V. GAMBARAN UMUM KPJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. GAMBARAN UMUM KPJI"

Transkripsi

1 V. GAMBARAN UMUM KPJI 5.1 Sejarah KPJI Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas (KPJI) merupakan sebuah usaha kelompok yang terdiri dari beberapa petani, yang dipimpin oleh Pak Jainal. KPJI berdiri di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan Bogor tahun Komunitas Petani Jamur Ikhlas bekerja sama dengan Yayasan Paguyuban Ikhlas untuk memberdayakan masyarakat pedesaan khususnya di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan. Komunitas Petani Jamur Ikhlas membangun industri pangan dengan pendekatan terhadap petani yang ramah lingkungan, murah, dan efisien melalui pengelolaan bisnis secara profesional yang direncanakan KPJI dengan harapan akan membantu petani dalam meningkatkan kualitas produk jamur tiram putih. Pendirian KPJI didasarkan pada pola pikir wirausaha yang dibangun melalui pelatihan yang diikuti pimpinan usaha ini di Institut Pertanian Bogor (IPB) tentang budidaya jamur tiram. Bisnis jamur tiram memiliki prospek yang cerah, dilihat dari data permintaan masyarakat terhadap jamur tiram putih dari tahun ke tahun cenderung meningkat yaitu sebesar 20 persen sampai 25 persen per tahun (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia 2008). KPJI terinspirasi untuk membuat komunitas usaha yang bergerak dalam budidaya jamur tiram putih, yang terdiri dari 10 kelompok petani, dalam satu kelompok tani terdiri dari tiga orang petani. Saat ini yang aktif hanya dua kelompok yang terdiri dari enam orang petani, satu kelompok sudah mandiri dalam arti sudah tidak dibiayai oleh KPJI dalam bentuk baglog, selain itu juga produksinya tidak kontinu dan sisanya menunggu giliran karena KPJI memiliki keterbatasan modal anggaran untuk memenuhi kebutuhan baglog. KPJI membina kelompok tani dalam hal membudidayakan jamur tiram putih, dibantu dari segi modal, pengawasan, pemasaran dan melakukan kerjasama. Petani jamur tiram putih menjadikan usahatani jamur tiram putih sebagai usaha sampingan terutama petani yang berjenis kelamin perempuan karena mudah dalam hal pembudidayaannya, sedangkan petani yang bejenis kelamin laki-laki menganggap usahatani jamur tiram putih sebagai mata pencarian pokok karena dapat menghasilkan pendapatan yang cukup memuaskan dibandingkan dengan usaha lain. Usaha lain petani adalah usahatani padi dan kakao.

2 Petani yang menjadikan usahatani jamur tiram putih sebagai mata pencarian pokok lebih serius dalam mengelola usahataninya dibandingkan dengan petani jamur tiram putih yang menjadikan usahatani jamur tiram putih sebagai usaha sampingan. Pola usaha jamur pada KPJI diimplementasikan dalam bentuk kemitraan dengan petani, petani diberikan kredit modal kerja berupa baglog jamur siap panen dengan jumlah baglog atau setara dengan Rp ,00 per musim tanam oleh KPJI sebagai sentra produksi dengan pengembalian pinjaman selama tiga bulan dibayar dengan hasil panen dan hasil panen pemasarannya langsung kepada pengelola KPJI dengan harga Rp 7.000,00 per kg. kemudian KPJI menjual ke pedagang Rp 7.500,00 per kg. Tujuan utama KPJI memberdayakan masyarakat sehingga akan terbangun pola-pola pencerdasan masyarakat yang berbasis pada potensi ekonomi dan sumber daya lokal melalui kemitraan masyarakat dengan sistem kelompok petani, dengan harapan akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat serta bisa mengurangi tingkat pengangguran, serta meningkatkan daya beli dan pendapatan petani, dan menjadi sumber pertumbuhan baru dalam rangka otonomi daerah di daerah Kabupaten Bogor. KPJI bergerak dalam bidang agribisnis jamur tiram putih yang berorientasi pada pengembangan industri kecil dan menengah. Visi perusahaan mencerminkan tujuan pendirian perusahaan yang diaplikasikan melalui misi untuk memperkuat keberadaannya di dalam masyarakat atau pasar. Visi Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas adalah: 1. Meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menjadikan jamur tiram putih sebagai salah satu ikon Kecamatan Pamijahan. 2. Mengembangkan industri pertanian yang berwawasan bioteknologi yang mantap. Misi Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas adalah: 1. Peningkatan kualitas dan kuantitas menjadi jamur tiram putih super. 2. Peningkatan kerjasama dengan lembaga atau instalasi yang terkait. 3. Membantu pemerintah daerah dengan membuka lapangan kerja atau mengurangi angka pengangguran. 39

3 5.2 Kegiatan Usaha KPJI Dalam kegiatan sehari-hari unit pelaksana teknis dibantu oleh pelaksana administrasi dalam memantau hasil produksi. Pemantauan ini dilakukan agar petani terus menjaga kondisi mutu hasil yang tetap optimal. Bagian dari organisasi usaha juga aktif dalam melakukan temu lapang dengan para kelompok petani yang menjadi mitra KPJI. Temu lapang dilakukan satu kali dalam sebulan untuk membahas perkembangan dan permasalahan petani dalam produksi jamur, serta untuk menjaga kontinuitas usaha dalam jangka panjang. KPJI juga wajib memberikan laporan hasil produksi ke Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor setiap tahun selama tiga tahun, dan jika laporan hasil produksinya kontinu selama tiga tahun, KPJI masih berhak menerima pinjaman dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 5.3 Struktur Organisasi Menurut Soeharjo dan Patong (1973) pengertian organisasi usahatani adalah sebagai organisasi harus ada yang diorganisir dan ada yang mengorganisir, ada yang memimpin dan ada yang dipimpin. Mengorganisir usahatani adalah Komunitas Petani Jamur Ikhlas dan kelompok tani, yang diorganisir adalah faktor-faktor produksi yang dikuasai atau dapat dikuasai. Makin maju usahatani makin sulit bentuk dan cara pengorganisasinya. Struktur organisasi usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara, seperti pada Gambar 4. Ketua Sekretaris Bendahara Gambar 4. Struktur Organisasi Komunitas Petani Jamur Ikhlas. 40

4 Penyusunan deskripsi kerja dimulai dengan mengidentifikasikan jenisjenis pekerjaan yang diperlukan dalam suatu kegiatan usaha. Uraian yang dibuat dalam deskripsi jabatan, berdasarkan tanggung jawab yang dibebankan, dan tugas yang dilaksanakan. Pembagian tugas dan wewenang harus jelas, mudah dimengerti dan tidak tumpang tindih. Rincian tugas di Komunitas Petani Jamur Ikhlas adalah : 1. Ketua. Ketua merupakan penanggung jawab atas kegiatan pengorganisasian, pelaksanan, dan jalannya seluruh aktivitas Usaha Jamur Tiram Putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas. 2. Sekretaris Sekretaris merupakan pelaksana kegiatan dalam menangani segala hal yang berhubungan dalam pencatatan data-data produksi di lapang. 3. Bendahara Bendahara merupakan pelaksana kegiatan dalam menangani keluar masuknya uang. 5.4 Hubungan KPJI dan Kelompok Petani Hubungan KPJI dan kelompok petani dalam struktur organisasi adalah melakukan kerjasama dalam membudidayakan usahatani jamur tiram putih, dimana KPJI berperan dalam memberikan modal berupa baglog ke KPJI dan kelompok petani yang merawat sampai panen dengan sistim bagi hasil. Sistim bagi hasil antara petani dan KPJI adalah hasil penjualan produksi petani setelah dikurangi biaya pinjaman baglog ke KPJI, yaitu sebesar 20 persen (1/5) bagian untuk KPJI dan 80 persen (4/5) untuk petani Karakteristik Petani di KPJI Komunitas Petani Jamur Ikhlas terdiri dari dua kelompok petani, dalam satu kelompok terdiri dari tiga orang. Jumlah petani tersebut sebanyak enam orang. Masing-masing kelompok memiliki lahan sendiri yang terletak di pekarangan rumah petani. Kelompok petani bekerja sama dalam proses perawatan sampai panen dan hasil panen dijual ke KPJI. Karakterisrik berbeda baik dari segi 41

5 usia, tingkat pendidikan, pengalaman bertani jamur tiram putih maupun status kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut dianggap penting karena akan mempengaruhi pelaksanaan usahatani jamur tiram putih yang nantinya akan berpengaruh terhadap produksi serta pendapatan usahatani jamur tiram putih. Usia para petani yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar antara tahun. Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa usia petani masih produktif. Usia produktif memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan usahanya karena pada usia tersebut masih muda dalam mengadopsi teknologi baru dan lebih cepat mengambil keputusan. Jenis kelamin pada responden adalah perempuan dan laki-laki, dimana perempuan atau ibu-ibu yang sudah menikah sebesar 66,6 persen dan laki-laki (sudah menikah) sebesar 33,4 persen. Hal ini disebabkan karena pekerjaan ibu-ibu sebagai pekerjaan rumah, sehingga mampu menyempatkan waktu melakukan usahatani jamur tiram putih, selain itu, lokasi tersebut terletak dipekarangan rumah salah satu petani. Usia dan jenis kelamin petani di Komunitas Petani Jamur Ikhlas dapat dilihat Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Petani Responden KPJI Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin. Petani Usia (Tahun) Jenis Kelamin 1 19 Perempuan 2 20 Perempuan 3 22 Perempuan 4 31 Perempuan 5 38 Laki-laki 6 43 Laki-laki 42

6 Berdasarkan hasil wawancara kepada seluruh responden diketahui bahwa seluruh responden pernah menempuh pendidikan formal, seperti SD, SMP, SMA. Hasil wawancara menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Petani tertinggi adalah SMA sebesar 83.3 persen sedangkan SMP sebesar 16,7 persen. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan budidaya jamur tiram putih yaitu dengan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh instansi terkait. Petani responden belum pernah mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram putih, kecuali wakil dari KPJI yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor. Pengetahuan petani diperoleh dengan cara melihat atau pihak KPJI memberikan arahan budidaya jamur tiram putih. Sebaran tingkat pendidikan petani responden di Komunitas Petani Jamur Ikhlas dapat dilihat Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Tingkat Pendidikan Petani Responden di Komunitas Petani Jamur Ikhlas. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (Orang) (%) SD - - SMP 1 16,7 SMA Jumlah Berdasarkan pengamatan di lapang, keahlian teknik budidaya usahatani jamur tiram putih cukup menentukan dalam pelaksanaan usahatani jamur tiram putih. Pada umumnya petani yang sudah ahli dalam teknik budidaya dalam usahatani jamur tiram putih, jika input produksinya mendukung maka akan lebih mampu untuk meningkatkan produksi dibandingkan dengan petani yang kurang ahli dalam usahatani jamur tiram putih. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar petani responden pengalaman bertani jamur tiram putih mulai sejak Komunitas Petani Jamur Ikhlas berdiri pada tahun 2007 (tiga tahun). Keuntungan yang ditawarkan dari hasil budidaya cukup memuaskan, cara 43

7 pembudidayanya pun relatif tidak sulit terutama dalam hal pengalokasian waktu yang digunakan sehingga budidaya jamur tiram putih dijadikan sebagai penghasil tambahan dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar tergantung dari skala usaha yang diinginkan. Faktor alam pun sangat mendukung perkembangan jamur tiram putih seperti suhu. Dilihat dari banyaknya faktor-faktor yang mendukung, maka kelompok petani di Desa Cibening yang mulai mengusahakan budidaya jamur tiram putih, dan ada satu petani pengalaman bertaninya selama lima tahun, karena petani sudah pernah kerja usahatani jamur tiram putih sebelum KPJI berdiri. Kelompok Petani dalam penelitian ini menggunakan lahan milik sendiri untuk dijadikan tempat dalam usahatani jamur tiram putih. Status kepemilikan lahan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang akan diperoleh petani. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada kelompok petani diketahui bahwa lahan yang digunakan petani adalah lahan yang berada disekitar halaman rumah mereka. Hal tersebut dilakukan karena petani dapat menghemat biaya pengeluaran untuk menyewa lahan serta dapat melakukan pengawasan terhadap usahatani jamur tiram putih setiap saat. 44

8 VI. ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI KPJI 6.1. Keragaan Usahatani Jamur Tiram Putih di KPJI Usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dilakukan sejak tahun Pada tahun Komunitas Petani Jamur Ikhlas bekerja sama dengan Yayasan Paguyuban Ikhlas, dalam segi modal dibiayai oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas. Namun saat ini, Komunitas Petani Jamur Ikhlas sudah mandiri dalam arti tidak dibiayai oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas tetapi masih melakukan kerja sama. Kerja sama tersebut yaitu Komunitas Petani Jamur Ikhlas membeli baglog dari Yayasan Peguyuban Ikhlas. Komunitas Petani Jamur Ikhlas memiliki dua kelompok petani yang aktif, dalam satu kelompok terdiri dari tiga orang, jadi jumlah petani tersebut enam orang. Sistem usahatani yang dilakukan petani KPJI adalah dengan cara pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, penyiraman, pengendalian hama, pengaturan suhu, dan penen. Pola usaha jamur pada Komunitas Petani Jamur Ikhlas diimplementasikan dalam bentuk kemitraan dengan petani, petani diberikan kredit modal kerja berupa Baglog jamur siap panen dengan jumlah baglog atau setara dengan Rp ,00 per musim tanam oleh Komunitas Petani Jamur Ikhlas sebagai sentra produksi, dengan pengembalian pinjaman selama tiga bulan dibayar dengan hasil panen, dan hasil panen pemasarannya langsung kepada pengelola KPJI dengan harga sebesar Rp 7.000,00 per Kg, kemudian KPJI menjual ke pedagang dengan harga sebesar Rp 7.500,00 per Kg. Komunitas Petani Jamur Ikhlas sudah bekerja sama dengan pedagang sehingga biaya transfortasi tidak dikeluarkan, karena pedagang langsung ke tempat usaha tersebut. Faktor produksi yang terdiri dari baglog, nutrisi, upah pengangkutan baglog, upah pada saat panen, ongkos pengangkutan baglog dan tenaga kerja keluarga. Baglog yang sudah dibeli harus disimpan ditempat yang menunjang pertumbuhan miselium dan tubuh buah. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan miselium adalah 22 0 C C. Apabila suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka ruangan tempat kumbung tersebut harus diatur. Baglog ini hingga seluruh media tanam berwarna putih merata sekitar sepuluh hari sejak dilakukan pembelian 45

9 baglog. pembelian baglog sebanyak tiga kali dalam setahun, karena proses produksi selama dalam setahun dilakukan tiga kali proses produksi. Satu kali proses produksi membutuhkan waktu selama empat bulan Usahatani Jamur Tiram Putih di KPJI Usahatani dimulai dari pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, penyiraman, pengendalian hama, pengaturan suhu ruangan dan panen. Sistem usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas yang dilakukan meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembelian baglog, penyiraman, pengendalian hama, pengaturan suhu ruangan dan panen. Kapasitas produksi yang dimiliki oleh kelompok Komunitas Petani Jamur Ikhlas sebesar ,00 baglog dengan luas kumbung 110 m 2 yang terdiri dari 60 m 2 (10 m x 6 m) dan 50 m 2 (10 m x 5 m). Berikut ini adalah usahatani jamur tiram putih kelompok petani di Komunitas Petani Jamur Ikhlas sebagai berikut: 1. Pemilihan Lokasi Lokasi usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas berada di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor yang merupakan wilayah dataran di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa Lokasi tersebut didukung dengan kondisi iklim yang cocok untuk usahatani jamur tiram putih serta dekat dengan sumber bahan baku dan pasar. Pabrik penggergajian kayu, penggilingan padi, dan hutan untuk pengambilan kayu bakar, yang merupakan sumber-sumber bahan baku produksi yang dekat dengan lokasi usaha sehingga tidak memerlukan biaya tambahan dalam pengadaan bahan baku tersebut. Pasar tradisional Leuwiliang sebagai pasar sasaran utama produksi berada sekitar 12 km dari lokasi budidaya, akan tetapi KPJI sudah bekerja sama dengan pedagang sehingga biaya transportasi tidak dikeluarkan, karena pedagang langsung ke tempat usaha tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka usaha jamur tiram putih di KPJI layak untuk diusahakan karena dekat dengan sumber-sumber bahan baku dan pasar. 46

10 Tenaga kerja dalam pemilihan lokasi adalah tersedianya tenaga kerja dengan upah yang terjangkau. Usaha jamur tiram putih KPJI memiliki lima orang tenaga kerja tidak tetap dengan upah setiap harinya yaitu Rp ,00 per orang pada saat baglog baru dibeli, dengan cara mengangkut baglog ke kumbung dan upah pada saat proses pemanen. 2. Pembuatan Kumbung Kumbung yang digunakan dalam usahatani jamur tiram putih merupakan kumbung yang terbuat dari bilik bambu, dalam kumbung terdapat rak-rak bertingkat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan baglog pada saat pertumbuhan. Kumbung dilengkapi dengan ventilasi udara yang berfungsi untuk mengatur suhu dan kelembaban didalam kumbung agar tetap terjaga. Usahatani jamur tiram putih di lokasi penelitian memiliki dua buah kumbung dengan ukuran 60 m 2 (10 m x 6 m) dan 50 m 2 (10 m x 5 m. Kapasitas bangunan kumbung harus sesuai dengan target produksi yang dicapai, sehingga dapat menghemat biaya. masing-masing kumbung tersebut adalah ,00 log dan ,00 log. Usahatani jamur tiram putih di KPJI secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana seperti sprayer, keranjang panen, pisau, ember, masker mulut dan timbangan. Kumbung terbuat dari dinding bambu dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Penyiraman Penyiraman diawali oleh pembukaan cincin baglog yang diikat dengan karet. Setelah cincin dibuka, 2-3 hari kemudian akan tumbuh jamur dan pada hari ke sepuluh jamur sudah dapat dipanen. Selama proses pemeliharaan, baglog disiram dengan air bersih dengan frekuensi yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan, penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari, sedangkan pada musim kemarau penyiraman dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari dengan menggunakan sprayer. Tujuan penyiraman adalah untuk menjaga kelembaban media sehingga miselium dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara Pemberian Nutrisi pada saat tunas jamur sudah tumbuh. Pemberian nutrisi sebanyak dua kali seminggu. Tujuannya untuk menyuburkan media tanam jamur tiram putih. Nutrisi dalam bentuk cair (Herba 47

11 Farm Bio Organik) dengan harga sebesar Rp ,00 per botol/liter. Pada satu kali siklus produksi (4 bulan) pemakaian nutrisi sebanyak dua botol/liter. 4. Pengendalian Hama Pengendalian hama pada jamur tiram yang dilakukan sama sekali tidak menggunakan pestisida. Kegiatan yang dilakukan secara manual yaitu dengan membuang hama yang ada agar tidak memakan baglog dan tubuh buah jamur tiram putih. Hama yang menyerang baglog antara lain adalah tikus dan jamur oncom, sedangkan yang menyerang tubuh buah jamur tiram putih antara lain adalah kumbang dan semut. 5. Pengaturan Suhu Ruangan Pengaturan suhu ruangan dilakukan dengan cara membuka dan atau menutup ventilasi kumbung agar suhu dan kelembaban kumbung tetap terjaga. 6. Panen Pemanenan dilakukan setelah jamur tiram putih cukup umur dan sekitar sepuluh hari setelah pembukaan cincin baglog. Setiap baglog jamur tiram putih dapat dipanen sembilan kali. Jamur yang dipanen adalah jamur tiram yang memiliki diameter tudung antara 5-10 cm dan bagian daun terasa tipis bila dipegang. Masa produksi jamur dari setiap baglog adalah selama sekitar 101 hari dan dapat dipanen setiap hari. Total hari yang dihabiskan setelah pembersihan kumbung dan waktu istirahat produksi yang terhitung sekitar sembilan hari dari proses pemanenan. Proses pemanenan, semua jamur yang sudah siap dipanen seluruhnya karena jika ada yang tertinggal akan meyebabkan pembusukan serta akan mengurangi produktivitas baglog. Setiap baglog dapat menghasilkan 0,07 kg jamur tiram putih segar per musim. (Jainal 2009). Kegiatan pemanen jamur tiram putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas dilakukan pada pagi dan atau sore hari dengan tujuan untuk menjaga kesegaran jamur. Pemanenan pada pagi hari berlangsung sekitar pukul WIB, sedangkan pemanenan pada sore hari dilakukan pada sekitar pukul WIB. Setelah dipanen, kemudian dilakukan proses pembersihan kotoran yang menempel pada bagian tubuh jamur serta dilakukan pemotongan pada bagian pangkal batang jamur. Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan penyortiran untuk memilah jamur yang baik kondisinya dengan jamur yang sudah cacat. 48

12 Jamur tiram putih yang tergolong baik selain dilihat dari keutuhan batang dan tudungnya juga dilihat dari ada atau tidaknya hama ulat yang menempel di sela-sela bagian bawah permukaan tudung, jamur tiram putih yang terlalu tua dan dihinggapi ulat akan dipisahkan dan kemudian dibuang. Tingkat keberhasilan panen produksi diperkirakan 80 % berdasarkan tingkat pengalaman dalam melakukan usaha tersebut. Pengemasan merupakan suatu cara untuk melindungi produk. Syarat-syarat yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kemasan yang akan digunakan diantaranya harus melindungi komoditas yang dikemas dan tidak mengandung zat yang dapat mengandung kesehatan manusia. Pengemasan yang baik, maka akan dapat memperoleh beberapa keuntungan, yaitu produk yang dikemas dapat terhindar dari kerusakan mekanis dan fisiologi, selain itu mutu produk dapat dipertahankan sampai ke tangan pedagang dan konsumen akhir sehingga tidak menurunkan nilai jual dan memudahkan dalam pemasarannya. Pengemasan hasil panen yang akan dipasarkan menggunakan plastik kemasan 5 Kg. Plastik yang dibutuhkan sehari kurang lebih 32 buah plastik. Jamur tiram putih yang dihasilkan oleh petani responden di KPJI dalam bentuk segar. Untuk mempertahankan kesegaran jamur hingga ke tangan konsumen maka pemasarannya harus dilakukan sesegera mungkin. Dalam memasarkan produknya, petani menjualnya ke KPJI kemudian KPJI menjual lagi ke pedagang yang mendatangi tempat lokasi budidaya jamur tiram putih di KPJI tiap hari pada masa panen dengan harga Rp 7.500,00 per kg ke KPJI dan KPJI ke petani Rp 7.000,00 per kg. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para petani diketahui bahwa satu kali siklus produksi yang dibutuhkan dalam sistem usahatani jamur tiram putih kelompok petani di Komunitas Petani Jamur Ikhlas membutuhkan waktu selama empat bulan. Produk akhir yang dihasilkan yaitu berupa jamur tiram putih segar, dengan produktifitas rata-rata 0,63 kg per baglog. Menurut Dirjen Hortikultura (2006) bila jamur tiram putih dibudidayakan secara optimal dapat menghasilkan produktifitas 1,2 kg/log, sedangkan KPJI menghasilkan produktivitas sebesar 0,63 Kg/log sehingga KPJI baru mampu memproduksi setengah dari hasil produktifitas menurut Dirjen Hortikultura. 49

13 Produksi jamur tiram putih akan optimal jika petani mengikuti langkahlangkah yang dilakukan oleh Dirjen Hortikultura yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu dimulai dari pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, penyiraman, pengendalian hama, pengaturan suhu ruangan dan panen. Namun pada kenyataannya dalam pengendalian hama para petani di KPJI masih belum memenuhi langkah-langkah Standar Operasional Prosedur (SOP) yang disarankan oleh Dirjen Hortikultura, dimana mereka masih menggunakan tangan sedangkan Dirjen Hortikultura menyarankan untuk menggunakan perangkap serangga. Kurangnya modal juga memjadi salah satu alasan KPJI belum mampu memproduksi media tanam sendiri. Penawaran hasil panen jamur tiram putih diperoleh dari petani yang melakukan sistem kontrak dengan pedagang sesuai tenggang waktu yang telah disepakati bersama. Sehingga pihak KPJI tidak perlu mencari pasar setiap kali melakukan kegiatan pemanenan. Hasil produksi jamur oleh petani dijual ke KPJI dengan harga Rp 7.000,00 per kg, kemudian KPJI menjual ke pedagang Rp 7.500,00 per kg. Berdasarkan wawancara dengan beberapa pedagang pengecer, Pasar Leuwiliang dapat menyerap jamur tiram putih setiap hari 300 kg, sedangkan penawaran yang tersedia di KPJI saat ini masih berkisar 162,18 kg setiap hari. Selain penawaran di KPJI untuk memenuhi permintaan jamur tiram putih di Pasar Leuwiliang berasal dari petani-petani di luar lokasi penelitian seperti daerah Gunung Menyan Gunung Picung dan pedagang besar. Selisih penawaran dan permintaan yang tinggi tersebut menyebabkan jamur tiram putih selalu terjual habis di pasar. Pedagang pengumpul memilih pasar sasaran Pasar Leuwiliang karena jarak dari lokasi budidaya lebih dekat, sehingga dapat menghemat biaya transportasi, selain itu harga yang ditawarkan ke konsumen akhir juga lebih tinggi yaitu Rp 9.500,00/kg bila dibandingkan dengan Pasar Bogor dengan harga Rp 8.500,00/kg. Daerah yang menjadi tujuan pemasaran jamur tiram putih segar oleh pedagang pengumpul adalah Pasar Leuwiliang, Pasar Bogor, Pasar Ciampea dan lain-lain. Kantor sekretariat Komunitas Petani Jamur Ikhlas berfungsi sebagai pusat segala kegiatan administrasi, serta tempat pertemuan antara pihak Komunitas 50

14 Petani Jamur Ikhlas dengan kelompok petani. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti temu lapang dilakukan satu kali dalam sebulan untuk membahas perkembangan dan permasalahan petani dalam usaha jamur tiram putih, serta untuk menjaga kontinuitas usaha dalam jangka panjang. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mempererat sistim kekeluargaan antara petani dengan pihak KPJI Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih Usahatani merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarga, dengan demikian maka tujuan utama dilakukannya usahatani tidak terlepas dari pemerolehan keuntungan, begitu pula dengan kegiatan usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas. Usahatani yang dilakukan yaitu dalam rangka memelihara baglog, pengontrolan kelembaban dan sirkulasi udara, serta sampai dengan menghasilkan produk jamur tiram putih dalam bentuk segar yang pada akhirnya akan dinilai besarnya biaya yang dikeluarkan serta penerimaan yang diperoleh. Selisih antara penerimaan dan biaya tersebut akan menghasilkan pendapatan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga Struktur Biaya Usahatani Jamur Tiram Putih di KPJI Biaya yang dikeluarkan terdiri atas biaya tunai dan biaya tidak tunai. Informasi selengkapnya dapat di lihat pada Tabel Biaya Tunai Komponen biaya tunai terdiri atas: a. Baglog KPJI memberikan pinjaman berupa baglog kepada petani dengan nilai sebesar Rp ,00 atau 76,91 persen dari total pembiayaan usahatani jamur tiram putih. Berat baglog per satuan adalah 1,5 Kg. Pembayaran kembali oleh petani dilakukan setelah hasil panen diperoleh. KPJI memberikan pinjaman bukan dalam bentuk uang, namun dalam bentuk baglog yang dibeli oleh Yayasan Paguyuban Ikhlas. 51

15 Tabel 10. Arus Biaya Usahatani Jamur Tiram Putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas. Uraian KPJI Unit Satuan Harga/Unit (Rp) Total % Struktur Biaya Biaya Tunai Baglog Nutrisi Plastik ATK Ongkos Pembelian Baglog Upah Pengangkutan Baglog Upah Pada Saat Panen Listrik Gaji - Manejer - Bendahara - Sekretaris Total Biaya Tunai Biaya Tidak Tunai Penyusutan HOK Total Biaya Tidak Tunai Total Biaya unit ,91 2 liter ,04 32 unit ,01 4 bulan unit orang orang bulan bulan bulan bulan , HOK , ,3 100 b. Nutrisi, biaya yang dikeluarkan oleh KPJI untuk pembelian nutrisi sebesar Rp ,00 atau sebesar 0,39 persen dari total biaya. c. Plastik yang digunakan sebagai tempat hasil produksi jamur berukuran lima kilogram, dengan harga Rp 233 per unit, dimana satu pack plastik (30 plastik) seharga Rp. 7000,00. Biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi (4 bulan) 52

16 dibutuhkan plastik sebanyak 32 kantong plastik. Biaya ini dikeluarkan oleh KPJI sebesar Rp atau sebesar 0,01 persen. d. ATK, biaya yang dikeluarkan untuk ATK sebesar Rp ,00 atau sebesar 0,63 persen yang sepenuhnya dikeluarkan oleh KPJI. ATK yang dimaksud antara lain alat tulis ataupun peralatan kantor lainnya. e. Ongkos Pembelian Baglog, biaya yang dikeluarkan oleh KPJI untuk pembelian baglog sebesar Rp ,00 atau sebesar 3,29 persen. Biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi (4 bulan) relatif sama untuk tiap kali produksi (4 bulan) karena menggunakan sistem borongan. f. Upah Pengangkutan baglog besarannya sama dengan biaya yang digunakan untuk upah memanen jamur tiram putih yaitu sebesar Rp ,00 atau sebesar 0,09 persen. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak lima orang dengan sistem borongan yaitu sebesar Rp ,00 per orang. g. Listrik, biaya listrik yang dikeluarkan oleh KPJI sebesar Rp 40.00,00 atau sebesar 0.05 persen per satu kali produksi (4 bulan). Biaya listrik per bulannya sebesar Rp ,00 per bulan. h. Gaji, Biaya yang dikeluarkan oleh KPJI untuk membayar tiga orang karyawannya adalah Rp ,00 per satu kali produksi (4 bulan ) atau sebesar 21,04 persen. Gaji yang diberlakukan dalam Komunitas Jamur Tiram Ikhlas ini disesuaikan dengan upah minimum regional (UMR), yakni lebih besar dari UMR Kabupaten Bogor 2009 sebesar Rp ,00 Gaji yang diberikan kepada tiap bagian kepengurusan KPJI dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Gaji Pengurus Komunitas Petani Jamur Ikhlas Per Bulan (Rp) No. Uraian Gaji per bulan (Rp) 1 Ketua ,00 2 Sekretaris ,00 3 Bendahara ,00 Total ,00 53

17 2. Biaya Tidak Tunai, komponen biaya tidak tunai terdiri dari: a. Penyusutan, biaya yang dikeluarkan oleh KPJI untuk penyusutan bangunan dan peralatan sebesar Rp atau sebesar 1,17 persen. informasi biaya penyusutan bangunan dan peralatan dapat dilihat pada Tabel 12. Metode perhitungan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus. Tabel 12. Biaya Penyusutan Bangunan dan Peralatan di KPJI satu Kali Siklus Produksi (4 bulan), Tahun Uraian Penyusutan (Rp/ Musim) Kumbung - 10 x 6 M ,3 10 x 5 M ,3 Timbangan ,6 Sprayer ,3 Keranjang Panen ,5 Pisau 8.333,3 Ember Masker Mulut Total Biaya Penyusutan ,3 b. Biaya Tenaga Kerja, biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja sebesar Rp ,00 atau sebesar 1,98 persen. biaya tenaga kerja sebanyak enam orang yang terdiri dari empat orang perempuan dan dua orang laki-laki. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani jamur tiram putih antara lain penyiraman, pengendalian hama, pembersihan kumbung, dan panen menggunakan per kegiatan masing-masing selama dua jam. Penyiraman, pengendalian hama dan panen dilakukan selama proses produksi yaitu 101 hari, sedangkan proses pembersihan kumbung dilakukan tiga hari setelah pergantian baglog. Waktu tenaga kerja yang dilakukan petani selama enam jam per hari, kecuali pembersihan kumbung dilakukan dua jam per hari selama tiga hari. Perhitungan tersebut diperoleh dari kegiatan penyiraman, pengendalian hama, dan panen yaitu waktu tenaga kerja per hari (enam jam) dikali dengan kegiatan produksi (101 hari) sehingga diperoleh sebesar 606 jam dan ditambah pembersihan kumbung dilakukan selama dua jam selama tiga hari (6 jam). Total waktu tersebut sebesar 612 jam dibagi dengan jumlah petani yaitu enam orang, maka HOK tersebut sebesar 102. HOK 102 dikali dengan upah petani per hari sebesar Rp ,00 maka hasilnya sebesar Rp 1, ,00 atau 1,98 persen. 54

18 6.2.2 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani jamur tiram putih kelompok petani dan Komunitas Petani Jamur Ikhlas diperoleh dari hasil penjualan jamur tiram putih segar yang dihasilkan selama satu kali siklus produksi (4 bulan). Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa produksi total jamur tiram putih segar sebesar kg selama satu kali siklus produksi (4 bulan) yang diperoleh petani dan KPJI dalam usahatani jamur tiram putih. Penerimaan petani dan KPJI dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Penerimaan Petani dan KPJI Per Satu Kali Siklus Produksi Dalam Rupiah (4 bulan). Uraian Petani KPJI Jumlah Harga Total Jumlah Harga Total Penjualan Jamur 20 % dari hasil Produksi Pengembalian Pinjaman Baglog Total Penerimaan Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa jumlah penerimaan Komunitas Petani Jamur Ikhlas memiliki tiga jenis penerimaan yang menjadi sumber pemasukan pada kas KPJI: Pertama, nilai jual jamur ke pedagang sebesar Rp ,00 dengan harga Rp 7.500,00 per Kg. Kedua, 20 % dari hasil penjualan petani sebesar Rp ,00 setelah dikurangi dengan uang pengembalian pinjaman baglog. Ketiga, pengembalian pinjaman petani atas pembelian baglog sebesar Rp ,00 diberikan kepada KPJI. Total penerimaan Komunitas Petani Jamur Ikhlas sebesar Rp ,00. Penerimaan tersebut merupakan penerimaan usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas pada tahun Sedangkan penerimaan petani 55

19 yaitu dari nilai jual jamur ke KPJI sebesar Rp ,00 dengan harga Rp 7.000,00 per Kg Pendapatan Usahatani Selisih antara penerimaan dengan total biaya disebut dengan pendapatan petani dan Komunitas Petani Jamur Ikhlas. Pendapatan yang diperoleh dalam usahatani jamur tiram putih per satu kali siklus produksi (4 bulan) di Komunitas Petani Jamur Ikhlas dapat dilihat dalam Tabel 14. Tabel 14. Pendapatan Petani dan KPJI di KPJI Per Satu Kali Siklus Produksi (4 Bulan) NO Uraian Petani KPJI 1 Penerimaan , ,00 2 Biaya Tunai , ,00 3 Biaya Total , ,30 4 Pendapatan Tunai , ,00 5 Pendapatan Total , ,00 Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan usahatani dengan total biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan biaya total ( biaya tunai dan biaya diperhitungkan). Penerimaan tunai dan biaya tunai kelompok petani sebesar ,00 dan Rp ,00. Sehingga dengan mengurangi penerimaan tunai dengan biaya tunai pada petani, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai pada petani sebesar Rp ,00, sedangkan dengan penerimaan total sebesar Rp ,00 dengan biaya total sebesar Rp ,00 pada petani maka diperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp ,00. Pendapatan atas biaya total dibagi enam orang petani sebesar Rp ,00 atau pendapatan per bulan sebesar Rp ,00 per orang. Apabila petani memiliki modal untuk biaya tunai dan menjual ke pedagang sebesar Rp 7.500,00 maka penerimaan petani sebesar Rp ,00 dan tidak dikenakan biaya operasional. 56

20 Pendapatan petani atas biaya tunai sebesar Rp ,00 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp ,00 dibagi enam orang sebesar Rp ,00 atau pendapatan per bulan sebesar Rp ,00 per orang. Berdasarkan perbandingan nilai pendapatan petani di KPJI per bulan sebesar Rp ,00, sedangkan pendapatan petani jika memiliki modal sendiri sebesar Rp ,00. Perbandingan tersebut dikatakan lebih menguntungkan dengan usaha jamur sendiri dengan menggunakan modal sendiri, akan tetapi petani memiliki keterbatasan dana dan masih tergantung kepada KPJI. Pendapatan analisis usahatani memiliki modal sendiri dapat dilihat pada Lampiran 6. Pendapatan Komunitas Petani Jamur Ikhlas diperoleh dari penerimaan tunai dan biaya tunai KPJI sebesar ,00 dan Rp ,00. Sehingga dengan mengurangi penerimaan tunai dengan biaya tunai pada KPJI, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai pada KPJI sebesar Rp ,00 sedangkan dengan penerimaan total sebesar Rp ,00 dengan biaya total sebesar Rp ,00 pada KPJI maka diperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp ,00. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat diketahui pendapatan per satu kali siklus produksi (4 bulan) di Komunitas Petani Jamur Ikhlas digunakan untuk pembelian baglog untuk kelompok petani yang menunggu giliran karena keterbatasan dana yang dimiliki KPJI. Komunitas Petani Jamur Ikhlas dalam waktu jangka panjang akan memproduksi jamur tiram sendiri. Berdasarkan hasil analisis biaya dan pendapatan petani dan KPJI yang dilakukan dalam penelitian sama-sama dikatakan menguntungkan. Hal tersebut dikarenakan pendapatan yang diperoleh bernilai positif. Namun demikian usahatani jamur tiram putih Komunitas Petani Jamur Ikhlas memiliki nilai pendapatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan usahatani jamur tiram putih kelompok petani, dimana Komunitas Petani Jamur Ikhlas sebagai pengelola manajemen usahatani kelompok petani serta memberikan modal dalam bentuk baglog. 57

21 6.2.4 Efisiensi Usahatani Analisis efisiensi usaha dapat dilihat melalui nilai R/C. R/C dapat diketahui dari hasil perbandingan antara penerimaan (R) dengan total biaya (C) dalam satu kali periode produksi usahatani. Nilai R/C rata-rata yang diperoleh dalam usahatani jamur tiram putih per satu kali siklus produksi (4 bulan) di Komunitas Petani Jamur Ikhlas pada tahun 2009 dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15. Efisiensi Usahatani Jamur Tiram Putih di KPJI Satu Kali Produksi (4 bulan) Tahun 2009 NO Uraian Jumlah (Rp) 1 Penerimaan ,00 2 Biaya Tunai ,00 3 Biaya Total ,00 4 R/C Atas Biaya Tunai 1,63 5 R/C Atas Biaya Total 1,58 Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa nilai R/C biaya tunai dan R/C biaya total untuk usahatani jamur tiram putih di KPJI satu kali produksi (4 bulan). R/C atas biaya tunai sebesar 1,63 dan R/C atas biaya total sebesar Rp 1,58. R/C atas biaya tunai sebesar Rp 1,63, ini berarti setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh KPJI akan memberikan penerimaan kepada KPJI sebesar Rp 1,63. R/C atas biaya total sebesar Rp 1,58, ini berarti setiap satu rupiah atas biaya total yang dikeluarkan oleh KPJI akan memberikan penerimaan kepada KPJI sebesar Rp 1,58. Dari kedua nilai R/C atas biaya tunai dan atas biaya total tersebut, dapat disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram putih yang dilakukan KPJI menguntungkan. Usahatani Jamur Tiram Putih KPJI dapat dikatakan efisien karena memiliki nilai R/C > 1 atau kegiatan usahatani jamur tiram dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. 58

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU Khairizal dan Sisca Vaulina Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAURAN PEMASARAN PADA USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR

BAURAN PEMASARAN PADA USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR BAURAN PEMASARAN PADA USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR Violin Febritaha Sitepu 1 Regia Indah Kemala Sari 2 RINGKASAN Jamur tiram mengandung gizi yang tinggi serta manfaatnya

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perusahaan Jamur NAD terdiri dari dua unit bisnis yaitu usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log Pengolahan limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng menjadi bag

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamur tiram merupakan komoditas hortikultura yang kaya akan protein dan saat ini masyarakat lebih memilihnya sebagai sumber nutrisi. Siswono (2003) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM Karya Ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah LINGKUNGAN BISNIS Disusun Oleh : Nama : Danang Pari Yudhono NIM : 11.12.6017 Kelas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK SANTRI MELALUI BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI PONDOK PESANTREN DARUL HUDA, JABON, SIDOARJO

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK SANTRI MELALUI BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI PONDOK PESANTREN DARUL HUDA, JABON, SIDOARJO PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK SANTRI MELALUI BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI PONDOK PESANTREN DARUL HUDA, JABON, SIDOARJO 1 Ni matuzahroh, 2 Fatimah, 3 Nur Indradewi Oktavitri, 4 Muhammad Hilman Fu'adil

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) LAMPIRAN 201 Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun 2009-2025 Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Total Konsumsi (000 ton) 2009 2010 2011

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pengalaman berusaha, dan status kepemilikan lahan penambak. Usaha tambak merupakan usaha yang membutuhkan tenaga yang banyak.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pengalaman berusaha, dan status kepemilikan lahan penambak. Usaha tambak merupakan usaha yang membutuhkan tenaga yang banyak. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Penambak Udang Identitas penambak merupakan suatu yang penting dalam usaha tambak, karena petambak merupakan faktor utama dalam mengatur usaha udang vanname, jika penambak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area

I. PENDAHULUAN. negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan sumber daya alamnya, jika dilihat dari sudut belahan bumi Indonesia bagian manapun juga. Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN 114 115 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penelitian Variabel Sub Variabel No Item A. Karakteristik Responden a. Nama b. Alamat c. Jenis Kelamin d. Umur e. Pendidikan f. Pekerjaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU MARKETING ANALYSIS OF WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) IN PEKANBARU CITY Wan Azmiliana 1), Ermi Tety 2), Yusmini

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan sebuah

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Dani Ramadan Hatam NIM : 11.11.5414 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TI Dosen : Prof.Dr.M. Suyanto ABSTRAKSI

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanenan Stroberi mulai berbuah pada umur 4 5 bulan setelah tanam. Buah stroberi yang bisa dipanen ditandai dengan kulit buah didominasi warna merah, hijau kemerahan, hingga kuning

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografis dan Iklim

KEADAAN UMUM. Letak Geografis dan Iklim 10 KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Iklim Vin s Berry Park adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis hortikultura khususnya budidaya, pengolahan dan agrowisata stroberi. Vin s Berry Park

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perusahaan CV.Wahyu Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya jamur tiram putih. CV Wahyu Makmur Sejahtera didirikan pada tahun 2005

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci