi usaha. Bibit yang digunakan adalah bibit F2 yang memiliki jaminan kualitas dari pemasok. Bahan baku lain seperti kapur, jagung, karet, dan plastik diperoleh dari pasar di Cisarua, sehingga memiliki biaya transportasi yang rendah dikarenakan jarak yang sangat dekat dengan lokasi usaha. Berikut bahan baku yang digunakan pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan: Tabel 13. Kebutuhan Bahan Baku pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan No. Jenis Bahan Baku Satuan Kebutuhan (per bulan) Asal Bahan Baku 1 Serbuk kayu Karung Sukabumi 2 Dedak Kg Cianjur 3 Kapur Kg 1.279,2 Cisarua 4 Jagung Kg 2.558,4 Cisarua 5 Gips Kg 639,6 Tajur 6 Bibit Log 2132 Cianjur 7 Plastik Kg 460,973 Cisarua 8 Koran Kg 42,64 Cianjur 9 Ring bambu Ring Cisarua 10 Karet Kg 28,427 Cisarua 54

8 c) Ketersediaan Tenaga Kerja Lokasi usaha jamur tiram putih di daerah Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor merupakan lokasi yang memiliki jumlah ketersediaan tenaga kerja cukup banyak. Saat ini terdapat 17 orang yang menjadi tenaga kerja tetap dan 16 orang pekerja borongan. Untuk pengembangan usaha yang akan dilakukan menyebabkan kebutuhan tenaga kerja meningkat menjadi 25 orang tenaga kerja tetap dan 21 orang pekerja borongan. Tenaga kerja tersebut melakukan berbagai pekerjaan kegiatan budidaya jamur tiram putih seperti pengadukan, loging, perebusan, inokulasi, pemeliharaan, dan pemanenan. Tenaga kerja tidak diharuskan memiliki keterampilan atau keahlian khusus dalam budidaya jamur tiram putih, tetapi memiliki keinginan untuk belajar dan bekerja serta disiplin dalam bekerja. Pelaku usaha akan melakukan pelatihan kepada calon tenaga kerja sebelum mereka bekerja. Sebagian besar tenaga kerja berasal dari wilayah sekitar lokasi usaha. Hal ini dapat mengurangi angka pengangguran bagi desa tersebut. d) Letak Pasar yang Dituju Pasar tujuan dari baglog jamur tiram putih adalah Cibedug, Cipanas, dan Cianjur. Daerah tersebut tidak terlalu jauh dari lokasi usaha dan cukup mudah diakses dengan menggunakan mobil. Pemasaran baglog jamur tiram putih dilakukan sendiri dengan menyewa mobil bak terbuka. Pasar tujuan jamur tiram putih segar dari pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan adalah Jakarta, Depok, dan Tangerang. Pelaku usaha mempercayakan pemasaran jamur tiram putih segar kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul mengambil jamur tiram putih segar langsung di lokasi usaha. Pedagang pengumpul mengambil menggunakan mobil, sehingga para pelaku usaha tidak mengeluarkan biaya transportasi. e) Ketersediaan Sarana Prasarana dan Fasilitas Transportasi Pelaku usaha memiliki akses yang mudah dijangkau dan cukup dekat dengan pasar bahan baku serta pasar baglog jamur tiram putih, sehingga biaya transportasi yang dikeluarkan tidak besar. Lokasi usaha berjarak sekitar 500 m dari jalan utama, sehingga memudahkan pelaku usaha melakukan mobilisasi ke 55

9 berbagai wilayah. Jalan utama di sekitar lokasi telah beraspal dan cukup lebar serta akses kendaraan umum mudah didapat Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan Pemilihan teknologi dan peralatan produksi pada pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan termasuk dalam teknologi dan peralatan sederhana. Pada proses pengadukan media log dan loging menggunakan peralatan seperti sekop, cangkul, ayakan, sarung tangan, ember, dan timbangan. Pada proses sterilisasi atau pengukusan menggunakan drum atau oven, termometer, gas, dan roli. Namun, drum memiliki kelemahan dalam kepastian pematangan log karena hanya didasarkan pada habisnya tabung gas 12 kg yang digunakan sebanyak dua tabung selama kurang lebih delapan jam tanpa mengetahui suhu perebusan yang dilakukan dan drum hanya memiliki kapasitas baglog sehingga dalam penelitian ini akan menggunakan oven sebagai alat sterilisasi yang dipanaskan menggunakan kayu bakar. Proses sterilisasi menggunakan oven dilakukan sampai suhu mencapai 90 0 C C yang dapat dilihat pada termometer yang terpasang pada oven tersebut. Proses pengukusan dengan menggunakan oven memiliki kapasitas yang mencapai baglog dengan bahan bakar berupa kayu bakar yang diperoleh dari daerah sekitar lokasi usaha. Proses inkubasi, pemeliharaan, dan pemanenan menggunakan cutter, keranjang, timbangan, stimer, termometer, dan selang air. Stimer digunakan untuk proses penyiraman baglog. Pada saat proses inkubasi dan pemeliharaan sebaiknya menggunakan barometer yang berfungsi untuk mengetahui kelembaban ruangan, sehingga pertumbuhan miselium dan pertumbuhan jamur menjadi lebih baik. Gambar 8. Oven Pengukusan Baglog Gambar 9. Stimer Penyiraman Baglog 56

