II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnya di hutan atau kebun. Jamur dapat tumbuh dimana-mana terutama pada musim hujan. Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makan yang sudah jadi yang dihasilkan organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena ketergantungan terhadap organisme lain inilah maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik. Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu. Masyarakat biasa menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk. Disebut jamur tiram karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong, dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tanaman ini tidak tepat berada pada tengah tudung tetapi agak ke pinggir (Parjimo dan Andoko 2007). Jamur tiram memiliki berbagai nama, di Jepang jamur tiram dikenal dengan nama shimeji, sedangkan di Eropa dan Amerika dikenal dengan nama abalone mushromm atau ayster mushrom, di Indonesia dikenal dengan nama jamur tiram. Menurut Suriawiria (2002), jamur tiram yang banyak dibudidayakan antara lain : 1) Jamur tiram putih (pleurotus ostreatus), dikenal pula dengan nama shimeji white (varietas florida), warna tudungnya putih susu sampai putih kekuningan dengan lebar 3-14 cm. 2) Jamur tiram abu-abu, dikenal dengan nama shimeji grey (varietas sajor salju), warna tudungnya abu kecoklatan sampai kuning kehitaman dengan lebar 6-14 cm. 3) Jamur tiram coklat, dikenal pula dengan nama jamur abalone (varietas cystidious), warna tudungnya keputihan atau sedikit keabu-abuan sampai abuabu kecoklatan dengan lebar 5-12 cm.

2 4) Jamur tiram merah/pink, dikenal pula dengan nama shakura (varietas flabellatus), tudungnya berwarna kemerahan. Jamur tiram putih biasa tumbuh dengan baik pada media serbuk kayu albasia (albazia procera) dengan tingkat kelembaban tinggi. Jamur tiram putih tumbuh dengan membentuk rumpun dalam satu media dan setiap rumpun mempunyai percabangan yang cukup banyak. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara sangat berpengaruh pada pertumbuhan jamur tiram putih. Suhu pada saat inkubasi lebih tinggi dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan. Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 22 0 C-28 0 C dengan kelembaban persen. Sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah (fruiting body) berkisar antara 16 0 C-22 0 C dengan kelembaban persen. Pengaturan suhu dan kelembaban tersebut di dalam ruangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Apabila suhu terlalu tinggi sedangkan kelembaban terlalu rendah maka primordia (bakal jamur) akan kering dan mati. Sirkulasi udara pada saat inkubasi dan pertumbuhan jamur tiram putih harus cukup, sehingga sirkulasi udara harus dijaga tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil Tahapan Usahatani Jamur Tiram Putih Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2007) tahapan dalam usahatani jamur tiram putih meliputi pemilihan lokasi, pembuatan kumbung, pembuatan media tanam, inokulasi bibit, inkubasi, produksi, penyiraman, pengendalian hama penyakit, pengaturan suhu ruangan dan panen. Berikut adalah tahapan dalam usahatani jamur tiram putih : 1. Pemilihan Lokasi Memilih dan menentukan lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh jamur tiram putih. Adapun lokasi yang baik untuk tumbuh jamur tiram putih adalah : a. Ketinggian tempat m diatas permukaan laut. b. Suhu udara 20-30ºC. c. Lahan produksi diusahakan dekat dengan sumber bahan baku media tanam. 10

3 d. Terdapat sarana jalan untuk mempermudah transportasi. e. Terdapat sumber air dan selalu tersedia. 2. Pembuatan Kumbung Kumbung adalah bangunan tempat menyimpan baglog sebagai media tumbuhnya jamur tiram putih yang terbuat dari bilik bambu atau tembok permanen. Ukuran kumbung bervariasi tergantung dari luas lahan yang dimiliki. Adapun tujuannya untuk menyimpan baglog yang tersusun di dalam rak-rak tempat media tumbuh jamur tiram putih. Rak dalam kumbung disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemeliharan dan sirkulasi udara terjaga. 3. Pembuatan Media Tanam a. Pengayakan Pengayakan adalah kegiatan memisahkan serbuk kayu gergaji yang besar dan kecil sehingga didapatkan serbuk kayu gergaji yang halus dan seragan. Tujuannya untuk mendapatkan media tanam yang memiliki kepadatan tertentu dan mendapatkan tingkat pertumbuhan miselia yang merata. Serbuk gergaji yang dipilih berasal dari pohon berdaun lebar yang tidak bergetah seperti albasia, akasia dan kaliandra. b. Pencampuran Pencampuran serbuk gergaji, dedak, kapur dan gips sebagai bahan utama untuk mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya menyediakan sumber hara atau nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram sampai siap dipanen. Menurut Cahyana Y. A, Muchrodji M dan Bakrun (1999), bahan-bahan yang digunakan adalah serbuk gergaji 100 kg sebagai media tanam, kapur 3 kg dan gips 1 kg serta bekatul 12 kg serta bahan lainnya tepung jagung 3 kg dan air secukupnya. Bahan-bahan tersebut telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar persen atau bila kita kepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air. Hal ini menandakan kadar air sudah cukup. Serbuk kayu, bekatul, kapur, gips, dan TSP disiapkan sesuai dengan kebutuhan. Perbandingan kebutuhan faktor-faktor produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. 11

4 Table 6. Kebutuhan Faktor Produksi dalam Budidaya Jamur Tiram Putih No. Formulasi Serbuk Kayu (kg) Bekatul (kg) Kapur (kg) Gips (kg) TSP (kg) 1 I II III IV Sumber : Cahyana Y. A, Muchrodji M dan Bakrun (1999) c. Pemeraman Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama satu malam. Tujuannya untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur dan memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik. d. Pengisian Media ke Kantung Plastik (Baglog) Kegiatan memasukan campuran media ke dalam plastik polipropilen (PP) dengan kepadatan tertentu agar miselia jamur dapat tumbuh maksimal dan menghasilkan panen yang optimal. Adapun tujuannya adalah untuk menyediakan media tanam bagi bibit jamur. e. Sterilisasi Strerilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba yang dapat menggangu pertumbuhan jamur yang ditanam. Tujuannya untuk mendapatkan serbuk kayu yang steril bebas dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikehendaki. Menurut Cahyanan Y. A, Muchrodji M dan Bakrun (1999) sterilisasi dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer yang bertujuan menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu O C selama 12 jam. f. Pendinginan Proses pendinginan merupakan upaya menurunkan suhu media taman setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukan ke dalam bag log tidak mati. Pendinginan dilakukan selama 8-12 jam sebelum inokulasi. 12

5 4. Inokulasi Bibit Kegiatan proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan induk ke dalam media tanam yang telah disediakan. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan miselia jamur pada media tanam sehingga menghasilkan jamur siap panen. Inokulasi bibit dilakukan pada ruangan yang bersih oleh petugas yang terjaga kebersihannya serta pelaksanaannya harus cepat agar tidak terkontaminasi. Menurut Cahyana Y. A, Muchrodji M dan Bakrun (1999) Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Baglog ditiriskan selama 1 malam setelah sterilisasi, kemudian ambil dan ditanami bibit di atasnya dengan menggunakan sendok makan/sendok bibit sekitar ±3 sendok makan kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas. Bibit yang baik yaitu: Varitas unggul, umur bibit optimal hari, warna bibit merata dan tidak terkontaminasi. 5. Inkubasi Proses penyimpanan atau penempatan media tanam yang telah diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan miselia serempak. Inkubasi dilakukan dalam suhu ruangan antara C dengan kelembaban 50-60%. Inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh dalam bag log berwarna putih merata. 6. Produksi Kegiatan menstimulasi media tanam yang telah maksimal pertumbuhan miselianya agar terjadi pertumbuhan badan jamur. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan perubahan pertumbuhan miselia kearah pembentukan primordia badan buah jamur. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka tutup bag log agar terjadi proses aerasi. 7. Penyiraman Kegiatan penyemprotan dengan menggunakan air bersih yang ditujukan pada ruang kubung dan media tumbuh jamur. Adapun tujuannya adalah untuk menjaga kelembaban kubung. Penyiraman dilakukan dengan cara pengkabutan atau disemprot dengan butiran air lembut. 13

6 8. Pengendalian Hama dan Penyakit Kegiatan yang dilakukan untuk mengkondisikan media tumbuh dan tubuh buah yang bebas dari organisme pengganggu. Tujuannya untuk menghindari kegagalan panen yang diakibatkan oleh serangan hama, penyakit dan cendawan pengganggu. Umumnya hama dan penyakit utama pada jamur tiram adalah tikus dan jamur Neurospora sp (cendawan oncom), Trichoderma sp (cendawam hijau) dan Aspergillus sp (cendawan jelaga). Dalam pengendalian hama pada jamur tiram tidak menggunakan pestisida tetapi menggunakan perangkap serangga. 9. Pengaturan Suhu Ruangan Kegiatan membuka dan menutup pintu dan jendela (ventilasi) kubung dan untuk mengatur suhu dan kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan. Tujuannya mendapatkan pertumbuhan jamur yang optimal. 10. Panen Kegiatan memetik badan buah jamur tiram yang telah cukup umur, yaitu 30 hari sejak inokulasi atau seminggu setelah bag log dibuka atau 2-3 hari setelah munculnya primordia. Menurut Cahyana Y. A, Muchrodji M dan Bakrun (1999) pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pada umur 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegaran dan mempermudah pemasarannya Sarana Produksi Usahatani Jamur Tiram Putih Menurut Cahyana Y. A, Muchrodji M dan Bakrun (1999), sarana produksi yang diperlukan dalam usahatani jamur tiram putih antara lain bangunan kumbung, peralatan, dan bahan-bahan untuk membuat media tanam jamur tiram putih. 1. Bangunan Kumbung Bangunan jamur sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratap daun rumbia, anyaman bambu atau anyaman jerami padi. Ukuran kumbung yang ideal adalah 84 m2 (panjang 12m dan lebar 7m) dan tinggi 3,5 m. Bentuk kumbung sederhana. Pada umumnya kumbung atau bangunan jamur terdiri atas beberapa ruangan, yaitu: 14

7 a. Ruang persiapan Ruang persiapan adalah digunakan untuk persiapan pembuatan media tanam. Kegiatan yang dilakukan pada ruang persiapan antara lain kegiatan pengayakan, pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi. Ruang persiapan dapat digunakan pula sebagai tempat untuk menyimpan bahan-bahan seperti bekatul dan kapur apabila skala produksi sudah besar maka bahan-bahan itu sebaiknya ditempatkan pada ruang terpisah (gudang bahan). b. Ruang Inokulasi Ruang Inokulasi adalah ruangan yang berfungsi untuk menanam bibit pada media tanam, ruang ini harus mudah dibersihkan, tidak banyak ventilasi untuk menghindari kontaminasi (adanya mikroba lain). Pada ruang inokulasi diusahakan tidak banyak terdapat ventilasi yang terbuka lebar. Ventilasi sebaiknya dipasangi saringan dari kawat kassa atau kassa plastik. Hal ini untuk menghindari serangga dab debu yang terlalu banyak yang dapat meningkatkan kontaminan atau adanya mikroba lain. Sterilisasi ruang inokulasi dapat dilakukan dengan menyemprotkan larutan formalin dua persen dalam ruangan. c. Ruang Inkubasi Ruangan ini memiliki fungsi untuk menumbuhkan miselium jamur pada media tanam yang sudah di inokulasi (Spawning). Ruang ini tidak boleh terlalu lembab kondisi ruangan diatur pada suhu O C dengan kelembaban persen. Inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh dalam bag log berwarna putih merata setelah hari. Apabila setelah satu minggu tidak terdapat pertumbuhan miselia jamur, atau kemungkinan besar jamur tersebut tidak tumbuh lebih baik dimusnahkan. Ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak bambu untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastic (baglog) yang sudah di inokulasi. d. Ruang Penanaman Ruang penanaman (growing) digunakan untuk menumbuhkan tubuh buah jamur. Ruangan ini dilengkapi juga dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot/pengabutan. Pengabutan berfungsi untuk menyiram dan mengatur suhu udara pada kondisi optimal O C dengan kelembaban persen. 15

8 2. Peralatan Usahatani jamur tiram putih secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang mudah diperoleh seperti cangkul, sekop, botol atau kayu (untuk memadatkan media tanam), alat pensteril, dan lampu spiritus, keranjang pengangkutan dibuat dari anyaman bambu atau keranjang plastik. Sprayer penyemporotan (pengabut) untuk penyiraman yang paling sederhana dapat dibuat dari plastic mirip dengan semprotan nyamuk. Sprayer yang cukup efektif untuk penyiraman pada kubung besar adalah sprayer tabung yang dilengkapi pompa tangan atau tangkai nozzle yang dihubungkan dengan pipa dari tower atau pompa. 3. Bahan-Bahan Untuk Membuat Media tanam Semua bahan yang digunakan dalam budidaya jamur tiram adalah habis pakai. Bahan yang perlu disediakan dalam pembuatan subrat jamur adalah serbuk kayu, bekatul, gips (CaSO 4, kapur (CaCO 3 ). Adapun bahan yang perlu disediakan dalam pemeliharaan jamur tiram adalah bibit jamur (F 3 ). Kapur, air bersih, lembaran plastik, kawat kasa, daun rumbia, paku, tali dan lain-lainnya. Serbuk kayu dapat diperoleh dari tempat-tempat atau perusahaan penggerajin kayu, dedek halus dapat dibeli dari perusahaan penggilingan padi (rice mill), sedangkan kapur, gips dapat dibeli ditoko bahan bangunan. Formalin, alkohol, bahan-bahan kimia, cincin bambu, paralon, kayu, dan spirtus dapat dibeli di apotik, toko obat, toko bahan kimia atau alat kedokteran, dan toko kelontong atau toko material (bahan bangunan). Di pedesaan yang masih dikelilingi oleh berbagai tanaman keras atau bambu tidak perlu membeli bahan-bahan kayu. a. Serbuk kayu Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur mengandung karbohidrat, seratliknin, dan lain-lain. Dari kandungan kayu tersebut ada yang berguna dan membantu pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Kandungan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain karbohidrat, lignin, dan serat. Sedangkan faktor yang menghambat antara lain adalah getah dan zat ekstraktif (zat pengawet alami tang terdapat pada kayu). Oleh karena itu serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat pengawet 16

9 alami. Beberapa contoh kayu seperti itu antara lain kayu albasia, randu, dan meranti. Serbuk kayu dapat diperoleh dari pabrik-pabrik penggergajian kayu. Serbuk kayu hasil penggerajian dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Namun, hingga saat ini masih banyak pabrik penggergajian kayu yang hanya membuang serbuk kayu tersebut. Pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media penanaman jamur tiram putih perlu memperhatikan kebersihan dan kekeringan. Selain itu serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain. Serbuk kayu yang terbaik adalah serbuk yang terdiri kayu keras dan tidak mengandung minyak maupun getah. Namun demikian, serbuk kayu yang banyak mengandung minyak maupun getah dapat pula digunakan sebagai media dengan cara merendam dengan air lebih lama sebelum proses lebih lanjut. Serbuk kayu yang terkena bahan bakar minyak tidak dapat digunakan sebagai media. Hal ini disebabkan minyak bersifat menghambat bahkan dapat mematikan pertumbuhan jamur tiram putih. b. Kapur Kapur merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca). Disamping itu, kapur juga digunakan untuk mengatur ph media. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCo3). Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur tiram putih bagi pertumbuhannya. Demikian juga dengan adanya unsur karbon. c. Bekatul Bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam sebagai sumber karbohidrat, karbon (C), dan nitrogen (N). Bekatul yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis IR, pandan wangi, rojo lele, ataupun jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang masih baru, belum tengik dan tidak rusak. d. Gips Gips (CaSO 4 ) digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk memperkokoh media. Dengan kondisi yang kokoh, maka diharapkan media tidak cepat rusak. 17

10 2.4. Kajian Penelitian Terdahulu Usahatani jamur tiram putih sudah banyak diusahakan, sehingga penelitian-penelitian mengenai jamur tiram putih sudah banyak dilakukan, baik dari segi budidaya maupun ekonominya. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terdiri dari : analisis tataniaga dan pendapatan jamur tiram putih, dan analisis kelayakan usahatani jamur tiram putih. Juanto (2008) dalam penelitiannya menganalisis Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) di Kecamatan Tamansari, Bogor. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besarnya R/C atas biaya tunai sebesar 1,63, sedangkan berdasarkan pendekatan Return to Family Labor yaitu sebesar Rp 61,418 per HOK dan Return to Total Capital sebesar 36,91 persen. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram putih tersebut menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Adapun saluran tataniaga jamur tiram putih yang terjadi terdiri dari tiga saluran. Pada saluran I dan saluran II jamur yang dihasilkan petani dijual di sekitar wilayah Bogor. Sedangkan pada saluran III jamur di jual ke luar wilayah Bogor, dari ketiga saluran tersebut pola saluran I lebih efisien, hal ini dilihat dari alokasi penjualan per hari di wilayah Bogor sebesar 65,51 persen. Maharani (2007) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung) bertujuan untuk menganalisis efisiensi usahatani dan sistem pemasaran jamur tiram putih di Desa Kertawangi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besarnya R/C atas biaya tunai adalah 2,69 dan besarnya R/C atas biaya total adalah 2,20. Berdasarkan kedua perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usahatani jamur tiram putih ini menguntungkan dan sudah efisien. Bibit jamur tiram putih, serbuk kayu dan minyak tanah merupakan variabel yang berpengaruh nyata pada peningkatan produksi jamur tiram putih. Oleh karena itu dengan memperhatikan penggunaan ketiga variabel tersebut, maka efisiensi usahatani jamur tiram putih dapat dipertahankan. Berdasarkan hasil analisis tataniaga, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak ada saluran tataniaga yang efisien. Hal ini dikarenakan 18

11 keuntungan yang dioeroleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga. Penelitian Ruillah (2006), Analisis Usahatani jamur Tiram Putih (Kasus Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat), diketahui bahwa 3 skala usahatani yang digunakan untuk melakukan analisis perbandingan pendapatan. Pendapatan usahatani jamur tiram putih lebih ditentukan oleh jumlah log dibandingkan luas kumbung. Hal ini ditunjukkan dari pendapatan skala I yang mempunyai luas kumbung paling sempit lebih tinggi dibandingkan skala II dan skala III. Usahatani jamur tiram putih di desa Kartawangi masih menguntungkan akan tetapi produksi masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Hal ini dikarenakan petani masih kekurangan modal untuk menambah produksi. Penyebab lain dikarenakan meningkatnya harga faktor produksi jamur tiram putih diikuti pula oleh meningkatnya harga jamur tiram putih.. Hasil analisis faktor produksi menunjukkan bahwa faktor produksi bibit, serbuk kayu, kapur, bekatul dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi. Elastisitas produksi yang terbesar bibit yaitu sebesar 0,22 persen. Novita (2004), Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jamur Tiram (kasus di Kecamatan Parungkuda dan Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi), diketahui bahwa terdapat 3 pola usahatani yang dilakukan yaitu usahatani pembibitan dan pembudidayaan jamur tiram, usahatani pembudidayaan jamur tiram dengan 2 skala usaha serta usahatani pembudidayaan jamur tiram pemeliharaan bag log. Hasil analisis kelayakan finansial yang dilakukan pada semua pola usahatani yang dilakukan layak untuk diusahakan. Pada pola 1 nilai NPV sebesar Rp , NPV pada pola 2A1 dan 2A2 masing-masing sebesar Rp dan Rp nilai NPV pada pola 2B1 dan 2B2 masing-masing sebesar Rp dan Rp sedangkan pada pola 3 sebesar Rp IRR yang dihasilkan berkisar antara persen dengan Net B/C >1 serta Payback period untuk semua pola usahatani kurang dari umur ekonomis kubung. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pola usahatani yang dijalankan layak dan menguntungkan untuk diusahakan. 19

12 Perbedaan penelitian terdahulu, menunjukkan pentingnya mengetahui pendapatan usahatani dan efisiensi. Suatu usahatani layak atau tidak layak untuk diusahakan dapat dilihat dari besarnya keuntungan usaha tersebut dan tingkat efisiensi usahatani. Penelitian yang telah dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah pada analisis usahataninya yaitu mengenai analisis pendapatan yang terdiri dari penerimaan, pengeluaran (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan) dan R/C rasio. Perbedaannya adalah penelitian Juanto dan Maharani yaitu menambahkan dengan sistim saluran Tataniaga Jamur Tiram Putih. Penelitian Ruillah (2006) membagi atas tiga skala, sedangkan Novita (2004) meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial rencana usaha budidaya jamur tiram putih. Perbedaan lainnya yaitu pada lokasi penelitian yang dilakukan di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Perbedaan berat baglog penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yakni secara berurut 1,5 kg dengan 1,2 kg. Hal ini mengakibatkan produktifitas penelitian ini (0,07 kg per baglog) lebih tinggi dibanding penelitian terdahulu (0,04 dan 0,05 kg per baglog), serta penelitian ini melakukan kerjasama yaitu bermitra dengan KPJI dan kelompok petani yang terdiri dari enam orang petani yaitu dua kelompok petani dengan melakukan sistem bagi hasil. Studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian dapat dilihat Tabel 7. 20

13 Tabel 7. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian. Nama Tahun Judul Lokasi Penelitian Metode Analisis Juanto 2008 Analisis Usahatani dan Tataniaga jamur Tiram Putih. Maharani 2007 Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih. Ruillah 2006 Usahatani Jamur Tiram Putih Novita 2004 Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jamur Tiram Putih. Kecamatan Tamansari, Bogor Desa Kartawangi, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung. Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat Kecamatan Parungkuda dan Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi Pendapatan, R-C rasio Pendapatan, R-C rasio Pendapatan, R-C rasio NPV, Net B/C, IRR, PP 21

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal... PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR Prosedur Operasional... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... I. PEMILIHAN LOKASI A. Definisi Dan Tujuan Memilih dan menentukan lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2013, di Rumah Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu Istilah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah semua keanekaragaman biologi selain kayu yang digali dari hutan untuk keperluan manusia. The Expert Consultation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus Ostreatus) DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus Ostreatus) DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus Ostreatus) DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR Oleh : ROMBER JUANTO SITANGGANG A 14105700 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Dani Ramadan Hatam NIM : 11.11.5414 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TI Dosen : Prof.Dr.M. Suyanto ABSTRAKSI

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KPJI

V. GAMBARAN UMUM KPJI V. GAMBARAN UMUM KPJI 5.1 Sejarah KPJI Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas (KPJI) merupakan sebuah usaha kelompok yang terdiri dari beberapa petani, yang dipimpin oleh Pak Jainal. KPJI berdiri di Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tim Redaksi Trubus Jamur Konsumsi. Majalah Trubus 271. Hal. 7-9.

TINJAUAN PUSTAKA. Tim Redaksi Trubus Jamur Konsumsi. Majalah Trubus 271. Hal. 7-9. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, dan tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu macam bibit F2 jamur Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 koleksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnyadi hutan atau di kebun, jamur dapat tumbuh sepanjang tahun, terutama

Lebih terperinci

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR Disampaikan Oleh: Prof. Dr. Ir. Bambang Hendro S., SU. MATERI PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR I. Potensi & Prospek Budidaya Jamur A. Keuntungan Budidaya Jamur B. Prospek dan Peluang Budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perusahaan CV.Wahyu Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya jamur tiram putih. CV Wahyu Makmur Sejahtera didirikan pada tahun 2005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang sempurna, dan diciptakannya manusia di bumi sebagai kholifah yang seharusnya kita memperhatikan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH Disusun oleh : Andrianta Wibawa 07.11.1439 BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH I. PENDAHULUAN Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15 I. METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Oktober 2013 di CV. Ravi Nursery Kubang Raya Kampar Riau dan di Laboratorium Patologi, Entomologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh disemua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya. Seiring

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem Susun Pada Masyarakat Desa Kasihan, Bantul Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga

Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem Susun Pada Masyarakat Desa Kasihan, Bantul Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem Susun Pada Masyarakat Desa Kasihan, Bantul Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga Oleh : Suhartini, Tien Aminatun, Victoria Henuhili Abstrak Kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki

Lebih terperinci

OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK

OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK 0 MEDIA TANAM JAMUR KAYU A. Persiapan 1. Bangunan a. Ruang Persiapan Merupakan tempat pembuatan media tanam, yaitu kegiatan pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi. Dapat berfungsi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Jamur Tiram

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Jamur Tiram 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Jamur Tiram Secara garis besar geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang ilmu yaitu:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurutus ostreatus) termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Jamur ini dinamakan jamur tiram karena tudungnya berbentuk setengah lingkaran

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR IVAN WAHYU HIDAYAT E

PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR IVAN WAHYU HIDAYAT E PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR IVAN WAHYU HIDAYAT E14104059 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYAJAMUR TIRAM PUTIH DI (P4S) NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYAJAMUR TIRAM PUTIH DI (P4S) NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYAJAMUR TIRAM PUTIH DI (P4S) NUSA INDAH KABUPATEN BOGOR Hendra Habibi 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang menempati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga dan Home industri jamur

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 Volume 11 Nomor 1 Maret 2014 ISSN 0216-8537 9 7 7 0 2 1 6 8 5 3 7 2 1 11 1 Hal. 1-102 Tabanan Maret 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 KOMBINASI MEDIA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SB091358

TUGAS AKHIR SB091358 TUGAS AKHIR SB091358 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Oleh: Hanum Kusuma Astuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

BAB III REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA KE GENERASI BIBIT INDUK F1 3.1. Pembuatan Bibit Induk F1 Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3 Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3 No. HP 081317040503¹, 085398014496², 085242945887³ ¹Alamat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM Karya Ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah LINGKUNGAN BISNIS Disusun Oleh : Nama : Danang Pari Yudhono NIM : 11.12.6017 Kelas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Tri Saptari Haryani 1, Ani Apriliyani 2, S.Y. Srie Rahayu 3 Program Studi Biologi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

Kata Kunci: Proporsi, Dedak, Media Tanam, Jamur Tiram Putih

Kata Kunci: Proporsi, Dedak, Media Tanam, Jamur Tiram Putih Perbedaan Proporsi Dedak Dalam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus florida) Oleh : Abdul Rochman ABSTRAK Jamur tiram putih adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak di konsumsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. GAMBARAN UMUM JAMUR merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. hidup dengan cara mengambil

Lebih terperinci

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG OLEH: ADHITYA NUGROHO 10.11.3831 S1 TI 1D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 A. ABSTRAK Banyaknya permintaan akan jamur merang dikalangan masyarakat akhir-akhir ini sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suharjo (2008), warna dari jamur tiram beragam tergantung dari jenisnya, diantaranya :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suharjo (2008), warna dari jamur tiram beragam tergantung dari jenisnya, diantaranya : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih Jamur tiram disebut juga dengan oyster mushroom, bentuk tudungnya menyerupai cangkang kerang atau tiram dengan bagian tepi agak bergelombang. Letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram Nama : Enggar Abdillah N NIM : 11.12.5875 Kelas : 11-S1SI-08 ABSTRAK TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat yang diperlukan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat yang diperlukan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usahatani Jamur Tiram Mubyarto (1994) berpendapat bahwa usahatani merupakan himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis prospektif merupakan analisis yang dilakukan untuk mengeksplorasi kemungkinankemungkinan yang akan muncul di masa mendatang, sehingga dapat dipersiapkan tindakan strategis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Pada penelitian ini, indikator pertumbuhan jamur tiram putih yang diamati adalah jumlah dan lebar tudung serta waktu panen. Yang dimaksud dengan jumlah tudung ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat sumber energi dan zat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH 1 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Hanum Kusuma Astuti, Nengah Dwianita Kuswytasari

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-144 Efektifitas Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Jamur Tiram Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2006) jamur merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di alam. Jamur sudah dikenal oleh masyarakat sejak dulu

Lebih terperinci

PO. MADJU BOGOR MUSHROOM

PO. MADJU BOGOR MUSHROOM PO. MADJU BOGOR MUSHROOM PRODUKSI DAN MENJUAL BIBIT F1, F2, BAGLOG DAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM Jamur Tiram-Po. Madju Bogor Mushroom Alamat : Contact Person: Perum Bukit Asri Ciomas Indah Eko Suswanto P /

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan Pengabdian Kepada Masyarakat. Kami menyadari bahwa kegiatan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.) BERBASIS WEB

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.) BERBASIS WEB RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleurotus spp.) BERBASIS WEB Oleh : SATRIA POERNAMA F14101132 2005 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan dari

I. TINJAUAN PUSTAKA. dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan dari I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) digolongkan ke dalam organisme yang berspora, memiliki inti plasma, tetapi tidak berklorofil. Tubuhnya tersusun dari sel-sel

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakterisik Umum Pelaku Usaha yang Memanfaatkan Limbah Serbuk Gergaji Menjadi Bag Log Pengolahan limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng menjadi bag

Lebih terperinci

. Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

. Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) NUNING MASRURI. Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus : Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah tanaman berspora yang bersifat biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Jamur merupakan organisme tidak berkhlorofil. Terdapat empat macam sifat hidup

Lebih terperinci

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih yang

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA TAMBAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PENGARUH LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA TAMBAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PENGARUH LIMBAH SEKAM PADI DAN DAUN PISANG KERING SEBAGAI MEDIA TAMBAHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan Biologi Disusun Oleh :

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU Khairizal dan Sisca Vaulina Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau

Lebih terperinci