1) Yanin Karuniasih; 2) Drs. Sudarno Herlambang, M.Si; 3) Drs. Yusuf suharto ABSTRAK: Kata kunci:

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Keywords: model of problem based learning, critical thinking

Universitas Kanjuruhan Malang 1) 2) 3) Abstrak

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MALIA ULFA. Jl. Semarang 5 Malang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

Oleh: P E Teja Purnamadewi Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang

ABSTRAK. Kata Kunci: model pembelajaran REACT, hasil belajar geografi siswa

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

FUNGSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (PTK pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Jamblang Kabupaten Cirebon)

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

MODEL GROUP INVESTIGATION

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dalam Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN MELALUI INKUIRI TERBIMBING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci: Model kooperatif tipe STAD, Hasil Belajar.

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Yolanda Dian Nur Megawati & Annisa Ratna Sari Halaman

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang paling sempurna dengan Al-Quran sebagai. pedoman pokok ajarannya, menegaskan kepada umatnya agar

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KELAS XII IPS 4 DI SMA NEGERI 1 BARABAI

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AGUNG SUPRIYANTO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE BERBASIS KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-F SMPN 18 MALANG

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIID SMP N I SRANDAKAN

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

JurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

Jurnal Biologi & Pembelajarannya, Vol.4, No.2, Oktober 2017, pp e-issn:

Bintang Zaura 1 dan Sulastri 2. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah 2 Guru SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SD NEGERI 12 KONDA PADA MATERI GEJALA ALAM

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun

SKRIPSI OLEH NURUL FITRI A1D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

Dewi Mas ula* Sumarmi** Budijanto**

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) BERBANTUAN MEDIA MOVIE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. peningkatan hasil belajar matematika dan ketrampilan berpikir kritis siswa di MI

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATA KULIAH KONSEP SAINS II

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir seseorang. Oleh karena itu pendidkan merupakan upaya

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs NEGERI NGRONGGOT NGANJUK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

Improving Student Activity Learning Class XI IPA SMA Katolik Rajawali Through Inquiry Approach Based on PBI of Buffer Solution Topic

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran multi model (Numbered Head Together dan Problem Based

BAB III METODE PENELITIAN. Classroom Action Research, yaitu suatu Action Research yang dilakukan di

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 2 SMA N 8 MALANG 1) Yanin Karuniasih; 2) Drs. Sudarno Herlambang, M.Si; 3) Drs. Yusuf suharto. Email: yanin.karunia11@gmail.com Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pelajaran Geografi siswa kelas XI IPS 2 SMA N 8 Malang. Penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS 2 SMA N 8 Malang tahun pelajaran 2012/2013 dengan materi pelajaran Pelestarian Lingkungan Hidup. Data yang dikumpulkan untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah pada siswa kelas XI IPS 2 berupa lembar observasi kemampuan memecahkan masalah serta pemberian soal kuis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan memecahkan pada siswa mengalami peningkatan dari sebelum diberikan tindakan yaitu sebesar 18% meningkat menjadi 64,7% pada Siklus I dan meningkat kembali menjadi 88,2% pada Siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran PBL kemampuan memecahkan masalah pelajaran Geografi siswa kelas XI IPS 2 mengalami peningkatan. Kata kunci: Problem Based Learning, kemampuan memecahkan masalah Belajar adalah kegiatan yang rutin dilakukan oleh seseorang. Belajar dapat diperoleh dari pengalaman pribadi atau interaksi dari lingkungan. Guru sebagai pengelola sistem perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran harus berusaha untuk melaksanakan tujuan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Stategi tersebut bisa berupa pemanfaatan beberapa sumber belajar dan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Dalam memilih model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran. Penerapan sebuah model pembelajaran harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan mengkonstruk sendiri perolehan belajarnya. Menurut filsafat kontruktivisme, pengetahuan bukanlah sebagai hasil pemberian dari orang lain seperti guru, tetapi sebagai hasil dari proses mengkontruksi yang dilakukan oleh individu, dengan kata lain siswa membangun sendiri konsepnya. Kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa proses pembelajaran Geografi masih didominasi oleh pandangan yang menempatkan pengetahuan sebagai fakta yang harus dihafal, dengan sumber belajar yang hanya mengacu pada buku teks dan LKS. Dalam proses pembelajaran guru jarang memberikan kesempatan siswa untuk belajar bekerjasama, memberikan tugas yang sifatnya mengeluarkan kemampuan berfikir untuk memecahkan suatu masalah, seperti: tugas proyek, menyusun pertanyaan, membuat sari bacaan, dan presentasi hasil. Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran Geografi juga terjadi di SMA Negeri 8 Malang. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 8 Malang serta pengalaman PPL yang telah

dilakukan, permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran adalah masih rendahnya kemampuan memecahkan masalah pada siswa. Kemampuan memecahkan masalah yang masih rendah juga ditunjukkan dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan latihan soal yang berhubungan dengan penyelesaian masalah. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa saat mengisi soal-soal subjektif, sebanyak 82% siswa menjawab dengan jawaban pendek dan terlihat asal-asalan, tanpa menjelaskan lebih lanjut jawabannya yang menunjukkan suatu pemecahan masalah. Berdasarkan data yang dimiliki guru, hanya 18% siswa yang mencapai ketuntasan dalam memecahkan masalah. Permasalahan yang terjadi ini karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada siswa. Hal ini berkebalikan dengan kompetensi guru yang cukup berpengalaman serta telah bersertifikasi sebagai guru profesional, sehingga guru telah menguasai materi dengan baik. Fasilitas yang terdapat di sekolah juga cukup lengkap dengan disediakannya LCD pada masing-masing kelas, namun kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru masih dominan dengan pembelajaran konvensional yang hanya menjelaskan materi dan jarang memanfaatkan LCD untuk menunjang pembelajaran. Guru jarang sekali melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, akibatnya ketika guru memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan, siswa masih mengalami kesulitan. Keadaan yang demikian menuntut guru untuk mengubah pandangan model pembelajaran yang selama ini telah diterapkan. Model pembelajaran yang cocok untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai sumber belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran tertentu. Nurhadi dkk (2004:56) menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang tata cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Ciri-ciri permasalahan dalam model pembelajaran Problem Based Learning antara lain: (1) merupakan permasalahan yang nyata dan dapat mengembangkan atau mempertinggi mental siswa untuk menyelesaikannya, (2) permasalahan hendaknya bermakna bagi siswa sehingga mereka mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, (3) permasalahan sesuai dengan kemampuan siswa dan memungkinkan untuk dilaksanakan. Menurut Nurhadi dkk (2004) menyimpulkan bahwa pada pembelajaran PBL terdapat 5 tahap pembelajaran yaitu: orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual/kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kemampuan memecahkan masalah merupakan suatu upaya siswa untuk menganalisis suatu permasalahan untuk menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki. Menurut Krulik dan Rudnick (dalam Santyasa, 2005:4) pemecahan masalah adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah. Jadi aktivitas pemecahan masalah diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah

jawaban telah diperoleh sesuai dengan permasalahan yang ada. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan masalah pada penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, menganalisis masalah, mencari solusi, serta memecahkan dan menyelesaikan masalah. Dalam pelajaran geografi, memecahkan masalah digunakan untuk melatih siswa menjawab permasalahan manusia yang berhubungan dengan fenomena alam dan sosial. Masalah dalam geografi yang berkaitan dengan fenomena alam dapat timbul karena aktivitas alam itu sendiri dan lebih banyak disebabkan karena ulah manusia, misalnya: masalah erosi, tanah longsor, banjir, dan kebakaran hutan. Kehidupan sosial yang ditinjau dari sudut fenomena alam, terutama pemanfaatan alam, sering memunculkan permasalahan. Misalnya, kerusakan tanah yang disebabkan oleh erosi akibat penggundulan hutan. Apapun jenis permasalahan geografi tersebut perlu dikenalkan kepada siswa, agar mereka dapat mengembangkan skills mereka, khususnya pada proses berpikir yang memerlukan pemecahan masalah. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki suatu keadaan pembelajaran di kelas dengan melakukan tindakan-tindakan agar terjadi pembaruan menuju ke arah perbaikan. Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus. Berikut gambar langkah-langkah penelitian yang akan diterapkan, Siklus I Masalah 1 Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Refleksi I Observasi I Siklus II Masalah 2 Perencanaan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Refleksi II Observasi II Dan seterusnya Gambar 3. Bagan Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: adopsi dari Arikunto, 2009:16)

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS 2 SMA N 8 Malang pada siswa angkatan 2012/2013 yang bejumlah 34 siswa. Peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan, perencanaan tindakan, pengumpulan data, penganalisis data sekaligus sebagai pelopor hasil penelitian, sehingga kehadiran peneliti sangat diperlukan dalam kegiatan di tempat penelitian. Peneliti akan dibantu beberapa observer dengan tujuan agar segala aktivitas dalam tindakan pembelajaran dapat diamati secara seksama. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa kemampuan memecahkan masalah pada siswa yang diperoleh dari lembar observasi dan pemberian soal kuis. Dalam proses pembelajaran kegiatan pembelajaran juga di pantau dengan menggunakan catatan lapangan untuk melengkapi data. Analisis data yang digunakan dengan cara melakukan perhitungan selisih rata-rata skor sebelum tindakan, Siklus I dan Siklus II menggunakan grafik dan tabel untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan kemampuan memecahkan masalah. Setelah itu dilakukan proses perhitungan persentase peningkatan kemampuan memecahkan masalah. Siswa dinyatakan telah mampu memecahkan masalah jika kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki siswa lebih besar atau sama dengan skor 75 (KKM mata pelajaran Geografi kelas XI), dan jika 70% dari keseluruhan siswa telah mencapai skor 75 maka ketuntasan klasikal juga telah terpenuhi. HASIL DAN PEMBAHASAN Paparan data penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan, antara lain data pra tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pada pertemuan pertama kegiatan inti didominasi dengan memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar siswa. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk menganalisis suatu permasalahan. Siswa melakukan pembelajaran di luar kelas dengan mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang ada di sekitarnya. Permasalahan lingkungan yang diidentifikasi siswa antara lain pencemaran sungai, kepadatan penduduk yang menimbulkan permasalahan lingkungan, serta pembangunan yang menimbulkan dampak negatif bagi kelangsungan lingkungan. Siswa kemudian berdiskusi dengan kelompok masingmasing untuk memecahkan permasalahan yang telah diidentifikasi. Pada pertemuan selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, kemudian untuk memantapkan kemampuan memecahkan masalah pada siswa peneliti memberikan soal kuis. Pada Siklus I hasil dari kemampuan memecahkan masalah pelajaran Geografi siswa sudah menunjukkan peningkatan. Pada pra tindakan yang ketuntasan klasikalnya mencapai 18% meningkat menjadi 64,7%. Berikut diagram peningkatan kemampuan memecahkan masalah pada Siklus I,

80 60 40 20 0 Tuntas 64.7% 35.3% Tidak Tuntas Diagram 1. Ketuntasan Kemampuan Memecahkan Masalah Siklus I Pada Siklus II kegiatan pembelajaran lebih difokuskan pada diskusi kelompok. Siswa diberikan lembar permasalahan yang berisi tentang permasalahan lingkungan yang terdapat di sekitar Kota Malang. Siswa kemudian mempresentasikan hasil analisis memecahkan masalah dari permasalahan yang telah diberikan. Pada kegiatan presentasi kelompok dibagi menjadi kelompok penyaji dan pembanding, yang masing-masing kelompok menganalisis permasalahan yang sama. Adanya kelompok penyaji dan pembanding mampu membuat kemampuan memecahkan masalah pada siswa menjadi mantap. Hal ini dapat dilihat dari nilai dari soal kuis yang diberikan oleh peneliti lebih meningkat dibandingkan Siklus I, sehingga kemampuan memecahkan masalah pada siswa di Siklus II lebih meningkat dibandingkan Siklus II. Peningkatan ini dapat dilihat dari diagram berikut, 100 80 60 40 20 0 Tuntas 88,2% 11,8% Tidak Tuntas Diagram 2. Ketuntasan Kemampuan Memecahkan Masalah Siklus II Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan memecahkan masalah pada siswa mencapai ketuntasan 88,2 % pada Siklus II, lebih meningkat dibandingkan Siklus I yang mencapai 64,7%. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis terhadap data kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki siswa dari ranah kognitif yang dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif, rata-

rata nilai kemampuan memecahkan masalah yang diperoleh adalah 77,75 dan terdapat 12 siswa yang belum mencapai ketuntasan (dibawah 75). Pada siklus I ini ketuntasan klasikal siswa mencapai presentase 64,7%, sedangkan ketuntasan minimal yang ditetapkan adalah sebesar 70%, sehingga penelitian dilanjutkan ke Siklus II. Pada Siklus II rata-rata nilai kemampuan memecahkan masalah yang diperoleh adalah 80,9, dengan ketuntasan klasikal yang dicapai 88,2%. Ketuntasan klasikal siswa yang telah mencapai 88,2% maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah pelajaran Geografi pada siswa dengan menerapankan model pembelajaran Problem Based Learning mengalami peningkatan. Berikut penyajian hasil analisis kemampuan memecahkan masalah dalam bentuk tabel, Tabel 1. Hasil Analisis Kemampuan Memecahkan Masalah Selama Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning No. Tindakan Kemampuan Memecahkan Masalah Nilai Rata-rata Jumlah siswa Ketuntasan klasikal kelas yang mencapai ketuntasan 1. Pra Tindakan 56,7 6 18% 2. Siklus I 77,75 22 64,7% 3. Siklus II 80,9 30 88,2% Peningkatan kemampuan memecahkan masalah pada siswa dari sebelum diberikan tindakan hingga pelaksanaan Siklus I dan Siklus II dapat ditunjukkan dari diagram dibawah ini, 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 77,75 80,9 56,7 Pra tindakan Siklus I Siklus II Gambar 3. Diagram Peningkatan Rata-Rata Kemampuan Memecahkan Masalah Klasikal Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan memecahkan masalah secara klasikal semakin meningkat dari sebelum diberikan tindakan hingga diberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada Siklus I dan Siklus II. Selain itu ketuntasan

klasikal yang dicapai setelah diberikan tindakan juga semakin meningkat, berikut grafik peningkatan ketuntasan klasikal kemampuan memecahkan masalah pada siswa, Ketuntasan klasikal 100 80 60 40 20 0 88.2% 64.7% 18% Pra Tindakan Siklus I Siklus II Gambar 5. Diagram Peningkatan Ketuntasan Kemampuan Memecahkan Masalah Klasikal Grafik di atas menunjukkan bahwa kemampuan memecahkan masalah sebelum tindakan hingga diberikan tindakan pada Siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Dari hasil perolehan ini dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada pelajaran Geografi siswa kelas XI IPS 2 SMA N 8 Malang. Peningkatan ini dapat berhasil karena dalam kegiatan pembelajaran siswa dilatih untuk memecahkan masalah yang dekat dan terkait langsung dengan kehidupan siswa, sehingga siswa tidak merasa asing dalam kegiatan memecahkan masalah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pelajaran Geografi siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 8 Malang pada kompetensi dasar menganalisis lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki siswa kelas XI IPS 2 SMA NEGERI 8 Malang setelah penerapan pembelajaran kooperatif model Problem Based Learning telah mencapai standar ketuntasan yang ditentukan. SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu: 1. Saran bagi Sekolah Sekolah sebaiknya memberikan dukungan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas, terutama pada penerapan model pembelajaran ini. Sekolah hendaknya

memberikan dukungan dalam kegiatan observasi lapangan yang dilakukan siswa dengan memfasilitasi dan meyediakan beberapa petugas yang memantau kegiatan siswa di lapangan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Saran bagi Guru Geografi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan bagi guru Geografi antara lain, a. Guru mata pelajaran Geografi hendaknya menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning di dalam proses pembelajaran, karena model tersebut terbukti efektif untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pelajaran Geografi siswa. b. Kegiatan pembelajaran hendaknya juga dilakukan dengan kegiatan observasi lapangan. Observasi lapangan sangat efektif terapkan karena pembelajaran kontekstual akan lebih membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dibandingkan pembelajaran tekstual. Kegiatan observasi lapangan juga bermanfaat untuk meningkatkan antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran agar siswa tidak bosan belajar di dalam kelas. c. Dalam kegiatan diskusi hendaknya guru membentuk kelompok penyaji dan pembanding yang mengkaji permasalahan yang sama. Hal ini sangat bermanfaat karena kelompok penyaji dan pembanding dapat saling melengkapi kekurangan masing-masing, sehingga permasalahan yang dikaji siswa menjadi lebih dalam dan lengkap. 3. Saran bagi peneliti selanjutnya Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada materi pembelajaran lain yang sesuai. Hal ini karena tidak semua mata pelajaran Geografi cocok untuk diterapkan dengan model pembelajaran ini. Pemilihan materi yang cocok akan sangat mempengaruhi peningkatan kemampuan memecahkan masalah pada siswa. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Akasara. Nazsrulin, Binana. 2012. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Geografi pada Materi Pelestarian Lingkungan Hidup Siswa Kelas VII C SMP N 9 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Pendidikan Geografi FIS UM. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press. Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. 2008. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: UNESA University Press. Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang. Aditya Media. Wardhani. P I. 2011. Penerapan Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Geografi untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas VIII di SMP N 9 Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Pendidikan Geografi FIS UM.