10 Proses Produksi Adapun rangkaian kegiatan proses produksi yang dilakukan oleh pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan Media Tanam a. Pengayakan Serbuk kayu yang akan digunakan sebagai media tanam jamur tiram putih disaring dengan menggunakan ayakan untuk mendapatkan serbuk kayu yang halus dan seragam. Pengayakan dilakukan untuk mendapatkan kepadatan tertentu tanpa ada kerusakan plastik dan mendapatkan tingkat pertumbuhan miselium yang merata. b. Pencampuran Serbuk kayu yang telah halus dicampur dengan dedak, kapur, jagung, dan gips. Komposisi pencampuran ini terdiri dari dedak 10%, kapur 2%, jagung 4%, dan gips 1%. Presentase tersebut mengacu dari jumlah serbuk kayu sebagai media utamanya. Dedak dan jagung berfungsi sebagai nutrisi yang baik untuk pertumbuhan miselium jamur tiram putih. Kapur berfungsi sebagai penetral keasaman dengan mengontrol ph tetap stabil pada proses pemeraman dan gips berfungsi menguatkan kepadatan baglog. Setelah bahan dicampur hingga merata, ditambah air secukupnya. Penambahan air dilakukan sampai campuran tidak hancur saat digenggam dan tidak mengeluarkan air. c. Pemeraman/Pengomposan Pemeraman merupakan kegiatan menimbun campuran media tanam selama satu malam dengan cara menutupnya secara rapat menggunakan terpal. Proses ini dilakukan untuk fermentasi campuran media, sehingga kandungan yang terdapat dalam media tersebut terurai menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh jamur. Penguraian senyawa-senyawa kompleks tersebut terjadi dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur. 57

11 d. Pengisian Media ke Kantung Plastik (Baglog) Media produksi dimasukkan ke dalam plastik polipropilen ukuran 17x35 cm dengan kepadatan tertentu agar miselium jamur dapat tumbuh maksimal dan menghasilkan panen yang optimal. Media dipadatkan sampai memiliki bobot sekitar 1,2 kg. e. Sterilisasi Sterilisasi adalah proses yang dilakukan untuk mematikan mikroba baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan dengan memasukkan baglog ke dalam oven pengukusan hingga suhu C. f. Pendinginan Proses pendinginan merupakan upaya menurunkan suhu media tanam setelah disterilkan agar bibit jamur yang akan dimasukan ke dalam baglog tidak mati. Pendinginan dilakukan selama semalam sebelum dilakukan inokulasi. 2. Inokulasi Bibit (Penanaman) Inokulasi merupakan proses kegiatan pemindahan sejumlah kecil miselium jamur tiram putih dari biakan induk ke dalam media tanam yang telah disediakan. Satu log bibit dapat digunakan untuk 40 log jamur budidaya. Inokulasi dilakukan dalam ruangan yang bersih dan steril agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat membuat pertumbuhan jamur menjadi tidak baik. Setelah diberi bibit, baglog ditutup dengan menggunakan koran, ring bambu, dan karet. 3. Inkubasi Inkubasi merupakan proses menempatkan media tanam yang telah diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselium jamur tiram putih tumbuh. Pelaku usaha umumnya tidak memiliki kumbung inkubasi khusus. Baglog yang telah diinokulasi langsung dimasukkan ke dalam kumbung yang nantinya juga akan digunakan sebagai tempat pemeliharaan dan pemanenan. Hal ini dilakukan untuk melakukan penghematan ruang budidaya dan efisisiensi proses produksi. Suhu yang diperlukan untuk perumbuhan miselium jamur sekitar 22 C-28 C dengan kelembaban 60%-70%. Inkubasi 58

12 dilakukan sampai seluruh permukaan dalam baglog berwarna putih merata yang umumnya berlangsung selama 30 hari. Apabila setelah satu minggu tidak terdapat pertumbuhan miselium jamur tiram putih maka kemungkinan besar jamur tersebut tidak tumbuh dan lebih baik dimusnahkan. Gambar 10. Log Jamur Siap Budidaya Gambar 11. Log Jamur Gagal 4. Pemeliharaan Setelah baglog berwarna putih merata, jamur tiram putih akan mulai tumbuh sehingga sumbatan koran pada baglog harus dibuka. Kelembaban udara diatur sekitar 90 persen agar media tidak mengering. Kelembaban udara dapat dijaga dengan melakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan tiga kali dalam sehari jika cuaca panas, sedangkan saat musim penghujan penyiraman dapat tidak dilakukan sama sekali sampai satu atau dua kali penyiraman selama sehari. Kegagalan pada budidaya jamur ditandai dengan tumbuhnya serat/miselium jamur tiram berwarna, misalnya hitam, biru, coklat, dan kuning yang dapat disebabkan kurang matangnya dalam proses pengukusan baglog atau kurang strerilnya dalam proses inokulasi, sehingga tumbuhnya jamur lain yang merugikan. Penanganan selanjutnya adalah jamur tiram segera dipisahkan ke luar ruangan dan cepat dibakar. Pertumbuhan tubuh buah awal umumnya ditandai dengan adanya bintik-bintik serat berwarna putih yang semakin lama membesar dan setelah selang beberapa hari akan tumbuh jamur tiram kecil. Gambar 12. Awal Pertumbuhan Tubuh Buah Jamur 59

13 5. Pengendalian Hama dan Penyakit Kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk mengkoordinasikan baglog dan tubuh buah yang bebas dari organisme pengganggu dengan tujuan untuk menghindari kegagalan panen yang diakibatkan oleh serangan hama, penyakit, dan cendawan pengganggu. Umumnya hama yang sering menyerang jamur tiram putih adalah tikus, kutu, dan bintik nyamuk. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan tidak menggunakan pestisida, tetapi dengan menjaga kebersihan kumbung dan memasang perangkap plastik yang diberi minyak jelantah agar hama nyamuk dan kutu dapat terperangkap. Gambar 13. Perangkap Plastik 6. Panen Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat optimal, yaitu cukup besar tetapi belum maksimal. Panen jamur dilakukan dengan cara mencabut seluruh jamur hingga bagian pangkal jamur yang terdapat pada baglog. Bagian lubang baglog harus bersih dari sisa jamur yang lama agar tidak terjadi pembusukan yang dapat menghambat pembentukan jamur baru. Panen dilakukan pada pagi hari dan didiamkan sekitar satu jam untuk mengurangi kadar air dalam jamur. Hal tersebut dilakukan agar jamur tidak mudah rusak saat pengemasan. Satu baglog jamur dapat dipanen sebanyak lima kali dengan waktu antar panen berkisar antara hari. 60

14 Gambar 14. Jamur Tiram Putih Siap Panen 7. Pasca Panen Kegiatan pasca panen yang dilakukan berupa membersihkan jamur dari kotoran dan memotong akar jamur yang kotor dengan menggunakan cutter. Jamur yang telah bersih ditimbang dan dikemas dalam kantong plastik dengan kapasitas 5 kg. Gambar 15. Pemotongan Akar Jamur Gambar 16. Pengemasan Jamur Tiram Pelaku usaha yang menjual log jamur tiram putih hanya memiliki kegiatan produksi sampai proses inkubasi, pelaku usaha yang hanya melakukan budidaya jamur tiram putih kegiatan produksi dimulai pada tahap inkubasi, dan pelaku usaha yang membuat log serta budidaya jamur tiram putih memiliki kegiatan mulai dari pembuatan media tanam sampai pemanenan dan pasca panen. Gambar 17. Proses Produksi Jamur Tiram Putih di Desa Tugu Selatan 61

15 Tata Letak Usaha Pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan memiliki tiga lokasi usaha yang berbeda dengan luas lahan pada usaha penjualan baglog jamur tiram putih sebesar m 2, pada usaha membeli log untuk budidaya jamur tiram putih sebesar m 2, dan pada usaha membuat log jamur tiram putih untuk dijual dan dibudidaya sebesar m 2. Tata letak lokasi usaha ini akan disesuaikan dengan skenario yang dilakukan. Lokasi pelaku usaha pada skenario pertama merupakan tempat usaha pembuatan baglog jamur tiram putih yang akan dijual kepada pembudidaya. Pada lokasi tersebut terdapat beberapa bangunan, yaitu ruang produksi yang terdiri dari ruang pengadukan, ruang inokulasi, dan ruang sterilisasi serta kumbung jamur dan ruangan karyawan. Bangunan-bangunan tersebut memiliki ukuran yang berbeda, ruang pengadukan berukuran 6x6 m 2, ruang inokulasi berukuran 10x6 m 2, ruang sterilisasi berukuran 6x5 m 2, kumbung jamur berukuran 17x16 m 2, dan ruang karyawan berukuran 5x5 m 2 (Lampiran 1). Lokasi pelaku usaha pada skenario kedua merupakan tempat usaha budidaya jamur tiram putih. Pada lokasi tersebut hanya terdapat beberapa bangunan, yaitu dua kumbung budidaya jamur dan ruangan karyawan. Bangunanbangunan tersebut memiliki ukuran yang berbeda, kumbung jamur berukuran 16x16 m 2 dan ruang karyawan berukuran 5x5 m 2 (Lampiran 1). Lokasi pelaku usaha pada skenario ketiga merupakan tempat usaha pembuatan baglog jamur tiram putih yang akan dijual dan dibudidayakan. Tata letak lokasi pada skenario ini pada umumnya merupakan gabungan antara tata letak lokasi usaha skenario pertama dengan tata letak lokasi usaha skenario kedua, namun disesuaikan dengan jumlah produksi yang akan dilakukan. Pada lokasi ini terdapat beberapa bangunan, yaitu ruang produksi yang terdiri dari ruang pengadukan, ruang inokulasi, dan ruang sterilisasi serta kumbung jamur dan ruangan karyawan. Bangunan-bangunan tersebut memiliki ukuran yang berbeda, ruang pengadukan berukuran 8x8 m 2, ruang inokulasi berukuran 12x8 m 2, ruang sterilisasi berukuran 7x7 m 2, tiga kumbung jamur berukuran masing-masing 16x16 m 2, dan ruang karyawan berukuran 10x10 m 2 (Lampiran 1). Berikut merupakan layout kumbung jamur pelaku usaha di Desa Tugu Selatan baik dari luar maupun dalam kumbung. 62

16 Gambar 18. Layout Kumbung Depan Gambar 19. Layout Kumbung Dalam Berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan bahwa secara teknis pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan layak untuk dijalankan. Pada setiap kriteria dari aspek teknis secara keseluruhan tidak terdapat kendala dan permasalahan yang menghambat jalannya usaha. Pemilihan lokasi usaha, teknologi, proses produksi, dan tata letak usaha mampu menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha dalam memperoleh laba Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen mengkaji bentuk usaha, pengadaan tenaga kerja, struktur organisasi, dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Pada aspek hukum berisi mengenai masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki (Kasmir & Jakfar 2009). 1. Manajemen Tenaga kerja yang dimiliki pelaku usaha diperoleh melalui proses perekrutan yang sederhana berupa mencari masyarakat sekitar lokasi usaha yang membutuhkan pekerjaan dan memiliki disipilin dalam bekerja. Beberapa pemilik usaha mencari tenaga kerja yang memiliki pengalaman dalam usaha jamur tiram putih, namun pemilik usaha lain tidak mengharuskan calon tenaga kerja memiliki keterampilan atau keahlian khusus dalam budidaya jamur tiram putih. Pemilik usaha tersebut akan melakukan pelatihan kepada calon tenaga kerja sebelum mereka mempraktekannya dalam pekerjaan mereka. Pada usaha jamur tiram putih ini umumnya menggunakan tenaga kerja pria karena diperlukan dalam pekerjaan berat seperti melakukan proses pencampuran dan proses sterilisasi dalam pembuatan media tanam. Namun, terdapat juga tenaga borongan wanita yang bekerja dalam proses loging dan inokulasi. Untuk pengembangan usaha yang akan 63

17 dilakukan membutukan tenaga kerja sebanyak 25 orang tenaga kerja tetap dan 21 orang pekerja borongan. Rata-rata jam kerja buruh tani usaha jamur tiram putih adalah delapan jam per hari yang dimulai dari pukul delapan pagi sampai empat sore. Gaji yang diperoleh pekerja tetap sebesar Rp /bulan. Besar gaji tersebut berdasarkan rata-rata gaji para tenaga kerja pada bidang yang sama di wilayah sekitar lokasi usaha. Upah yang diterima pekerja borongan sebesar Rp 110/log dimana besar upah tersebut juga didasarkan rata-rata upah para pekerja borongan pada bidang yang sama di wilayah sekitar lokasi usaha. Kegiatan pembuatan media tanam yang meliputi proses pengayakan hingga inokulasi akan dilakukan oleh delapan orang tenaga kerja tetap dan dua puluh satu orang pekerja borongan. Kegiatan pasca pembuatan media tanam yang meliputi inkubasi hingga pasca panen dilakukan oleh empat belas orang tenaga kerja tetap. Setiap lokasi usaha memiliki tenaga kerja yang bertugas sebagai supervisor. Pemilihan supervisor oleh pemilik usaha umumnya orang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai usaha jamur tiram putih dengan baik. Supervisor tidak hanya mengawasi tenaga kerja dalam bekerja, tetapi juga melakukan pembukuan dan membantu proses pembuatan log atau budidaya jamur tiram putih. Secara normatif suatu usaha yang baik memiliki struktur organisasi yang baku dan deskripsi yang jelas pada setiap jenis pekerjaannya. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung dan memastikan bahwa kegiatan usaha yang dilakukan berlangsung dengan baik dan sesuai dengan pencapaian tujuan usaha. Pada usaha jamur tiram putih ini belum memiliki struktur organisasi yang baku. Struktur organisasi usaha jamur tiram putih umumnya terdiri dari pemilik, supervisor, tenaga kerja tetap, dan pekerja borongan yang berasal dari masyarakat sekitar (Gambar 20). Namun, setiap pekerja telah mengetahui dengan pasti pekerjaan yang harus mereka lakukan dan disiplin dalam bekerja, sehingga kegiatan operasional usaha jamur tiram putih dapat berlangsung dengan baik. Supervisor telah mampu mengkoordinir semua tenaga kerja dengan baik sesuai dengan pekerjaan mereka masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, maka aspek manajemen pengembangan usaha jamur tiram putih layak untuk dijalankan. 64

18 Pemilik Supervisor Bagian Pencampuran dan Sterilisasi Bagian loging dan inokulasi Bagian Budidaya, Panen, dan Pasca Panen Gambar 20. Struktur Organisasi Usaha Jamur Tiram Putih di Desa Tugu Selatan 2. Hukum Secara normatif suatu usaha yang baik memiliki badan usaha yang legal, sehingga kehadiran usaha tersebut telah memiliki kekuatan hukum dan mempermudah serta memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin kerjasama dengan pihak lain. Namun, pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan belum memiliki badan usaha yang resmi dari pemerintah setempat. Pelaku usaha hanya tergabung dalam Kelompok Tani Jamur Mekar Rasa yang telah memiliki legalitas dari pemerintahan setempat yang ditandai dengan adanya surat keputusan dari Kepala Desa Tugu Selatan. Pada awal dilakukannya kegiatan usaha jamur tiram putih, pelaku usaha telah melakukan lapor izin usaha kepada pemerintah setempat. Perizinan yang telah dimiliki oleh pelaku usaha, yaitu Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Berdasarkan hal tersebut, walaupun usaha jamur tiram putih belum memiliki badan usaha, tetapi usaha tersebut telah memiliki legalitas dari pemerintah setempat untuk melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan aspek hukum pengembangan usaha jamur tiram putih layak untuk dijalankan Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Dalam menyusun studi kelayakan bisnis, salah satu faktor yang perlu dinilai menyangkut aspek sosial. Pada umumnya, aspek sosial dapat dinilai dari segi manfaat yang diberikan suatu usaha terhadap perkembangan perekonomian masyarakat secara keseluruhan seperti terbukanya kesempatan kerja dan bertambahnya sarana serta prasarana daerah sekitar usaha. Ditinjau dari aspek sosial keberadaan pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat memiliki kontribusi dalam 65

19 pemberian kesempatan kerja bagi masyarakat setempat. Selain itu, masyarakat dapat belajar mengenai usaha jamur tiram putih. Masyarakat dapat belajar dengan cara melihat langsung proses produksi yang sedang dilakukan. Hal ini akan menambah pengetahuan dan kemampuan masyarakat sekitar dalam budidaya jamur tiram putih. Dari segi ekonomi, adanya pelaku usaha dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini terlihat dari asal pekerja tetap dan pekerja borongan yang dimiliki usaha. Pekerja tetap dan pekerja borongan yang dimiliki usaha sebagian besar berasal dari daerah sekitar usaha. Para pekerja borongan merupakan ibu-ibu rumah tangga sekitar yang melakukan kegiatan produksi pada proses loging dan inokulasi dengan upah Rp 110/log, sedangkan pekerja tetap sebagian besar merupakan pekerja pria yang berasal dari daerah sekitar lokasi usaha dengan gaji Rp /bulan. Dilihat dari aspek budaya keberadaan usaha jamur tiram putih tidak mengganggu atau merusak kebiasaan masyarakat sekitar baik dilihat dari agama, nilai sosial, dan norma sosial masyarakat. Pemilik usaha yang bukan berasal dari daerah setempat dapat berbaur dengan masyarakat sekitar yang asli Sunda. Berdasarkan hal tersebut, aspek sosial, ekonomi, dan budaya pada pengembangan usaha jamur tiram putih layak untuk dijalankan Aspek Lingkungan Aspek lingkungan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan, terutama dampak dari suatu usaha terhadap kelestarian lingkungan. Dampak lingkungan dengan adanya usaha ini adalah limbah plastik dan limbah log jamur tiram putih yang sudah tidak produktif. Penanggulangan limbah plastik yang dilakukan pelaku usaha yaitu menjual limbah plastik kepada penampung limbah plastik yang berada di sekitar lokasi usaha. Limbah berupa log jamur tiram putih digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman oleh masyarakat sekitar dan pemilik usaha sayuran lainnya di Desa Tugu Selatan. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan usaha jamur tiram putih layak untuk dijalankan secara aspek lingkungan karena kegiatan usaha tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan dan mengganggu masyarakat sekitar. 66

20 Hasil Analisis Aspek Non Finansial Ditinjau dari beberapa aspek non finansial usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dapat dikatakan layak. Aspek pasar dapat dilihat dari adanya peluang usaha yang cukup potensial di kegiatan penjualan log jamur tiram putih maupun jamur tiram putih segar. Total permintaan jamur tiram putih segar yang diterima pelaku usaha sebesar 22 ku/hari, tetapi penawaran yang baru mampu dihasilkan pelaku usaha sebesar 6,66 ku/hari dan akan ditingkatkan menjadi 8,88 ku/hari. Total permintaan log jamur tiram putih yang diterima pelaku usaha sebesar log/bulan, tetapi penawaran yang mampu dihasilkan pelaku usaha sebesar log/bulan. Hal tersebut menunjukan peluang pasar yang dapat diambil perusahaan masih sangat besar. Aspek teknis yang dilakukan pelaku usaha sudah memenuhi kriteria budidaya jamur tiram putih yang telah dirujuk oleh beberapa teori tentang budidaya jamur tiram putih. Pada aspek manajemen dan hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha layak untuk dijalankan. Walaupun tidak memiliki struktur organisasi yang baku serta tidak memiliki badan hukum secara pribadi, namun para pelaku usaha tergabung dalam kelompok tani yang telah memiliki legalitas serta telah memiliki ijin berupa surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Ditinjau dari aspek sosial, adanya pelaku usaha memberikan kontribusi dalam memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Aspek ekonomi dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Aspek budaya, masyarakat tidak terganggu dengan adanya pelaku usaha di Desa Tugu Selatan. Aspek lingkungan dapat dilihat dari limbah yang dihasilkan. Usaha jamur tiram putih ini menghasilkan limbah plastik dan log jamur. Limbah berupa plastik dijual kepada penampung limbah plastik yang berada di sekitar lokasi usaha dan limbah log jamur tiram putih digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman oleh masyarakat sekitar dan pemilik usaha sayuran lainnya di Desa Tugu Selatan, sehingga limbah tersebut tidak menimbulkan dampak negatif bagi daerah sekitar usaha Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial usaha jamur tiram putih perlu dilakukan untuk melihat apakah secara finansial usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak. 67

21 Penelitian ini akan menggunakan tiga skenario, yaitu skenario I (hanya menjual log jamur tiram putih), skenario II (membeli log untuk budidaya jamur tiram putih), dan skenario III (membuat log untuk dijual dan dibudidaya). Skenario I pelaku usaha memproduksi log jamur tiram putih sebanyak log setiap bulan yang disesuaikan dengan kapasitas oven pengukusan yang mampu memproduksi sebanyak log per hari. Dari kegiatan tersebut pemilik usaha memperoleh output yaitu log jamur tiram putih. Skenario II pelaku usaha membeli log jamur tiram putih dari petani lain sebanyak log setiap tiga bulan yang disesuaikan dengan kapasitas kumbung. Dari kegiatan tersebut pemilik usaha memperoleh output yaitu jamur tiram putih segar. Pada skenario III pelaku usaha memproduksi log jamur tiram putih sebanyak log setiap bulan. Dari kegiatan tersebut pelaku usaha menghasilkan dua jenis output produksi, yaitu jamur tiram putih segar dan log jamur tiram putih. Ketiga skenario tersebut menggunakan modal sendiri. Dilakukan evaluasi pada ketiga skala usaha tersebut untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari masing-masing kegiatan usaha jamur tiram. Umur usaha didasarkan pada umur ekonomis kumbung, yaitu selama lima tahun dikarenakan kumbung merupakan aset terbesar dan investasi paling penting dalam usaha jamur tiram putih Arus Penerimaan (Inflow) Arus penerimaan merupakan aliran kas masuk ke usaha dan ini merupakan pendapatan bagi usaha. Penerimaan pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan berasal dari penjualan jamur tiram putih segar, penjualan baglog jamur tiram putih, dan nilai sisa dari investasi yang diperhitungkan pada akhir umur usaha. 1. Skenario I (Menjual Log Jamur Tiram Putih) Penerimaan log jamur tiram putih merupakan penerimaan yang bersumber dari produksi log yang dilakukan pelaku usaha. Pada penelitian ini, jumlah produksi log yang dihasilkan pelaku usaha sebanyak log per bulan. Produksi sebanyak log berdasarkan pada kapasitas mesin produksi, yaitu oven pengukusan yang mampu mengukus baglog sebanyak log per hari. Harga jual log jamur tiram putih sebesar Rp per log. Harga tersebut ditetapkan berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi log jamur 68

22 tiram putih sebesar Rp per log. Adapun penerimaan log jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penerimaan Log Jamur Tiram Putih Pelaku Usaha di Desa Tugu Selatan (Skenario I) Tahun Produksi Log (Bulan) Harga (Rp) Siklus Penjualan Log (Bulan) Penerimaan/Tahun (Rp) Total Penerimaan Log Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 14, dapat dilihat bahwa penerimaan dari penjualan log jamur tiram putih yang dihasilkan pada tahun pertama sebesar Rp Angka tersebut diperoleh dari jumlah produksi log sebanyak per bulan dikali dengan harga jual sebesar Rp per log dan siklus penjualan log pada tahun pertama sebanyak enam kali sama dengan Rp Penjualan log pada tahun pertama sebanyak enam kali disebabkan pelaku usaha melakukan kegiatan investasi pada enam bulan pertama. Pada tahun kedua sampai tahun kelima pelaku usaha telah mampu memproduksi log jamur tiram putih setiap bulannya, sehingga penerimaan yang diperoleh pelaku usaha tetap sebesar Rp Angka tersebut diperoleh dari jumlah produksi log sebanyak per bulan dikali dengan harga jual sebesar Rp per log dan siklus penjualan log setiap tahunnya sebanyak dua belas kali sama dengan Rp Dari hasil usaha jamur tiram putih pada skenario I total penerimaan dari penjualan log jamur tiram putih sebesar Rp Skenario II (Membeli Log Jamur Tiram Putih) Penerimaan yang diperoleh pelaku usaha pada skenario II dengan membeli log jamur tiram putih sebanyak log per tiga bulan, yaitu jamur tiram putih segar sebanyak kg setiap siklus panennya. Siklus panen setiap log jamur tiram sebanyak lima kali selama tiga bulan dengan menghasilkan 0,1 kg jamur tiram putih segar setiap siklusnya dimana tingkat kegagalan log sebesar 20% dari total log. Tingkat kegagalan log sebesar 20% tersebut didasarkan pada pengalaman pelaku usaha dalam melakukan budidaya jamur tiram putih. Angka 69

23 8.000 kg diperoleh dari total log jamur tiram putih sebanyak log dikali dengan 80% log jamur yang berhasil tumbuh dan jumlah panen setiap log sebesar 0,1 kg per siklus sama dengan kg. Log tersebut diperoleh pelaku usaha dari petani jamur tiram putih di sekitar Kecamatan Cisarua diluar petani yang diteliti. Pemanenan dapat dilakukan setelah log berumur tujuh hari sampai sepuluh hari setelah pembelian log di petani jamur tiram putih. Pelaku usaha dapat melakukan pemanenan selama sekitar 70 hari dengan siklus panen lima kali. Jamur tiram putih segar yang dihasilkan dijual dengan harga Rp per kilogram. Penjualan dilakukan kepada pedagang pengumpul yang datang ke lokasi usaha. Pedagang pengumpul akan menjual jamur tiram putih tersebut ke pasar di daerah Jakarta, Depok, dan Tangerang. Adapun penerimaan jamur tiram putih segar pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Penerimaan Jamur Tiram Putih Segar Pelaku Usaha di Desa Tugu Selatan (Skenario II) Tahun Total Panen (Kg/3 bulan) Harga (Rp) Periode Produksi Penerimaan/Tahun (Rp) Total Penerimaan Log Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar yang dihasilkan pada tahun pertama sebesar Rp Angka tersebut diperoleh dari total panen jamur tiram putih segar pada satu periode (tiga bulan) sebanyak kg dikali dengan harga jual sebesar Rp per kilogram dan periode produksi pada tahun pertama sebanyak dua kali sama dengan Rp Periode produksi pada tahun pertama sebanyak dua kali disebabkan pelaku usaha melakukan kegiatan investasi pada enam bulan pertama. Pada tahun kedua sampai tahun kelima periode produksi yang telah dilakukan pelaku usaha sebanyak empat kali dalam satu tahun, sehingga penerimaan yang diperoleh pelaku usaha sebesar Rp Angka tersebut diperoleh dari total panen jamur tiram putih segar pada satu periode (tiga bulan) sebanyak kg dikali dengan harga jual 70

24 sebesar Rp per kilogram dan periode produksi pada tahun kedua sampai tahun kelima sebanyak empat kali kali sama dengan Rp Dari hasil usaha jamur tiram putih pada skenario II total penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar sebesar Rp Skenario III (Menjual Log dan Jamur Tiram Putih Segar) Penerimaan yang diperoleh pelaku usaha pada skenario III dengan memproduksi log jamur tiram putih sebanyak log per bulan, yaitu log jamur tiram putih dan jamur tiram putih segar. Proporsi penjualan log jamur tiram putih dari total baglog yang diproduksi sebesar 44 % dan jumlah baglog yang akan dibudidayakan memiliki proprosi sebesar 56 %. Proporsi yang diperoleh tersebut diasumsikan sama dengan perbandingan jumlah log jamur tiram putih yang dijual dengan jumlah log yang dibudidayakan oleh pelaku usaha di Desa Tugu Selatan. Dengan proporsi tersebut jumlah log jamur tiram putih yang dijual sebanyak log per bulan dan yang dibudidayakan sebanyak log per bulan. Harga jual log jamur tiram putih sebesar Rp per log dan harga jual jamur tiram putih segar sebesar Rp per kilogram. Adapun penerimaan dari penjualan log jamur tiram putih dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Penerimaan Log Jamur Tiram Putih Pelaku Usaha di Desa Tugu Selatan (Skenario III) Tahun Produksi Log (Bulan) Harga (Rp) Siklus Penjualan Log (Bulan) Penerimaan/Tahun (Rp) Total Penerimaan Log Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 16, dapat dilihat bahwa penerimaan dari penjualan log jamur tiram putih yang dihasilkan pada tahun pertama sebesar Rp Angka tersebut diperoleh dari jumlah produksi log sebanyak per bulan dikali dengan harga jual sebesar Rp per log dan siklus penjualan log pada tahun pertama sebanyak enam kali sama dengan Rp Pada tahun kedua sampai tahun kelima pelaku usaha telah mampu 71

25 memproduksi log jamur tiram putih setiap bulannya, sehingga penerimaan yang diperoleh pelaku usaha sebesar Rp Angka tersebut diperoleh dari jumlah produksi log sebanyak per bulan dikali dengan harga jual sebesar Rp per log dan siklus penjualan log setiap tahunnya sebanyak dua belas kali sama dengan Rp Dari hasil perhitungan tersebut total penerimaan dari penjualan log jamur tiram putih pada skenario III sebesar Rp Pada skenario ini jumlah jamur tiram segar yang diperoleh setiap siklusnya sebesar 3.820,56 kg dan log jamur tiram putih yang akan dibudidaya, diproduksi setiap bulan (Lampiran 3). Siklus panen setiap log jamur tiram sebanyak lima kali selama tiga bulan dengan menghasilkan 0,1 kg jamur tiram putih segar setiap siklusnya dimana tingkat kegagalan log sebesar 20% dari total log. Tingkat kegagalan log sebesar 20% tersebut didasarkan pada pengalaman pelaku usaha dalam melakukan budidaya jamur tiram putih. Angka 3.820,56 kg diperoleh dari total log jamur tiram putih sebanyak log dikali dengan 80% log jamur yang berhasil tumbuh dan jumlah panen setiap log sebesar 0,1 kg per siklus sama dengan 3.820,56 kg, sehingga pada tahun pertama diperoleh penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar sebesar Rp dan pada tahun kedua sampai kelima sebesar Rp Dari hasil perhitungan tersebut total penerimaan dari penjualan jamur tiram putih segar pada skenario III sebesar Rp dan total penerimaan dari keseluruhan hasil usaha jamur tiram putih pada skenario III sebesar Rp Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha berjalan. Nilai sisa tersebut menjadi tambahan manfaat bagi usaha. Penelitian ini digunakan tiga skenario, dimana skenario I (menjual log jamur tiram putih) dari pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan memproduksi log per bulan, skenario II (membeli log jamur tiram putih) dari pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan membeli log per tiga bulan untuk dibudidaya, dan skenario III (menjual log dan jamur tiram putih segar) dari pelaku usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan memproduksi log per bulan. 72

26 1. Nilai Sisa Skenario I (Menjual Log Jamur Tiram Putih) Total nilai sisa usaha jamur tiram putih pada skenario I yaitu sebesar Rp ,67. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara harga beli barang dibagi dengan umur ekonomis dimana pada akhir umur ekonomis diasumsikan nilai barang telah habis. Contoh perhitungan dapat dijelaskan sebagai berikut, jika harga beli ayakan Rp dengan umur ekonomis dua tahun, maka nilai sisa pada akhir umur usaha (tahun kelima) adalah Rp Komponen yang masih memiliki nilai sisa diantaranya lahan, bangunan pembuatan log, bangunan pekerja, sekop, cangkul, ayakan, sekop kecil, sepatu boot, ember, instalasi air, dan instalasi listrik. Nilai sisa lahan diasumsikan sama dengan nilai belinya sebesar Rp , sedangkan investasi yang lainnya didasarkan pada nilai beli dikurangi dengan nilai penyusutan setiap tahunnya, yaitu bangunan pembuatan log Rp , bangunan pekerja Rp , sekop Rp ,33, cangkul Rp ,67, ayakan Rp , sekop kecil Rp ,67, sepatu boot Rp , ember Rp , instalasi air Rp , dan instalasi listrik Rp (Tabel 17). 2. Nilai Sisa Skenario II (Membeli Log Jamur Tiram Putih) Total nilai sisa usaha jamur tiram putih pada skenario II yaitu sebesar Rp Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara harga beli barang dibagi dengan umur ekonomis dimana pada akhir umur ekonomis diasumsikan nilai barang telah habis. Contoh perhitungan dapat dijelaskan sebagai berikut, jika harga beli keranjang Rp dengan umur ekonomis dua tahun, maka nilai sisa pada akhir umur usaha (tahun kelima) adalah Rp Komponen yang masih memiliki nilai sisa diantaranya lahan, bangunan pekerja, sepatu boot, kursi plastik, keranjang, instalasi air, dan instalasi listrik. Nilai sisa lahan diasumsikan sama dengan nilai belinya sebesar Rp , sedangkan investasi yang lainnya didasarkan pada nilai beli dikurangi dengan nilai penyusutan setiap tahunnya, yaitu bangunan pekerja Rp , sepatu boot Rp , kursi plastik Rp , keranjang Rp , instalasi air Rp , dan instalasi listrik Rp (Tabel 18). 73

27 3. Nilai Sisa Skenario III (Menjual Log dan Jamur Tiram Putih Segar) Total nilai sisa usaha jamur tiram putih pada skenario III yaitu sebesar Rp Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara harga beli barang dibagi dengan umur ekonomis dimana pada akhir umur ekonomis diasumsikan nilai barang telah habis. Contoh perhitungan dapat dijelaskan sebagai berikut, jika harga beli ayakan Rp dengan umur ekonomis dua tahun, maka nilai sisa pada akhir umur usaha (tahun kelima) adalah Rp Komponen yang masih memiliki nilai sisa diantaranya lahan, bangunan pembuatan log, bangunan pekerja, sekop, cangkul, ayakan, sekop kecil, sepatu boot, ember, keranjang, kursi plastik, instalasi air, dan instalasi listrik. Nilai sisa lahan diasumsikan sama dengan nilai belinya sebesar Rp , sedangkan investasi yang lainnya didasarkan pada nilai beli dikurangi dengan nilai penyusutan setiap tahunnya, yaitu bangunan pembuatan log Rp , bangunan pekerja Rp , sekop Rp ,33, cangkul Rp , ayakan Rp , sekop kecil Rp , sepatu boot Rp ,67, ember Rp , keranjang Rp , kursi plastik Rp , instalasi air Rp , dan instalasi listrik Rp (Tabel 19) Pengeluaran Perusahaan (Outflow) Arus biaya (outflow) adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh usaha. Arus biaya pada usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya-biaya yang dikeluarkan ini merupakan biaya yang dikeluarkan usaha dalam mengembangkan usaha dan menjalankan operasional usaha jamur tiram putih selama umur usaha Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. Pada penelitian ini menggunakan tiga skenario yaitu skenario I (menjual log jamur tiram putih), skenario II (membeli log jamur tiram putih), dan skenario III (menjual log dan jamur tiram putih segar), sehingga biaya yang dikeluarkan pelaku usaha disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan dilaksanakan. Adapun rincian biaya investasi terhadap ketiga skenario tersebut dapat dilihat dibawah ini. 74

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perusahaan CV.Wahyu Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya jamur tiram putih. CV Wahyu Makmur Sejahtera didirikan pada tahun 2005

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2013, di Rumah Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI Kelurahan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Dani Ramadan Hatam NIM : 11.11.5414 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TI Dosen : Prof.Dr.M. Suyanto ABSTRAKSI

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KPJI

V. GAMBARAN UMUM KPJI V. GAMBARAN UMUM KPJI 5.1 Sejarah KPJI Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas (KPJI) merupakan sebuah usaha kelompok yang terdiri dari beberapa petani, yang dipimpin oleh Pak Jainal. KPJI berdiri di Desa

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu macam bibit F2 jamur Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 koleksi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM Karya Ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah LINGKUNGAN BISNIS Disusun Oleh : Nama : Danang Pari Yudhono NIM : 11.12.6017 Kelas

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal... PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR Prosedur Operasional... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... I. PEMILIHAN LOKASI A. Definisi Dan Tujuan Memilih dan menentukan lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15 I. METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Oktober 2013 di CV. Ravi Nursery Kubang Raya Kampar Riau dan di Laboratorium Patologi, Entomologi,

Lebih terperinci

BAB III REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA KE GENERASI BIBIT INDUK F1 3.1. Pembuatan Bibit Induk F1 Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log Pengolahan limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng menjadi bag

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Kuisioner Wawancara KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR Tanggal: No.

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAURAN PEMASARAN PADA USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR

BAURAN PEMASARAN PADA USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR BAURAN PEMASARAN PADA USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR Violin Febritaha Sitepu 1 Regia Indah Kemala Sari 2 RINGKASAN Jamur tiram mengandung gizi yang tinggi serta manfaatnya

Lebih terperinci

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih yang

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga dan Home industri jamur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis prospektif merupakan analisis yang dilakukan untuk mengeksplorasi kemungkinankemungkinan yang akan muncul di masa mendatang, sehingga dapat dipersiapkan tindakan strategis

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG OLEH: ADHITYA NUGROHO 10.11.3831 S1 TI 1D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 A. ABSTRAK Banyaknya permintaan akan jamur merang dikalangan masyarakat akhir-akhir ini sedang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perusahaan Jamur NAD terdiri dari dua unit bisnis yaitu usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH Disusun oleh : Andrianta Wibawa 07.11.1439 BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH I. PENDAHULUAN Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU Khairizal dan Sisca Vaulina Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kelurahan Semanan Kelurahan Semanan yang berada pada wilayah Kecamatan Kalideres, berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah utara, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYAJAMUR TIRAM PUTIH DI (P4S) NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYAJAMUR TIRAM PUTIH DI (P4S) NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYAJAMUR TIRAM PUTIH DI (P4S) NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR Hendra Habibi 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang menempati

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 8.1. Analisis Biaya Usaha Pembesaran Lele Dumbo CV Jumbo Bintang Biaya merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. Pakchoy dan sawi dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran

Lebih terperinci

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3 Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3 No. HP 081317040503¹, 085398014496², 085242945887³ ¹Alamat

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. 21 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. Tempat yang digunakan yaitu di tempat peneliti di desa Pacing, Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnyadi hutan atau di kebun, jamur dapat tumbuh sepanjang tahun, terutama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram Nama : Enggar Abdillah N NIM : 11.12.5875 Kelas : 11-S1SI-08 ABSTRAK TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Lebih terperinci

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan sebuah

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Analsis Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar ikan hias air tawar dan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnya di hutan atau kebun. Jamur dapat tumbuh dimana-mana terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan Analisis lingkungan eksternal perusahaan berkaitan dengan keadaan luar perusahaan yang berpengaruh terhadap kegiatan di perusahaan.

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

1. Starter dengan larutan gula

1. Starter dengan larutan gula 1. Starter dengan larutan gula Siapkan stoples kaca kedap udara ukuran lima liter, pilih yang kedap udara. Tambahkan ke dalam toples 200 gram gula merah, encerkan dengan 3 liter air bersih aduk sampai

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin Karakteristik responden usaha pengolahan ikan asin memberikan gambaran mengenai responden atau pemilih usaha ikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci